Anda di halaman 1dari 18

Pertemuan ke : 10

Bab. IX
Pokok bahasan : Perlindungan Sistem
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengerti tentang
pola pengamanan sistem distribusi, faktor-faktor
penyebab gangguan pada sistem saluran distribusi
maupun saluran transmisi, koordinasi pengaman saluran
dan mampu untuk perawatan sistem saluran.
Sub Pokok Bahasan :
1. Klafisikasi saluran
2. Pengamanan Sistem Distribusi Tegangan
Menengah
3. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga, 3 kawat dengan
Pentanahan Netral Melalui Tahanan Tinggi
4. Koordinasi Alat Pengaman
5. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga, 4 kawat dengan
Pentanahan Netral Secara Langsung
Pengantar
Mengulas materi pada pertemuan sebelumnya
dalam bentuk tanya jawab.
Menayakan tentang pengertian secara umum
tentang proteksi motor 3 fasa.
Menjelaskan tentang faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan pada motor listrik.
Menjelaskan materi Proteksi saluran secara
umum.
1. Klasifikasi saluran
Klasifikasi saluran untuk keperluan analisis :
a. Saluran pendek :yaitu saluran yang mempunyai
panjang dibawah 80 km.
b. Saluran menengah : yaitu saluran yang
mempunyai panjang antara 80 s/d 250 km.
c. Saluran panjang : yaitu saluran yang mempunyai
panjang diatas 250 km.

Klasifikasi saluran menurut tegangan kerja :
a. Tegangan rendah (JTR) : 110 s/d 380 Volt
b. Tegangan menengah (JTM) : 6 s/d 20 kV
c. Tegangan tinggi (STT) : 70 s/d 150 kV
d. Tegangan Ekstra Tinggi (EHV) : 220 s/d 500 kV

Klasifikasi saluran berdasarkan fungsi dalam operasi :
a. Sauran Distribusi : di Indonesia ditetapkan tegangan
distribusi sebesar 20 kV
b. Saluran sub-transmisi : Saluran percabangan dari
saluran tegangan tinggi ke tegangan yang lebih
rendah
c. Saluran transmisi : menyalurkan daya yang besar dari
pusat pembangkit listrik ke daerah beban atau
antara dua lebih sistem
2. Pengamanan Sistem Distribusi Tegangan
Menengah
Macam-macam Alat Pengamanan:
a. Pelebur (PL) (Fuse)
merupakan pengamanan bagian dari saluran dan
peralatan dari gangguan hubung singkat antar fasa
(dapat pula sebagai pengaman hubung tanah bagi sistem
yang ditanahkan langsung dan bagi peralatan pada
sistem dengan tahanan rendah).

b. Penutup balik otomatis (PBO) (Automatic circuit recloser-
recloser)
Sebuah alat berwadah sendiri, berisi sarana yang
diperlukan untuk mengindera arus lebih, mengatur waktu,
dan memutus arus lebih serta untuk menutup balik secara
otomatis dan memberikan tegangan kembali pada
saluran.

c. Pemutus beban (PMB) (Circuit Breaker) yang dilengkapi
dengan:
Relay penutup balik, untuk mengamankan sistem
terhadap ganguan-gangguan yang bersifat temporer dan
untuk koordinasi kerja dengan peralatan pemutus /
pengaman lain di sisi hilir dan saluran cabang dari
jaringan antara lain SSO dan PL.
Relay (arus lebih) gangguan tanah sebagai pengamanan
terhadap gangguan fasa tanah pada sistem yang
ditanahkan dengan tahanan rendah, atau
Relay (arus lebih) gangguan tanah terarah sebagai
pengamanan terhadap gangguan fasa tanah bagi sistem
yang ditanahkan dengan tahanan tinggi.
Relay arus lebih sebagai pengaman terhadap gangguan
antar fasa.
d. PBO ke 2 dan seterusnya :
Disamping sebagai pengaman gangguan temporer, juga untuk
membatasi luas daerah yang padam karena gangguan.

e. Pemisah manual :
Alat pemutus untuk mengurangi luas daerah yang padam dan
karena gangguan dan mengurangi lamanya pemadaman.

f. Sakelar Seksi Otomatis (SSO) :
Alat pemutus otomatis untuk mengurangi luas daerah yang
padam karena gangguan.

g. Rele gangguan tanah (Ground fault relay) :
Dipasang pada setiap trafo tenaga di GI (khususnya
untuk sistem dengan tahanan sentral rendah) untuk
mengamankan gangguan tanah yang tidak dapat
ditangani rele arus tanah pada saluran utama, khususnya
demi keselamatan penduduk (misalnya : kawat jatuh ke
tanah dengan tahanan gangguan tinggi).

h. Indikator gangguan :
Alat untuk mempercepat lokalisasi gangguan.



3. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga, 3 kawat
dengan Pentanahan Netral Melalui
Tahanan Tinggi
A. Sistem Jaringan :
Tegangan nominal : 20 kV
Sistem pentanahan : Netral kumparan TM yang
dihubungkan secara bintang dari trafo utama, ditanahkan
melalui tahanan dengan nilai tahanan sebesar 500 Ohm
(arus hubung singkat ke tanah maximum 25 A).
Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara
yang terdiri dari :
saluran utama : Kawat AAAC 150 mm2 fasa tiga, 3
kawat.
saluran cabang : Kawat AAAC 70 mm2.
Sistem pelayanan : radial, dengan kemungkinan saluran
utama antara jaringan yang bertetangga dapat saling
dihubungkan dalam keadaan darurat.
Pelayanan beban : Fasa tiga, 3 kawat, tegangan 20/11,6 kV
Fasa satu, 2 kawat fasa, tegangan 20kV.

B. Sistem Pengaman

Pemutus beban (PMB) utama dipasang pada saluran utama di GI
sebagai pengaman utama jaringan, dan dilengkapi dengan alat
pengaman (relay) :
- relay penutup balik untuk memulihkan sistem dari gangguan-
gangguan yang bersifat temporer dan untuk koordinasi kerja
dengan peralatan pemutus/pengaman lain disisi hilir dan saluran
cabang dari jaringan antara lain SSO dan PL.
- relay gangguan tanah terarah untuk membebaskan gangguan
fasa tanah.
- relay arus lebih untuk membebaskan gangguan antar fasa.
Pelebur (PL) dipasang pada titik percabangan antara saluran utama
(trunk line) dan saluran cabang. PL juga dipasang pada sisi primer
(20 kV) dari trafo distribusi, gunanya untuk mengamankan jaringan
dan peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap gangguan
permanen antar fasa dan tidak mengamankan gangguan fasa tanah.

Sakelar seksi otomatis (SSO) :
- Sebagai alat pemutus rangkaian untuk dapat
memisahkan saluran utama dalam beberapa seksi, agar
pada keadaan gangguan permanen, luas daerah
(jaringan) yang harus dibebaskan di sekitar lokasi
gangguan sekecil mungkin. SSO ini membuka pada
saat rangkaian tidak ada tegangan tetapi dalam
keadaan bertegangan harus mampu menutup
rangkaian dalam keadaan hubung singkat. SSO juga
dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian
berbeban, sakelar ini bekerja atas dasar penginderaan
tegangan.
- SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo
tegangan sebagai sumber tenaga penggerak dan
pengindera.
C. Koordinasi Alat-alat Pengaman:
Sakelar seksi otomatis pada sistem distribusi berfungsi
untuk melokalisasikan gangguan yang terjadi pada
jaringan utama. Paralatan ini terdiri dari pemutus (di Jawa
Timur menggunakan sakelar vakum), kotak-pengatur dan
transformator untuk memberi tegangan ke kotak pengatur.
Cara kerjanya dapat dijelaskan halaman berikutnya.
4. Koordinasi Alat Pengaman

Contoh sistem koordinasi untuk jaringan sistem
radial :









Gambar : Prinsip koordinasi antara PMB dengan SSO
Gardu Induk
SSO 1
SSO 2
SSO 3
Seksi I
Seksi II Seksi III
Seksi IV
Kotak pengatur
PMB dengan :
- relay penutup
balik
- relay gangguan
tanah terarah
- relay arus lebih
F
Misalnya gangguan terjadi pada seksi ke III maka urutan kerja alat
pengaman alah sebagai berikut:
a. PMB di gardu induk jatuh.
b. Berhubung tidak ada tegangan maka sakelar otomatis S1, S2, dan
S3 terbuka setelah selang waktu T3.
c. Setelah dicapai waktu menutup balik maka PMB di gardu induk
masuk kembali (reclosed).
d. S1 mendapat tegangan dan setelah selang waktu T1, S1 masuk
secara otomatis.
e. S2 mendapat tegangan dan setelah selang waktu T1, S2 masuk
secara otomatis dan seksi III yang terganggu dialiri listrik.
f. Karena di seksi III masih ada gangguan maka PMB jatuh kembali
dan setelah selang waktu T3, S1 dan S2 terbuka lagi, S2 langsung
terkunci karena S2 waktu merasa bertegangannya cepat (lebih kecil
dari waktu T2 yang disetel)
g. PMB gardu induk masuk kembali setelah dicapai waktu menutup
balik.
h. S1 mendapat tegangan dan setelah selang waktu T1, S1 masuk
secara otomatis. Seksi I dan seksi II mendapat aliran listrik.
Catatan :
T1 : Waktu mulai kotak pengatur bertegangan sampai
dengan sakelar (S) masuk kembali secara otomatis.
Biasanya antara 5 10 detik.
T2 : Waktu yang disetel agar S terkunci bila waktu
merasakan bertegangan lebih kecil dari waktu T2
yang disetel. Biasanya 4 7 detik.
T3 : Waktu mulai kotak pengatur tidak bertegangan
sampai dengan sakelar terbuka. Biasanya 0,5 2
detik.
S : Sakelar Seksi Otomatis (SSO).
5. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga, 4 kawat
dengan Pentanahan Netral Secara Langsung

A. Sistem Jaringan :
Tegangan nominal : 20 kV
Sistem pentanahan : Netral ditanahkan langsung sepanjang
jaringan. Kawat netral dipakai bersama untuk saluran tegangan
menengah dan saluran tegangan rendah.
Konstruksi jaringan : Terdiri dari saluran udara dan saluran kabel.
Untuk saluran udara terdiri dari :
saluran utama : Kawat AAC 240 mm2 & 150 mm2 fasa tiga, 4
kawat.
saluran cabang : Kawat AAC 100 mm2 & 55 mm2 fasa tiga, 4
kawat dan 55 mm2 & 35 mm2 fasa satu, 2 kawat (fasa netral).
Sistem pelayanan : radial, dengan kemungkinan saluran utama
antara jaringan yang bertetangga dapat saling dihubungkan dalam
keadaan darurat.
Pelayanan beban : Fasa tiga, 4 kawat, tegangan 20/11,6 kV
Fasa satu, 2 kawat, tegangan 203 kV.
B. Sistem Pengaman

Penutup balik otomatis (PBO) : dipasang pada saluran utama di
GI sebagai pengaman utama jaringan.Pada jaringan (>20 km)
PBO tidak begitu peka untuk menangkap gangguan yang
berada jauh dari ujung hilir, sehingga untuk pengaman
gangguan temporer maupun untuk melokalisir gangguan
daerah sekecil mungkin perlu dipasang PBO ke2 atau PBO ke3
pada jarak tertentu. Koordinasi antara PBO 1 dan PBO 2
dilakukan dengan memilih arus-arus nominal dengan
mengurangi satu tingkat settiing lamanya dan banyaknya buka
tutup PBO disisi hilir.
Pelebur (PL) : dipakai sebagai pengaman saluran-saluran
cabang terhadap gangguan yang bersifat permanen. PL juga
dipakai sebagai pengaman trafodistribusi jenis CSP
(Completely Self Protected).
Sakelar seksi otomatis (SSO) : dipasang sepanjang saluran
utama atau pada percabangan untuk dapat melokalisasi
gangguan dalam seksi-seksi yang lebih kecil. SSO yang
dipasang pada jaringan ini membuka pada saat rangkaian
tidak ada arus dan tidak menutup kembali. Sakelar ini bekerja
berdasarkan penginderaan dan hitungan arus hubung singkat.
SSO hanya dipasang bila mana pada sisi hulu terpasang PBO.

Anda mungkin juga menyukai