Anda di halaman 1dari 24

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
1

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
ANAMNESIS
Nama : An. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2,5 thn
Ruang : Melati
Kelas : II/7

Nama lengkap : An. I Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar , 21 Januari 2012 Umur : 2,5 tahun
Nama Ayah : Tn. S Umur : 43 tahun
Pekerjaan ayah : Swasta Pendidikan ayah : -
Nama ibu : Ny. T Umur : 33 tahun
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah tangga Pendidikan ibu : -
Alamat : Gondang 4/8 Canden, Joho, Mojolaban
Masuk RS tanggal : 11 Juli 2014 Jam : 06:45 WIB
Diagnosis masuk : Observasi Febris hari ke 1, DDx : Kejang Demam Kompleks
Dokter yang merawat : dr. Hj. Elief Rohana, Sp.A., M.Kes
Ko Asisten : Hasmeinda Marindratama, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
Tanggal : 11 Juli 2014 (Alloanamnesis) di Bangsal Melati
KELUHAN UTAMA : KEJANG DENGAN PANAS + 1 HARI
KELUHAN TAMBAHAN : BATUK, PILEK
1. Riwayat penyakit sekarang
7 HSMRS Pasien mengeluh batuk, pilek dan diperiksakan ke bidan desa
1 HSMRS Pasien mengeluh panas tinggi sore hari, pada jam 1 dini hari pasien mengalami
kejang + 5 menit, kejang bersifat umum. Pasien dibawa ke klinik desa dan diberikan diazepam
per rektal. Batuk (+), pilek (+), makan (+), minum (+), mual (-), muntah (-), BAB (+), BAK (+)
dalam batas normal.
HMRSJam 7 pagi pasien panas tinggi dan kejang + 10 menit, keang bersifat umum. Dibawa
ke IGD RSUD Karanganyar.
2. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat sakit serupa : diakui
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat diare : diakui
Riwayat demam dg kejang : diakui
Riwayat demam tanpa kejang : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Kesan : Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit pada keluarga
Riwayat sakit serupa : diakui
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat diare : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Kesan : Terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit lingkungan
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Kesan : Tidak terdapat riwayat penyakit lingkungan yang berhubungan dengan penyakit pasien.





FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
3

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
5. Pohon keluarga
















RIWAYAT PRIBADI
1) Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G
2
P
2
A
0
Hamil usia 29 th. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan, Ibu tidak
mengalami mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat
hamil, sesak saat hamil. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien di RS, umur kehamilan 42 minggu, persalinan normal dengan pacuan,
presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 2500 gram dan panjang 50 cm
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki BB 2500 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan.
Kesan: Riwayat ANC baik, riwayat persalinan serotinus dengan pacuan, riwayat PNC baik.
2) Riwayat makanan
0-6 bulan : Susu formula, ASI
6-12 bulan : ASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
4

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
1-2,5 tahun : ASI, susu formula, buah, diselingi nasi dan kuah sayur.
Kesan : Pasien mendapat ASI dan susu formula, kualitas makanan cukup, kuantitas
makan cukup.
3) Riwayat perkembangan dan kepandaian
Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal Sosial
Tengkurap
(4bulan)
Memegang
benda (4 bulan)
Menoleh ke
sumber suara
(5 bulan)
Tersenyum
(2 bulan)
Duduk sendiri
(9bulan)

Memegang
makanan dan
mainan sendiri
(12 bulan)


Mengucap kata
(12 bulan)
Bermain sendiri
(9 bulan)
Berjalan merambat
(10bulan)

Belajar makan
menyendok
sendiri (2 tahun)

bermain dengan
temannya (1,5 tahun)
Kesan :
Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial baik
4) Riwayat Vaksinasi
Vaksin I II III IV V VI
Hepatitis B 0 hari - - - - -
BCG 1 bulan - - - - -
DPT combo
(DPT +
hepatitis B)
2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan
Campak 9 bulan - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai PPI.



FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
5

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
5) Sosial, ekonomi, dan lingkungan
a. Sosial ekonomi
Ayah (43 tahun, swasta) dan ibu (33 tahun, ibu rumah tangga) penghasilan keluarga
Rp.2.000.000,00/bulan dan keluarga merasa kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari).
b. Lingkungan
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan satu dapur dengan
disertai 1 kamar mandi yang berada diluar rumah. Rumah berlantai ubin dengan ventilasi
yang cukup (terdapat 1 jendela tiap ruangan) . Rumah ditempati oleh ayah, ibu, kakak pasien
serta pasien.
Kesan : keadaan sosial ekonomi kurang
6) Anamnesis sistem :
Cerebrospinal : Sakit kepala (-), kaku kuduk (-)
Kardiovaskuler : Sianosis (-)
Respiratorius : Batuk (+), pilek (+), sesak (-)
Gastrointestinal : Mual (-), sakit perut (-), BAB (+) dalam batas normal
Urogenital : BAK (+) dalam batas normal
Muskuloskeletal : Nyeri sendi (-)
Integumentum : Sikatrik (-), bintik merah (-), ikterik (-)
Otonom : Demam (+)
Kesan : terdapat masalah pada sistema otonom dan respiratorius

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
6

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
PEMERIKSAAN
JASMANI
Nama : An. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2,5 thn
Ruang : Melati
Kelas : III / 7
PEMERIKSAAN OLEH : Hasmeinda Marindratama, S.Ked Tanggal 11 Juli 2014

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : compos mentis
TANDA VITAL :
Nadi : 137 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 38,1C
Status Gizi :
BB/TB : 11,5 kg/89,5 cm
BMI : 14,4
Kesimpulan status gizi : baik menurut WHO
Kulit : Sikatrik (-), sianosis (-), petekie (-)
Kel.limfe : Tidak terdapat pembesaran limfonodi
Otot : Kelemahan (-), atrofi (-)
Tulang : Tidak ada deformitas tulang
Sendi : Gerakan bebas
Kesan : Kulit, kel limfe, Otot, Tulang dan Sendi dalam batas normal

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Normochepal, rambut warna hitam., ubun-ubun besar datar dan sudah
menutup
Mata : CA (-/), SI (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor, edema periorbital (-/-),
mata cowong (-/-)
Hidung : Sekret (+), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir baik, lidah kotor tepi hiperemis (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-), kaku kuduk (-)
Kesan : pemeriksaan hidung ditemukan sedikit sekret

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
7

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
Thorax: simetris, retraksi(-), ketinggalan gerak(-)
Cor
Ictus cordis tidak tampak, BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)
Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi dinding dada (-)
Simetris
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi dinding dada (-)
Palpasi Fremitus (n) massa (-) Fremitus (n) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Kesan :Thorax dalam batas normal

Abdomen :
Inspeksi : distended (-)
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-)
Palpasi : NT (-), tidak teraba massa
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Anogenital : tidak ada kelainan
Kesan : abdomen dalam batas normal

Ekstremitas :
Pemeriksaan Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Sianosis - -
Oedema - -
Akral dingin - -
Reflek patologis - -
Meningeal sign - -
Kesan : ektremitas dan status neurologi dalam batas normal


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
8

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN
( 11 Juli 2014)
Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,2 14-18 g/DL
Hematokrit 30,8 42-52 vol%
Lekosit 7,70 5-10 x10^3ul
Trombosit 89 150-300 x10^3ul
Eritrosit 4,33 4,5-5,5 X10^6ul
INDEX
MCV 71,1 82-92 fl
MCH 23,6 27-31 pg
MCHC 33,1 32-37 g/DL
HITUNG JENIS
Neutrophil% 57,5 50-70 %
Limfosit% 34,3 25-40 %
Monosit% 7,6 3-9 %
Eosinophil% 0,2 0,5-5 %
Basophil% 0,4 0-1 %
Kesan : terdapat penurunan Hb, hematokrit dan trombosit (anemia ringan)

RINGKASAN ANAMNESIS
pasien dibawa ke RSUD karanganyar dengan keluhan panas tinggi (+), kejang (+) + 10
menit. Kejang bersifat umum.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
9

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
Riwayat ANC baik, persalinan spontan dengan pacuan, riwayat PNC baik.
Pasien dahulu mendapatkan ASI eksklusif.
Imunisasi dasar lengkap
Perkembangan baik.
Keadaan sosial ekonomi kurang

RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
KU: CM
Vital sign
Nadi : 137 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 38,1 C
Status gizi baik menurut WHO
Mata : edema periorbital, mata cekung (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : lidah kotor, tepi hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : peristaltik (+), turgor kulit kembali normal
Extremitas superior dan inferior : dalam batas normal

DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF
AKTIF
Panas tinggi, kejang berulang dalam waktu < 24 jam
INAKTIF
Status ekonomi keluarga kurang

DIAGNOSIS KERJA
Obs Febris hari 1, DDx : Kejang Demam Kompleks



FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
10

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Observasi keadaan umum & vital sign
Pemeliharaan nutrisi dan hidrasi
Bed rest
Rencana Terapi
Inf KAEN3A 12 tpm makro
Inj Cefotaxim 300 mg/12 jam
Inj Dexamethason 2 mg/12 jam
Inj Antrain 150 mg (KP)
Ctm / Dexamethason / Vit C 20 mg / Salbutamol 0,4 mg (3x1)
Mucos syr 3xCth
Diazepam tab 2 mg (panas)
Paracetamol syr (KP)
Rencana Edukasi
- Menjelaskan kepada orangtua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien
- Memberitahu cara pencegahan kejang dengan selalu sedia obat penurun panas.
- Tidak memberikan makanan atau minuman apapun saat kejang dan segera bawa ke rumah
sakit

PROGNOSIS
Umumnya baik,
1. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis terjadi pada sebagian kecil
kasus, yaitu pada kejang lama dan kejang berulang
2. Kemungkinan berulang kembali terjadi pada :
a. Riwayat kejang demam keluarga
b. Usia < 12 bulan
c. Temperatur yang rendah saat kejang
d. Cepatnya kejang setelah demam
3. Kemungkinan terjadi epilepsi yaitu pada :
a. Kelainan neurologis sebelum kejang demam pertama
b. Kejang demam kompleks
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
11

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2






FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
12

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
1 1 7 2 2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
13

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3
6
1 1 7 2 2
Tgl S O A P
11 Juli
2014













12 Juli
2014


Pasien mengeluh panas tinggi
(+) sejak kemarin sore (Kamis),
kejang (+) 2x jam 1 dini hari dan
7 pagi, batuk (+), pilek (+), mual
(-), muntah (-), BAK (+), BAB
(+) dalam batas normal









Pasien mengeluh panas (-),
kejang (-), batuk (+), pilek (+),
mual (-), muntah (-), BAK (+),
BAB (+) dalam batas normal
Keadaan Umum : Cukup, CM
TANDA VITAL :
HR : 137 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 38,1 C
BB : 11,5 kg
TB : 89,5 cm
Status gizi : baik
K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB (-), edema
periorbital (-), kaku kuduk (-)
Thorax : SDV (+/+), Rh (-/-), wh (-/-),
retraksi (-), BJ I/II murni reguler
Abdomen: distensi (-), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : Cukup, CM
TANDA VITAL :
HR : 128 x/menit
RR : 27 x/menit
Obs Febris hr 1,
DDx Kejang
Demam Kompleks












Obs Febris hr 2,
DDx Kejang
Demam Kompleks

Inf KAEN3A 12 tpm
makro
Inj Cefotaxim 300 mg/12
jam
Inj Dexamethason 2 mg/12
jam
Inj Antrain 150 mg (KP)
Ctm / Dexamethason /
Vit C 20 mg / Salbutamol
0,4 mg (3x1)
Mucos syr 3xCth
Diazepam tab 2 mg
(panas)
Paracetamol syr (KP)

Inf KAEN3A 12 tpm
makro
Inj Cefotaxim 300 mg/12
jam
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
14

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3
6
1 1 7 2 2











13 Juli
2014



















Pasien mengeluh panas (-),
kejang (-), batuk (-), pilek (-),
mual (-), muntah (-), BAK (+),
BAB (+) dalam batas normal






Suhu : 37,2 C
BB : 11,5 kg
TB : 89,5 cm
Status gizi : baik
K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB (-), edema
periorbital (-), kaku kuduk (-)
Thorax : SDV (+/+), Rh (-/-), wh (-/-),
retraksi (-), BJ I/II murni reguler
Abdomen: distensi (-), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : Cukup, CM
TANDA VITAL :
HR : 108 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 36,3 C
BB : 11,5 kg
TB : 89,5 cm
Status gizi : baik
K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB (-), edema
periorbital (-), kaku kuduk (-)











Obs Febris hr 3,
DDx Kejang
Demam Kompleks







Inj Dexamethason 2 mg/12
jam
Inj Antrain 150 mg (KP)
Ctm / Dexamethason /
Vit C 20 mg / Salbutamol
0,4 mg (3x1)
Mucos syr 3xCth
Diazepam tab 2 mg
(panas)
Paracetamol syr (KP)

Ctm / Dexamethason /
Vit C 20 mg / Salbutamol
0,4 mg (3x1)
Diazepam tab 2 mg
(panas)
Paracetamol syr (KP)




FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
15

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3
6
1 1 7 2 2















Thorax : SDV (+/+), Rh (-/-), wh (-/-),
retraksi (-), BJ I/II murni reguler
Abdomen: distensi (-), NT (-)
Ekstremitas : akral hangat














FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
16

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4
DISKUSI
KEJANG DEMAM KOMPLEKS

A. PEMBAHASAN
Pada pasien anak laki-laki usia 2,5 tahun dengan berat badan 11,5 kg, dari anamnesis
didapatkan 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh panas tinggi sore hari, pada jam 1
dini hari pasien mengalami kejang selama + 5 menit. Kejang bersifat umum. Pasien dibawa ke
klinik desa dan diberikan diazepam per rektal. Keluhan lain yang menyertai yaitu batuk (+) dan
pilek (+). Pada jam 7 pagi pasien kembali panas tinggi dan kejang + 10 menit dan dibawa ke IGD
RSUD Karanganyar. Diagnosis kejang demam kompleks ditegakkan pada pasien ini karena
kejang berulang dalam waktu 24 jam. Kurang lebih seminggu terakhir pasien mengalami batuk,
pilek dan diperiksakan ke bidan desa. Kemungkinan pasien mengalami infeksi saluran nafas,
sehingga dapat memicu demam.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suara dasar vesikuler pada paru, tidak ditemukan rhonci
ataupun wheezing. Bunyi jantung I,II murni dan regular. Pemeriksaan refleks meningeal
menunjukkan hasil negatif, artinya tidak terdapat infeksi pada meningens. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan kesan anemia ringan yang menunjukkan terjadi proses infeksi ditandai
dengan adanya manifestasi klinis demam.
Terapi dari pasien ini diberikan infus KAEN3A sebagai cairan maintenance untuk mengatasi
kehilangan cairan dan elektrolit akibat demam. Pemberian antibiotik Cefotaxim untuk mengatasi
infeksi penyebab demam. Pemberian profilaksis diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB saat
demam dapat menurunkan resiko berulangnya kejang. Selain itu diberikan juga antipiretik
paracetamol. Puyer (CTM, dexamethasone, vit C, salbutamol) dan mucos sirup (ambroxol)
digunakan untuk mengatasi batuk, pilek. Kortikosteroid dexamethasone 2 mg/12 jam diberikan
untuk mencegah edema cerebri.

B. TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Kejang demam adalah suatu kejadian kejang yang biasanya terjadi di antara umur 6 bulan
sampai dengan 5 tahun disertai dengan kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38
o
C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranial. Kejadian kejang demam ini di negara maju berkisar antara
2.5%, di Jepang angka kejadian kejang ini lebih tinggi karena faktor infeksi yang masih tinggi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
17

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4
dan dapat menyebabkan peningkatan suhu. Infeksi saluran nafas akut merupakan penyebab yang
banyak ditemui sebagai penyakit yang menimbulkan kejang demam.
Sebelum tahun 1995 di Indonesia kejang demam di bagi atas kejang demam sederhana dan
epilepsi yang diprovokasi oleh demam berdasarkan pembagian oleh Livingstone yang di
modifikasi, oleh karena tidak dapat dibuktikan bahwa epilepsi yang diprovokasi oleh demam
dalam perjalanan penyakitnya tidak menjadi epilepsi sebesar yang didapatkan oleh Livingstone,
dan juga penentuan lamanya panas sebelum kejang sulit dipastikan serta pemeriksaan EEG yang
termasuk dalam kriteria Livingstone hanya tersedia di tempat-tempat tertentu, maka saat ini
kejang demam di bagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.

EPIDEMIOLOGI
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak usia 6 bulan sampai dengan 4
tahun. Hamper 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
Kejang demam lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan
karena wanita mengalami maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Jumlah
penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika
Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi.
Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang
harus ditangani secara lebih teliti.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Soetomo
Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun
1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka
kemat i an ( 0 %) . Pada t ahun 2000 di t emukan pas i en kej ang demam 132
or ang dan t i dak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya
peningkatan insidenkejadian sebesar 37%.

ETIOLOGI
Etiologi kejang demam belum diketahui secara pasti, namun usia anak, cepatnya suhu
meningkat, dan tingginya suhu mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor hereditas juga
mempunyai peran yaitu 822% anak yang mengalami kejang demam mempunyai orang tua
dengan riwayat kejang demam saat kecil.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
18

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4
Semua jenis infeksi bersumber dari luar sistem saraf pusat yang menimbulkan demam, dapat
menyebabkan kejang demam. Penyakit paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi
saluran nafas atas (tonsilitis, faringitis, otitis media akut, GEA, dan ISK)

PATOFISIOLOGI
Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat prosesnya adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya. Kecuali
klorida. Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron tinggi dan natrium rendah. Karena
perbedaan konsentrasi dan jenis ion dalam dan luar sel maka terdapat perbedaan potensial
membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K- ATPase.
Pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi
oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah hipoksia.
Transportt aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel
meningkat dan menyebabkan potensial membrane cenderung turun atau kepekaan sel syaraf
meningkat.
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme-mekanisme, antara lain : demam
dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel immatur, timbulnya dehidrasi sehingga terjadi
gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan permeabilitas membrane sel, metabolisme
basal meningkat sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO
2
yang akan merusak neuron,
demam meningkatkan cerebral blood flow serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan glukosa,
sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada keadaan peningkatan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun Natrium melalui membran akibatnya terjadinya
lepas muatan listrik (Lepas aliran listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
19

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4
sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
dan terjadilah kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak akan meninggalkan gejala
sisa. Pada kejang demam yang lama (> 15 menit) dapat diikuti dengan apneu, hipoksemia
(disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet),
asidosis laktat (disebabkan oleh metabolism anaerobik), hiperkapnea, hipoksia arterial, dan
menyebabkan metabolism otak meningkat. Keadaan ini dapat menimbulkan kerusakan sel
neuron.

KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Livingstone (1970) :
a. Kejang Demam Sederhana
- Kejang pada anak umur 6 bulan-5 tahun
- Kejang berlangsung singkat, tidak lebih dari 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
- Pemeriksaan EEG dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan
kelainan
- Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4x
b. Epilepsi yang diprovokasi demam
- Kejang > 15 menit bersifat lokal
- Umur lebih dari 6 tahun
- Frekuensi serangan lebih dari 4 kali dalam setahun
- EEG pada suhu normal menunjukkan hasil abnormal

Klasifikasi kejang demam menurut IDAI yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum tonik dan atau klonik,
umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
b. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang lama > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
20

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4

MANIFESTASI KLINIS
1. Demam tinggi (>38
o
C)
2. Kejang tonik klonik
3. Mata berputar
4. Inkontinensia
5. Sianosis
6. Kontraksi pada otot wajah, badan, dan ekstremitas
7. Busa keluar dari mulut
8. Lidah dapat tergigit
9. Anak menangis atau merintih

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam.
Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis,
dan biakan darah, urin atau feses.
Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada anak
berusia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berusia di atas 18 bulan yang dicurigai
menderita meningitis.
Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan (1) adanya riwayat
dan tanda klinis trauma kepala, (2) kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastik),
dan (3) adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang,
fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema papil).

TATA LAKSANA
a. Penatalaksanaan saat kejang
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Bila setelah pemberian
diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
21

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4
belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan
kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya
adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum
berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian
obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor risikonya.
b. Pemberian obat saat demam
- Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis
parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih
dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.
- Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5
o
C.
- Antibiotik
Antibiotik diberikan sesuai indikasi apabila anak mengalami infeksi
c. Pemberian obat rumat
- Indikasi pemberian jika menunjukkan ciri salah satu dari berikut :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam > 4 kali per tahun
- Jenis antikonvulsan :
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital
3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.
- Lama pengobatan rumat :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
22

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.
- Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:
a. Bebaskan jalan nafas, pakaian penderita dilonggarkan kalau perlu dilepaskan
b. Tidurkan penderita pada posisi terlentang, hindari dari trauma. Cegah trauma pada bibir
dan lidah dengan pemberian spatel lidah atau sapu tangan diantara gigi
c. Pemberian oksigen untuk mencegah kerusakan otak karena hipoksia
d. Segera turunkan suhu badan dengan pemberian antipiretika (asetaminofen / parasetamol)
atau dapat diberikan kompres
e. Cari penyebab kenaikan suhu badan dan berikan antibiotik yang sesuai

PROGNOSIS
a. Kemungkinan mengalami kecacatan/kelainan neurologis
Penelitian secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan
kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum
atau fokal.
b. Kemungkinan berulangnya kejang demam
- Riwayat kejang demam keluarga
- Usia kurang dari 12 bulan
- Temperatur yang rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam












FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
23

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4












FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
24

ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM :
3
6
0 5 5 2 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro. D. Hardiono dkk. Konsensus Tata laksana Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta, 2006.
2. Pudjiadi. H. Antonius dkk. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta,
2010.
3. Syarif, Iskandar, 1998. Kejang Demam. Majalah Kedokteran Andalas Vol 22.
4. http://www.who.int/childgrowth/standards/cht_wfa_boys_z_0_5.pdf?ua=1

Anda mungkin juga menyukai