) = 1060 kg/m
3
Rencanakan struktur turap, agar tebing saluran aman terhadap keruntuhan
maupun gerusan.
Penyelesaian:
Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran
Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk
saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan
Manning (koefisien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran mendekati 3,0
m dan kecepatan rata-rata 0,76 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (6,0 m)
yang akan diamankan, secara hidrolis lebih dari cukup untuk
menampung/mengalirkan debit aliran yang ada.
Langkah 2 : Sketsa kondisi tipe sheet pile yang diberikan
Sheet pile direncanakan dengan tipe centilever sheet pilling. Adapun bentuk dan
dimensi sheet pile yang akan digunakan seperti gambar 8-30.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 45
Gambar 8-30. Data dan Rencana Sheet Pile
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 46
Langkah 3 : Penentuan koefisien tanah aktif dan pasif
Dari tabel 6-3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 0
0
dan ( ) = 30
0
diperoleh K
a
= K
a
=
0,333.
Dari tabel 6-4 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 0
0
dan ( ) = 30
0
diperoleh K
p
= K
p
= 3,0.
K = K
PB
305
250 . 2
360
70
2
360
Sehingga jumlah spur yang harus dipasang adalah 305/32,71 +1 = 10,24 11
buah.
Langkah 5 : Perhitungan kestabilan struktur
Kestabilan struktur spur harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.4.3 Guide Bank
8.4.3.1 Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan guidebank terdiri dari panjang guidebank, tinggi dan
riprap.
MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan debit yang melewati bantaran kiri dan
kanan
A
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 72
Tentukan debit dengan jarak 30 m dari
bantaran
Cek
Stabilitas
?
SELESAI
Tentukan panjang, tinggi dan lebar guide bank
Ya
Tidak
Tentukan perlindungan kaki
Gambar 8-39. Flow Chart Perencanaan GuideBanks
a. Analisis data awal (Preliminary Data Analysis)
Langkah 1. Kumpulkan data lapangan yang diperlukan yang meliputi (survey
penampang melintang saluran, data tanah, foto udara (aerial photographs), studi
kasus, dll).
Langkah 2. Tentukan debit rencana. (lihat subbab 8.2.1).
Langkah 3. Tentukan perkiraan perubahan (development) penampang
melintang rencana.
A
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 73
b. Dimensi guidebank
Langkah 4 Tentukan debit yang melewati bantaran kiri dan kanan (Q
f
)
Q
f
= V x kedalaman x lebar bersih saluran
Langkah 5 Tentukan debit dengan jarak 30 m dari pilar (Q
30 m
) dan Q
f
/Q
30 m
Q
30 m
= V x kedalaman bantaran x 30 m
Langkah 6 Tentukan panjang Guidebank (L
s
)
Panjang guide ditentukan dari nomograh antara L
s
dan Q
f
/Q
30 m
(gambar 8-40)
Gambar
Gambar 8-40. Nomogram untuk menentukan panjang tebing penuntun
(guidebank)
Petunjuk Penggunaan Nomograph padagambar 8-40:
1. Tentukan nilai Q
f
, Q
30
dan Va.
2. Hitung Q
f
/Q
30
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 74
3. Tarik garis lurus dari titik Q
f
/Q
30
yang dihitung (sumbu vertikal) sampai
garis Va yang dipakai dan tarik lagi garis ke bawah memotong sumbu
horozontal.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus (garis vertikal) dengan garis
sumbu horizontal untuk nilai Ls.
Langkah 7 Tentukan ketinggian dan lebar guide bank
Tinggi minimum guidebank adalah 0,6 m dari freeboard diatas permukaan air
desain. Lebar atas guidebank antara 3 sampai 4 m dengan kemiringan pinggir
1V : 2H atau kurang.
Langkah 8 Tentukan Ukuran Batuan
Guidebank terdiri dari batuan yang tersusun (riprap). Desain untuk riprap ini
dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap.
c. Perlindungan Kaki
Kaki guidebank dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur
penentuan riprap dapat dilihat pada perencanaan riprap. Jenis perlindungan
yang lain adalah dengan pondasi pile.
8.4.3.2 Spesifikasi Material
Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau
gabion (bronjongan).
8.4.3.3 Contoh Perencanaan guide bank
Pada suatu saluran/sungai yang dilintasi (crosing) oleh jalan jembatan seperti
gambar di bawah. Sungai tersebut mempunyai debit aliran rencana 300 m
3
/detik,
sedangkan bentuk sungai terdiri dari saluran utama (main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Adapun lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar
bantaran mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m.
Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H.
Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk
bantaran 0.035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 75
Rencanakan struktur guidebank pada kedua sisi (kiri dan kanan) sehingga
bukaan jembatan diperoleh selebar 85 m. Lihat gambar 8.41.
Gambar 8-41. Denah rencana Guidebank
Penyelesaian :
Langkah 1 : Tentukan parameter rencana hidraulik yaitu kedalaman dan
kecepatan pada kondisi debit rencana.
Pada prinsipnya parameter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program
komputer seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS.
Dalam contoh ini digunakan metode sederhana yaitu dengan menggunakan
rumus Manning untuk memperoleh kedalaman normal serta kecepatannya.
2 / 1
S
3 / 2
R
n
1
V
)
eb
h
mc
(h m
mc
B
mc
P
mc
)h
mc
h m
mc
(B
mc
A
2
1 2
.
eb
.h m
eb
B
eb
P
h x
eb
B
eb
A
2
1
Q = Q
mc
+ Q
eb
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 76
Dimana :
h
mc
: kedalaman aliran di saluran utama
h
eb
: kedalaman aliran di bantaran
B
mc
: lebar dasar saluran utama
P
mc
: keliling basah penampang saluran utama
A
mc
: luas penampang basah saluran utama
m : kemiringan tebing
B
eb
: lebar dasar bantaran
A
eb
: luas penampang basah bantaran
P
eb
: keliling basah penampang bantaran
Q
mc
: debit aliran di saluran utama
Q
eb
: debit aliran di bantaran
Sehingga diperoleh:
2 1 3 2 2 1 3 2
2 1 3 2 2 1 3 2
0001 0
035 0
1
100 2 0001 0
025 0
1
2 75 300
1
2
1
/ / / /
/ / / /
.
eb
h
.
.
eb
h .
mc
h
.
H H
) S R
n
.(
eb
.h
eb
B S R
n
mc
h
mc
mh
mc
B Q
0 300 143 57 30 8 0
143 57 8 0 30 300
143 57 4 0 2 75 300
3 5 3 5 3 8
3 5 3 5
3 5
3 5
3 8
/ / /
/ /
/
/
eb
h .
mc
h
mc
h .
eb
h .
mc
h .
mc
h
eb
h ,
mc
h .
mc
h
/
Dengan mengambil tinggi aliran di bantaran (h
eb
) = 1 m, maka diperoleh
kedalaman di saluran utama (h
mc
) = 3,35 m.
Kecepatan pada saluran utama :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 77
m/dt. .
) . ( ) (
.
bantaran
v
/dt . v
). . )( . (
.
) . ( ) . (
.
S
mc
h
.
S R
n
v
/ /
/ /
/ /
/ /
286 0
0001 0 1
035 0
1
896 0
01 0 23896 2
025 0
1
0001 0 35 3
025 0
1
025 0
1
1
2 1 3 2
3 1 3 2
2 1 3 2
2 1 3 2
Luas penampang basah :
A
mc
= (75 + 2 x 3,35) 3,35 = 273,65 m
2
(saluran utama )
A
lb
= (100 x 1) = 100,00 m
2
(bantaran untuk satu sisi)
Q
mc
= 273,695 x 0,896 = 245,231 m
3
/dt
Q
lb
= 2 x 100 x 0.286 = 57,20 m
3
/dt
Q = 302,431 m
3
/dt
Q Q
tat.
(300)
Langkah 2 : Tentukan debit pada bantaran kiri dan kanan (Q
f
)
Debit ini sangat tergantung pada posisi abutment jembatan. Kalau kedua
abutment (kiri dan kanan) ditempatkan pada tebing bantaran, maka Qf adalah
debit yang dihitung untuk bantaran kiri maupun kanan pada langkah pertama
yaitu 28,6 m
3
/dt (untuk satu sisi). Tetapi dalam contoh ini, abutment jembatan
ditempatkan pada jarak 50 m dari tebing saluran utama, baik abutment kiri
maupun kanan. Dengan anggapan aliran seragam maka :
Qf = V
eb
x h
eb
x50 m = 0.286 x 1 x 50 = 14.3 m
3
/dt
masing-masing untuk sebelah kiri dan kanan.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 78
Langkah 3 : Tentukan Q
30m
dan Qf / Q
30m
untuk bantaran kiri dan kanan
Q
30m
maksudnya adalah debit yang melewati pada bantaran sejauh 30 m dari
batas saluran utama. Karena dalam kasus ini aliran dianggap seragam, maka :
Q
30
= V
eb
x h
mc
x 30 m = 0.286 x 1 x 30 = 8.58 m
3
/dt
baik untuk bantaran kiri maupun kanan (untuk satu sisi).
Berdasarkan Q
30m
maka diperoleh :
Qf/Q
30m
= 14,3/8,58 = 1.667
Langkah 4 : Tentukan panjang guidebank ( Ls )
Untuk memperoleh panjang guidebank, harus dihitung dahulu penampang basah
aliran pada bukaan jembatan ( A
n2
).
A
n2
= A
mc
+ 2 { 50 .1} = 273.695 + 2 x 50 = 373.695 m
2
Berdasarkan luas penampang basah bukaan tersebut, maka diperoleh
kecepatan rata-ratanya ( V
n2
) :
dt / m 80 . 0
695 . 373
300
A
Q
V
2 n
2 n
Sesuai dengan harga Qf/Q
30m
pada langkah ke
tiga dan harga V
n2,
maka dengan
menggunakan nomograf gambar 8-40, maka diperoleh panjang guidebank (Ls)
kurang dari 15 m.
Karena Ls yang dibutuhkan terlalu pendek, maka pada prinsipnya untuk kasus ini
keberadaan guidebank tidak terlalu dibutuhkan.
Langkah 5 : Spesifikasi tambahan
Kalaupun guidebank diadakan/digunakan, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain tinggi jagaan (elevasi guidebank terdapat elevasi muka
air) dan lebar puncak guidebank. Kriteria perencanaan/perhitungan dari
parameter ini dapat merujuk pada referensi-referensi terkait.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 79
Untuk bahan material guidebank dapat digunakan tipe rock riprap. Adapun
perhitungan tipe revetment ini dapat dilihat dalam contoh perhitungan detail
riprap.
Langkah 6 : Perhitungan kestabilan struktur
Kestabilan struktur check dam harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
c. Bangunan Peredam Energi
i. Check Dam
1. Prosedur perencanaan
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 80
Prosedur perencanaan secara ringkas dapat dilihat pada flow chart sebagai
berikut.
MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Hitung kehilangan energi
Hitung kedalaman gerusan pada kaki
Cek
Stabilitas
?
SELESAI
Tentukan panjang, tinggi dan lebar (dimensi)
cek dam
Ya
Tidak
Tentukan perlindungan kaki
Gambar 8-42. Flow Chart Perencanaan Check Dam
Langkah 1: Hitung Parameter Hidraulik
Hitung parameter hidraulik, yaitu debit rencana, lebar dan profil saluran dan
kedalaman di hulu, hilir dan tinggi bangunan drop (drop structure).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 81
Langkah 2 Hitung kehilangan energi akibat adanya struktur tersebut
Sebelum menghitung kehilangan energi (H
t
), beberapa parameter lain yang perlu
dihitung:
- Debit persatuan lebar = Q/B
- Kecepatan rata-rata di udik : V
u
= q/h
u
- Kecepatan rata-rata di hilir : V
d
= q/h
d
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan
hilir.
d
2
d
d u
2
u
u t
t d
2
d
d u
2
u
u
Z
g 2
V
Y Z
g 2
V
Y H
atau ; H Z
g 2
V
Y Z
g 2
V
Y
(8.49)
Langkah 2 : Hitung kedalaman gerusan pada kaki (toe) struktur tersebut
Dengan menggunakan persamaan USBR, maka dapat diperoleh kedalaman
gerusan :
hs = K H
t
0.225
x q
0.54
- dm, (8.50)
Langkah 3 : Pengaman struktur Check Dam
Berdasarkan kedalaman gerusan yang diperoleh, maka tinggi check dam
(struktur drop) yang perlu diperkuat adalah :
h
mc
+ hs (8.51)
Untuk memperkuat struktur tersebut, perlu digunakan suatu dinding penahan
(revetment) pada kaki (toe) struktur ini. Dalam kasus ini dicoba untuk
menggunakan quarrystone atau riprap.
a. Riprap
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 82
Untuk memperkuat kaki struktur tersebut dapat digunakan tipe revetment dari
riprap. Prosedur perhitungannya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh
soal riprap.
b. Quarrystone
d
h
hs
= (0,5 1,0) (8.52)
masuk dalam kriteria penggunaan toe dari quarrystone (0,5 1,0)
Lebar toe Apron (B
t
) :
B
t
= 2 H
Berat batu toe :
3 3
S
3
a
min
1 SG N
H
W
dimana N
S
= angka stabilitas
H
ht
K
) K 1 (
5 , 1
3 / 1
S
3 / 1
2
e 8 , 1
H
ht
K
K 1
3 , 1 N (8.53)
atau N
S
= 1,8
1
2
kB sin
kht 2 h sin
kht 2
K (8.54)
2. Spesifikasi Material
Material yang digunakan untuk check dam adalah struktur beton. Check dam
merupakan bangunan yang terendam dalam air sehingga bangunan tersebut
harus kuat.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 83
8.5.1.3 Contoh Perencanaan check dam
Suatu lokasi sekitar pondasi jembatan (eksisting) pada suatu saluran/sungai
terjadi degradasi. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan elevasi dasar setinggi 1,4 m dari elevasi dasar awal. Kondisi
tersebut dapat didekati dengan membuat bangunan terjunan (drop structure)
yang akan menstabilkan dasar saluran dan mengurangi kemiringan saluran di
bagian udik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8.43.
Adapun parameter hidraulik lain adalah:
- Debit rencana (Q) = 170 m
3
/ dt,
- Lebar saluran (B) = 35 m
- Kedalaman aliran di hulu ( sebelum terjadi drop), h
u
= 3.25 m,
- Kedalaman aliran setelah terjadi drop (h
d
) = 2.95 m
- Tinggi drop (h) = 1.4 m
Dalam kasus ini diminta untuk menghitung gerusan yang terjadi pada kaki
struktur drop (Check Dam) serta cara memperkuatnya sehingga dapat diatasi
gerusan tersebut.
Gambar 8-43. Rencana Check Dam
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 84
Penyelesaian :
Langkah 1 : Hitung kehilangan energi akibat adanya struktur tersebut
Sebelum menghitung kehilangan energi (H
t
), beberapa parameter lain yang perlu
dihitung :
- Debit persatuan lebar = Q/B = 170/35 = 4,86 m
3
/dt/m
'
- Kecepatan rata-rata di udik : V
u
= q/h
u
= 4,86/3,25 = 1,49 m/dt
- Kecepatan rata-rata di hilir : V
d
= q/h
d
= 4,86/2,95 = 1,65 m/dt
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan
hilir.
m
x x
Z
g
V
h Z
g
V
h H
atau H Z
g
V
h Z
g
V
h
d
d
d u
u
u t
t d
d
d u
u
u
674 . 1
089 . 3 763 . 4
0
81 . 9 2
) 65 . 1 (
95 . 2 4 . 1
81 . 9 2
) 9 . 1 (
25 . 3
2 2
;
2 2
2 2
2 2
2 2
Langkah 2 : Hitung kedalaman gerusan pada kaki (toe) struktur tersebut
Dengan menggunakan persamaan USBR, maka dapat diperoleh kedalaman
gerusan :
hs = K H
t
0.225
x q
0.54
- dm,
dimana :
K = 1,9, dm = h
d
= 2,95 m
hs = 1,9 (1,674)
0.225
(4,86)
0.54
2,95
= 2,1335 x 2,3485 2,95
= 2,06 m
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 85
Langkah 3 : Pengamanan struktur Check Dam
Berdasarkan kedalaman gerusan yang diperoleh, maka tinggi check dam
(struktur drop) yang perlu diperkuat adalah :
h
mc
+ hs = 1,4 + 2,06 = 3,46 m
a. rock riprap
Untuk memperkuat struktur tersebut, perlu digunakan suatu dinding penahan
(revetment) pada kaki (toe) struktur ini. Dalam kasus ini dicoba untuk
menggunakan quarrystone atau riprap.
Dari data cek dam terdahulu diketahui bahwa;
Kedalaman aliran di hilir 2,95 m
Kecepatan aliran di hilir 1,65 m/det
Fr =
1
1
gh
V
=
95 . 2 81 . 9
65 . 1
x
= 0,31
Berdasarkan bilangan froude di atas, maka ukuran rock riprap untuk pengaman
pada kaki cekdam digunakan persamaan dari rumus Isbash, yaitu;
gh
V
S
K
h
D
s mc
2
50
1
dimana;
K = 1,02
SG = 2,65
2
det / 81 . 9 m g , maka dari persamaan (2), diperoleh;
95 . 2 81 . 9
) 65 . 1 (
1 65 . 2
02 . 1
95 . 2
2
50
x
D
D
50
= 0,17 m.
Diambil D
50
= 20 cm.
Perhitungan detailnya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh soal riprap.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 86
b. Quarrystone
Bila digunakan quarrystone, maka perlu ditinjau dulu parameter berikut.
0 , 1 5 , 0
95 , 2
06 , 2
hd
hs
masuk dalam kriteria penggunaan toe dari quarrystone
Lebar toe Apron (B
t
) :
B
t
= 2 H
= 2 x 2,95
= 5,90 m
6 m
Berat batu toe :
3 3
S
3
a
min
1 SG N
H
W
dimana N
S
= angka stabilitas
H
ht
K
) K 1 (
5 , 1
3 / 1
S
3 / 1
2
e 8 , 1
H
ht
K
K 1
3 , 1 N
atau N
S
= 1,8
1
2
kB sin
kht 2 h sin
kht 2
K
Dengan menggunakan Ns = 1,8, berat minimum material quarrystone adalah :
3
3
min
) 1 65 , 2 ( 8 , 1
95 , 2 . 65 , 2
W
= 8,41 ton
= 8410 kg
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 87
d. Abutment dan Pilar Jembatan
Untuk perencanaan abutment dan pilar jembatan yang tahan terhadap gerusan,
prosedurnya mengikuti langkah-langkah pada Bab V dalam manual ini. Tabel 8-8
di bawah ini digunakan untuk perhitungan gerusan pada jembatan.
Tabel 8-8. Koefisien tipe pilar dan Faktor koreksi arah aliran dijembatan
Koefisien Tipe Pilar Faktor koreksi arah aliran pada jembatan
Tipe-tipe pilar K1 Sudut L/a = 4 L/a = 8 L/a = 12
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
hidung persegi
hidung bundar
silinder
hidung tajam
kelompok silinder
1,1
1,0
1,0
0,9
1,0
0
15
30
45
90
1,0
1,5
2,0
2,3
2,5
1,0
2,0
2,5
3,3
3,9
1,0
2,5
3,5
4,3
5,0
sudut = arah aliran
L = panjang pilar
Proses perencanaan abutment dan pilar jembatan dapat dilhat pada flow chart
sebagai berikut :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 88
Gambar 8-44. Flow Chart Perencanaan Abutment dan Pilar Jembatan
MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan alokasi abutment dan pilar, aliran
bantaran, a/y1, kondisi dasar dan tipe
abutment dan pilar
Cek tegangan geser di
saluran utama dan
bantaran
?
Cek
Stabilitas struktur
?
SELESAI
Ya
Tidak
Diperlukan penangan
khusus agar tegangan
geser dapat teratasi
Ya
Tentukan kedalaman gerusan lokal pada
abutment dan pilar
Tentukan ukuran batuan untuk riparap pada
abutment dan pilar
Tidak
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 89
8.6.1 Contoh Perencanaan Abutment dan Pilar Jembatan
Suatu jalan jembatan melintasi (crossing) pada suatu saluran/sungai seperti
gambar 8.45. Sungai tersebut mempunyai debit rencana 300 m
3
/detik,
sedangkan bentuk sungai terdiri dari saluran utama (main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar bantaran
mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m.
Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H.
Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk
bantaran 0,035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001.
Data lain yang diketahui:
Tegangan geser izin pada bantaran (
o
) = 19,91 kg/m
2
Bantaran dilapisi oleh vegetasi kelas A
D
50
=
5 mm, D
75
= 6 mm.
Gambar 8-45. Posisi abutment di bantaran
Penyelesaian:
Langkah 1: Hitung parameter hidraulis aliran
Karena kondisi saluran/sungai sama seperti pada contoh soal guidebank,
beberapa parameter hidraulis tidak perlu dihitung lagi, cukup menggunakan hasil
dari perhitungan pada kasus guidebank, yaitu :
kedalaman aliran di saluran utama (h
1
) = 3,35 m
kedalaman aliran di bantaran (kiri-kanan), h
0
= 1,0 m.
Debit saluran utama (Q
mc
) = 245,23m
3
/dt.
Kecepatan aliran di saluran utama (V
mc
) = 0,896 m/dt.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 90
debit di bantaran (Q
eb
) = 28,60 m
3
/dt. (untuk satu sisi)
Kecepatan aliran di bantaran (V
eb
) = 0,286 m/dt.
Berdasarkan parameter tersebut di atas, maka dapat dihitung bilangan Froude
(Fr) pada bantaran dan saluran utama.
Pada bantaran
Fr =
gh
V
=
0 . 1 81 . 9
286 . 0
x
= 0,09
Saluran utama
Fr =
35 . 3 81 . 9
896 . 0
x
= 0,16
Langkah 2: Perhitungan tegangan geser
Tegangan geser yang terjadi dapat dihitung dengan formula berikut.
3 / 1
h
2
2
2
o
R v
22 . 2
n
v
8
f
satuan British
3 / 1 2 2
h o
R v n satuan SI
Tegangan geser yang terjadi pada saluran utama;
2 3 / 1 2
/ 412 , 0 ) 35 , 3 ( 896 . 0 1100 025 . 0 m kg x x x
o
Tegangan geser yang terjadi pada bantaran;
2 3 / 1 2
/ 385 . 0 ) 0 . 1 ( 286 . 0 1100 035 . 0 m kg x x x
o
Tegangan geser kritis (izin) di saluran utama (
c
)
75
0164 . 0 xD
c
satuan British
75
088 . 0 xD
c
satuan SI
mm x
c
6 088 . 0
2
/ 53 , 0 m kg
c
Untuk saluran utama
o
>
c
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 91
Untuk bantaran
o
<
c
.
Langkah 3: Tentukan lokasi abutment, aliran bantaran, a/y1, kondisi dasar,
tipe abutment.
Dalam kasus ini lokasi abutment di bantaran. Ada aliran dibantaran, abutment
diletakkan 25 meter dari tebing bantaran (a = 25 m), dengan demikian a/y1 =
25/3,35 = 7.46 < 25. Kondisi sedimen dasar bergerak dan tipe abutment berlaku
umum.
Berdasarkan kondisi di atas, maka perhitungan gerusan pada abutment dapat
menggunakan tiga formula, yaitu Laursens (1980), Froelichss (1987) dan
Laursens (1980) untuk
o
<
c
.
Langkah 4: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada abutment
Menurut Laursen, 1980;
1 1
5 . 11
75 . 2
7 . 1
1 1 1
h
h
h
h
h
a
s s
1 1
5 . 11 0 . 1
75 . 2
0 . 1
25
7 . 1
s s
h h
0 09 . 9 1 1
50 . 11
7 . 1
s
s
h
h
Dengan cara coba-coba diperoleh h
s
= 7,20 m.
Menurut Froehlich;
1
'
27 . 2
61 . 0
43 . 0
1
2 1
1
Fr
h
a
K K
y
h
s
dimana;
K
1
= 1, dan K
2
= 1
A
tot
= (273,65 + 200) m
2
= 473,50 m
2
A
e
= 0,9 A
tot
= 0,9x473,50
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 92
A
e
= 426,15 m
2
e
e
A
Q
V
=
15 . 426
300
= 0,70 m/det.
Diambil a = a = 25 meter, dan
Fr
1
=
1
gh
V
e
=
0 . 1 81 . 9
70 . 0
x
= 0,22.
Dari persamaan 20 diperoleh;
1 ) 22 . 0 (
0 . 1
25
) 1 )( 1 ( 27 . 2
0 . 1
61 . 0
43 . 0
s
h
h
s
= 3,50 m.
Menurut Laursen, 1980 untuk
o
<
c
.;
1 1
1 . 4
75 . 2
6 / 7
o
s
o
s
o mc
o
h
h
h
h
h q
Q
dimana;
q
o
= h
o
V
o
= 1,0x0,286
= 0,286 m
2
/det
Q
o
= q
o
a
= 0,286x25
= 7,15 m
3
/det.
det / 23 . 245
3
m q
mc
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 93
diperoleh;
1 1
1 . 4 0 . 1
75 . 2
0 . 1 23 . 245
872 . 14
6 / 7
s s
h h
x
dengan cara coba-coba diperoleh h
s
= 0,20 m.
Langkah 5: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada pilar
Pilar diletakkan di tengah-tengah saluran utama seperti gambar berikut. Tipe
pilar round-nose dengan L/a = 8, dimana L = panjang pilar dan a = lebar pilar.
Untuk menghitung gerusan lokal pada pilar jembatan, ada 4 formula yang dapat
digunakan.
1. Persamaan Colorado State Universitys
Menurut Richardson et al., (1975), gerusan pada pilar jembatan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
43 . 0
65 . 0
1
2 1
1
0 . 2
r
S
F x
h
a
x xK xK
h
h
y
1
: kedalaman aliran pada lokasi pilar
Fr = 0,16
Dari tabel 8-6, dengan bentuk pilar ujung bulat diperoleh K
1
= 1,0.
Dari tabel 8-7, untuk L/a=4, dimana L = panjang pilar ; a = tebal pilar, diperoleh
K
2
= 1,50
Sehingga;
43 . 0
65 . 0
16 . 0
35 , 3
0 . 1
50 . 1 0 , 1 0 . 2
35 , 3
x x x x
h
S
h
s
= 2,06 meter.
2. Persamaan Jani and Fisher (1979);
Dalam langkah 2 di atas diperloeh untuk saluran utama
o
>
c
, berarti dasarnya
bergerak.
Untuk dasar bergerak (F
r
F
rc
)> 0.20, maka;
50 . 0 1
25 . 0
) ( 2
a
h
F F
a
h
rc r
s
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 94
untuk 0 < F
r
F
rc
< 0,20, berlaku :
30 . 0 1
25 . 0
) ( 84 . 1
a
h
F
a
h
rc
s
dimana;
a = lebar pilar
Fr = 0,16
Penentuan harga F
rc
Penentuan harga bilangan Froude kritis dilakukan dengan menggunakan
nomograph di bawah ini.
Gambar 8-46. Batas anjuran tegangan geser untuk kanal
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-46:
1. Tentukan nilai D
50
2. Plot nilai D
50
pada garis grafik (sumbu horizontal)
3. Tarik garis lurus dari titik D
50
menuju garis satuan yang dinginkan,
selanjutnya tarik horizontal menuju garis grafik (sumbu vertikal)
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai .
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 95
Dengan demikian dapat ditentukan F
rc
sebagai berikut:
- D
50
diambil 0,10 m.
- Dari diagram Lanes pada gambar 8-46, dengan D
50
= 100 mm, diperoleh
c
=
8x10
-3
kg/m
2
.
- U
*c
;
c
c
U
*
=
3
3
10
10 8x
= 8,864x10
-3
m/det.
- ;
c
U
*
6 . 11
dimana = 9,29x10
-7
m
2
/det
3
7
10 . 864 . 8
10 . 29 . 9 6 . 11 x
= 0,0012 m.
- K = D
50
, maka;
0012 . 0
10 . 0
50
D
= 83,33
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 96
Gambar 8-47. Faktor pengali Einsten X pada persamaan kecepatan
logaritmik
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-47:
1. Tentukan nilai k
s
dan
2. Hitung k
s
/
3. Plot nilai k
s
/ pada garis grafik sumbu horizontal
4. Tarik garis lurus dari titik k
s
/ menuju garis grafik X (sumbu vertikal)
5. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai X.
Dari gambar 8-47 diperoleh X = 1.0.
- V
c
50
1
*
11
ln
D
X h
U V
c c
=
10 . 0
0 . 1 35 . 3 11
ln 10 . 86 . 8
3
x x
= 0,05 m/det.
- Bilangan Froude kritis;
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 97
Frc =
1
gh
V
c
=
35 . 3 81 . 9
05 . 0
x
= 8,7x10
-3
F
r
F
rc
= 0,16 8,7x10
-3
= 0,1513, berarti 0 < F
r
F
rc
< 0,20.
Maka untuk air jernih;
30 . 0 1
25 . 0
) ( 84 . 1
a
h
F
a
h
rc
s
Berdasarkan criteria di atas, maka y
s
diambil yang terbesar antara kedua rumus
di atas, jadi;
50 . 0 25 . 0
)
0 . 1
35 . 3
( 15 . 0 2
0 . 1
s
h
diperoleh h
s
= 2,28 m.
030
25 . 0
3
)
0 . 1
35 . 3
( 10 7 . 8 84 . 1
0 . 1
x
h
s
diperoleh h
s
= 0,81 m.
Maka diambil harga terbesar yaitu y
s
= 2,28 m.
3. Persamaan University of Auckland (UAK);
Bila 18
50
D
a
, dimana a = lebar pilar, digunakan;
3 2 1
1 . 2 K K K
a
h
s
Bila 18
50
D
a
, maka;
53 . 0
50
3 2 1
45 . 0
D
a
K K K
a
h
s
10 . 0 / 1
50
D
a
,
= 10, berarti < 18, maka digunakan kondisi pertama.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 98
K
1
= koefisien untuk tipe pilar, untuk bentuk ujung bulat (rounded), dari table 8-7
diperoleh K
1
= 1.
K
2
= faktor koreksi = 0, K
2
= 1 (table 8-8)
K
3
= faktor koreksi akibat gradasi sedimen, diambil = 2.
Diperoleh:
53 . 0
10 . 0
0 . 1
) 0 . 1 )( 0 . 1 )( 0 . 1 ( 45 . 0
0 . 1
s
h
Maka diperoleh y
s
= 3.05 m.
4. Persamaan Froehlich (1988) untuk dasar bergerak;
Dengan menggunakan analisis regresi linear pada 83 pengukuran lapangan
terhadap gerusan pilar, Froehlichs (1988) dikembangkan untuk persamaan
berikut:
1
' '
32 . 0
08 . 0
50
20 . 0
46 . 0
1
62 . 0
1
D
a
F
a
y
a
a
K y
r s
dimana;
K
1
= koefisien untuk tipe pilar, untuk itu froehlich mengambil;
K
1
= 1,3 untuk pilar singular-nose.
K
1
= 1,0 untuk pilar round-nose.
K
1
= 0,70 untuk pilar sharp-nose.
' a = lebar pilar yang diproyeksikan tegak lurus terhadap hampiran
' a aliran, dan
' a = a cos + L sin
dimana;
L = panjang pilar
= sudut yang menuju pilar
bila = 90
o
, maka;
a = L = 8 m, diperoleh;
1
10 . 0
8
) 16 . 0 (
0 . 1
35 . 3
0 . 1
8
32 . 0
08 . 0
20 . 0
46 . 0 62 . 0
1
K y
s
Maka diperoleh y
s
= 2,99 m.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 99
Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan;
Tabel 8-9 . Hasil perhitungan gerusan pada abutment
Nomor Metoda y
s
(m) Y
s
/y
1
1. Laursen, 1980 7,20 7,20
2. Froechlich. 1987 3,50 3,50
3. Laursen, 1990, untuk
o < c
0,20 0,20
Tabel 8-10 . Hasil perhitungan gerusan pada pilar
Nomor Metoda y
s
Y
s
/y
1
1. Colorado States University 2,06 0,61
2. Jain and Fisher, 1979 2,28 0,68
3. University of Auckland 3,05 0,91
4. Froechlich, 1988 2,99 0,89
Untuk mengatasi gerusan yang terjadi pada abutment maupun pada pilar, salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang riprap, yang dalam
hal ini digunakan rock riprap.
Langkah 6 : Penentuan rock riprap pada abutment
Menurut Isbash, untuk bilangan Froude 0,80 ukuran rock riprap pada abutment
dapat digunakan rumus berikut, yaitu:
y g
V
Ss
K
y
D
2
50
) 1 (
dimana :
D
50
= diameter tengah batu (m)
V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
Ss = spesifik gravity rock riprap
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)
y = kedalaman aliran pada bukaan jembatan (m)
K = 0,89 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment)
1,02 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 100
Sedangkan untuk bilangan Froude > 0,80 dapat digunakan persamaan dari
Kilgore, 1993, yaitu:
14 . 0
2
50
) 1 ( y g
V
Ss
K
y
D
dimana :
K = 0,61 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment)
0,69 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
Pada lokasi abutment, bilangan Froude = 0,09, maka ukuran rock riprap yang
digunakan adalah:
0 , 1 . 81 , 9
286 , 0
) 1 65 , 2 (
02 , 1
0 , 1
2
50
D
m x D
3
50
10 15 , 5
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal
revetment tipe rock riprap.
Langkah 7 : Penentuan rock riprap pada pilar
Menurut Richardson et al., 1990 untuk menghitung diameter batu (dalam satuan
meter, media air tawar) menggunakan rumus berikut, yaitu:
g Ss
V K
D
2 ) 1 (
692 , 0
2
50
dimana :
D
50
= diameter tengah batu (m)
V = kecepatan pada pilar (m/dt)
Ss = spesific gravity rock riprap (biasanya 2,65)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)
K = 1,50 untuk ujung pilar bulat
1,70 untuk pilar persegi
Untuk lokasi pilar dekat tebing, kecepatan aliran (V) dikoreksi dengan koefisien
0,9. Sedangkan bila lokasi pilar berada pada tikungan saluran utama, maka
kecepatannya dikoreksi dengan koefisien 1,7.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 101
Dalam contoh soal ini, bentuk pilar mempunyai ujung bulat (K = 1,5), dan lokasi
pilar di tengah-tengah saluran utama (V dikali dengan 1,7).
81 , 9 . 2 ) 1 65 , 2 (
896 , 0 . 7 , 1 . 5 , 1 692 , 0
2
50
D
m D 11 , 0
50
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal
revetment tipe rock riprap.
Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur (abutment dan pilar)
Kestabilan struktur abutment dan pilar harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
e. Geotekstil
i. Deskripsi
Geotekstil dapat digunakan untuk mengendalikan gerusan di jalan yang berada
dekat sungai. Geotekstil biasanya digunakan bersamaan dengan jenis
pengaman gerusan jalan lainnya, seperti riprap. Geotektil berbentuk bahan yang
tersusun dengan bentuk anyaman tertentu sesuai dengan fungsinya.
ii. Perencanaan (desain) Pengaman dari Geotekstil
1. Kriteria Perencanaan
Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengaman jalan dari
geotekstil sebagai berikut :
a. Durabilitas (Ketahanan).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 102
Geotekstil yang digunakan harus mempunyai ketahanan terhadap berbagai
kondisi seperti kondisi akibat fisik, biologi, panas dan sinar ultra violet.
Khususnya ketahanan terhadap sinar ultra violet, geotekstil yang digunakan
harus diuji ketahanan terhadap sinar ultra violet selama minimal 30 hari.
b. Kekuatan dan Ketahanan terhadap gerusan
Kekuatan yang penting dari geotekstil yang digunakan untuk pengaman jalan
akibat gerusan adalah kekuatan tarik, stabilitas, kekuatan tahan terhadap
robekan, tidak mudah berlubang dan tidak mudah hancur.
Tabel 8-11. menyajikan rekomendasi kekuatan minimum yang dibutuhkan
dari geotekstil
Tipe Kekuatan Metode Tes
Keadaan Geotekstil
Kelas A Kelas B
Kekuatan tarik
Panjang tarik (%)
Tidak mudah berlubang
Tidak mudah robek
Ketahanan terhadap abrasi
Kekuatan jalinan bahan
Ketahanan terhadap kehancuran
ASTM D 4632
ASTM D 4632
ASTM D 4833
ASTM D 4533
ASTM D 3884
ASTM D 4632
ASTM D 3786
200
15
80
50
55
180
320
90
15
40
30
25
50
140
Keterangan :
Kelas A : geotekstil berada pada keadaan yang lebih buruk dari kelas B
seperti geotekstil dijatuhi beban dengan tinggi kurang dari 3 ft (0,6 m) dan
berat kurang dari 250 pounds.
Kelas B : geotekstil hanya dilapisi oleh pasir atau tidak dijatuhi beban.
c. Material Penutup.
Geotekstil biasanya ditutupi oleh material seperti batu, riprap, blok beton dan
sebagainya. Material penutup geotekstil harus dapat melindungi dari gaya
hidraulik, sinar ultraviolet dan tetap menjaga agar menyatu dengan tanah.
Material yang melindungi geotekstil harus sama permeabilitasnya dengan
geotekstl. Kalau material tidak sama permeabilitasnya, maka material yang
halus seperti pasir harus diletakkan diantara geotekstil dan material penutup.
Hal yang paling penting dalam mendesain material penutup adalah menjaga
ruang udara (void) relatif kecil (tertutup).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 103
d. Pengait (Anchorage)
Pada bagian kaki sungai, geotekstil dan material penutup diletakkan
sepanjang bantaran pada kedalaman dibawah permukaan air rata-rata untuk
meminimalisir gerusan. Rekomendasi peletakan geotekstil adalah 3 ft
dibawah permukaan air rata-rata atau di dasar sungai bila permukaan air
kurang dari 3 ft. Sedangkan untuk bantaran bagian atas, geotekstil diletakkan
sepanjang bagian atas bantaran atau 2 ft diatas tinggi air maksimum. Kalau
pergerakan air terlalu kuat, maka dianjurkan menggunakan pengait pada
bagian atas maupun bawah.
2. Kondisi Konstruksi
Dalam memasang (konstruksi) geotekstil harus diperhatikan kondisi-kondisi
sebagai berikut :
a. Persiapan lahan
Lahan atau tempat yang digunakan untuk memasang (meletakkan) geotekstil
harus bersih dari tanaman, batuan dan sebagainya.
b. Penempatan Geotekstil
Geotekstil diletakkan secara menyeluruh (tanpa digulung) langsung dengan
hati-hati di atas tanah dengan kemiringan yang rata. Geotekstil yang telah
diletakkan jangan dibiarkan terkena sinar matahari lebih dari 1 minggu dan
tidak lebih dari 1 bulan untuk geotekstil yang terlindungi serta geotekstil yang
tidak tahan terkena sinar ultra violet. Geotekstil yang diletakkan harus bebas
dari tegangan tarik, pasir dan batuan.
Kalau digunakan untuk melindungi bantaran sungai, dimana arus paralel
dengan bantaran, geotekstil diletakkan lebih panjang pada arah paralel
bantaran. Geotekstil sebaiknya diberikan pengait untuk mencegah gaya
keatas uplift atau penggerusan.
c. Penempatan (overlapping), sambungan gotekstil dan pengait.
Sambungan antara geotekstil sebaiknya menimpa sambungan lainnya
selebar 12 inchi sepanjang sambungan. Untuk penempatan dibawah air
sambungannya selebar 3 ft. Sambungan menggunakan sambungan las, lem ,
jahitan atau alat yang lain. Sambungan jahitan merupakan sambungan yang
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 104
baik untuk geotekstil. Banyaknya jahitan lebih besar dari 90% dari luas
sambungan. Pengait digunakan untuk mengamankan geotekstil dan
sambungan. Jarak antara pengait tergantung dari kemiringan. Jarak antara
pengait dapat dilihat pada tabel 8-12 berikut.
Tabel 8-12. Jarak pengait terhadap kemiringan samping
Kemiringan Jarak Pengait
(ft)
Lebih curam dari 1 V : 3 H
1 V : 3 H sampai 4 H
Lebih datar dari 1V : 4 H
2
3
5
Diameter pengait yang digunakan adalah 3/16 inch, dengan panjang 18 inch.
Pengait yang lebih panjang digunakan untuk tanah berpasir.
d. Penempatan material penutup
Penempatan material penutup untuk tanah yang miring mulai dari bawah
menuju keatas. Penempatan material tidak boleh dijatuhi karena dapat
merusak geotekstil kecuali untuk tes.
Tata cara desain lainnya tergantung pada spesifikasi geotekstil yang digunakan.
Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada petunjuk yang disertakan pada saat
pembelian geotekstil.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 105