Anda di halaman 1dari 154

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING

By : Salmani, MS, MT. Page 1



PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN TEBING TERHADAP
GERUSAN

Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan masalah perencanaan bangunan pengaman tebing
sungai jalan terhadap gerusan. Perencanaan yang akan diuraikan adalah
langkah-langkah desain dan dasar-dasar desain. Pengaman tebing yang akan
diuraikan adalah pengaman dengan jenis fleksibel (flexsible revetment) dan kaku
(rigid revetment).

Selain pengaman tebing, akan diuraikan juga bangunan pengarah aliran dan
peredam energi. Kedua bangunan ini akan melindungi tebing sungai terhadap
gerusan secara tidak langsung.

Jenis pengaman tebing lainnya yang akan diuraikan adalah jenis bangunan dari
tanaman (bioengineerinng). Pengaman ini memerlukan tumbuhan untuk
membuat bangunan pengaman. Bangunan jenis ini cocok untuk daerah yang
sulit mendapatkan bahan bangunan.

Tabel 8.1 menjelaskan jenis bangunan pengaman yang akan diuraikan proses
desain dan langkah-langkahnya.

Tabel 8-1. Klasifikasi struktur pengaman tebing jalan di sungai
Jenis Pengaman Tipe Bangunan
Revetment Fleksibel 1. Riprap
2. Bronjongan (Gabion)
Rigid (kaku) 1. Retaining Wall
2. Sheet pile
Bangunan Pengarah Aliran 1. Krib (Groin)
2. Spur
Bangunan Peredam Energi Chek Dam




BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 2

Konsep Disain

Dalam mendesain suatu dinding pengaman (revetment) harus memperhatikan
beberapa faktor. Faktor-faktor ini yang akan mempengaruhi jenis dan ukuran
(desain) dari dinding pengaman. Faktor-faktor tersebut terdiri dari :
1. Debit desain
2. Jenis aliran
3. Geometri penampang
4. Aliran di tikungan
5. Tahanan aliran (Flow resistance)
6. Jenis pengamanan (revetment)

Debit Desain

Debit aliran yang digunakan untuk desain atau analisis bangunan jalan disekitar
sungai biasanya menggunakan debit banjir ulangan dengan periode ulang 10
sampai 50 tahun. Dalam kebanyakan kasus, debit banjir ini dapat digunakan
untuk mendesain riprap dan beberapa macam dinding pengaman sungai. Tetapi
seorang perencana harus memperhatikan beberapa keadaan khusus, seperti
debit yang kecil dapat menyebabkan kerusakan hidraulik terhadap kestabilan
riprap. Oleh karena itu, seorang perencana dianjurkan untuk memperhatikan
beberapa macam debit desain agar dapat digunakan untuk kondisi riprap yang
direncanakan. Disarankan untuk menggunakan debit desain antara 5 10 tahun.
Cara perhitungan debit desain disesuaikan pada SNI M-18-1989-F.

1 Jenis Aliran

Jenis aliran untuk saluran terbuka dapat diklasifikan menjadi tiga, yaitu :
1. Seragam (uniform), berubah lambat laun atau berubah tiba-tiba.
2. Tunak (steady) atau tak tunak (unsteady).
3. Subkritis atau superkritis.

Jenis aliran yang digunakan dalam konsep desain ini diasumsikan seragam,
tunak (steady) dan subkritis. Jenis aliran ini juga dapat digunakan untuk aliran
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 3

berubah lambat laun. Sedangkan untuk penggunaan jenis aliran berubah tiba-
tiba, tak tunak atau super kritis akan dijelaskan selanjutnya.

Kondisi aliran berubah tiba-tiba dan tak tunak biasanya terjadi pada aliran yang
membesar, berkontraksi dan balik. Kondisi ini terjadi biasanya pada daerah
sungai yang dilintasi jembatan. Aliran superkirits atau mendekati superkritis
biasanya terjadi pada penyempitan jembatan dan saluran dengan kelandaian
yang curam.

Penelitian telah dilakukan bahwa aliran superkritis jarang terjadi di saluran alam
(sungai). Tetapi, aliran yang terjadi pada saluran curam dan penyempitan saluran
biasa aliran transisi yang terjadi diantara subkritis dan superkritis. Eksperimen
yang telah dilakukan oleh U.S. Army Corps of Engineer menunjukkan bahwa
aliran transisi terjadi pada bilangan Froude antara 0,89 dan 1,13. Ketika aliran
terjadi diantara bilangan tersebut, maka terjadi kondisi tidak stabil pada gaya
inersia dan gaya gravitasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya gelombang yang
tidak normal, lompatan hidraulik (hydraulic jump), perubahan lokal kemiringan
muka air, dan turbulensi.

Aliran tidak seragam, tak tunak dan mendekati superkritis menyebabkan
tegangan pada batas saluran yang berbeda pada aliran seragam, tunak dan
subkritis.

2 Geometri Penampang

Geometri penampang saluran yang diperlukan seperti kedalaman aliran, lebar
basah, jari-jari hidraulik dan sebagainya dalam mendesain pengaman sungai
digunakan untuk pemasangan pengaman sungai. Geometri penampang saluran
selalu berubah untuk jangka waktu panjang, sehingga pemeriksaan perubahan
penampang diperlukan. Pemeriksaan perubahaan penampang sangat subjektif,
tetapi tujuan dari pemeriksaan adalah untuk mendapatkan kondisi penampang
yang terburuk untuk desain sehingga pengaman sungai dapat dibuat stabil.
Informasi yang digunakan dalam memeriksa saluran adalah informasi keadaan
geometri saluran yang dahulu, sekarang dan photo udara saluran. Dan perlu
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 4

diperhatikan, kestabilan saluran hanya pada bagian tertentu saluran.
Pembahasan hal ini telah diberikan pada bagian-bagian sebelumnya.

Masalah pertama yang akan timbul dalam pemeriksaan geometri penampang
adalah menentukan profil dasar saluran yang ada. Masalah ini dapat diatasi
dengan mensurvei dasar bagian saluran yang akan dipasang pengaman sungai.
Pengaman sungai didesain bukan untuk hanya saat ini, tetapi hingga masa
depan, sehingga diperlukkan perkiraan profil saluran yang akan terjadi pada
masa depan. Berdasarkan pengamatan atas data tahunan, parameter geometri
penampang saluran dapat berubah rata-rata bertambah 52 persen dan
berkurang 40 persen untuk jangka waktu yang panjang. Dianjurkan bagi
perencana, untuk merubah penampang saluran sampai 50 persen dari rata-rata
penampang saluran. Dan diperlukan lebih dari satu penampang geometri saluran
untuk mendesain pengaman sungai. Bila data tentang penampang saluran tidak
tersedia, maka data penampang saluran yang terdahulu dapat digunakan
dengan mengadakan perubahan seperti diatas atau menggunakan data
penampang yang terdekat.

Pertimbangan terakhir dari penentuan geometri penampang saluran adalah
kestabilan tepi/pinggir sungai. Berdasarkan pengamatan, kestabilan tepi/pinggir
sungai dapat mencapai kedalaman 1,7 dari kedalaman rata-rata. Gambar 8-1
menunjukkan contoh perubahan penampang geometri saluran.

i. Aliran Di Tikungan

Kondisi aliran di tikungan adalah sangat kompleks, karena dipengaruhi adanya
distorsi bentuk aliran. Aliran di tikungan saluran dipengaruhi oleh gaya
sentrifugal, aliran tidak seragam dan aliran tidak simetris.

Dua aspek penting pada aliran di tikungan saluran yang mempengaruhi desain
pengaman sungai. Pertama, peningkatan kecepatan dan tegangan geser yang
diakibatkan aliran tidak seragam di tikungan saluran. Hubungan antara
peningkatan kecepatan dan tegangan geser untuk desain riprap akan dijelaskan
pada butir 8.3.1.1.8, Kedua, superelevasi aliran di tikungan saluran yang akan
dibangun pengaman sungai. Meskipun nilai superelevasi aliran sangat kecil
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 5

dibadingkan kedalaman saluran, namun penting untuk menentukan besarnya
freeboard. Besarnya superelevasi dapat menggunakan persamaan 5.5.

ii. Hambatan Aliran

Salah satu komponen penting dalam analisis hidraulik dari pengaman saluran,
seperti riprap adalah koefisien kekasaran Manning. Kekasaran suatu saluran
dapat ditentukan dari keadaan fisik saluran. Keadaan fisik tersebut seperti dasar
saluran, ketidakteraturan saluran, geometri saluran, vegetasi yang tumbuh di
saluran dan sebagainya.
Untuk menentukan koefisien kekasaran Manning n pada saluran alam dalam
mendesain pengaman saluran dapat melihat pada bab 5.2.4.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 6





BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 7


iii. Perlindungan Tepi Sungai

Perlindungan tepi diperlukan untuk melindungi bagian tepi/pinggir sungai.
Perlindungai ini terdiri dari dua, yaitu memanjang (longitudinal) dan vertikal.

1. Perlindungan memanjang (Horizontal)

Perlindungan memanjang diperlukan untuk melindungi tepi/pinggir sungai yang
mengalami erosi sepanjang tepi saluran tersebut. Sacara umum, pengaman yang
diperlukan lebih panjang daripada panjang erosi yang dialami tepi/pinggir sungai.
Namun perlu diperhatikan panjang pengaman, sehingga pengamanan untuk
bagian upstream tidak terlalu panjang dan untuk bagian downstream tidak terlalu
pendek.

Salah satu kriteria untuk menentukan batas ukuran memanjang dari pengaman
yang diperlukan diilustrasikan pada gambar 8-2. Dari ilustrasi itu, dapat
ditentukan bahwa panjang minimum yang diperlukan adalah 1 kali lebar sungai
pada downstream dan 1,5 kali lebar saluran pada upstream. Kriteria ini
berdasarkan analisis aliran di saluran yang simetrik sedangkan untuk di lapangan
kondisi ini sangat jarang ditemui. Untuk keperluan lapangan, kriteria diatas
merupakan dasar untuk menentukan perlindungan.

Penyelidikan lapangan sangat diperlukan untuk mengetahui panjang
perlindungan yang digunakan. Perlindungan untuk saluran yang lurus berbeda
dengan yang berbelok. Untuk perlindungan saluran yang lurus dianjurkan untuk
menambah perlindungan minimal satu kali lebar saluran setelah tempat
terjadinya erosi. Sedangkan untuk saluran yang berbelok, panjang perlindungan
yang dibutuhkan adalah minimal satu kali lebar saluran pada upstream. Untuk
downstream, tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat tempat terjadinya
erosi. Faktor lain yang menentukan adalah proses erosi yang terjadi.

Pengaman tepi/pinggir saluran juga dipengaruhi oleh bangunan yang ada di
sekitar saluran, seperti jembatan. Kalau pilar jembatan berada dekat tepi/pinggir
saluran, maka pilar tersebut dapat sebagai titik kontrol untuk kestabilan tepi
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 8

saluran. Lokasi pilar jembatan biasanya menentukan batas gerakan aliran. Kalau
tidak ada aliran yang berkontraksi (menyempit) atau membesar, maka pengaman
tidak perlu dibuat. Tetapi bila sebaliknya, maka pengamanan perlu dibuat dengan
panjang empat kali lebar sungai ke arah downstream.

Gambar 8-2. Luas longitudinal dari perlindungan revetment
















H
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 9




2. Perlindungan Vertikal

Selain perlindungan horizontal, diperlukan perlindungan pada arah vertikal.
Perlindungan vertikal memerlukan desain ketinggian dan pondasi perlindungan.
1. Desain Ketinggian Perlindungan
Desain ketinggian perlindungan dari riprap merupakan ketinggian air saluran
ditambah freeboard. Freeboard merupakan ketinggian yang digunakan untuk
meliputi kejadian yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti gelombang
yang dihasilkan angin maupun kapal yang lewat di sungai, superelevasi di
tikungan saluran, lompatan hidraulik dan aliran tak tentu akibat pilar jembatan
dan sambungan saluran. Selain itu juga, kejadian yang tidak dapat
diperhitungkan seperti pengendapan pasir, tanaman yang tumbuh di saluran
dan gelombang yang naik ke tepi saluran.

Perkiraan ketinggian gelombang yang diakibatkan oleh angin dan kapal yang
lewat di sungai tidak seperti memperkirakan gelombang dari sumber
bangkitan gelombang pada umumnya. Definisi tinggi gelombang dapat dilihat
pada gambar 8-3. Tinggi gelombang dikarenakan kapal yang lewat di saluran
dapat diperkirakan dari pengamatan. Sedangkan untuk tinggi gelombang
yang diakibatkan dari angin merupakan fungsi dari panjang fetch, kecepatan
angin, durasi angin dan kedalaman air.
Selain tinggi gelombang, perlu diperkiraan juga besarnya gelombang yang
naik ke tepi saluran sebagai hasil gelombang yang membentur saluran.
Gelombang yang naik ke tepi saluran merupakan fungsi dari desain
ketinggian gelombang, periode gelombang, kemiringan tepi saluran dan
karakteristik permukaan tepi saluran. Untuk gelombang yang tingginya
kurang dari 0,61 m dapat dihitung dengan grafik 8 pada gambar 8.23 dengan
faktor koreksi pada tabel 8-1.

Dari uraian diatas, diketahui banyak faktor yang mempengaruhi penentuan
tinggi freeboard (jagaan). Sebagai nilai minimum, disarankan untuk
menggunakan nilai freeboard sebesar 0,30 sampai 0,61 m untuk jangkauan
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 10

yang pendek dan 0,61 sampai 0,91 m untuk jangkauan yang panjang (kriteria
jangkauan diusulkan ole Federal Emergency Management Agency, USA).
Disarankan juga dalam penentuan tinggi jagaan untuk menyelidiki kondisi
gelombang dan aliran pada musim tertentu, melihat catatan tinggi gelombang
yang ada dan mewawancarai orang yang mengetahui kondisi masa lalu
ketika membuat pengaman.

2. Kedalaman Pondasi Pengaman
Penggerusan tanah ke bawah dari pengaman merupakan salah satu
mekanisme utama yang menentukan kegagalan pengamanan. Dalam
mendesain pengaman tepi/pinggir saluran, memperkirakan kedalaman
penggerusan sangat penting sehingga pengaman dapat diletakkan pada
lapisan tanah yang tepat untuk mencegah terjadinya penggerusan ke bawah
(undermining). Kedalaman maksimal penggerusan harus memperhatikan
terjadinya degradasi saluran seperti proses penggerusan alami dan pengisian
tanah.

Kedalaman maksimum penggerusan berkenaan dengan penggerusan alami
dan pengisian tanah pada saluran lurus maupun menikung dapat dilihat pada
persamaan di bawah ini :

h
s
= 3.66 m untuk D
50
< 0.0015 m (8.1)
h
s
= 1.14 D
50

0.11
untuk D
50
> 0.0015m (8.2)

dimana :
h
s
= kemungkinan kedalaman maksimum penggerusan (m)
D
50
= diameter rata-rata batuan dasar saluran (m)








BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 11



b. Bangunan Pengaman Tebing (Revetment)

3 Jenis Fleksibel (Flexible Revetment)

Dalam bagian ini hanya dibahas beberapa jenis bangunan pengaman tebing
fleksibel, yaitu riprap, gabion dan bioengineering.

1. Riprap

a. Deskripsi

Riprap adalah bangunan pengaman yang melindungi tebing dari gerusan dengan
menggunakan lapisan batuan. Kemiringan riprap hampir sama dengan
kemiringan tebing saluran (sungai)


b. Dasar-Dasar Desain

Dasar-dasar desain untuk membuat riprap terdiri dari
- Ukuran batuan
- Gradasi batuan
- Ketebalan lapisan riprap
- Desain filter
- Penanganan tepi riprap (ujung riprap)
- Stabilitas

c. Ukuran Batuan

Stabilitas riprap merupakan fungsi dari ukuran batuan yang digunakan, yaitu
diameter dan berat batuan. Salah satu kegagalan riprap atau keruntuhan riprap
adalah erosi partikel. Erosi partikel adalah fenomena hidraulik yang dihasilkan
ketika gaya seret yang terjadi akibat aliran air yang melebihi gaya tahan batuan
riprap.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 12

5 . 0
2
2
sin
sin
1 1 K
Dua metode atau pendekatan yang digunakan dalam membahas ketahanan
batuan terhadap erosi adalah :
1. Kecepatan ijin
Saluran akan stabil bila kecepatan yang dihitung lebih kecil dari kecepatan
ijin.
2. Gaya seret ijin
Gaya seret ijin berfokus pada tegangan yang terjadi pada lapisan antara
aliran air dan material yang membentuk batas saluran.
Gaya seret ijin merupakan pendekatan yang sering dipakai karena secara ilmiah
dapat dibuktikan.

d. Hubungan Dengan Desain

Desain riprap berdasarkan gaya seret ijin yang diwakili dengan kecepatan aliran.
Aliran yang diasumsikan berubah lambat laun. Hubungannya dapat dilihat pada
persamaan sebagai berikut :

D
50
= 0.00594 v
a
3
/(d
avg
0.5
K
1
1.5
) (8.3)

Dimana
D
50
= ukuran tengah batuan riprap
C = faktor koreksi
v
a
= kecepatan rata-rata di saluran utama
d
avg
= kedalaman rata-rata di saluran utama

(8.4)
Dimana :
: sudut bantaran dengan bidang horizontal
: sudut batuan riprap
Kecepatan dan kedalaman rata-rata dapat dilihat pada gambar 8-4.
Persamaan (8.3) diatas diasumsikan bahwa spesific gravity batuan adalah 2,65
dan faktor kestabilan adalah 1,2.
Untuk faktor koreksi C dapat dilihat sebagai berikut :

C = C
sg
x C
sf
(8.5)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 13

C
sg
= 2,12/(SG 1)
1.5
(8.6)

dimana :
SG = spesifik gravitasi batuan riprap
C
sf
= (FS/1,2)
1.5

FS = faktor stabilitas (lihat tabel 8-2)

Faktor stabilitas merupakan perbandingan antara tegangan geser kritis batuan
riprap dengan gaya seret rata-rata yang dihasilkan oleh aliran air di lapangan.
Faktor stabilitas merupakan pencerminan dari tingkat ketidakpastian pada kondisi
hidraulik. Persamaan (8.3), aliran diasumsikan berubah lambat laut. Sedangkan
kedaan di lapangan sangat berbeda atau banyak ketidakpastian. Faktor stabilitas
digunakan untuk memperbesar ukuran batuan agar lebih aman digunakan. Tabel
di bawah ini menjelaskan pemilihan faktor stabilitas yang tergantung dari kondisi
aliran yag terjadi :

Tabel 8-2. Faktor stabilitas untuk berbagai kondisi saluran
KONDISI FAKTOR
STABILITAS
Aliran seragam; saluran relatif lurus atau berbelok dengan jari-
jari/lebar saluran yang berbelok > 30 m; benturan akibat
gelombang hampir tidak ada; sedikit parameter ketidakpastian
1.0 1.2
Aliran berubah lambat laun; berbelok dengan jari-jari
10<R<30; benturan akibat gelombang mulai diperhitungkan
1.3 1.6
Aliran mendekati berubah tiba-tiba; belokan yang tajam ( R<10
m); benturan akibat gelombang yang kuat; tinggi gelombang
akibat angin atau kapal sebesar 0.30 sampai 0.61 m; adanya
turbulensi aliran; terjadi turbulensi di pilar jembatan; banyak
parameter ketidakpastian
1.6 2.0









BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 14



e. Erosi Gelombang

Gelombang yang diakibatkan oleh angin maupun kapal yang lewat di sungai
dapat menyebabkan erosi pada tebing saluran. Persamaan gelombang yang
digunakan untuk hubungan antara ukuran riprap dengan tinggi gelombang
adalah (persamaan Hudson) :

cot 1 20 . 2
3
3
50
SG
H
W
s
(8.7)

dimana:
W
50
= berat batuan rata-rata batuan riprap (N)
s
= berat jenis batuan (N/m
3
)
SG = spesific gravity batuan riprap

f. Gradasi Batuan

Gradasi batuan riprap mempengaruhi ketahanan riprap terhadap penggerusan..
Batuan harus mempunyai gradasi yang baik dengan ketebalan riprap. Spesifikasi
batuan riprap harus berada pada batas kedua kurva gradasi. Gradasi batuan
sebaiknya dapat diatur sehingga tidak membuat biaya yang mahal.. Tabel 8-3
merupakan salah satu panduan untuk menentukan batas gradasi. Sedangkan
tabel 8-4 menyajikan enam contoh kelas gradasi.

Tabel 8-3. Gradasi batuan
Ukuran Batuan
(m)
Berat Batuan
(kg)
Persentasi Gradasi
Lebih kecil dari
1.5 D
50
sampai 1.7 D
50
3.0 W
50
sampai 5.0 W
50
100
1.2 D
50
sampai 1.4 D
50
2.0 W
50
sampai 2.75 W
50
85
1.0 D
50
sampai 1.4 D
50
1.0 W
50
sampai 1.5 W
50
50
0.4 D
50
sampai 0.6 D
50
0.1 W
50
sampai 0.2 W
50
15



BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 15



Tabel 8-4. Contoh gradasi untuk beberapa kelas riprap
Kelas RipRap Ukuran Batuan
(m)
Berat Batuan
(kg)
Persentase riprap
Lebih kecil dari
Facing 0.40
0.29
0.12
91
34
2.3
100
50
10
Light 0.55
0.40
0.12
227
91
2.3
100
50
10
0.23 metric ton 0.68
0.55
0.29
454
227
34
100
50
10
0.45 metric ton 0.87
0.68
0.55
907
454
227
100
50
5
0.91 metric ton 1.10
0.87
0.68
1814
907
454
100
50
5
1.81 metric ton 1.37
1.10
0.87
3629
1814
907
100
50
5

Bila spesifikasi batuan di lapangan lebih kecil dari ukuran batuan pada tabel 8-3,
maka ukuran pada tabel 8-3 dapat dikurangi seperti pada tabel 8-4. Sebagian
besar keadaan, gradasi seragam yang berada pada D
50
dan D
100
akan
mengghasil D
85
.

Berat batuan riprap sebaiknya mempunyai gradasi yang baik dari yang paling
kecil sampai paling besar. Batu yang paling kecil dengan ukuran 5 atau 10
persen sebaiknya tidak melebihi 20 persen dari berat.

Gradasi riprap yang digunakan di lapangan diawasi dengan visual. Untuk
membantu pengawas, dua atau lebih contoh batuan riprap untuk gradasi
disiapkan melalui penyusunan, berat dan campuran. Setiap sampel beratnya 4,5
kg sampai 9,0 kg. Satu sampel ditempatkan di lapangan dan satunya di
penambangan.

g. Ketebalan Lapisan

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 16

Filter adalah lapisan antara tanah dasar dengan riprap yang terdiri dari kerikil,
batuan kecil atau lapisan buatan (seperti geotextile). Filter mencegah
perpindahan partikel pasir dari tanah dasar ke riprap melalui ruang udara (void),
menyebarkan beban riprap agar terjadi penurunan tanah yang merata dan dapat
melepaskan tekanan hidrostatis yang berada dalam tanah. Untuk daerah diatas
permukaan air, filter dapat mencegah erosi. Filter seharusnya ditempatkan di
tanah yang nonkohesif untuk membuat drainase bawah permukaan.
Yang harus diperhatikan dalam desain dari filter yang terbuat dari kerikil dan
lapisan buatan (geotextile) adalah kestabilan tebing yang digunakan untuk riprap.
Kalau lubang filter terlalu besar, maka akan terjadi aliran piping yang berlebihan
melalui filter sehingga dapat menyebabkan erosi dan keruntuhan tanah di bawah
filter. Jika lubang filter terlalu kecil, maka akan terjadi tekanan hidrostatik di
bawah filter yang dapat menyebabkan bidang runtuh sepanjang filter.


h. Filter Kerikil

Untuk riprap batuan, perbandingan antara filter ketebalan riprap sebesar 5
persen atau kurang dapat menghasilkan keadaan yang stabil. Rasio
perbandingan filter adalah perbandingan antara 15 persen ukuran batuan kasar
(riprap) (D
15
) dengan 85 persen ukuran pasir halus (D
85
). Persyaratan tambahan
untuk stabilitas adalah perbandingan 15 persen ukuran batuan kasar dengan 15
persen ukuran pasir halus sebaiknya melebihi 5 tetapi kurang dari 40.
Persyaratan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :

40
) (
) (
5
) (
) (
85
15
85
15
FinerLayer D
er CoarserLay D
FinerLayer D
er CoarserLay D
(8.8)

Pertidaksamaan sebelah kiri bertujuan untuk mencegah piping melalui filter,
bagian tengah agar permeabilitas dapat tercapai untuk struktur tanah dasar dan
bagian kanan untuk kriteria keseragaman.

Kalau satu lapisan tidak mencukupi, satu atau lebih lapisan diperlukan lagi.
Bahan filter ditempat di lapisan antara tanah dasar dan lapisan filter (blanket),
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 17

diantara lapisan-lapisan filter kalau lebih dari satu lapisan filter dan diantara
lapisan filter dengan batuan riprap.
Ketebalan dari lapisan filter sebaiknya diantara 150 mm sampai 380 mm untuk
lapisan tunggal atau dari 100 mm sampai 200 mm untuk satu lapisan dengan
banyak lapisan filter (blanket). Ketika kurva gradasi filter yang digunakan
mendekati paralel, maka ketebalannya harus minimum. Ketebalan dari satu
lapisan filter sebaiknya ditingkatkan sampai batas mininum ketika kurva gradasi
material filter menjauhi dari kurva paralel.

i. Filter buatan (Fabric Layer)

Selain kerikil yang digunakan sebagai filter, ada juga filter buatan yang terdiri dari
buatan pabrik seperti geotekstil. Disini akan dibahas keuntungan dan kerugian
menggunakan filter buatan (filter sudah jadi).
Keuntungan menggunakan filter buatan (jadi) :
1. Pemasangan yang cepat dan hemat tenaga kerja
2. Filter buatan lebih ekonomis dibandingkan filter kerikil
3. Filter buatan mempunyai konsistensi dan bahan yang berkualitas baik
4. Filter buatan mempunyai kekuatan yang merata.

Kerugian menggunakan filter buatan (jadi) :
1. Pemasangan filter buatan agak sulit di bawah permukaan air.
2. Pemasangan filter buatan harus hati-hati agar tidak terkena sinar
ultraviolet
3. Ketahanan filter buatan di bawah tanah belum teruji sepanjang waktu
proyek rekayasa.
4. Aktivitas bakteri didalam tanah atau diatas filter dapat mempengaruhi
sistem hidraulik dari filter buatan
5. Bukti eksperimen menunjukkan bahwa ketika tebing terkena gelombang,
tanah nonkohesif akan berpindah ke bawah menuju saluran (sungai)
dibawah filter sedangkan pada filter kerikil tidak terjadi.
6. Filter buatan dapat memberikan keruntuhan transional ketika digunakan
pada riprap yang dipasang pada tebing yang curam.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 18

Fungsi dari filter buatan adalah membuat drainase dan filtrasi dari air. Dengan
kata lain, filter buatan harus membuat air dapat melalui tanah. Kedua fungsi
tersebut harus terjadi selama riprap dipasang. Meskipun filter buatan mudah
menggunakannya, tetap diperlukan desain. Untuk lebih jelasnya, biasanya
pembuat filter buatan memberikan petunjuk (manual) agar dapat menggunakan
filter dengan baik.

j. Penanganan ujung

Ujung-ujung riprap seperti kaki dan kepala memerlukan penanganan khusus,
yaitu sayap, kaki dan kepala.

Sayap
Sayap dari dinding pengaman sebaiknya didesain dengan mengikuti gambar 8-5

Kaki
Penggerusan ke bawah adalah salah satu mekanisme penyebab keruntuhan
dinding. Kaki riprap sebaiknya didesain seperti pada gambar 8-6. Bahan
(material) pengaman kaki harus diletakkan di pangkal kaki sepanjang riprap (lihat
gambar 8-6). Kalau pangkal kaki tidak dapat digali, lapisan riprap (blanket rirap)
harus dibatasi tebalnya, batuan kecil diletakkan di dasar saluran (lihat alternatif
desain pada gambar 8-6). Perhatikan pada saat pemasangan material pada kaki
sehingga material tidak mound dan membentuk flow dike, flow dike sepanjang
kaki dapat menyebabkan konsentrasi aliran sepanjang saluran yang dapat
menyebabkan tegangan sepanjang dinding pengaman sehingga terjadi
keruntuhan. Dan harus diperhatikan bahwa pemasangan batuan pada kaki tidak
mempengaruhi desain saluran.

Penentuan ukuran batuan untuk kaki dipengaruhi oleh kedalaman penggerusan
yang akan terjadi atau diprediksikan akan terjadi. Ketika penggerusan terjadi,
maka batuan pada kaki akan jatuh ke dalam lubang hasil penggerusan. Kalau
hal ini terjadi, maka kemiringan riprap akan mendekati 1V : 2H. Volume batuan
yang digunakan harus mempunyai satu atau dua kali volume batuan yang
digunakan untuk menutupi penggerusan setebal riprap.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 19










BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 20







BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 21





k. Stabilitas Riprap

Stabilitas riprap tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut :
a. besar dan arah kecepatan aliran di sekitar riprap.
b. sudut kemiringan tebing.
c. karakteristik batuan termasuk geometri, sudut dan kepadatan
Hubungan antara faktor-faktor diatas dapat dinyatakan dalam persamaan
matematik sebagai berikut :

e
2
Wscos = e
1
Ws sin cos + e
3
Fd cos + e
4
F
1
(8.9)

untuk lebih jelas lihat gambar 8-7.


















BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 22

Faktor stabilitas terhadap rotasi didefinisikan sebagai perbandingan antara
momen tahanan partikel yang berotasi terhadap berat yang tenggelam dan
momen gaya air yang menyebabkan rotasi partikel dari posisi semula. Secara
umum dapat dinyatakan pada persamaan matematik :
l d s
s
F e F e W e
W e
FS
4 3 1
2
cos cos sin
cos
(8.10)

Selain itu faktor kestabilan dapat didefinisikan sebagai :

cos sin tan
tan cos
'
SF (8.11)
dimana
sin
tan
sin 2
cos
tan
1
(8.12)
s s
o
D S
l
1
2
(8.13)
2
) sin( 1
'
(8.14)

dimana: Ds adalah ukuran batuan, SG adalah spesific gravity, sudut antara
kecepatan lapangan dengan bidang horizontal yang menghasilkan gaya seret
o

berada pada tebing dengan sudut .

l. Penyederhanaan desain untuk riprap

Ketika kecepatan sepanjang tebing tidak mempunyai komponen arah ke bawah
(seperti kecepatan sepanjang tebing arah horizontal), maka penyederhanaan
desain dapat dilakukan.
Untuk aliran horizontal sepanjang tebing, persamaan yang berhubungan dengan
faktor stabilitas, angka stabilitas, sudut kemiringan tebing dan sudut batuan
didapat dari persamaan 8.12 dan 8.14 dengan = 0, maka
sin 2
tan
tan
1
(8.15)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 23

2
sin 1
'
(8.16)
Persamaan 8.15 dan 8.16 dimasukan ke persamaan 8.11, didapat :
4
2
2 m
S
SF (8.17)
dimana :
sec
m
S (8.18)
tan
tan
m
S (8.19)
cos
.
2 2
m
m
S SF
SF S
(8.20)

m. Prosedur Desain

Prosedur perencanaan rock riprap terdiri dari tiga bagian utama: analisis data
awal (preliminary data analysis), ukuran batuan (rock sizing), dan detail desain
revetment (revetment detail design). Flow chart yang menjelaskan prosedur
desain diperlihatkan pada gambar 8-8.

















BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 24




































MULAI
Pengumpulan
Data
Penentuan Debit
Rencana
Perubahan
penampang
melintang rencana
Hitung
kekasaran luas
Aliran
seragam
?
Evaluasi
kedalaman aliran
seragam
Elevasi muka air
tetap (backwater)
Hitung parameter
hidraulik lain
Koreksi sudut
tebing
Penentuan
ukuran
riprap
Masukkan keliling
basah yang
melapisi ?
Ukuran hitung
sama dengan
asumsi ?
A
ANALI SI S DATA
AWAL
PENENTUAN
UKURAN BATU
N
Y N
Y
Y
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 25





























Gambar 8-8. Flow Chart Prosedur Perencanaan riprap






A
Erosi
gelombang ?
Penentuan
tinggi
gelombang
Hitung ukuran
batu yang stabil
Pemilihan
ukuran
batu
Gradasi
riprap
Ketebalan selimut
Panjang pengaman
Desain
filter
Desain detail
ujung/tepi
SELESAI
Y
N
DETAIL
DESAIN
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 26




1) Analisis data awal (Preliminary Data Analysis)

Langkah 1. Kumpulkan data lapangan yang diperlukan yang meliputi (survey
penampang melintang saluran, data tanah, foto udara (aerial photographs), studi
kasus, dll).

Langkah 2. Tentukan debit rencana. (lihat subbab 8.2.1)

Langkah 3. Tentukan perkiraan perubahan (development) penampang
melintang rencana (lihat subbab 8.2.1).

2) Menentukan Ukuran batuan (Rock Sizing)
Prosedur ini untuk menentukan ukuran batuan yang digunakan dalam desain
agar keruntuhan riprap akibat erosi partikel dapat dicegah.

Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana.
A. Untuk menentukan elevasi muka air rencana, besarnya nilai kekasaran "n"
Manning's dapat diperkirakan dengan memakai prosedur pada subbab 8.2.5.
Jika riprap direncanakan untuk melapis seluruh keliling basah, ukuran riprap
diperlukan untuk menentukan koefisien kekasaran "n". (lihat formulir 4 pada
gambar 8.14).
B. Jika penampang berbentuk trapezium, dan aliran dapat dianggap seragam,
gunakan desain chart seperti dalam referensi 3.
C. Jika penampang irregular atau aliran tidak seragam, elevasi muka air
ditentukan dengan menggunakan analisis backwater curve atau
menggunakan program komputer seperti DUFLOW, HEC-2, dan lain-lain.
D. Analisis backwater harus didasarkan pada conveyance weighting aliran pada
saluran utama, bantaran kiri dan kanan.

Langkah 5. Tentukan kedalaman dan kecepatan rata-rata rencana.
A. Kedalaman rata-rata dan kecepatan pada umumnya digunakan sebagai
parameter desain.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 27

B. Jika riprap didesain untuk pengaman tebing saluran, abutment, atau pilar
dilokasi bantaran banjir, kecepatan dan kedalaman rata-rata di bantaran
banjir yang digunakan.

Langkah 6. Hitung faktor koreksi sudut tebing K1. Faktor koreksi sudut tebing
adalah
Dimana:
: sudut bantaran dengan bidang horizontal
: sudut batuan riprap
Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 4 pada gambar
8.19

Langkah 7. Tentukan ukuran riprap yang diperlukan untuk menahan erosi
partikel.
A. Tentukan ukuran rata-rata batuan riprap dengan persamaan

5 . 1
1
5 . 0
avg
3
a
50
K d
V 00594 . 0
D

Dimana: D
50
= ukuran rata-rata batuan riprap (m)
Va = kecepatan rata-rata di tengah saluran (m/s)
d
avg
= kedalaman rata-rata aliran di tengah saluran
Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 1 pada
gambar 8.16.
B. Pada dugaan awal, faktor koreksi saluran digunakan. Tentukan faktor koreksi
spesifik graviti rock riprap dan faktor stabilitas dengan persamaan
C = Csg x Csf
Dimana:
C
sg
= 2,12/(SG 1)
1.5

SG = spesifik gravitasi batuan riprap
C
sf
= (FS/1.2)
1.5

FS = faktor stabilitas (lihat tabel 8-2)
5 . 0
2
2
sin
sin
1 1 K
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 28


C. Jika riprap direncanakan untuk pilar atau abutment diterapkan koreksi
pier/abutment (CP/A) atau 3,38.
D. Hitung ukuran rock riprap yang telah dikoreksi :
D'50 = C(CP/A)D50

Langkah 8. Jika D50 digunakan dalam penentuan Manning's 'n' untuk
perhitungan backwater, kembali kelangkah 4 dan ulangi langkah 4 sampai 7.

Langkah 9. Jika gelombang permukaan turut diperhitungkan, maka lihat
formulir 2 pada gambar 8.12.
A. Tentukan tinggi gelombang signifikan (grafik 6 pada gambar 8.21).
B. Gunakan persamaan
cot 1 20 . 2
3
3
50
SG
H
W
s
dimana
s
adalah berat jenis
batuan (N/m
3
); H adalah tinggi gelombang; SG (spesific gravity) = 2.65.
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan grafik 7 pada gambar 8.22
untuk menentukan ukuran batuan yang diperlukan untuk menahan aksi
gelombang.

Langkah 10. Pilih ukuran D
50
riprap akhir, tentukan gradasi material (lihat
Formulir 3 pada gambar 8.13),
dan tentukan ketebalan lapisan riprap. Untuk menentukan gradasi material dapat
dilihat pada tabel 8-2. Contoh klasifikasi gradasi riprap berdasarkan AASHTO
dapat dilihat table 8-3. Spesific gravity diasumsi 2.65.
Formulir dapat dijadikan sebagai alat untuk menentukan batas gradasi untuk
menentukan tebal lapisan riprap melalui kriteria sebagai berikut :
1. Tebal lapisan riprap tidak boleh kurang dari diameter lingkaran batuan
D
100
(W
100
) atau lebih kecil dari 1.5 kali diameter lingkaran batuan
D
50
(W
50
).
2. Tebal lapisan tidak boleh kurang dari 300 mm untuk penempatan praktis.
3. Tebal lapisan yang diperoleh dari no (1) dan (2) harus ditambah 50
persen untuk riprap yang ditempatkan di bawah air.
4. Tambahan tebal lapisan antara 150 300 mm, bisa dengan menambah
ukuran batuan, untuk melindungi lapisan dari gelombang akibat angin
atau kapal yang lewat.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 29




3) Detail Dinding Panahan (Revetment Details)

Langkah 11. Tentukan panjang pengamanan yang diperlukan (lihat bab 8.1)

Langkah 12. Tentukan tinggi pengaman yang sesuai (lihat bab 8.1)

Langkah 13. Desain lapisan filter mengikuti persyaratan dengan persamaan
sebagai berikut :
40 5
15
15
85
15
layer Finer D
layer coarser D
layer Finer D
layer coarser D

Tentukan ukuran material filter yang sesuai, dan gradasinya. Tentukan ketebalan
lapisan.

Langkah 14. Desain rincian daerah sudut (flanks and toe). Desain daerah
tersebut dapat dilihat subbab 8.3.1.1.14 tentang konsep desain.

Langkah 15 Hitung kestabilan riprap dengan menggunakan persamaan
matematis yang ada bagian langkah desain kestabilan riprap.

n. Spesifikasi Material

1) Deskripsi
Dalam pemasangan material ini, perlu diperhatikan dengan baik seperti
pemasangan riprap di dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang telah
diarahkan oleh engineer. Tipe-tipe riprap adalah :
a. Rock riprap
Terdiri dari batu kali dengan filter blanket atau slope dengan rongga minimum
serta batuan bergradasi baik.
b. Rubble
Terdiri dari material sisa konstruksi, termasuk didalamnya broken concrete,
rock spoils, dan steel furnace slag.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 30


2) Material
Syarat-syarat materialnya adalah:
a. Rock riprap
Batuan yang digunakan haruslah keras, tahan lama, dalam bentuk
angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami tekanan
yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan memenuhi
gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari batuan
harus kurang dari 1/3 dari panjangnya. Batuan bulat (rounded
stone) atau boulder tidak diperbolehkan kecuali telah diizinkan
sebelumnya. Shale dan batuan dengan lapisan berserpih juga
tidak dizinkan. Berat minimum haruslah 2,482 kg/m
3
yaitu 1,000
kg/m
3
dikalikan berat jenis (bulk-saturated-surface-dry basis,
AASHTO Test T 85).

Asal batuan juga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan
batuan. Kelayakan batuan akan dipertimbangkan dengan tes uji
kelayakan. Jika tes dibutuhkan, contoh batuan yang sesuai
haruslah sudah ada minimum 25 hari sebelum pemasangan riprap
dimulai.
Apabila tidak ada tes uji tersebut, ketahanan bebatuan tersebut
akan diperiksa dengan beberapa tes seperti dibawah ini :
Tes abrasi. Jika menggunakan AASHTO Test T 96, maka
batuan tidak boleh mengalami kehilangan sebesar 40%
setelah 500 kali putaran.
Pada lokasi dimana batuan yang terkena air garam, perlu
dilakukan sulfate soundness test (AASHTO Test T 104
untuk batuan dasar menggunakan sodium sulfat).
Kehilangan dari batuan pada hasil tes ini tidak boleh
mencapai 10% untuk 5 kali siklus.
Tes freezing and thawing (AASHTO Test T 103 untuk
prosedur A ledge rock) digunakan untuk melihat ketahanan
terhadap cuaca. Dan tidak boleh mengalami kehilangan
lebih dari 10% dari 12 kali siklus.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 31

Riprap haruslah menggunakan batuan well-graded. Batuan
yang lebih kecil dari 10% dari batuan dasar tidak
diperbolehkan untuk digunakan sebanyak 10% dari setiap
beratnya.

Kontrol terhadap gradasi perlu diperhatikan. Kontraktor
haruslah menyediakan 2 contoh sampel batuan sedikitnya
2,27 kg setiap gradasi. Contoh sampel pada lokasi konstruksi
merupakan bagian dari penyelesaian pengerjaan awal riprap.
Sampel yang lain juga harus ada di lokasi. Sampel-sampel ini
digunakan sebagai referensi dalam penentuan gradasi riprap.
Perbedaan pendapat antara engineer dan kontraktor dapat
diselesaikan dengan memeriksa gradasi dari 2 buah truk yang
dipilih secara acak. Peralatan mekanik, pengaturan lokasi, dan
buruh juga perlu diperhatikan oleh kontraktor.

b. Rubble
Material yang digunakan haruslah keras (hard), tahan lama (durable),
dalam bentuk angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami
tekanan yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan
memenuhi gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari
batuan harus kurang dari 1/3 dari panjangnya.
Dalam pemilihan material yang digunakan perlu perhatian dan
pengalaman yang lebih.

3) Syarat-Syarat Konstruksi
A. Umum
Tebing yang dilindungi oleh riprap haruslah bebas dari semak-semak,
pepohonan, tunggul, dan objek material lainnya yang mengganggu
kerataan permukaan slope. Semua material yang lembut atau
berongga dipindahkan ke bagian dalam tanah dan digantikan dengan
material alami lainnya. Daerah pengisian dipadatkan sebagai
embankment. Untuk Toe trench digali dan dijaga sampai riprap telah
diletakkan.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 32

Perlindungan terhadap struktur pondasi harus dilakukan secepatnya
setelah konstruksi pondasi diizinkan untuk dimulai. Daerah yang
dijaga haruslah terbebas dari material sisa dan begitu juga
permukaannya. Tipe riprap akan disesuaikan dengan spesifikasi yang
telah di modifikasi oleh ketentuan khusus.

Filter blanket atau filter fabric diletakkan pada slope yang telah
disediakan atau daerah dengan perlindungan pondasi seperti tertera
pada Table 8 sebelum batuan diletakkan.
1. Standard Kualitas Minimum
a. Fiber yang digunakan pabrik untuk geotextile terdiri dari
rangkaian sintetis polymer dengan komposisi sedikitnya
85% dari beratnya terdiri dari polyolafin, polyester atau
polyamide.
b. Geotextile dengan ketahanan rendah terhadap sinar
ultraviolet (lebih dari 30% kehilangan pada 500 jam ASTM
D-4355) tidak boleh terkena sinar matahari lebih dari 7
hari.
Geotextile dengan ketahanan yang lebih tinggi tidak boleh
lebih dari 30 hari. Catatan : geotextile dapat dibuat untuk
menahan lebih lama sinar ultraviolet, sebagai contoh tahan
selama bertahun-tahun (5 25 tahun), tetapi jarang
ditemukan.
c. Syarat-syarat Fisik dapat dilihat pada Table 8 dibawah ini

Table 8. Syarat Minimum Yang Dianjurkan Untuk Fabric Sintetis
(Geotextile) Yang Digunakan pada Noncritical (1)/ Nonsevere
Drainage (2), Penyaringan. Dan Pengontrolan Erosi

2. Sifat Hidraulik Minimum
a. Ketahanan Pipa (Soil Retention) (8)
1. Tanah dengan 50% atau kurang dari berat partikel
lolos pada US No. 200 Sieve (9), AOS (10) kurang dari
0,6 mm (lebih besar dari #30 US Std. Sieve)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 33

2. Tanah yang lebih dari 50% berat partikel lolos US No.
200 Sieve (9), AOS (10) kurang dari 0,3 mm (lebih
besar dari #50 US Std. Sieve)
b. Permeabilitas
K dari fabric (11) lebih besar dari K tanah.
Kontraktor haruslah menjaga riprap sampai semua pekerjaan dari
kontrak telah selesai. Perawatan termasuk didalamnya perbaikan
yang rusak akibat beberapa sebab.


B. Rock Riprap
Batuan riprap diletakkan pada slope yang telah disediakan dan harus
menjadikan batuan yang bergradasi baik (well-graded) dengan rongga
(voids) yang minimum. Keseluruhan batuan diletakkan pada alur dan
grade serta ketebalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Jangan
sampai terjadi pergeseran pada material dasar. Pemasangan riprap
pada lapisan dengan menggunakan chute atau metode lainnya
jangan sampai mengakibatkan segregasi.

Batuan yang lebih besar dan seluruh batuan haruslah terdistribusi
baik dan gradasi seperti yang diarahkan oleh engineer. Material yang
menjadi pelindung riprap (riprap protection) diletakkan jangan sampai
menumpuk.

Maksud dari meletakkan seluruh material pada tempatnya guna
menghasilkan pemadatan riprap protection yang baik. Pemindahan
dengan tangan atau peralatan mekanik mungkin akan dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil tertentu.

Riprap protection diletakkan pada konjungsi dalam konstruksi
embankment yang pembuatan dari riprap protection penting untuk
pelaksanaannya dan mencegah tercampurnya embankment dengan
riprap. Kontraktor menjaga riprap protection sampai diterima langsung
dan material yang dipindahkan untuk alur dan grade tidak menambah
biaya bagi pemerintah.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 34


Jika riprap dan material filter diletakkan di bawah air, ketebalan
lapisan mesti ditingkatkan dan metode yang digunakan harus dapat
meminimalisasikan segregasi.

Catatan :
1. Penggunaan dalam kondisi darurat (Critical applications)
menyebabkan resiko kehilangan umur konstruksi, potensial untuk
kerusakan struktur, atau biaya perbaikan yang terlalu membebani
biaya instalasi.
2. Severe applications termasuk draining gap graded atau pipeable
soil, gradien hidraulik yang tinggi atau kebalikannya, atau kocyclic
flow conditions.
3. Semua nilai mewakili nilai rata-rata, contoh nilai untuk sampel
(rata-rata dari seluruh hasil spesimen) harus sama atau lebih
besar dari 2 sigma confidence level. Nilai ini disadari lebih kecil
dari biasanya pada literatur pabrik.
4. Penerapan filtrasi dan drainase kelas A untuk fabric dimana pada
pemasangan lebih berat daripada kelas B. Contoh penggunaan
very sharp angular agregate, derajat kepadatan yang tinggi, atau
kedalaman trench lebih dari 3 m.
5. Filtrasi dan Drainase Kelas B adalah dimana fabric yang
digunakan dengan permukaan smooth graded tanpa sharp
angular, pemadatan yang ringan, dan trench kurang dari 3 m.
6. Erosi Kontrol Kelas A adalah dimana fabric dengan kondisi
instalasi lebih berat daripada kelas B. Contoh letak ketinggian
batuan kurang dari 0,91 m dan berat batuan tidak melebihi 113 kg.
Percobaan lapangan dibutuhkan dimana tinggi batuan tidak
melebihi 0,91 m atau berat batu lebih dari 113 kg.
7. Erosi Kontrol Kelas B dimana fabric yang digunakan dilindungi
oleh sand cushion atau zero drop height.
8. Desain hasil analisa engineering yang sesuai antara tanah,
kondisi hidraulik, dan geotextile adalah penting (khusunya untuk
aplikasi kritis/severe). Permasalahan tanah yang tidak boleh
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 35

digunakan adalah lumpur, dan tanah seragam dengan 85% lolos
ayakan #100.
9. Bila protected soil berukuran partikel lebih besar dari #4 US Std.
Sieve size, maka hanya digunakan gradasi tanah yang lolos #4
US Std. Sieve dalam pemilihan fabric.
10. AOS untuk geotextile dicari dengan TF #25 method 6
Permeabilitas untuk geotextile dicari dengan TF #25 method 5


o. Contoh perencanaan riprap

Berikut ini diberikan contoh bagaimana menggunakan metode desain dan
prosedur seperti yang dijelaskan di atas. Dua contoh diberikan; contoh 1 rencana
riprap sebagai pelapis saluran. Contoh 2 rencana riprap sebagai pengamanan
tebing.

1) Contoh 1
Suatu ruas saluran sepanjang 381 m merupakan hasil realignment agar
diperoleh lahan untuk pelebaran suatu jalan yang ada (eksisting). Akibat
realignment saluran, terjadi pengurangan panjang dari 381 m sampai 305 m.
Kapasitas saluran 141,6 m
3
/s. Kondisi lainnya :
Aliran dapat dianggap seragam atau berubah lambat laun;
Profil saluran eksisting menunjukkan bahwa kemiringan dasar bagian ruas
yang lurus adalah 0,0049;
Material saluran terdiri dari butiran dari pasir sampai kerikil kasar dengan
gradasi seperti pada Formulir 3. Kurva gradasi menunjukkan karakteristik
tanah sebagai berikut:
D85 = 0,032 m
D50 = 0,018 m
D15 = 0,001 m
K (permeability) = 3,5 X 10-4 m/s
rock riprap yang tersedia mempunyai specific gravity (SG) 2,65.
Rencanakan riprap sebagai pelapis saluran yang stabil. Grafik-grafik yang
digunakan dalam contoh ini diberikan pada Formulir 1 (gambar 8.11), Grafik 4
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 36

(gambar 8.19), Grafik 3 (gambar 8.18), Grafik 1 (gambar 8.16), Grafik 2
(gambar 8.17), Formulir 3 (gambar 8.13), dan Formulir 4 (gambar 8.14).

Langkah 1. Kumpulkan Data lapangan
lihat informasi yang diberikan dalam contoh ini.
Data lapangan lain berupa site history, geometric, site topography, dan
lain-lain.

Langkah 2. Debit rencana. Lihat subbab 8.2.1
Diberikan sebagai 119 m3/s.
Debit pada saluran utama sama dengan debit rencana karena saluran
utama dapat menampung debit rencana.

Langkah 3. Desain potongan melintang. Lihat subbab 8.2.3
Seperti dijelaskan, penampang direncanakan berbentuk trapesium.
Asumsi awal, lebar dasar 6,1 m dengan kemiringan slope samping
1V:2H. lihat Formulir 1 pada gambar 8.11.

Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana.
(a) Tentukan koefisien kekasaran dengan menggunakan Formulir 4 (lihat subbab
8.2.5).
Gunakan prosedur seperti yang dijelaskan pada bab 5.
n = (nb +n1 +n2 +n3 +n4 )m
nb : base channel "n"
slope = 0.0049 > 0.002
Oleh karenanya, gunakan persamaan 4 untuk perhitungan base n.
nb = 0,3225 Sf
0,38 R-0,16
anggap R = 2,43 m
nb = 0,037
n1 : faktor ketidakteraturan
n1 = 0,00 untuk saluran alam yang halus
n2 : variasi penampang melintang
n2 = 0,00 bila bentuk penampang melintang tetap
n3 : pengaruh hambatan
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 37

n3 = 0,00 jika tidak ada hambatan
n4 : jumlah tanaman
n4 = 0,003 sedikit (anggap sedikit tumbuh di riprap)
m : derajat meander
m = 1.0 jika ruas lurus
n = (0,037+0,00+0,00+0,00+0,003)1
n = 0,040
(b) Hitung kedalaman aliran.
Persamaan Manning's dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman normal (gunakan program komputer, atau chart dan tabel
yang tersedia dalam buku hidraulika saluran terbuka)

Q = (1/n) A R2/3 S1\2 ganti
d = 3,60 m Kolom 1 dari Formulir 1 pada gambar 8.11
Hitung jari-jari hidraulik untuk membandingkan dengan nilai yang
digunakan pada langkah 4a (gunakan program komputer yang
tersedia, chart dan tabel, atau perhitungan secara manual).

R = A/P
R = 47,9/22,2=2,16

R = 2,16 tidak sama dengan yang diasumsikan = 2,43
Oleh sebab itu, kembali ke langkah 4a
nb = 0,3225 (0,0049)0,38 (2,16)-0,16
nb = 0,038
n = (0,038 + 0,003)1 = 0,041
yang mendekati 0,040 seperti yang digunakan ditas, oleh sebab itu,
d = 3,60 m (Kolom 1 dari Formulir 1 pada gambar 8.11)

Langkah 5. Tentukan parameter rencana
A = 3,6(3,6(4) + 6,1 + 6,1)/2 = 47,8 m2 (Kolom 2 dari Formulir 1)
Va = Q/A = 141,6/47,8 = 2,96 m/s (Kolom 3 dari Formulir 1)
da = d = 3,60 m (dasar saluran seragam) (Kolom 4 dari Formulir 1)

Langkah 6. Faktor koreksi sudut tebing.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 38

= 1V:2H (Kolom 5 dari Formulir 1).
f = 41 (Grafik 4)
K1 = 0,73 (Grafik 3)

Langkah 7. Tentukan ukuran riprap. l
(a) Gunakan Grafik 1
untuk dasar saluran D50 = 0.085 m (Kolom 8 dari Formulir 1)
untuk tebing saluran D50 = 0,131 m (Kolom 8 dari Formulir 1)

(b) spesifik gravity (SG) Riprap = 2,65 (diberikan) (Kolom 10 dari Formulir 1)
faktor kemantapan = 1.2 (aliran seragam)
C = 1 dari Grafik 2.

(c) tidak ada pilar atau abutment untuk evaluasi dalam contoh ini, oleh sebab itu:
Cp/a = 1 (Kolom 12 dari Formulir 1)

(d) Ukuran riprap yang dikoreksi
Untuk dasar saluran:
D'50 = D50 = 0,085 m (Kolom 13 dari Formulir 1)
Untuk tebing saluran:
D'50 = D50 = 0,131 m (Kolom 13 dari Formulir 1)


Langkah 8. tidak dapat digunakan

Langkah 9. Gelombang permukaan.
Gelombang permukaan tidak diperhitungkan pada contoh ini.

Langkah 10. Tentukan ukuran Riprap, Gradasi, dan ketebalan lapisan.
Ukuran D50:
D50 = 0,29 m (untuk seluruh penampang basah) lihat Formulir 1.
Gradasi: lihat Formulir 1.
Ketebalan lapisan (T):
T = 2 D50 =0,29 m
T = 0,58 m
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 39

atau
T = D100 = 0,40 m
gunakan T = 0,60 m lihat Formulir 1.

Langkah 11. Panjang pengamanan. Lihat subbab 8.2.6.
Pelapisan dengan riprap ditetapkan pada sepanjang ruas lurus.

Langkah 12. Panjang vertikal pengamanan. Lihat subbab 8.2.6.
Riprap meliputi semua keliling basah sampai kepuncak lereng.

Langkah 13. perencanaan lapisan filter.
(a) ukuran material filter:

40 5
15
15
85
15
layer Finer D
layer coarser D
layer Finer D
layer coarser D


Untuk riprap pada interface tanah:
5 6
032 . 0
18 . 0
tan
85
15
ah D
riprap D


Dan;
40 180
001 . 0
18 . 0
15
15
soil D
riprap D


Oleh sebab itu, suatu lapisan filter diperlukan.
Coba 50 mm filter dengan kerikil kasar dengan gradasi seperti pada Formulir 3
pada gambar 8.13.

Untuk filter pada interface tanah:

5 94 . 0
032 . 0
030 . 0
85
15
soil D
filter D

Dan;
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 40

40 5 30
001 . 0
030 . 0
15
15
dan
soil D
filter D


Oleh sebab itu, filter pada interface tanah adalah cocok (OK).

Untuk riprap pada filter interface:
5 3
061 . 0
18 . 0
85
15
filter D
riprap D

Dan;
40 5 6
030 . 0
18 . 0
15
15
dan
soil D
filter D


Dengan demikian, material filter 50 mm adalah sesuai.

(b) Ketebalan lapisan filter:
Jika kurva gradasi tanah dan kurva gradasi lapisan filter bukan mendekati
paralel, gunakan ketebalan lapisan 200 mm.

Langkah 14. Detail ujung sudut (edge).
Lintasan penampang basah bagian dalam; detail ujung sudut dapat dilihat pada
Gambar 8-7. (juga lihat sketsa pada Formulir 1 pada gambar 8.11).

Langkah 15 : Stabilitas riprap
Dalam contoh soal ini diketahui :
S
S
= 2,65
=26,6
0

D
S
= 0,131 m (dari perhitungan pada langkah sebelumnya)
= 1000 kg/m
3
S = 0,0049
diambil = 40
0
= 90
0

Maka :

o
= 0,75
b

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 41


b
=
b
. d.s
= 1000. 3,6. 0,0049 = 17,64 kg/m
2


o
= 0,75 x 17,64 = 13,23 kg/m
2


Berdasarkan data yang sudah ada, maka bilangan stabilitas untuk partikel bidang
datar :
12 , 0
131 0 1000 1 65 2
23 13 95 , 1
, x )x , (
, x

selanjutnya sudut antara arah pergerakan partikel dan bidang vertikal :

0
0
0
0
1
90 Sin
40 tan x 35 , 9
6 , 26 Sin 2
90 Cos
tan
= 0

Berdasarkan dan maka dapat dihitung angka stabilitas partikel pada tebing
(lereng) :

2
) 0 90 ( 1
12 , 0 '
0
Sin

= 0,12.
Sehingga diperoleh:
1 , 1 37 , 1
548 , 0
75 , 0
0 6 , 26 40 tan 12 , 0
40 tan 6 , 26
0 0
0 0
Cos Sin
Cos
FS ok.

2) Contoh 2
Site yang diilustrasikan pada gambar 8-1 mengalami pergerakan lateral menuju
route 1 (lihat gambar 8-1a). Rencanakan revetment riprap yang stabil untuk
menghindari erosi tebing. Kondisi tambahan yang diperlukan adalah :
Aliran berubah lambat laun;
Karakteristik saluran seperti yang diuraikan dalam subbab 8.2.3;
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 42

Survey topographic menunjukkan:
Kemiringan saluran = 0,0024 1.
Lebar saluran = 91,4 m 2.
Jari-jari tikungan = 365,8 m .
Dasar saluran dilapisi dengan material batu sesar (cobble) dengan ukuran
diameter D50 sekitar 0.15 m;
Tanah tebing adalah pasir berlanau seperti dapat dilihat pada kurva
gradasi pada Formulir 3 pada gambar 8-13. Kurva gradasi tersebut
menunjukkan karakteristik tanah sebagai berikut:
D85 = 0,0013 m.
D50 =0,0005 m.
D15 = 0,00014 m.
K (permeabilitas) = 1 x 10
-6
m/s
Bahan riprap yang tersedia mempunyai specifik gravity (SG) 2,60, dan dapat
dianggap sebagai angular.
Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa tebing secara umum tergerus
daerah hilir ujung tikungan; erosi juga diamati pada daerah hilir tikungan dan
udik sampai ke titik seperempat tikungan;
Tinggi tebing sepanjang tergerus tebing (cut bank) mendekati 2,7 m.

Formulir dan grafik yang digunakan dalam contoh 2 ini sama dengan pada
contoh 1.

Penyelesaian:
Langkah 1. Kumpulkan Data Lapangan.
Lihat informasi yang diberikan dalam contoh ini.
Lihat kasus yang diberikan dalam subbab 8.2.3.


BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 43


Gambar 8-9. Potongan melintang sungai pada contoh 2, mengilustrasikan
aliran dan kedalaman gerusan potensial

Langkah 2. Debit rencana. Lihat subbab 8.3.1.
Diberikan 1,112 m
3
/s.
Dari analisis backwater pada ruas ini, diperoleh bahwa debit pada saluran
utama (Qmc) adalah 982.6 m3/s.

Langkah 3. Desain penampang melintang.
Hanya tebing saluran yang diperkuat; oleh sebab itu, penampang saluran
akan tetap seperti saluran eksisting dengan sudut tebing sesuai untuk
mendukung revetment riprap. Gambar 8-9 meilustrasikan bagian saluran
eksisting.
Untuk meminimalkan kehilangan vegetasi tebing, dan batas the
encroachment pada saluran pada lahan yang berdekatan, kemiringan
slope yang digunakan 1V:2H.
Seperti telah diberikan, tinggi tebing sepanjang tebing yang tergerus
adalah 2,7 m.

Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana.
(a) Tentukan koefisien kekasaran. Lihat subbab 8.2.5.
Gunakan prosedur dari Formulir 4.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 44

n = (nb +n1 +n2 +n3 +n4) m
nb: base channel "n"
kemiringan = 0.0024 > 0.002
gunakan persamaan 4 untuk perhitungan harga nb.
nb = 0,3225 Sf
0,38 R-0,16
anggap R = 3,05 m
nb = 0,028
n1: faktor ketidakteraturan
n1 = 0,005 kecil untuk slope tererosi sedang (moderately eroded side slopes)
n2: variasi penampang melintang
n2 = 0,005 jika perubahan penampang jarang menggeser aliran (occasional
shape changes cause flow shifting)
n3: efek hambatan
n3 = 0,000 tidak ada hambatan
n4: jumlah tanaman
n4 = 0,000 tidak ada tanaman
m: derajat meander
m = 1,1 minor to appreciable
n = (0,028 + 0,005 + 0,005 + 0,000 + 0,000) 1,10
n = 0,042
Ini menunjukkan nilai "n" di ruas saluran yang digunakan untuk analisis
backwater curve.

(b) Hitung kedalaman aliran.
Kedalaman aliran ditentukan dari analisis backwater. Maksimum kedalaman
saluran utama ditentukan menjadi:
dmax = 4.6 m, kolom 1 pada Formulir 1 pada gambar 8.11
Jari-jari hidraulik untuk saluran utama:
R = 3,2 m (dari analisis backwater)
Anggap R (3 m) mendekati nilai R aktual, oleh sebab itu, "n"
Seperti yang dihitung adalah OK.

Langkah 5. Tentukan parameter rencana lainnya.
Dari analisis backwater : (semua harga saluran utama).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 45

A =838,2 m
2
, kolom 2 pada Formulir 1
Va = 3,84 m/s, kolom 3 pada Formulir 1
da = d = 3,66 m, kolom 4 pada Formulir 1

Langkah 6. Faktor-faktor koreksi sudut tebing.
= 1V:2H, kolom 5 pada Formulir 1
= 41
0
, kolom 6 pada Formulir 1 (dari grafik 4 pada gambar 8.19)
K1 = 0,73, kolom 7 pada Formulir 1 (dari grafik 3 pada gambar 8.20)

Langkah 7. Tentukan ukuran riprap.
(a) Gunakan gunakan grafik 1 pada gambar 8.11.
D50 = 0,27 m, kolom 8 pada Formulir 1
(b) spesifik gravity = 2,60 (diberikan). kolom 10 pada Formulir 1.
Faktor stabilitas = 1,6. kolom 9 pada Formulir 1.
(aliran berubah lambat laun, tikungan tajam jari-jari tikungan terhadap lebar =
4).
C = 1,6 lihat grafik 2 pada gambar 8.17
(c) tidak ada piers atau abutments, oleh sebab itu :
Cp/a = 1, kolom 12 pada Formulir 1

(d) Ukuran riprap yang dikorosi:
D'50 = D50 = (1,6)(1,0) = 0,44 m, kolom 13 pada Formulir 1

Langkah 8. tidak dapat digunakan

Langkah 9. Gelombang permukaan.
Gelombang permukaan tidak diperhitungakan.

Langkah 10. Tentukan ukuran riprap, gradasi, dan ketebalan lapisan.
Ukuran D50:
D50 = 0,55 m
Gradasi: lihat Formulir 1,
Ketebalan lapisan (T):
T = 2 D50 = 2(0,55)
T = 1,10 m
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 46

atau
T = D100 = 0,68 m
gunakan T = 1,10 m

Langkah 11. Panjang pengamanan. Lihat subbab 8.2.6.
Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa tebing secara umum tergerus pada
daerah hilir tikungan, erosi juga diamati di hilir apex tikungan dan udik sampai
pada titik seperempat tikungan. Penetapan riprap untuk pengamanan tebing
mulai dari suatu titik 91,4 m (W) udik pada bank entrance sampai ke suatu titik
137 m (1,5 W) hilir ujung tikungan.


Langkah 12. Panjang vertikal pengamanan. Lihat subbab 8.2.6.
Riprap pada seluruh tebing saluran dari atas tebing sampai kedalaman bawah
merupakan cara untuk mengantisipasi gerusan. Kedalaman gerusan dievaluasi
seperti yang diilustrasikan dalam subbab 8.2.6:
ds = 2,0 D50-0,11
ds = 2,0(0,55)-0,11 =2,14 m
Penambahan ini untuk mengantisipasi kedalaman maksimum potensi gerusan:
4,6 + 2,1 = 6,7 m

Material tebing harus ditempatkan sampai pada kedalaman ini, atau suatu
volume batu yang cukup akan ditempatkan pada tapak tebing untuk pengamanan
kedalaman gerusan yang diperlukan.

Langkah 13. Perencanaan lapisan filter.
(a) ukuran material filter: Formulir 5 pada gambar 8F-5.
40 5
15
15
85
15
layer Finer D
layer coarser D
layer Finer D
layer coarser D


Untuk riprap pada interface tanah:
5 115
0013 . 0
15 . 0
tan
85
15
ah D
riprap D

Dan;
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 47

40 1071
00014 . 0
15 . 0
15
15
filter D
riprap D

Oleh sebab itu, suatu lapisan filter diperlukan. Coba 13 mm filter kerikil halus
dengan karakteristik gradasi seperti yang diilustrasikan dalam Formulir 3.

Untuk filter pada interface tanah:
5 7 . 3
0013 . 0
0047 . 0
tan
85
15
ah D
filter D

Dan;
40 5 6 . 33
00013 . 0
0047 . 0
tan
15
15
dan
ah D
filter D

Oleh sebab itu, filter pada interface tanah adalah OK.

Untuk riprap pada filter interface:
5 5
03 . 0
15 . 0
85
15
filter D
riprap D

Dan;
40 5 32
0047 . 0
15 . 0
15
15
dan
filter D
riprap D

Oleh sebab itu, material filter 13 mm cukup memadai. Lihat Formulir 3 untuk
tanah, filter granular, dan kurva gradasi riprap.

(b) Ketebalan lapisan filter:
Gunakan ketebalan lapisan 200 mm.

Langkah 14. Detail sudut.
(a) detail sayap (flank): lihat gambar 8-10.
(b) detail tapak (toe): lihat gambar 8-10.
Potensi kedealaman gerusan di bawah dasar saluran eksisting pada tebing (d's)
merupakan kedalaman gerusan yang dihitung dalam langkah 12 minus elevasi
dasar yang ada pada tebing: lihat gambar 8-10.
6,7- 3,2 = 3,5 m
kuantitas batuan (Rock quantity) yang diperlukan dibawah dasar eksisting:

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 48

Rq = 0.0283 d's (sin
-1
)(T)(1.5)
dengan:
Rq = jumlah riprap yang diperlukan per m tebing (m2)
= sudut tebing terhadap sudut datar (degrees)
T = ketebalan lapisan riprap (m)
Rq = (3,048) (2,24) (0,9144) (1,5) = 9,38 m2
Tapak saluran trapezium kedalaman 1,83 m (deep trapezoidal toe trench)
dengan kemiringan samping 1V:2H dan 1V:1H, dan suatu lebar dasar 1,8 m
mengandung volume yang cukup.

Langkah 15 : Stabilitas riprap
Sama seperti pada contoh 1, kestabilan riprap pada contoh 2 juga dihitung
dengan menggunakan formula yang sama. Dari data dan hasil perhitungan di
atas diperoleh:
Ss= 2,60 ; = 26,6
0
; D
50
= 0,27 m ; d = 3,66 m ; S = 0,0024 ; SF = 1,60.
Diambil = 40
0
, dan = 90
0
, maka diperoleh :
SF = 1,61 > 1,60 ok.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 49



BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 1

Gambar 8-11. Formulir ukuran riprap


Proyek Disiapkan Oleh/tanggal :/....
Uraian .. Diperiksa Oleh/tanggal :/
Lembardari.
Sketsa Penampang :
Q TOTAL Karakteristik Tanah
QMC D
15
QLB D
50
QRB D
85
Kedalaman A Va d
3
K
1
D
50 SF Ss C C
P/A
D
50
of WS.
(m) (m
2
) (m/sec) (m) (m) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sketsa Rencana : Karakteristik Riprap : Karakteristik Buatan :
UKURAN : KETEBALAN : Butiran :
20
50 Ukuran Persen
D
100 (m) Lebih Halus
gunakan 85
Ukuran Persen 50
(m) Lebih halus 15
100 Fabric :
50 AOS' <
5 - 10 Perm >
Ukuran Buka Rata-rata
1. Elevasi Permukaan Air 5. Kemiringan Tebing 9. Faktor Stabilitas 13. Koreksi D50 = 8 + 11 + 12
2. Luas Basah Saluran Utama 6. Sudut Geser Alam Riprap (grafik 4) 10. Spesifikasi Gravitasi Riprap 14. Catatan atau Komentar
3. Kecepatan Rata-rata Saluran Utama 7. Koreksi Sudut Tebing (chart 3) 11. Faktor Koreksi Ukuran Riprap (grafik 2)
4. Kedalaman Rata-rata Saluran Utama 8. Ukuran Riprap (grafik 1) 12. Koreksi untuk Pilar/Abutment Correction (3.38 jika diambil secara umum)
AASSHTO
Gradasi :
Formulir 1. Ukuran Riprap
Catatan
14
3.61 m
1.22 m 1.22 m
6.1 m
1
2
Q
Total
Q
RB
Q
MC
Q
LB
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 2


Gambar 8.12. Formulir Ukuran riprap - Erosi Gelombang


Proyek :.. Disiapkan Oleh/Tanggal :.../
Uraian : Diperiksa Oleh/Tanggal :/
Lembardari
Kecepatan fetch Hb Rv Faktor Rv D50
Angin (m) (m) e Ho Koreksi (ft.) (ft.)
(mph) 1 2 3 4 5
Ukuran Riprap : Ketebalan Revetment :
D
50
ft. 2D
50
ft.
Jenis.. D
100
..ft.
Digunakan..ft.
Formulir 2
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 3


Gambar 8.13 Formulir 3 Gradasi Material



BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 4


Gambar 8.14. Formulir 4 Evaluasi Kekasaran

PROYEK : Contoh 1 Disiapkan Oleh/Tanggal :
URAIAN : ..... Diperiksa Oleh/Tanggal :
Lembardari
Perkiraan harga n
FAKTOR harga n
Harga awal n, nb (1,2) Kemiringan = 0.0049; persamaan 4 0.037
tak beraturan, n
1
(2)
Kekasaran saluran pada kondisi alamiah 0.000
menikung, n
2
(2)
ukuran dan bentuk dari potongan melintang 0.000
penyempitann, n
3
(2)
tanpa penyempitan 0.000
Vegetasi, n
4
(2)
sedikit vegetasi (beberapa tumbuh dipermukaan riprap) 0.003
belokan, m (2) mendekati lurus 1.000
bobot n ditambah harga n (3) 0.040
n yang digunakan 0.040
n
b
= {0.328 (D
50
)
0.5
} / (1.092 d
a
) untuk 1.5 < d
a
/ D
50
< 35 (2) lihat referensi (17)
n
b
= 0.429 D
50
0.167
untuk 35 < d
a
/ D
50
< 30.000 (3) n = m(n
1
+n
2
+n
3
+n
4
)
n
b
= 0.3225 S
f
R
-0.16
untuk aliran pegunungan yang tidak kontinyu
Uraian Kondisi
Formulir 4. Evaluasi Kekasaran
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 5

Gambar 8.15 Formulir 5 Perancangan Saringan

Proye :.. Disiapkan oleh/Tanggal :../
Uraian : Diperiksa oleh/ Tanggal : ./
lembardari.
SARINGAN BERBUTIR :
D
15
D
85
D
15
Kasar D
15
Kasar
ft. ft.
D
85
Halus D
85
Halus
RANGKUMAN :
D
15
D
85
SARINGAN BUATAN :
Jenis bentuk fisik :
Sifat Hidraulik
Tahanan Pipa < 50% Saringan # 200 AOS < 0.6 mm
< 50% saringan # 200 AOS < 0.3 mm
Permeabilitas Permeabilitas Tanah < Permeabilitas Buatan
Seleksi Spesifikasi Saringan Buatan..
URAIAN LAPISAN KETEBALAN
Formulir 5. Perancangan Saringan
URAIAN <40 <5< RASIO LAPISAN
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 6

15
8.0
6.0
4.0
3.0
2.0
1.5
1.0
1.0
8.0
6.0
4.0
3.0
2.0
D
50
0.08
0.1
0.2
0.3
0.4
0.6
0.8
1.0
2.0
0.036
0.10
1.0
0.5
0.4
0.3
Contoh
Diketahui
Va = 2.96 m
K = 0.73
1

Dicari:
D
50
Solusi
D = 0.13
50
d (ave) = 3.6 m
d
ave
D
50
V
a
K
1

Gambar 8-16. Hubungan Ukuran Riprap

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-16:
1. Tentukan h
avg
(kedalaman rata-rata), kecepatan rata (v
avg
) dan faktor koreksi
tebing (K
1
).
2. Plot masing-masing nilai parameter pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis dari h
avg
ke v
avg
dan perpanjang sampai garis polos yang terletak
diantara v
avg
dan K
1
.
4. Tarik garis lurus dari titik perpotongan di garis polos yang terletak diantara v
avg

dan K
1
melalui K
1
sampai garis grafik D
50
.
5. Baca hasilnya pada perpotongan garis perpanjang dengan garis grafik D
50
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 7

2.0 2.0
2.0 2.0
2.1 2.1
2.2 2.2
2.3 2.3
2.4 2.4
2.5 2.5
2.6 2.6
2.7 2.7
2.8 2.8
2.9 2.9
3.0 3.0
1.9 1.9
1.8 1.8
1.7 1.7
1.6 1.6
1.5 1.5
1.4 1.4
1.3 1.3
1.1 1.1
1.2 1.2
1.0 1.0
5.0 5.0
4.0 4.0
3.0 3.0
2.0 2.0
2.5 2.5
1.5 1.5
1.0 1.0
0.8 0.8
0.6 0.6
0.5 0.5
C = 1.61 SF 1.5 / (SS -1) 1-5 C = 1.61 SF 1.5 / (SS -1) 1-5
C = D FAKTOR KOREKSI
50
C = D FAKTOR KOREKSI
50
SF = FAKTOR STABILITAS SF = FAKTOR STABILITAS
S = GRAVITASI BATU
S
S = GRAVITASI BATU
S
S
S
S
S
CC
SF SF
CONTOH CONTOH
DIKETAHUI DIKETAHUI
SF = 1.2
S
S
= 2.65 S
S
= 2.65
DICARI : C DICARI : C SoluSI
C = 1.0
SoluSI
C = 1.0

Gambar 8-17. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-17:
1. Tentukan nilai S
s
dan SF (Safety Factor)
2. Plot nilai S
s
dan SF pada masing-masing garis grafik
3. Tarik garis lurus dari titik S
s
menuju SF melalui garis grafik C
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 8

4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai C.

K =
1
Sin
2
Sin
2
1 -
0.5
= Sudut Tebing dengan Horizontal
= Sudut Material
repose
(lihat grafik 3)
Contoh 1:
Diketahui :
Sangat Tajam
= 41
0
= IV : 2H
Dicari
K
1
Solusi
K 0.73
1
=
1.5:1
2:1
2.5:1
3:1
3.5:1
35
30
25
20
10
-10
-30
-50
-60
-70
-80
-85
-90
-92
35
40
30
K
1
( )
( )
0
0

Gambar 8-18. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograph

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-18:
1. Tentukan nilai dan .
2. Plot nilai dan pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis lurus dari titik menuju melalui garis grafik K
1
.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai K
1
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 9

1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
10
12
12
0. 06
0. 08
0. 1
0. 15
0. 2
0. 25
0. 4
0.4
0. 6
0.6
0. 8
1
1. 5
2
0.3
0.0
1.0
d
avg
V
a
D
50
(m)
(m/s)
K
1
D = Median Riprap Size (m)
50
D = 0.69 (m)
50
D = 0.00594V
50
D
50
3
a
/ (d
12
avg
K
1
-3.2
)
V = Average Velocity main channel (m/s)
a
V = 4.9 (m/s)
a
d = Average Depth in main channe (m)l
avg
d = 2.75 (m)l
avg
K = Bank angle correction term
1
K = 0.72
1
Example
Given
Find :
Solution

Gambar 8-19. Hubungan Ukuran Riprap

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-19:
1. Tentukan nilai d
avg
, Va dan K
1
.
2. Plot nilai d
avg
, Va dan K
1
pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis lurus dari titik d
avg
ke Va terus ke K
1
sampai memotong garis grafik
D
50
.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai D
50
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 10


0.04 0.06
0.08
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
0.6
0.6
0.8
0.8
1.0
1.0
(m)
45
40
35
30
2.0
3.0
4.0
(ft)
S
u
d
u
t

a
l
a
m
i
a
h
Sangat Bulat
Sangat Curam
Batu pecah besar

Gambar 8-20. Sudut alamiah riprap sehubungan dengan ukuran rata-rata dan
bentuk batu Ukuran Batuan Tengah (D50)

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-20:
1. Tentukan nilai h dan slope.
2. Plot nilai h dan slope pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis lurus dari titik h menuju slope melalui garis grafik D
50

4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai D
50
.


BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 11

0.2
0.2
0.3
0.4
0.4
0.5
0.6
0.6
0.8
0.8
0.12
0.15
1
2
3
1.2
1.5
1
0.1
0.08
0.06
1
1:1.0
1:1.5
1:2.0
1:2.5
1:3.0
1:3.5
1:4.0
1:5.0
1:6.0
H (m)
D (m)
50
D (m)
50
D
50
= 0.57
D
50
= Ukuran Tengah Riprap
Slope
H
H = Tinggi Gelombang
= Sudut Tebing Terhadap Horizontal
H
Cot
1/3

Gambar 8-21. Hubungan Ukuran Riprap yang Diperlukan Dari Hudson Untuk
Menahan Erosi Gelombang

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-21:
1. Tentukan h
avg
(kedalaman rata-rata), kecepatan rata (v
avg
) dan faktor koreksi
tebing (K
1
).
2. Plot masing-masing nilai parameter pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis dari h
avg
ke v
avg
dan perpanjang sampai garis polos yang terletak
diantara v
avg
dan K
1
.
4. Tarik garis lurus dari titik perpotongan di garis polos yang terletak diantara v
avg

dan K
1
melalui K
1
sampai garis grafik D
50
.
5. Baca hasilnya pada perpotongan garis perpanjang dengan garis grafik D
50
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 12

2.0 2.0
2.0 2.0
2.1 2.1
2.2 2.2
2.3 2.3
2.4 2.4
2.5 2.5
2.6 2.6
2.7 2.7
2.8 2.8
2.9 2.9
3.0 3.0
1.9 1.9
1.8 1.8
1.7 1.7
1.6 1.6
1.5 1.5
1.4 1.4
1.3 1.3
1.1 1.1
1.2 1.2
1.0 1.0
5.0
4.0
3.0
2.0 2.0
2.5
1.5 1.5
1.0 1.0
0.8 0.8
0.6 0.6
0.5 0.5
C = 1.61 SF / (SS-1) 1-5
1.5
C = D FAKTOR KOREKSI
50
SF = FAKTOR STABILITAS
S = GRAVITASI BATU
S
S
S
S
S
C
SF SF
CONTOH CONTOH
DIKETAHUI
SF = 1.60
S
S
= 2.61
DICARI : C Solusi
C = 1.0

Gambar 8-22. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap

Petunjuk Penggunaan Nomograph gambar 8-22:
1. Tentukan nilai S
s
dan SF (Safety Factor).
2. Plot nilai S
s
dan SF pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis lurus dari titik S
s
menuju SF melalui garis grafik C.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai C.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 13

K1 =

Sin
2
Sin
2
1 -
0.5
= Sudut Tebing dengan Horizontal
= Sudut Material
repose
(lihat grafik 3)
Contoh 1:
Diketahui :
Sangat Tajam
= 41
0
= IV : 2H
Dicari
K
1
Solusi
K 0.73
1
=
1.5:1
2:1
2.5:1
3:1
3.5:1
35
30
25
20
10
-10
-30
-50
-60
-70
-80
-85
-90
-92
35
40
30
K
1
( )
( )
0
0
D = 0,56 m
50
Gambar 8-23. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograph (grafik 3);

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-23:
1. Tentukan nilai dan .
2. Plot nilai dan pada masing-masing garis grafik.
3. Tarik garis lurus dari titik menuju melalui garis grafik K
1
.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai K
1
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 14

8.3.1.2 Bronjongan (Gabion) dan Matras

8.3.1.2.1 Deskripsi

Gabion merupakan batuan yang diisikan ke dalam sebuah wadah yang terbuat
kawat atau plastik. Wadah membentuk dnding atau matras untuk mengendalikan
erosi sepanjang tebing saluran.

8.3.1.2.2 Dasar Dasar Desain

Tipe gabion dalam penggunaan ada dua, yaitu batu dengan matras dan
bronjongan.
Hal-hal yang utama dalam mendesain gabion adalah :
1. Stabilitas pondasi.
2. Kecepatan partikel dan tegangan geser batas yang harus ditahan gabion.
3. Perlindungan kaki dan badan gabion.
Dasar (kaki) gabion harus mempunyai kedalaman lebih besar dari kedalaman
penggerusan yang akan terjadi. Atau kaki gabion dapat dilindungi dengan matras
yang akan jatuh ke daerah penggerusan dan tidak mempengaruhi kestabilan
tebing maupun tanah dasar yang dilindungi. Kalau perlindungan tebing tidak
sampai ke atas permukaan air saluran, maka perlu digunakan penguat di
belakang gabion.

Penggunaan filter buatan di belakang atau dibawah wadah gabion sangat
penting untuk mencegah pergerakan tanah menuju gabion. Pergerakan
(pergeseran) tanah melalui wadah dapat menyebabkan penggerusan ke bawah
terhadap struktur tanah dan dapat menyebabkan gabion mengalami keruntuhan.

8.3.1.2.3 Pertimbangan Utama dalam Desain

Pertimbangan utama dalam mendesain gabion adalah kecepatan yang terjadi
pada permukaan gabion. Gabion harus didesain agar dapat menahan gaya air
dalam aliran.

Karena matras gabion terletak dangkal dan mudah untuk bergerak, maka perlu
diperhatikan dalam mendesain matras sehingga matras dapat menahan gaya
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 15

akibat air. Tetapi, matras telah digunakan pada saluran dengan aliran
berkecepatan tinggi dan tidak terjadi apapun pada matras. Namun proyek
konstruksi yang memakai matras untuk gabion tetap harus menaruh perhatian.

Ukuran batuan yang digunakan untuk matras gabion dapat ditentukan dari
persamaan sebagai berikut :
50 , 2
1
5 , 0
gdK
v
d C C S Dm
w s
w
v S f
(8.21)
W
R
log 2 , 0 283 , 1 C
v
(8.22)
dimana :
C
S
= koefisien stabilitas (digunakan 0,1)
C
v
= koefisien distribusi kecepatan :
C
v
minimum = 1
C
v
= 1,25 pada ujung dike dan saluran dari beton.
Dm = diameter batuan rata-rata
d = kedalaman aliran lokal
g = percepatan gravitasi
K
1
= faktor koreksi kemiringan samping
R = Radius tikungan saluran utama terhadap centerline.
S
f
= faktor keamanan (minimum 1,1)
v = kecepatan rata-rata kedalaman
W = lebar permukaan air dari saluran utama
s
= berat jenis batu
w
= berat jenis air.
Dimana K
1
ditentukan dari tabel dibawah ini.




BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 16

Table 8-5 Koefisien K1
Kemiringan Tebing K
1
1V : 1H
1V : 1,5H
1V : 2H
1V : 3H
< 1V : 4H
0,46
0,71
0,88
0,8
1,0

Persamaan diatas dikembangkan untuk mendesain ukuran batuan untuk
menahan pergerakan batuan pengisi pada matras. Hal ini dapat mengurangi
deformasi yang dapat terjadi ketika ukuran batuan tidak terlalu besar untuk
menahan gaya dari air. Hasil dari deformasi matras adalah tegangan pada
wadah dan meningkatkan ketahanan pada aliran dan dapat menyebabkan
keruntuhan pada wadah.

Stabilitas gabion terhadap tegangan geser sangat penting. Berikut ini
persamaan tegangan geser untuk dasar saluran :
d x S x
w b
(8.23)
dengan tegangan geser pada tebing (
m
) merupakan 75 persen dari tegangan
geser dasar saluran.
Nilai ini akan dibandingkan dengan tegangan geser kritis untuk dasar saluran,
yaitu :
dm ) ( 1 , 0
w s c
(8.24)
dan tegangan geser kritis untuk tebing adalah
4304 , 0
Sin 1
2
c s
(8.25)
dimana adalah sudut tebing dari bidang horisontal.
Sebuah desain akan diterima bila
b
<
c
dan
m
<
s
. Kalau
b
>
c
atau
m
>
s
,
harus diperiksa apakah mereka melebihi 120 dari
b
dan
m
. Kalau nilainya
kurang dari 120 dari
b
dan
m,
, maka gabion tidak dapat menahan deformasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Bagaimanapun juga, direkomendasikan
ukuran batuan harus diperbesar untuk membatasi deformasi.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 17

Penelitian telah menunjukkan bahwa batuan didalam matras gabion sebaiknya
mempunyai besar diameter tidak lebih dari dua kali diameter batuan yang paling
kecil dan kedalaman matras sebaiknya minimal dua kali dari ukuran batuan
terbesar. Pemilihan yang paling mudah adalah pilih batuan lalu pilih kedalaman
wadah minimal dua kali ukuran batuan yang terbesar.

8.3.1.2.4 Stabilitas tanah dasar dan material tebing

Hal lain yang harus diperhatikan dalam desain gabion adalah stabilitas pondasi
gabion. Hal ini menyangkut stabilitas geoteknik dan ketahanan tanah di bawah
gabion terhadap gaya erosi akibat pergerakan air melalui gabion. Disarankan
menggunakan cerucuk dengan diamter 15 cm dan panjang 4 m.

Gabion dengan wadah tetap yang digunakan untuk stabilitas tebing harus
ditempatkan miring 6 derajat dari arah vertikal tanah dengan keadaan berundak-
undak ke arah luar tanah dasar. Bila permukaan gabion datar yang ke arah aliran
air, maka undakan harus ditempatkan di belakang gabion (tanah dasar).

Salah satu faktor yang menentukan dalam stabilitas adalah kecepatan air yang
melalui gabion dan mencapai tanah di belakang gabion. Kecepatan air yang
bergerak melewati gabion dan filter diperkirakan
2 / 1
3 / 2
2
1
S
Dm
nf
v
b
(8.26)
Kecepatan batas untuk masing-masing tanah berbeda. Batas untuk tanah
kohesif didapat dari grafik, dan kecepatan ijin maksimum untuk jenis tanah yang
lain adalah v
e
, kecepatan ijin maksimum pada permukaan tanah, dan
dibandingkan dengan v
f
, kecepatan residu di dasar contohnya dibawah matras
atau filter buatan.
v
e
untuk tanah halus sama dengan 16,1d
1/2
dan v
f
adalah
2 / 1
3 / 2
.
2
1
a
f
f
V S
Dm
v (8.27)
Kalau vf lebih besar dua sampai empat kali lebih besar dari ve, filter kerikil
diperlukan untuk mengurangi kecepatan air pada permukaan gabion sampai
kecepatan mencapai batas tertentu.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 18

Untuk memeriksa filter dapat dipakai gunakan ukuran rata-rata kerikil filter d
m

untuk persamaan 6. Kalau kecepatan Vf masih telalu tinggi, ukuran kerikil

8.3.1.2.5 Prosedur desain gabion

Prosedur perencanaan gabion dapat dilihat pada flowchart sebagai berikut :













Gambar 8-24. Flow chart perencanaan gabion
Langkah 1 : Penentuan Parameter Hidraulis
Berdasarkan data hidraulis dan geometrik saluran, dengan menggunakan
persamaan Manning (kalau tidak data, koefisien Manning dapat diambil n =
0,025) diperoleh kecepatan aliran (v) dan kedalaman rata-rata .
Langkah 2 : Penentuan Faktor Koreksi Kemiringan Samping ( K
1
)
MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan Faktor koreksi kemiringan samping
k1
Tentukan ukuran batu bronjongan (gabion)
dm
Cek terhadap geser
?
Cek
lapisan dasar
dan
material tebing
?
Membutuhkan filter
dan
Tentukan ukuran filter
Cek
Stabilitas struktur
gabion (bronjongan)
?
SELESAI
Ya
Tidak
Tidak
Ya
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 19

K1 ditentukan dari tabel 8-5 diatas (hubungan antara K1 dan kemiringan tebing).
Langkah 3 : Penentuan Ukuran Batu Gabion
Untuk mendapatkan ukuran batu tengah dari gabion dapat ditentukan
berdasarkan persamaan :

50 , 2
1
5 , 0
gdK
v
d C C S Dm
w s
w
v S f

dimana :
C
S
= koefisien stabilitas (digunakan 0,1)
C
v
= koefisien distribusi kecepatan :
W
R
log 2 , 0 283 , 1 C
v

C
v
minimum = 1
C
v
= 1,25 pada ujung dike dan saluran dari beton.
dm = diameter batuan rata-rata (m)
d = kedalaman aliran local (m)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dt
2
)
K
1
= faktor koreksi kemiringan samping
R = Radius tikungan saluran utama terhadap centreline (m)
S
f
= faktor keamanan (minimum 1,1)
v = kecepatan rata-rata kedalaman (m/dt)
W = lebar permukaan air dari saluran utama (m)
s
= berat jenis batu (kg/m
3
)
w
= berat jenis air (kg/m
3
)
Langkah 4 : Kontrol Terhadap Geser
Untuk menghindari kerusakan struktur gabion, maka perlu diperhitungkan gaya
geser yang terjadi akibat aliran.
Tegangan geser pada dasar saluran dapat dihitung dengan rumus :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 20

d x S x
w b

dimana :
S = kemiringan permukaan air atau dasar saluran.
Sedangkan tegangan geser yang terjadi pada tebing digunakan rumus :

b m
75 , 0
Untuk tegangan geser kritis pada dasar saluran dihitung dengan persamaan :
Dm
w s c
) ( 1 , 0
Adapun pada tebingnya digunakan rumus :

4304 , 0
Sin 1
2
c s

dimana = sudut rotasi tebing terhadap horizontal.
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing
saluran diperoleh :
Pada dasar saluran ;
b
<
c
(ok)
Pada tebing saluran ;
m
<
s
(ok)
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat
oleh kontruksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.

Langkah 5 : Stabilitas Lapisan Dasar dan Material Tebing
Untuk menghitung stabilitas lapisan dasar dan material tebing sangat tergantung
pada stabilitas pondasi gabion. Kondisi ini meliputi stabilitas geoteknik dan
tahanan tanah di bawah konstruksi gabion terhadap gaya erosi.
Salah satu faktor paling kritis dalam penentuan stabilitas ini adalah kecepatan
yang melewati gabion dan ruas tanah dibelakang gabion. Kecepatan aliran di
bawah filter yang dibuat yaitu air yang bergerak melalui gabion dan lapisan filter,
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 21

diestimasikan 1/2 sampai dengan 1/4 kecepatan pada matres gabion dan
interfase filter.
Menurut Simons, Chen, dan Swanson (1984); kecepatan pada matras gabion
(v
b
) adalah :
.
2
1
2 / 1
3 / 2
SI S
Dm
n
v
f
b

dimana :
v
b
= kecepatan aliran pada matras (m/dt)
n
f
= 0,02 untuk filter yang dibuat ( sintetis )
= 0,022 untuk material filter dari krikil (gravel)
S = kemiringan permukaan air atau dasar.

Batasan kecepatan yang diizinkan untuk tanah kohesif ditentukan dari grafik,
sedangkan kecepatan maksimum untuk tipe-tipe tanah yang lain ditentukan
dengan menghitung v
e
, yaitu kecepatan maksimum yang terjadi pada interfase
tanah. Hasilnya dibandingkan terhadap v
f
, yaitu kecepatan pada dasar di bawah
matras gabion dan filter yang dibuat. Adapun persamaan v
e
untuk tanah gembur
adalah :
v
e
= 16,1 d
1/2

Sedangkan untuk v
f
menggunakan rumus :

2 / 1
a
3 / 2
f
f
v . S
2
dm 1
v ,
dimana :
v
a
= kecepatan rata-rata saluran (m/dt)
Dm = diameter batuan rata-rata (m)
Jika v
f
> (2-4) v
e
, maka filter dari kerikil diperlukan untuk mengurangi kecepatan
aliran pada interfase tanah di bawah kontruksi gabion. Kegunaan filter kerikil ini
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 22

adalah untuk mendapatkan kecepatan v
f
sedemikian rupa tidak membahayakan
lapisan dasar.
Langkah 4 : Perhitungan stabilitas struktur gabion
Kestabilan struktur gabion harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.

8.3.1.2.6 Spesifikasi Material

1) Penjelasan
Penting untuk meletakkan dengan baik gabion (bronjongan) pada
dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang diarahkan oleh
engineer untuk mendapatkan hasil yang baik. Gabion (bronjongan)
terdiri dari anyaman berbentuk keranjang (basket) yang terbuat dari
kawat, diisi oleh batuan, saling dihubungkan, dan dipasang anchor ke
slope-nya. Detail konstruksi tergantung dari kegunaannya, seperti
untuk revetment atau untuk toe protection untuk tipe lain dari riprap.

2) Material
1. Rock
Batuan yang digunakan untuk mengisi harus bergradasi baik
dan 70% dari beratnya tidak boleh melebihi dari dimensi
terkecil kawat. Ukuran maksimum batu diukur normal ke slope
dan tidak melebihi ketebalan mattress.
2. Wire enclosure
Kawat yang digunakan untuk mattress atau unit blok haruslah
berukuran dan berdimensi seperti rencana.
3. Lacing wire (kawat pengikat)
Kawat pengikat berukuran No 9 gage galvanized atau telah
ditentukan.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 23

3) Syarat-Syarat Konstruksi
Syarat-syarat konnstruksi dapat dilihat pada Section 7.1.3. Bagian dari
wire enclosure dapat dibuat dengan menggunakan tangan atau mesin.
Serta diletakkan, diikat, dan diisi untuk memenuhi syarat
keseragaman, kerapatan, dan lapisan perlindungan pada daerah yang
diinginkan.

Bagian sisi keliling dari wire enclosed haruslah aman tersambung
sehingga sambungan tersebut menghampiri nilai kekuatan pada kawat
tersebut. Serta terikat dengan lainnya dengan interval 0,31 m untuk
membentuk struktur sambungan terus (continuous connected
structure).

Mattress pada sisi slope saluran mesti terikat pada bank dengan anchor stake
sedalam 1,2 m untuk tanah padat (lempung) dan 1,8 m untuk tanah longgar
(pasir). Anchor stake dipasang pada sisi dalam sudut dari diafragma basket
sepanjang upslope (tertinggi) dinding basket, maka stake akan menjadi satu
kesatuan. Jarak maksimum setiap stake tergantung pada konfigurasi basket
dengan jarak minimum setiap 1,8 untuk slope 1V : 2,5H dan lebih curam, dan
setiap 2,7 m untuk slope kurang dari 1V : 2,5H. Counterfort dapat digunakan
untuk tambahan pada slope mattress. Stake slope mattres dibutuhkan meskipun
counterfort digunakan atau tidak.

8.3.1.2.7 Contoh perencanaan gabion

Suatu konstruksi jalan disepanjang tikungan saluran mengalami keruntuhan/erosi
akibat aliran yang terjadi pada saluran tersebut. Untuk mengatasi hal ini, perlu
direncanakan perkuatan tebing sehingga bahaya keruntuhan/erosi dapat teratasi.
Saluran tersebut mengalirkan debit 125,50 m
3
dengan lebar dasar 25 meter,
kemiringan tebing 1:1, serta kemiringan dasar 1 : 1000. Sketsa kondisi kasus
dapat dilihat pada gambar di bawah gambar 8-25. Untuk mengatasi masalah
tersebut, rencanakan tipe revetment dari gabion.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 24



Penyelesaian:
Langkah 1 : Penentuan Parameter Hidraulis
Berdasarkan data hidraulis dan geometrik saluran, dengan menggunakan
persamaan Manning (koefisien Manning diambil n = 0,025) diperoleh kecepatan
aliran (v) 2m/dt dan kedalaman rata-rata 2,3 m.
Langkah 2 : Penentuan Faktor Koreksi Kemiringan Samping ( K
1
)
Berdasarkan kemiringan tebing saluran yang akan diperkuat yaitu IV : 1H,
dengan menggunakan tabel 1 diperoleh K
1
= 0,46.
Langkah 3 : Penentuan Ukuran Batu Gabion
Untuk mendapatkan ukuran batu tengah dari gabion dapat ditentukan
berdasarkan persamaan yang telah disebutkan di atas.
Dalam contoh soal ini :

s
= 2,2 t/m
3

Gambar 8-25. Kasus gerusan pada sungai dengan menggunakan
pengaman Gabion
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 25


w
= 1 t/m
3

S
f
= 1,5
g = 9,81 m/dt
2

W = B + 2 x h = 25 + 4,6 = 29,6 m.
Gunakan persamaan 8.22:
W
R
log 2 , 0 283 , 1 C
v

6 , 29 W
150
log 2 , 0 283 , 1
Cv = 1,14

Berdasarkan parameter yang telah diketahui tersebut, maka dengan
menggunakan persamaan 8.21 diperoleh :

25
5 , 0
46 , 0 3 , 2 81 , 9
0 , 2
1 2 , 2
1
) 3 , 2 ( ) 14 , 1 ( ) 1 , 0 ( 5 , 1
x x
x x x Dm
Dm = 0,095 m.
Dm 10 cm
Langkah 4 : Kontrol Terhadap Geser
Untuk menghindari kerusakan struktur gabion, maka perlu diperhitungkan gaya
geser yang terjadi akibat aliran.
Gunakan pers. 8.23

2 b
m
kg
3 , 2 3 , 2 x 001 , 0 x 1000
Sehinggga diperoleh tegangan geser pada tebing (pers. 8.24) :

2 m
m
kg
73 , 1 3 , 2 x 75 , 0
Sedangkan tegangan geser kritis pada dasar :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 26


. 2 c
m
kg
12 10 , 0 ) 1000 2200 ( 1 , 0
Dengan mengambil = 10 maka, tegangan geser pada tebing diperoleh (pers.
8.25) :

4304 , 0
10 Sin
1 4 , 11
0 2
s


s
= 10,99 kg/m
2

Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing
saluran diperoleh :
Pada dasar saluran ;
b
<
c
(ok)
Pada tebing saluran ;
m
<
s
(ok)
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat
oleh kontruksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.

Langkah 5 : Stabilitas Lapisan Dasar dan Material Tebing
Berdasarkan prosedur desain di atas dan dari perhitungan pada langkah
sebelumnya diperoleh :
Dm = 0,1 m.
Dengan demikian untuk filter sintetis diperoleh :
. ) 001 , 0 (
2
1 , 0
02 , 0
1
v
2 / 1
3 / 2
b

. dt / m 22 , 0 v
b

Sedangkan bila lapisan filter kerikil yang digunakan, v
b
diperoleh :

2 / 1
3 / 2
b
) 001 , 0 (
2
1 , 0
022 , 0
1
v
. dt / m 20 , 0 v
b

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 27

Kecepatan maksimum pada interface tanah :

2 / 1
e
) 3 , 2 ( 1 , 16 v
= 24,42 cm/dt
= 0,244 m/dt
Kecepatan residu pada dasar :
2 / 1 3 / 2
f
) 2 )( 001 , 0 ( )
2
1 , 0
(
02 , 0
1
v
dt / m 10 x 6 , 9 v
3
f

Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan :
v
f
< (2 - 4) v
e
, maka filter dari krikil tidak diperlukan.
Berdasarkan harga v
b
, maka kecepatan aliran di bawah lapisan filter sintetis :
v
u
= (0,05 - 0,11) m/dt
Dikarenakan kecepatan di bawah lapisan sintetis sangat kecil, maka
kemungkinan terjadinya kerusakan lapisan dasar sangat kecil.
Dari semua perhitungan tersebut di atas, saluran yang telah diperkuat tebingnya
dengan gabion dapat dilihat pada gambar 8-26.




BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 28


Gambar 8-26. Rencana Gabion
Langkah 6 : Perhitungan stabilitas struktur gabion
Kestabilan struktur gabion harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.

8.3.2 Jenis Kaku (Rigid Revetment)

8.3.2.1 Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)

8.3.2.1.1 Deskripsi

Dinding penahan tanah adalah dinding pengaman gerusan yang terbuat dari
pasangan batu kali dengan campuran semen atau beton. Dinding pengaman ini
bersifat tetap.



BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 29


8.3.2.1.2 Dasar-Dasar Desain

Jenis-jenis dinding penahan tanah (retaining wall) adalah gravity wall, semi-
gravity wall dan cantilever wall. Gravity Wall adalah dinding penahan tanah
dengan mengandalkan gaya gravitasi sebagai gaya penahan beban. Dinding ini
tidak terdapat tegangan tarik. Semi-gravity Walls memerlukan baja untuk
mengurangi massa beton. Cantilever Wall berbentuk dinding T dan bertindak
sebagai kantilever. Biasanya terbuat dari beton bertulang.

Dalam mendesain dinding pengaman tipe ini, yang harus diperhatikan adalah
stabilitas dinding. Dinding harus stabil terhadap gaya guling (overturning), gaya
gelincir (sliding) dan daya dukung.

1) Gaya Guling
Gaya guling dapat menyebabkan dinding penahan tanah terguling apabila tidak
dapat menahan gaya akibat beban. Beban yang dapat menyebabkan dinding
penahan tanah ini terguling adalah tekanan tanah horizontal. Sedangkan yang
menahan agar dinding tidak terguling adalah gaya berat, tekanan aktif dan berat
tanah timbunan. Agar lebih jelas dapat melihat gambar pada contoh
perencanaan dinding penahan tanah.

Kestabilan dinding penahan tanah adalah perbandingan antara jumlah gaya yang
membuat dengan gaya penahan guling. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
o
r
M
M
SF (8.28)
dimana:
M
r
: momen yang menahan dinding agar tidak guling
M
o
: momen yang membuat dinding terguling.

2) Gaya Gelincir (Sliding)
Gaya gelincir dapat menyebabkan dinding penahan tanah tergelincir hingga
jatuh. Gaya gelincir ditentukan oleh tekanan tanah horizontal akibat tanah di
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 30

belakang dinding. Sedangkan gaya tahannya adalah berat dinding dan tekanan
pasif.

Dinding dapat dikatakan aman apabila angka keamanan melebihi yang
disayaratkan. Angka keamanan :
driving
sisting
SF
Re
forces (8.29)

3. Daya Dukung
Daya dukung tanah diperlukan untuk menahan beban akibat berat dinding
penahan tanah. Besarnya daya dukung ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
B
e 6
1
A
V
q (8.30)
dimana:
V = jumlah gaya vertikal yang bekerja
A = luas penampang kaki dinding
e = eksentrisitas yang dihitung dengan M x V. dan
.
2
X
B
e (8.30a)
B = lebar dinding pengaman.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 31

8.3.2.1.3 Prosedur Desain
Prosedur desaindapat dilihat pada flowchart sebagai berikut :
MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan jenis dan dimensi retaining wall
Tentukan kedalaman tapak dan pondasi
Cek stabilitas
?
Tentukan jenis dan
ukuran pengaman kaki
SELESAI
Ya
Tidak


Gambar 8-27. Flow chart perencanaan retaining wall

Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran
Langkah ini akan mendapatkan nilai-nilai parameter hidraulis yang digunakan
untuk perhitungan dinding penahan tanah. Penentuan nilai parameter ini melalui
catatan-catatan hidraulis yang ada maupun survei di lapangan.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 32

Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk
saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan
Manning (koefisien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran dan kecepatan
rata-rata.
Langkah 2 : Penentuan tipe Retaining Wall (dinding penahan tanah)
Tentukan bentuk dan jenis retaining wall yang akan digunakan. Tentukan juga
dimensi dari retaining wall. Apabila bentuk retaining wall ini tidak dapat
memenuhi persyaratan kekuatan, maka ukuran dimensinya dapat diubah
sehingga diperoleh hasil yang kuat dan ekonomis.
Langkah 3 : Penentuan tapak pondasi berdasarkan gerusan dasar yang
terjadi
Menurut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dapat ditulis :

33 , 0
40 , 0
1 1
1 , 1
r
s
F
h
a
h
h
(8.31)
dimana:
h
1
: kedalaman di hilir
h
s
: kedalaman penggerusan
F
r
: bilangan froude.
Langkah 4 : Perhitungan Stabilitas Retaining Wall
Dari desain awal pada langkah 2 telah dibuat bentuk awal dari retaining wall,
maka akan dihitung stabilitasnya. Bila tidak stabil, maka kembali ke langkah 2.
a. Guling (overturning)
Yang mempengaruhi gaya guling secara keseluruhan adalah sebagai berikut :.
Tekanan tanah aktif;
Ka H P
a
2
2 / 1 (8.32)
Tekanan tanah horizontal;
P
h
= P
a
cos (8.33)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 33

Tekanan tanah vertikal;
P
v
= P
a
sin (8.34)
Berat tanah timbun;
W = jumlah berat tanah yang menimbun retaining wall
Kemudian hitung momen guling
Momen guling (P
h
) = Jumlah gaya terjadi pada retaining wall x jarak antara titik
acuan guling dengan resultan (jumlah gaya yang terjadi).
Angka keamanan guling
o
r
M
M
SF
Bila SF > SF
persyaratan
, maka retaining wall aman
b. Gelincir (Sliding)
Koefisien geser;

3
2
tan f (8.35)
Gaya geser;
f V F
R
. (8.36)
Tekanan tanah pasif;
Menurut Bowles (1968), K
p
diperoleh dari hubungan kemiringan tanah timbun
( ).
kp H P
f p
2
2
1
(8.37)
Angka keaman untuk gelincir dengan persamaan (8.29)

c. Perhitungan Titik Resultan Tapak Dinding (location of the resultant on
the footing)
Untuk menentukan lokasi (titik) ini dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut.
M x V.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 34

dengan:
V : jumlah gaya vertikal yang bekerja
M : selisih momen tahanan dengan momen guling
Titik eksentrisitas dihitung dengan rumus (8.30a)
d. Daya Dukung
Untukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka dihitung
dengan persamaan 8.30.

Langkah 5 : Penguatan kaki struktur
Agar kaki struktur aman terhadap gerusan maka perlu digunakan perkuatan kaki
(Toe Apron) pada struktur retaining wall. Bahannya bisa digunakan dari
quarrystone atau riprap. Perencanaan riprap dapat dilihat pada detail
perhitungan riprap.
Bila digunakan quarrystone, maka parameter yang dihitung adalah seperti berikut
ini.
Lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung :
Bt = 2H, (8.38)
Bila digunakan dari quarrystone ;
. 8 , 1 N ;
) 1 SG ( N
H
W
S
3 3
S
3
a
min
(8.39)

8.3.2.1.4 Spesifikasi Material

Material yang digunakan tergantung dari jenis retaining wall yang digunakan.
Material yang biasa digunakan untuk retaining wall adalah pasangan batu kali
yang direkatkan dengan semen maupun beton bertulang.

8.3.2.1.5 Contoh Perencanaan retaining wall

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 35

Pengamanan tebing saluran/sungai yang sekaligus merupakan bagian dari
badan jalan dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain dengan
menggunakan retaining wall. Dalam contoh ini tinggi tebing yang harus
diamankan 3,50 m. Sedangkan catatan debit untuk saluran/sungai tersebut
sebesar 40.81 m
3
/dt, dan lebar dasar 25 m. Kemiringan tebing saluran mendekati
1V:1H, dan kemiringan dasar saluran sekitar 0.0001.
Data lain adalah:
- Sudut geser tanah ( ) = 36
0

- Berat jenis tanah dasar (
a
) = 2200 kg/m
3

- Berat jenis tanah timbun (
f
) = 2100 kg/m
3

- Daya dukung tanah izin (q
a
) = 3,2 kg/cm
2

Rencanakan retaining wall, agar tebing saluran (sekaligus menjadi tebing jalan)
aman terhadap keruntuhan/gerusan.
Penyelesaian:
Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran
Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk
saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan
Manning (koefisien Manning diambil 0.025) diperoleh tinggi aliran 2,30 m dan
kecepatan rata-rata 0,65 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (3,50 m) yang akan
diamankan, secara hidrolis lebih dari cukup untuk menampung/mengalirkan debit
aliran yang ada.
Langkah 2 : Penentuan tipe Retaining Wall (dinding penahan tanah)
Retaining wall direncanakan untuk tipe gravitasi. Adapun bentuk dan dimensi
retaining wall yang akan digunakan seperti gambar 8-28.
Dari gambar di atas dapat ditulis :
H = 5 m.
a
1
= H/12 = 5/12 0,40 m.
b = 0,6 x 5 = 3 m.
C = H/7 = 5/7 0,70 m.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 36

D = C = 0,70 m
d
1
= d
2
= 0,40 m.

d
3
= 0,70 - 0,40 = 0,30 m
q
a
= 3,2 kg/cm
2

Gambar 8-28. Desain Retaining Wall

Langkah 3 : Penentuan tapak pondasi berdasarkan gerusan dasar yang
terjadi
Menurut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dapat ditulis :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 37


33 , 0
40 , 0
1 1
1 , 1
r
s
F
h
a
h
h

disini a diambil 6 meter, dan kecepatan aliran 0,65 m/dt (dari langkah 1)
14 , 0
) 3 , 2 ( 81 , 9
65 , 0
F
1 r


3 , 0
4 , 0
14 , 0
3 , 2
6
1 , 1
3 , 2
S
h

h
S
= 0,84 m
Berdasarkan kedalam gerusan yang terjadi, maka tapak pondasi retaining wall
direncanakan sedalam 1,5 meter.
Langkah 4 : Perhitungan Stabilitas Retaining Wall
Untuk kemiringan tanah timbun ( ) diambil 10
0
terhadap horizontal.
a. Guling (overturning)
Dari tabel 6.3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 10
0
dan ( ) = 36
0
diperoleh K
a
= 0,316.
Tekanan tanah aktif;

2 2 2
/ 295 , 8 316 , 0 . ) 5 )( 1 , 2 (
2
1
2 / 1 m t Ka H P
a

Tekanan tanah tanah horizontal;
2 0
h
m / t 169 , 8 10 Cos 295 , 8 P
Tekanan tanah vertikal;
2 10
v
m / t 44 , 1 10 Sin 295 , 8 P

Berat tanah timbun;
t 28 , 6 ) 10 , 2 (
2
15 , 1
) 9 , 0 3 , 4 ( W
Tabel 8-6. Perhitungan Stabilitas dinding
No Berat (t) lengan (m) momen (t/m)
1. 1/2 (0,42)(4,3)(2,2) = 1,99 1,11 2,21
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 38

2. (0,40)(4,3)(2,2) = 3,78 1,45 5,48
3. 44 , 5 ) 2 , 2 (
2
) 3 , 4 ( 15 , 1
1,83 9,96
4. tanah = 6,280 2,22 13,94
5. 3x0,7(2,2) 4,62 1,50 6,93
P
v
= 1,440 2,42
3,49 V = 23,55 42,01


Momen guling (P
h
) = (8,169) x (2,13) = 17,40 t/m
Angka keamanan guling (SF) = ) ok ( 5 , 1 41 , 2
40 , 17
01 , 42

b. Gelincir (Sliding)
Koefisien geser;
444 , 0 ) 36 (
3
2
tan
3
2
tan f
0

Gaya geser;
f V F
R
.
F
R
= 23,55 (0,444) = 10,36 t
Tekanan tanah pasif;
Menurut tabel 6.2 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 10
0
diperoleh K
p
= 3,25.
t kp H P
f p
68 , 7 ) 25 , 3 ( ) 5 , 1 )( 1 , 2 (
2
1
2
1
2 2

Angka keamanan untuk gelincir;
) ( 5 , 1 21 , 2
169 , 8
68 , 7 36 , 10
ok FS

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 39




c. Perhitungan Titik Resultan Tapak Dinding (location of the resultant on
the footing)
Untuk menentukan lokasi (titik) ini dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut.
M x V.
dimana:
V : jumlah gaya vertikal yang bekerja
M : selisih momen tahanan dengan momen guling
. m 04 , 1
55 , 23
40 , 17 01 , 42
X
. m 46 , 0 04 , 1
2
3
X
2
B
e
Berarti titik berat berada pada pusat massa (ok).
d. Daya Dukung
Untukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka
dihitung:

B
e 6
1
A
V
q

2
max
/ 07 , 15
3
) 46 , 0 ( 6
1
1 . 3
55 , 23
m t q
2 2
cm / kg 2 , 3 cm / kg 507 , 1 ok

2
min
/ 63 , 0 ) 08 , 0 (
1 . 3
55 , 23
m t q

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 40

Retaining wall cukup aman, baik terhadap guling, geser dan daya dukung
pondasi. Namun sebaliknya pondasi diperkuat dengan pemasangan cerucuk
dengan diameter 15 cm dan panjang 4 m.

Langkah 5 : Pengaman kaki dari bahaya gerusan
Untuk aman terhadap gerusan pada kaki retaining wall, maka perlu digunakan
penguat pada struktur tersebut. Tipe penguat ini dapat digunakan dari riprap
(rock riprap) atau quarry stone.

Penentuan ukuran rock riprap
Ukuran rock riprap dapat dihitung dengan rumus;

gy
V
S
K
y
D
s
2
50
1

dimana;
K = 0,89, karena tipe retaining wall berupa spill through
S
s
= 2,65

2
det / 81 . 9 m g , maka dari persamaan (2), diperoleh;

3 . 2 81 . 9
) 65 . 0 (
1 65 . 2
89 . 0
3 . 2
2
50
x
D

D
50
= 0,024 m.
Diambil D
50
= 3 cm.
Perhitungan detailnya dapat dilihat pada contoh perhitungan riprap.
Penentuan ukuran quarrystone
Bila digunakan quarrystone, maka lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung :
Bt = 2H,
Bt = 2 x 2,30 m = 4,60m.
Berat quarrystone ;
. 8 , 1 N ;
) 1 SG ( N
H
W
S
3 3
S
3
a
min

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 41


3 3
3
) 1 65 , 2 ( ) 8 , 1 (
) 3 , 2 ( 65 , 2

= 1,23 ton


8.3.2.2 Tiang pancang (Sheet Pile)

8.3.2.2.1 Deskripsi

Sheet pile merupakan salah satu jenis retaining wall. Sheet pile terbuat dari baja,
beton, kayu atau sheet pile dari plastik yang saling berhubungan satu sama
lainnya membentuk dinding yang kontinu sepanjang tebing saluran.

8.3.2.2.2 Dasar-Dasar Desain

Dalam mendesain sheet pile perlu diperhatikan adalah kedalaman sheet pile dan
jenis tanah. Kedalaman sheet pile menentukan kekuatan dari sheet pile tersebut.
Kekuatan dari sheet pile berada pada ujungnya dan gesekan pada selimut sheet
pile. Jenis tanah juga menentukan kekuatan sheet pile. Tanah kohesif dan
nonkohesif akan berbeda dalam menentukan kekuatan sheet pile.

Kedalaman sheet pile dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai
berikut :
0
4 6
2
6 8
2
' '
2 '
' ' '
2
' '
2
' '
3
' '
4
K
R p y R
Y p K y
K
R
Y
K
R
Y
K
p
Y
a p a
p
a a
p

(8.40)
sehingga dapat diperoleh y , dimana y adalah kedalaman sheet pile.
Parameter yang digunakan dalam penentuan kedalaman sheet pile adalah
2 1 a a a
p p p ( Tekanan tanah aktif) (8.40a)
'
2
'
1 a a a
K h K h p (8.40b)
2 2 2
2
2 2 1
1
1
a
p
h
p h p
h
p R
a a a a a
(Resultan gaya) (8.40c)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 42

K

= Kp Ka (Koefisien tanah) (8.40d)



' ' ' '
2 1
'
a p p p
aK K a h K h p (Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan
sheet pile). (8.40e)
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat gambar pada contoh perencanaan.

8.3.2.2.3 Langkah-Langkah Desain

Langkah-langkah desain dari sheet pile dapat dilihat pada flow chart sebagai
berikut.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 43

MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Sketsa Kondisi tipe turap (sheet pile)
Tentukan koefisien tanah aktif dan pasif
Cek
kedalaman turap
?
Tentukan kedalaman
gerusan pada kaki
SELESAI
Tidak
Ya
Tentukan kedalaman sheet pile (D=y+a)
Tentukan ukuran
batu untuk
perlidungan kaki


Gambar 8-29 Flow Chart Langkah Desain Sheet Pile
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 44

8.3.2.2.4 Contoh perencanaan sheet pile
Selain dengan retaining wall, pengamanan tebing saluran/sungai (bagian dari
badan jalan) dapat juga dilakukan dengan menggunakan turap (sheet pile).
Dalam contoh ini tinggi tebing yang harus diamankan 6,0 meter. Sedangkan
catatan debit untuk saluran/sungai tersebut sebesar 91 m
3
/dt, dan lebar dasar 40
m. Tebing saluran mendekati tegak lurus, dan kemiringan dasar saluran sekitar
0,0001.
Data lain adalah:
- Sudut geser tanah ( ) = 30
0

- Berat jenis tanah ( ) = 1950 kg/m
3

- Berat jenis tanah terendam (

) = 1060 kg/m
3

Rencanakan struktur turap, agar tebing saluran aman terhadap keruntuhan
maupun gerusan.
Penyelesaian:
Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran
Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk
saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan
Manning (koefisien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran mendekati 3,0
m dan kecepatan rata-rata 0,76 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (6,0 m)
yang akan diamankan, secara hidrolis lebih dari cukup untuk
menampung/mengalirkan debit aliran yang ada.
Langkah 2 : Sketsa kondisi tipe sheet pile yang diberikan
Sheet pile direncanakan dengan tipe centilever sheet pilling. Adapun bentuk dan
dimensi sheet pile yang akan digunakan seperti gambar 8-30.




BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 45





















Gambar 8-30. Data dan Rencana Sheet Pile

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 46

Langkah 3 : Penentuan koefisien tanah aktif dan pasif
Dari tabel 6-3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 0
0
dan ( ) = 30
0
diperoleh K
a
= K
a

=
0,333.
Dari tabel 6-4 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 0
0
dan ( ) = 30
0
diperoleh K
p
= K
p

= 3,0.
K = K

= Kp Ka = 3,0 0,333 = 2,67



Tekanan tanah aktif;
2 1 a a a
p p p
'
2
'
1 a a a
K h K h p
94 , 1058 05 , 1948
a
p
2
/ 3007 m kg p
a

diperoleh:
K
p
a
a
'

m a 06 , 1

Gaya resultan (Ra);
2 2 2
2
2 2 1
1
1
a
p
h
p h p
h
p R
a a a a a

m k R
a
/ 345 , 11948

Jumlah momen terhadap garis perpotongan sheet pile;
3 2 2 3 2
) (
2
1
1
2
1
1
2
2 1
2 2
2 3
2
h
h a
h
p
h
a h p
h
a
h
p a a p y R
a a a a a

345 , 11948
06983 , 34145
y
m y 86 , 2

Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan sheet pile;
' ' ' '
2 1
'
a p p p
aK K a h K h p
2 '
/ 6412 , 30086 m k p
p

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 47

Langkah 4 : Penentuan kedalaman sheet pile (D)
Kedalaman sheet pile dari tekanan tanah pasif;
0
4 6
2
6 8
2
' '
2 '
' ' '
2
' '
2
' '
3
' '
4
K
R p y R
Y p K y
K
R
Y
K
R
Y
K
p
Y
a p a
p
a a
p

3 ' '
/ 2 , 2830 m kg K
m
K
p
p
63 , 10
' '

2
' '
77 , 33
8
m
K
R
a

3 ' ' '
2
' '
165 , 414 2
6
m p K y
K
R
p
a

4
2
' '
2 '
423 , 841
4 6
m
K
R p y R
a p a

diperoleh;
0 423 , 841 165 , 414 77 , 33 63 , 10
2 3 4
Y Y Y Y
dengan cara coba-coba didapat Y = 6,65 meter.

Kontrol:
' '
2
p p
a p
p p
R Y p
z
dimana;
Y K K p
a p p
' ' '

2
/ 83 , 18820 m k p
p

Y K K p p
a p p p
' ' ' ' '

2 ' '
/ 47 , 48907 m k p
p

didapat :
z = 1,495 meter.
2 2
' '
Y
p
z
p p R F
p p p a H

0 01 , 4
H
F ok.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 48

Dengan penambahan 30 % (keamanan), maka kedalaman sheet pile yang
diperlukan adalah:
a Y D 30 , 1
06 , 1 65 , 6 30 , 1 D
meter D 10
Langkah 5 : Perhitungan gerusan pada kaki sheet pile
Sama seperti pada kasus retaining wall, persamaan untuk menghitung gerusan
pada kaki sheet pile dapat juga digunakan dari Liu, et al (1961) dan Grill (1972),
yaitu:

33 . 0
1
4 . 0
1 1
15 . 2 Fr
h
a
h
h
s

dimana;
h
1
= 3 m
V
1
= 0,76 m/det
m a 10 . 0
Fr
1
=
1
1
gy
V

=
3 81 . 9
76 . 0
x

= 0.14
Dari persamaan (1) diperoleh;

33 . 0
4 . 0
) 14 . 0 (
3
10 . 0
15 . 2
3
s
h

h
s
= 0.86 m.

Langkah 5 : Penentuan ukuran rock riprap
Berdasarkan bilangan Froude = 0.14 (< 0.8), maka ukuran riprap dapat dihitung
dengan rumus;

gy
V
S
K
y
D
s
2
50
1

dimana;
K = 1.02, karena sheet pile dianggap dinding vertikal
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 49

S
s
= 2.65

2
det / 81 . 9 m g , maka dari persamaan (2), diperoleh;

3 81 . 9
) 76 . 0 (
1 65 . 2
02 . 1
3
2
50
x
D

D
50
= 0.036 m.
Diambil D
50
= 5 cm.

Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh
perhitungan detail riprap.

Spesifikasi Material
Material yang digunakan untuk membuat sheet pile adalah :
1. Rolled Steel, beton pracetak, kayu atau plastik pile.
2. Dibutuhkan struktur pengait seperti cantilever.
3. Baja : interlocking, perbedaan berat rolled steel sheet pile dapat
menancapkan ke dalam tanah. Baja material yang paling sering
digunakan.
4. Kayu : interlocking dengan sendiri ke tepi tanah. Bisa digunakan
permanen untuk dinding yang tingginya sedang sampai tinggi sekali
5. Beton : pracetak, pile beton lebih lama umur pelayanannya tetapi
harganya mahal. Pile beton lebih rumit pemasangannya dibandingkan
pile baja. Dapat berguna di aliran dengan tingkat abrasi yang tinggi dan
dimana dinding memikul gaya axial.
Plastik : kerapatan yang tinggi, interloking antar plastik. Biasanya digetarkan ke
dalam tanah. Plastik mempunyai struktur yang lebih rendah daripada material
struktur lainnya.

8.3.3 Bioengineering

Bioengineering merupakan jenis dinding pengaman gerusan dengan
menggunakan tumbuhan atau tanaman. Dinding pengaman jenis ini akan
digunakan bila daerah tesebut sulit untuk menemukan bahan konstruksi seperti
semen dan pasir. Berikut ini akan diperkenalkan dinding pengaman yang terbuat
dari tanaman yang dapat digunakan dan sesuai dengan keadaan di Indonesia.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 50

8.3.3.1 Konsep Desain

Penggunaan bioengineering (pengaman dari tanaman) diutamakan untuk
mengontrol erosi, tetapi kadang digunakan untuk hal lain. Perencanaan
pengaman bantaran dari bioengineering harus melibatkan aspek-aspek di sekitar
pengaman. Aktivitas di sekitar pengaman yang mempengaruhi erosi harus
diperhatikan. Pemasangan pengaman bioengineering di sekitar kawasan yang
dilewati sapi adalah usaha yang kurang baik karena sapi tersebut akan
memakan tanaman bioengineering sesudah dipasang.

Perencanaan bioengineering di sebuah saluran harus dievaluasi sebagai satu
kesatuan sistem. Bagian-bagian dari perencanaan bioengineering terdiri
penanganan kerusakan yang potensial dan aspek ekonomi dan politik. Bagian-
bagian perencanaan ini dapat dilihat pada gambar 8-31.











Tentukan masalah
akibat dari erosi
Tentukan tujuan (dikarenakan masalah erosi)
Contoh : - Meningkatkan kualitas air
- Meningkatkan habitat perikanan
Pertanyaan yang muncul beserta jawabannya
menyangkut komponen dari proyek
Politik Ekonomi Klimatologi Kondisi fisik Kondisi
tanah
Kondisi
biologi
Rencana
Pembangunan
Peralatan dan
Material (Bahan)
Pengadaan Tanaman
Implementasi Proyek
Persiapan Lahan
dan Konstruksi
Penanaman

Pengawasan Pemeliharaan
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 51

Gambar 8-31 Langkah-Langkah Perencanaan dan Implementasi dari Pekerjaan
Bioengineering










Langkah-langkah diatas dijabarkan berikut ini.

8.3.3.1.1 Penentuan Masalah dan Tujuan
Tujuan yang akan dicapai berdasarkan masalah yang muncul atau masalah yang
diperlukan untuk sebuah proyek. Masalah yang timbul biasanya adalah akibat
erosi seperti permasalahan kualitas air, perikanan yang sedikit dan lainnya.
Tujuan dari proyek biasanya ditentukan oleh permasalahan tersebut, tetapi dapat
juga dalam penyediaan habitat ikan dan hewan liar, peningkatan kualitas air,
perlindungan sumberdaya alam atau maksud lainnya. Tujuan-tujuan yang akan
dicapai tidak hanya ditimbulkan oleh masalah fisik akibat erosi tetapi juga oleh
masalah hukum, seperti penggusuran lahan di sekitar bantaran saluran.
Hal ini akan memerlukan keahlian antar disiplin ilmu yang minimal terdiri dari
insinyur, hidrologis, peneliti kehidupan makhluk hidup dan ekonomi, sosiologi dan
hukum.

8.3.3.1.2 Pertanyaan yang muncul beserta jawabannya menyangkut
komponen dari proyek

Proyek pengendalian erosi di bantaran sungai/saluran mempunyai beberapa
komponen. Setiap komponen dapat memiliki penghambat yang harus
diselesaikan. Komponen-komponen yang berkaitan dengan penghambat adalah
saling terlepas dan harus diperhatikan. Hal ini akan memunculkan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab. Komponen ini seperti politik, ekonomi,
klimatologi, fisik, tanah dan komponen biologi. Pertanyaan dan jawaban yang
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 52

muncul akan memandu ke dalam rencana pengembangan. Setelah rencana
pengembangan disetujui, pengadaan tanaman dilakukan. Setelah atau
bersamaan dengan pengadaan tanaman, impelementasinya dapat dilakukan. Hal
ini akan menyangkut peraturan pemerintah yang berlaku dan tekanan dari
masyarakat seperti penggunaan tanaman yang berasal dari daerah tersebut.
Komponen politik yang meliputi faktor manusia yang buruk dan jalan kaki yang
dibuat dan kendaraan off road dapat menjadi faktor yang positif dalam perbaikan
lingkungan.

Ekonomi merupakan salah satu komponen yang penting untuk proyek
pengendalian erosi. Proyek bioengineering biasanya lebih murah dibandingkan
dengan struktur lainnya. Bagaimanapun juga, variabel ekonomi akan
mempengaruhi keputusan akhir dalam memilih tanaman dan kepadatan tanaman
sesuai dengan pra-desain dan pemeliharaan. Desain dari pengaman tumbuhan
(pengaman hijau)/bioengineering harus meliputi pembiayaan untuk pengawasan
dan penanaman dan pengaturan lokasi untuk mencapai tujuan.

Komponen klimatologi meliputi beberapa aspek seperti hujan, suhu, kelembaban,
penyinaran matahari dan lainnya. Klimatologi akan mempengaruhi pemilihan
tanaman yang akan ditanam dan penanganannya setelah penanaman. Tanaman
yang digunakan untuk daerah yang mempunyai musim hujan yang tinggi dan
kering akan berbeda dengan daerah yang mempunyai musim kering lebih
banyak dibandingkan musim hujan.
Komponen fisik meliputi parameter proyek seperti kestabilan tanah seperti
penurunan tanah; suhu dan evapotrasnpirasi, hidrodinamik seperti sumber air
permukaan dan tanah, frekuensi air, timing, kedalaman dan lainnya;
geomorpologi seperti catatan arus, bentuk, bentuk penampang. Dari parameter
fisik yang telah disebutkan, hidrologi dan geomorfologi merupakan faktor yang
penting. Untuk menentukan tanaman yang digunakan dan jenisnya serta waktu
penanamannnya, seorang perencana harus mengetahui data hidrologi dan
geomorfologi dari saluran. Kalau tidak ada catatan mengenai data kedalaman
muka air dari saluran, maka harus menggunakan tanda-tanda kedalaman di
sekitar saluran, pengetahuan penduduk di sekitar saluran dan data lain yang
didapat dari tanaman lokal dan tanah yang menunjukkan periodisitas banjir.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 53

Karakteristik geomorfologi seperti geometri bantaran sangat menentukan dalam
desain bioengineering. Bantaran yang telah tererosi, curam dan tidak dapat
ditanami harus dibentuk sehingga dapat ditanami. Kemiringan untuk tanah
berpasir adalah 30
o
, sedangkan lempung dapat lebih curam. Kemiringan yang
sering digunakan adalah kurang dari 1 1.2 V : 1 H. Tebing yang curam dimana
penggerusan di kaki terjadi memerlukan perlindungan seperti riprap. Struktur
yang khusus digunakan untuk penanganan selain drainase kalau geomorfologi
turut menyumbang dalam erosi, seperti piping atau sadding.

Komponen tanah meliputi parameter tanah seperti tekstur, struktur, kesuburan,
daya tahan erosi, kandungan kimia dan sebagainya. Tekstur tanah, struktur dan
kedalaman mempengaruhi kandungan air di tanah dan perlu diperhatikan ketika
menentukan tampungan air atau air irigasi selama musim kering. Untuk
menjamin kestabilan bantaran dan perlindungan kaki, maka perlu perbaikan
kondisi tanah. Tanah dengan lapisan humus 10 cm diharapkan. Pemindahan
tanah sangat mahal dan harus diperhatikan untuk keadaan ekonomi. Tanah yang
kurang atau tidak sesuai dengan bioengineering dapat diperbaiki dengan teknik
atau metode perbaikan tanah tergantung dari permasalahan yang timbul.

Komponen biologi adalah salah satu komponen penting dan saling terkait
dengan komponen lainnya. Termasuk habitat yang diperlukan untuk tanaman
dan binatang serta rencana yang telah dibuat sehingga menemukan persyaratan
yang dibutuhkan untuk masing-masing komponen. Untuk menggunakan
bioengineering yang efektif, perencana harus mempelajari dan mengevaluasi
tanaman yang tumbuh atau digunakan di seluruh bagian bantaran. Di dalam
bioengineering, kondisi bantaran dan jenis tanaman harus dikaji sebanyak
mungkin. Tanaman asli yang tumbuh di bantaran atau yang sudah tumbuh lama
digunakan dengan normal. Sedangkan tanaman parasit harus disingkirkan.

Tanaman yang digunakan harus mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
banjir. Bagian bawah pengaman hijau harus tahan banjir sedangkan bagian atas
lebih sedikit tahan. Tanaman juga harus tahan terhadap keadaan kering.

8.3.3.1.3 Rencana pembangunan

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 54

Rencana pembangunan merupakan hal yang puncak dari tahapan yang
sebelumnya. Analisis tempat sebelum tanaman dibeli atau proyek diimplementasi
merupakan hal yang penting. Dalam analisis tempat, setiap komponen harus
dianalisis termasuk faktor atau parameter dan apa saja yang akan
mempengaruhi pembangunan tanaman untuk bioengineering dan stabilitas
bantaran. Panduan secara umum untuk analisis tempat adalah observasi
keadaan tempat proyek di upstream maupun downstream. Dari pengamatan
akan didapat tentang referensi tempat seperti tanaman yang akan digunakan,
jenis spesies yang akan menyerang tanaman.

8.3.3.1.4 Peralatan dan Material

Dalam rencana pembangunan, peralatan dan material diperlukan untuk
menangani masalah tanaman dan penanamannya. Peralatan dan teknik
penanaman tergantung dari jenis vegetasinya serta ukuran proyek dan kondisi
lapangan.

8.3.3.1.5 Perizinan

Setelah analisis kondisi lapangan dan pengerjaan mulai dilaksanakan, perizinan
untuk membangun diperlukan. Perizinan ini dikeluarkan oleh pemerintah daerah
setempat.

8.3.3.1.6 Pengadaan Tanaman

Indikator tanaman yang paling baik digunakan untuk bioengineering adalah
tanaman yang tumbuh di sekitar saluran secara alami. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengadaan tanaman adalah undang-undang (aturan)
mengenai pengadaan tanaman. Hal lain yang perlu diperhatikan hama dan
penyakit yang dibawa oleh tanaman tersebut. Hama dan penyakit tersebut
jangan sampai menyebar ke daerah sekitar saluran.

Ketersediaan tanaman dari beberapa spesies, ukuran dan kualitas sering
menjadi batasan dalam menentukan pemilihan tanaman dan pengadaan
tanaman. Beberapa tanaman yang asli tumbuh di sekitar saluran sangat sulit
untuk dikembangbiakan dan tumbuh dan banyak jenis tanaman yang tertentu
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 55

tidak tersedia di pasaran atau kualitasnya rendah. Untuk lebih mudah dalam
memilih tanaman yang digunakan untuk pengaman hijau ini, sangat disarankan
untuk mengidentifikasi tanaman sebanyak mungkin dan mempergunakan sedikit
mungkin jenis tanaman yang ada.

8.3.3.1.7 Implementasi

Implementasi (pelaksanaan) adalah kegiatan lanjutan dari perencanaan
pembangunan dan terintegrasi dengan proses perencanaan. Implementasi ini
terdiri dari persiapan lapangan dan konstruksi, penanaman dan pengawasan
serta pemeliharaan. Tahap ini memerlukan detail pekerjaan. Kerjasama antar
pemilik disiplin ilmu dalam perencanaan sangatlah penting dan harus terjaga
sampai proyek ini selesai.

8.3.3.1.8 Teknik Penanaman

Ada beberapa teknik penanaman dalam bioengineering mulai dari yang
sederhana, yaitu hanya menggali dengan pacul dan memasukan stek (batang
tanaman) sampai memindahkan akar tanaman yang besar. Teknik yang lain
adalah menyebarkan bibit tanaman, hydroseeding dan lainnya. Teknik
penanaman yang telah disebutkan harus dikombinasikan dengan material
bangunan atau struktur untuk membentuk struktur yang tahan erosi.

8.3.3.1.9 Pengawasan dan pemeliharaan

Pengawasan dan pemeliharaan merupakan bagian yang penting dari
perencanaan dan pembangunan pengaman bioengineering ini. Intensitas dan
frekuensi dari pengawasan dan pemeliharaan tergantung dari kondisi lapangan,
klimatologi, kemungkinan perusakan oleh binatang, gelombang yang tinggi serta
arus yang terjadi.

8.3.3.1.10 Penanganan bioengineering

Seluruh bantaran saluran harus ditangani agar mencapai kemampuan
maksimum untuk melindungi permukaan bantaran dan kaki dari erosi, untuk
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 56

habitat binatang, peningkatan kualitas air. Penanganan seluruh bantaran dapat
dilihat pada bab 6.5. Penanaman tumbuhan pada daerah mungkin terlalu lebar
atau akan timbul kesulitan karena geomorfologi saluran. Seluruh daerah
bantaran harus ditangani dengan sistematik. Penanganan yang akan sangat
diperhatikan adalah penangan zona kaki bioengineering.

Penanganan Zona Kaki
Zona kaki merupakan zona yang mudah terkena erosi sehingga dapat
membentuk lubang. Penanganan zona kaki menggunakan batu-batuan, kayu,
geotekstil, tanaman maupun gabungan dari material tersebut. Salah penanganan
zona kaki yang mudah adalah dengan menggunakan batu-batuan, yaitu dengan
riprap.


b. Bangunan Pengarah Aliran

8.4.1 Groin (Krib)

8.4.1.1 Prosedur Perencanaan

Prosedur perencanaan dari groin krib dapat disajikan dalam bentuk flowchart
sebagai berikut :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 57

MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan tinggi krib
Tentukan sudut orientasi krib
Cek
Stabilitas
?
SELESAI
Tentukan jarak antar groin
Tentukan jarak panjang pengunci
Tentukan ukuran material
Tentukan lebar puncak
Ya
Tidak

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 58

Gambar 8-32. Flow chart perencanaan groin
Langkah 1 : Penentu Tinggi Groin
Tinggi groin direncanakan tidak melampaui tinggi tebing karena erosi pada
daerah tebing dapat bertambah pada elevasi muka air tinggi. Oleh sebab itu
tinggi groin yang direncanakan sangat bergantung pada hasil perhitungan
parameter hidraulik
Langkah 2 : Sudut /Orientasi
Groin ditempatkan tegak lurus arah aliran, baik terhadap aliran hulu maupun arah
aliran di hilir. Posisi ini merupakan posisi standar pada perencanaan groin.
Langkah 3 : Panjang Groin
Panjang groin rencana tidak melampaui 1/3 lebar rata-rata saluran (W), untuk
lebih jelasnya dapat ditulis :

3
W
L (8.41)
Langkah 4 : Jarak Antara Groin (spacing)
Untuk menentukan spacing, ada beberapa formula yang dapat digunakan, yaitu :
LaGrone, 1995 ;

5 , 0
2
max
3 , 0 8 , 0
1 1 ; 5 , 1
R
L
S
W
L
W
R
L S (8.42)
Saele, 1994 ;
S = (4 5) L (8.43)

Langkah 5 : Panjang Pengunci (length of key)
Untuk menjaga agar groin tidak terbawa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi,
maka groin tersebut harus dikunci kedalam tebing. Panjang pengunci ini
bervariasi untuk setiap kasus.
Menurut Saele (1994) ;
LK
min
= 2,4 m atau LK
min
= 4 D
100
(8.44)
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 59

Menurut LaGrone (1995) ;
Untuk : R > 5 W dan
tg
L
S
LK = Stg - L (8.45)

Untuk : R > 5 W dan S < tg
5 , 0 3 , 0
R
5
L
W
2
L
LK (8.46)
Langkah 6 : Lebar Puncak
Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak kurang dari (2
3) D
100
Langkah 7 : Ukuran Material (material sizing)
Untuk menentukan ukuran material groin sangat tergantung dari jenis material
yang digunakan. Jadi dalam hal ini, penentuan ukuran material dapat merujuk ke
referensi terkait.
Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur
Kestabilan struktur groin harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall

8.4.1.2 Spesifikasi Material

Material yang digunakan untuk membuat groin (krib) adalah dari susunan kayu
atau sheet pile. Material yang digunakan tergantung dari kondisi biaya yang
dianggarkan. Kayu yang digunakan harus tahan terhadap air, karena kayu
direndam di dalam air.



BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 60




8.4.1.3 Contoh Perencanaan groin

Salah satu cara untuk menstabilkan/memantapkan tikungan saluran/sungai
adalah dengan menggunakan konstruksi Groin. Dalam contoh soal ini diketahui
lebar saluran/sungai 25 m, jari-jari tikungan saluran/sungai (terhadap garis
as/center line) adalah 150 m. Sudut ekspansi untuk mengunci groin dalam tebing
ditetapkan sebesar 20
o
.
Rencanakan struktur groin tersebut, agar tikungan sungai aman dari gerusan
akibat aliran yang terjadi.
Penyelesaian :
Lihat gambar 8-33.

Gambar 8-33. Rencana groin

Secara prosedur sebelum dilakukan perencanaan groin, terlebih dahulu harus
diketahui kondisi hidraulik eksisting pada tikungan tersebut. Perhitungan
parameter hidraulik ini didasarkan pada data aliran yang ada serta data
geometriknya. Parameter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program
komputer seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS.
B
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 61


Langkah 1 : Penentu Tinggi Groin
Tinggi groin direncanakan tidak melampaui tinggi tebing karena erosi pada
daerah tebing dapat bertambah pada elevasi muka air tinggi. Oleh sebab itu
tinggi groin yang direncanakan sangat bergantung pada hasil perhitungan
parameter hidraulik.
Langkah 2 : Sudut /Orientasi
Groin ditempatkan tegak lurus arah aliran, baik terhadap aliran hulu maupun arah
aliran di hilir. Posisi ini merupakan posisi standar pada perencanaan groin.

Langkah 3 : Panjang Groin
Panjang groin rencana tidak melampaui 1/3 lebar rata-rata saluran (W), untuk
lebih jelasnya dapat ditulis :

3
B
L

4 10
B
L
B

B = 25 m
m
B
5 , 2
10

m
B
25 , 6
4

diambil panjang groin (L) = 5 m.

Langkah 4 : Jarak Antara Groin (spacing)
Untuk menentukan spacing, ada beberapa formula yang dapat digunakan, yaitu :
LaGrone, 1995 ;
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 62


5 , 0
2
max
150
5
1 1 150 S
S
max
= 38,41 m

3 , 0 8 , 0
25
5
25
150
5 . 5 , 1 S
= 19,40 m
Sedangkan menurut Saele ;
S = (4 5) 5
= (20 25) m
untuk itu diambil jarak antara groin (S) = 20 m.

Langkah 5 : Panjang Pengunci (length of key)
Untuk menjaga agar groin tidak terbawa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi,
maka groin tersebut harus dikunci kedalam tebing. Panjang pengunci ini
bervariasi untuk setiap kasus.
R = 150 m
B = 25 m R > 5B
S = 20 m
tg
L
S
L = 5 m
= 20
0

maka digunakan rumus :
LK = 20. Tg 20
0
- 5
LK = 2,3 m > 1,2 m ok
Diambil LK = 2,4 m.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 63

Langkah 6 : Lebar Puncak
Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak kurang dari (2
3) D
100
Langkah 7 : Ukuran Material (material sizing)
Untuk menentukan ukuran material groin sangat tergantung dari jenis material
yang digunakan. Jadi dalam hal ini, penentuan ukuran material dapat merujuk ke
referensi terkait.

Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur
Kestabilan struktur groin harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.

8.4.2 Spur

8.4.2.1 Prosedur Perencanaan

Tahapan desain spur terdiri dari penentuan batas bantaran/tepi sungai yang
akan dilindungi, pemilihan tipe spur dan desain pemasangan spur yang terdiri
dari panjang spur, arah spur, permeabilitas, tinggi, profil dan jarak antar spur.

1. Penentuan Batas Bantaran/Tepi Sungai yang akan Dilindungi
Panjang bantaran/tepi sungai yang akan dilindungi dapat melihat pada bab 8.2.6.

2. Pemilihan Tipe Spur
Tipe spur yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 8-7.





BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 64





BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 65


Tabel 8-7 Tipe Spur dan Metode Pemilihan







BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 66

3. Desain Pemasangan Spur

Langkah 1 Tentukan Panjang Spur
Panjang spur tergantung dari panjang sungai/saluran yang akan diperbaiki.
Panjang spur yang baik digunakan adalah lebih besar dari 20 persen dari lebar
sungai atau ;

L
minimum
= 0.2 x lebar sungai (8.47)

Langkah 2: Tentukan arah spur
Spur yang mengarah ke upstream atau downstream akan berbeda dalam hal
kinerjanya. Spur yang ke arah upstream tidak sebaik spur yang kearah
downstream. Arah spur sebaiknya 90
o
diukur dari pinggiran sungai.
Untuk spur yang lebih dari satu, jarak antar spur dipengaruhi oleh arah spur.
Arah spur yang pertama sebaiknya 150
o
dari pinggir sungai.

Langkah 3: Tentukan Permeabilitas Spur
Permeabilitas spur menentukan banyaknya air atau aliran air yang
melewati/menembus spur. Semakin tinggi permeabilitas, semakin banyak air
yang dapat menembus dinding spur. Permeabilitas lebih dari 70 persen dapat
mencegah terjadinya erosi pada bantaran sedangkan permeabilitas kurang dari
35 persen dapat terjadi erosi seperti halnya pada spur yang impermeabel. Tetapi
harus diperhatikan panjang spur dan arah spur. Spur dengan permeabilitas lebih
dari 35 persen akan memperpendek panjang spur. Hubungan permeabilitas spur
dengan kedalaman gerusan dan arah spur dapat dilihat pada gambar 8-34 dan
8-35.








BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 67


Gambar 8-34. Grafik permeabilitas spur dan orientasi vs kedalaman
gerusan relatif pada ujung spur


Gambar 8-35. Permeabilitas dan arah spur vs sudut ekspansi






BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 68

Langkah 4 Tentukan Tinggi Spur
Spur yang impermeabel sebaiknya tidak melebihi tinggi bantaran. Bentuk puncak
dari spur sebaiknya miring dari bantaran menuju sungai.

Langkah 5 Tentukan Jarak Spur
Jarak antar spur (s) dapat ditentukan dengan rumus :
S = L cot (8.48)
Dimana:
S = jarak antara ujung spur (m)
L = panjang spur (m)
= pebesaran sudut pada ujung spur

4. Perlindungan Kaki
Kaki spur dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur penentuan
riprap dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap. Jenis perlindungan yang
lain adalah dengan pondasi pile.

8.4.2.2 Spesifikasi Material

Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau
gabion (bronjongan).

8.4.2.3 Contoh Perencanaan spur

Kasus degradasi/migrasi pada tikungan saluran/sungai (eksisting) seperti
gambar 8-36.





Gambar 8-36. Denah kasus penerapan Spur
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 69

Untuk mengatasi permasalahan ini diminta untuk merencanakan Spur yang
dapat berfungsi sebagai :
- Menghentikan / mencegah perpindahan meander sebelum badan jalan yang
melintasi saluran rusak / runtuh.
Untuk itu tipe deflector spur/permeabel retarder atau impermeabel deflector spur
direkomendasikan untuk digunakan dalam kasus ini. Sudut ekspansi yang
digunakan adalah 17
0
untuk panjang spur sekitar 20 % lebar saluran.
Penyelesaian :
Langkah 1 : Gambarkan Lokasi Thalweg
Pada prinsipnya sebelum dilakukan penggambaran thalweq, terlebih dahulu
harus dihitung parameter hidraulik untuk kasus eksisting. Perhitungan parameter
ini didasarkan pada data aliran yang ada serta data geometriknya. Parameter
yang paling penting dalam perencanaan spur ini adalah streamline pada
tikungan saluran. Dalam contoh ini dianggap streamline sudah diketahui.
Sket lokasi thalweg yang diinginkan secara mulus (smooth) dari arah aliran udik
melalui kurva menuju garis lurus/sejajar arah aliran di bagian hilir.
Langkah 2 : Gambarkan kurva yang mulus melalui ujung spur, konsentrik
terhadap garis tebing yang diinginkan.
Lihat gambar 8.37.





Gambar 8-37. Rencana Penempatan Spur
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 70


Langkah 3 : Posisi/lokasi Spur no. 1
Tempatkan spur no.1 pada bagian hilir dari kasus yang ditinjau dengan
membentuk sudut ekpansi 17
0
.
Hitung jarak dengan spur berikutnya :
Panjang efektif spur no. 1 (L
1
) = 20% x 50 = 10 m.
Maka jarak spur no. 1 dengan spur berikutnya adalah :
S
1
= L
1
cotg 17
0

33
~
71 , 32
305731 , 0
1
10

Spur dipasang pada sudut 90
0
terhadap tangen yang merupakan kontruksi yang
paling ekonomis
Langkah 4 :
Untuk spur yang lain (spur di hulu dari spur pertama) ditempatkan dengan
menggunakan persamaan yang sama seperti diatas.
Dengan penempatan spur seperti ini akan terjadi deposisi pada dasar antara
garis tebing yang diinginkan dengan garis tebing yang tererosi (eksisting)
Berdasarkan garis tebing yang diinginkan, maka panjang busur (gambar 8-38)
yang dibutuhkan sehingga kasus ini dapat teratasi adalah :







BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 71

Gambar 8-38. Posisi /jarak lintasan penempatan Spur
m
x
o
rr x

PB
305
250 . 2
360
70
2
360

Sehingga jumlah spur yang harus dipasang adalah 305/32,71 +1 = 10,24 11
buah.
Langkah 5 : Perhitungan kestabilan struktur
Kestabilan struktur spur harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.

8.4.3 Guide Bank

8.4.3.1 Prosedur Perencanaan

Prosedur perencanaan guidebank terdiri dari panjang guidebank, tinggi dan
riprap.












MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan debit yang melewati bantaran kiri dan
kanan
A
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 72








Tentukan debit dengan jarak 30 m dari
bantaran
Cek
Stabilitas
?
SELESAI
Tentukan panjang, tinggi dan lebar guide bank
Ya
Tidak
Tentukan perlindungan kaki


Gambar 8-39. Flow Chart Perencanaan GuideBanks

a. Analisis data awal (Preliminary Data Analysis)

Langkah 1. Kumpulkan data lapangan yang diperlukan yang meliputi (survey
penampang melintang saluran, data tanah, foto udara (aerial photographs), studi
kasus, dll).
Langkah 2. Tentukan debit rencana. (lihat subbab 8.2.1).

Langkah 3. Tentukan perkiraan perubahan (development) penampang
melintang rencana.

A
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 73

b. Dimensi guidebank
Langkah 4 Tentukan debit yang melewati bantaran kiri dan kanan (Q
f
)
Q
f
= V x kedalaman x lebar bersih saluran

Langkah 5 Tentukan debit dengan jarak 30 m dari pilar (Q
30 m
) dan Q
f
/Q
30 m

Q
30 m
= V x kedalaman bantaran x 30 m

Langkah 6 Tentukan panjang Guidebank (L
s
)
Panjang guide ditentukan dari nomograh antara L
s
dan Q
f
/Q
30 m
(gambar 8-40)
Gambar

Gambar 8-40. Nomogram untuk menentukan panjang tebing penuntun
(guidebank)

Petunjuk Penggunaan Nomograph padagambar 8-40:
1. Tentukan nilai Q
f
, Q
30
dan Va.
2. Hitung Q
f
/Q
30
.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 74

3. Tarik garis lurus dari titik Q
f
/Q
30
yang dihitung (sumbu vertikal) sampai
garis Va yang dipakai dan tarik lagi garis ke bawah memotong sumbu
horozontal.
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus (garis vertikal) dengan garis
sumbu horizontal untuk nilai Ls.
Langkah 7 Tentukan ketinggian dan lebar guide bank
Tinggi minimum guidebank adalah 0,6 m dari freeboard diatas permukaan air
desain. Lebar atas guidebank antara 3 sampai 4 m dengan kemiringan pinggir
1V : 2H atau kurang.
Langkah 8 Tentukan Ukuran Batuan
Guidebank terdiri dari batuan yang tersusun (riprap). Desain untuk riprap ini
dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap.

c. Perlindungan Kaki
Kaki guidebank dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur
penentuan riprap dapat dilihat pada perencanaan riprap. Jenis perlindungan
yang lain adalah dengan pondasi pile.

8.4.3.2 Spesifikasi Material

Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau
gabion (bronjongan).
8.4.3.3 Contoh Perencanaan guide bank
Pada suatu saluran/sungai yang dilintasi (crosing) oleh jalan jembatan seperti
gambar di bawah. Sungai tersebut mempunyai debit aliran rencana 300 m
3
/detik,
sedangkan bentuk sungai terdiri dari saluran utama (main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Adapun lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar
bantaran mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m.
Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H.
Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk
bantaran 0.035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 75

Rencanakan struktur guidebank pada kedua sisi (kiri dan kanan) sehingga
bukaan jembatan diperoleh selebar 85 m. Lihat gambar 8.41.



Gambar 8-41. Denah rencana Guidebank
Penyelesaian :
Langkah 1 : Tentukan parameter rencana hidraulik yaitu kedalaman dan
kecepatan pada kondisi debit rencana.
Pada prinsipnya parameter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program
komputer seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS.
Dalam contoh ini digunakan metode sederhana yaitu dengan menggunakan
rumus Manning untuk memperoleh kedalaman normal serta kecepatannya.
2 / 1
S
3 / 2
R
n
1
V
)
eb
h
mc
(h m
mc
B
mc
P
mc
)h
mc
h m
mc
(B
mc
A
2
1 2

.
eb
.h m
eb
B
eb
P
h x
eb
B
eb
A
2
1

Q = Q
mc
+ Q
eb
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 76

Dimana :
h
mc
: kedalaman aliran di saluran utama
h
eb
: kedalaman aliran di bantaran
B
mc
: lebar dasar saluran utama
P
mc
: keliling basah penampang saluran utama
A
mc
: luas penampang basah saluran utama
m : kemiringan tebing
B
eb
: lebar dasar bantaran
A
eb
: luas penampang basah bantaran
P
eb
: keliling basah penampang bantaran
Q
mc
: debit aliran di saluran utama
Q
eb
: debit aliran di bantaran
Sehingga diperoleh:
2 1 3 2 2 1 3 2
2 1 3 2 2 1 3 2
0001 0
035 0
1
100 2 0001 0
025 0
1
2 75 300
1
2
1
/ / / /
/ / / /
.
eb
h
.
.
eb
h .
mc
h
.
H H
) S R
n
.(
eb
.h
eb
B S R
n
mc
h
mc
mh
mc
B Q

0 300 143 57 30 8 0
143 57 8 0 30 300
143 57 4 0 2 75 300
3 5 3 5 3 8
3 5 3 5
3 5
3 5
3 8
/ / /
/ /
/
/
eb
h .
mc
h
mc
h .
eb
h .
mc
h .
mc
h
eb
h ,
mc
h .
mc
h
/

Dengan mengambil tinggi aliran di bantaran (h
eb
) = 1 m, maka diperoleh
kedalaman di saluran utama (h
mc
) = 3,35 m.
Kecepatan pada saluran utama :
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 77

m/dt. .
) . ( ) (
.
bantaran
v
/dt . v
). . )( . (
.
) . ( ) . (
.
S
mc
h
.
S R
n
v
/ /
/ /
/ /
/ /
286 0
0001 0 1
035 0
1
896 0
01 0 23896 2
025 0
1
0001 0 35 3
025 0
1
025 0
1
1
2 1 3 2
3 1 3 2
2 1 3 2
2 1 3 2

Luas penampang basah :
A
mc
= (75 + 2 x 3,35) 3,35 = 273,65 m
2
(saluran utama )
A
lb
= (100 x 1) = 100,00 m
2
(bantaran untuk satu sisi)
Q
mc
= 273,695 x 0,896 = 245,231 m
3
/dt
Q
lb
= 2 x 100 x 0.286 = 57,20 m
3
/dt
Q = 302,431 m
3
/dt
Q Q
tat.
(300)

Langkah 2 : Tentukan debit pada bantaran kiri dan kanan (Q
f
)
Debit ini sangat tergantung pada posisi abutment jembatan. Kalau kedua
abutment (kiri dan kanan) ditempatkan pada tebing bantaran, maka Qf adalah
debit yang dihitung untuk bantaran kiri maupun kanan pada langkah pertama
yaitu 28,6 m
3
/dt (untuk satu sisi). Tetapi dalam contoh ini, abutment jembatan
ditempatkan pada jarak 50 m dari tebing saluran utama, baik abutment kiri
maupun kanan. Dengan anggapan aliran seragam maka :
Qf = V
eb
x h
eb
x50 m = 0.286 x 1 x 50 = 14.3 m
3
/dt
masing-masing untuk sebelah kiri dan kanan.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 78

Langkah 3 : Tentukan Q
30m
dan Qf / Q
30m
untuk bantaran kiri dan kanan
Q
30m
maksudnya adalah debit yang melewati pada bantaran sejauh 30 m dari
batas saluran utama. Karena dalam kasus ini aliran dianggap seragam, maka :
Q
30
= V
eb
x h
mc
x 30 m = 0.286 x 1 x 30 = 8.58 m
3
/dt
baik untuk bantaran kiri maupun kanan (untuk satu sisi).
Berdasarkan Q
30m
maka diperoleh :
Qf/Q
30m
= 14,3/8,58 = 1.667
Langkah 4 : Tentukan panjang guidebank ( Ls )
Untuk memperoleh panjang guidebank, harus dihitung dahulu penampang basah
aliran pada bukaan jembatan ( A
n2
).
A
n2
= A
mc
+ 2 { 50 .1} = 273.695 + 2 x 50 = 373.695 m
2

Berdasarkan luas penampang basah bukaan tersebut, maka diperoleh
kecepatan rata-ratanya ( V
n2
) :
dt / m 80 . 0
695 . 373
300
A
Q
V
2 n
2 n

Sesuai dengan harga Qf/Q
30m
pada langkah ke

tiga dan harga V
n2,
maka dengan
menggunakan nomograf gambar 8-40, maka diperoleh panjang guidebank (Ls)
kurang dari 15 m.
Karena Ls yang dibutuhkan terlalu pendek, maka pada prinsipnya untuk kasus ini
keberadaan guidebank tidak terlalu dibutuhkan.
Langkah 5 : Spesifikasi tambahan
Kalaupun guidebank diadakan/digunakan, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain tinggi jagaan (elevasi guidebank terdapat elevasi muka
air) dan lebar puncak guidebank. Kriteria perencanaan/perhitungan dari
parameter ini dapat merujuk pada referensi-referensi terkait.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 79

Untuk bahan material guidebank dapat digunakan tipe rock riprap. Adapun
perhitungan tipe revetment ini dapat dilihat dalam contoh perhitungan detail
riprap.
Langkah 6 : Perhitungan kestabilan struktur
Kestabilan struktur check dam harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.


c. Bangunan Peredam Energi

i. Check Dam

1. Prosedur perencanaan
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 80

Prosedur perencanaan secara ringkas dapat dilihat pada flow chart sebagai
berikut.
MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Hitung kehilangan energi
Hitung kedalaman gerusan pada kaki
Cek
Stabilitas
?
SELESAI
Tentukan panjang, tinggi dan lebar (dimensi)
cek dam
Ya
Tidak
Tentukan perlindungan kaki

Gambar 8-42. Flow Chart Perencanaan Check Dam
Langkah 1: Hitung Parameter Hidraulik
Hitung parameter hidraulik, yaitu debit rencana, lebar dan profil saluran dan
kedalaman di hulu, hilir dan tinggi bangunan drop (drop structure).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 81

Langkah 2 Hitung kehilangan energi akibat adanya struktur tersebut
Sebelum menghitung kehilangan energi (H
t
), beberapa parameter lain yang perlu
dihitung:
- Debit persatuan lebar = Q/B
- Kecepatan rata-rata di udik : V
u
= q/h
u

- Kecepatan rata-rata di hilir : V
d
= q/h
d

Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan
hilir.

d
2
d
d u
2
u
u t
t d
2
d
d u
2
u
u
Z
g 2
V
Y Z
g 2
V
Y H
atau ; H Z
g 2
V
Y Z
g 2
V
Y
(8.49)
Langkah 2 : Hitung kedalaman gerusan pada kaki (toe) struktur tersebut
Dengan menggunakan persamaan USBR, maka dapat diperoleh kedalaman
gerusan :
hs = K H
t
0.225
x q
0.54
- dm, (8.50)
Langkah 3 : Pengaman struktur Check Dam
Berdasarkan kedalaman gerusan yang diperoleh, maka tinggi check dam
(struktur drop) yang perlu diperkuat adalah :
h
mc
+ hs (8.51)
Untuk memperkuat struktur tersebut, perlu digunakan suatu dinding penahan
(revetment) pada kaki (toe) struktur ini. Dalam kasus ini dicoba untuk
menggunakan quarrystone atau riprap.
a. Riprap
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 82

Untuk memperkuat kaki struktur tersebut dapat digunakan tipe revetment dari
riprap. Prosedur perhitungannya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh
soal riprap.

b. Quarrystone
d
h
hs
= (0,5 1,0) (8.52)
masuk dalam kriteria penggunaan toe dari quarrystone (0,5 1,0)
Lebar toe Apron (B
t
) :
B
t
= 2 H
Berat batu toe :
3 3
S
3
a
min
1 SG N
H
W
dimana N
S
= angka stabilitas

H
ht
K
) K 1 (
5 , 1
3 / 1
S
3 / 1
2
e 8 , 1
H
ht
K
K 1
3 , 1 N (8.53)
atau N
S
= 1,8

1
2
kB sin
kht 2 h sin
kht 2
K (8.54)

2. Spesifikasi Material

Material yang digunakan untuk check dam adalah struktur beton. Check dam
merupakan bangunan yang terendam dalam air sehingga bangunan tersebut
harus kuat.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 83

8.5.1.3 Contoh Perencanaan check dam
Suatu lokasi sekitar pondasi jembatan (eksisting) pada suatu saluran/sungai
terjadi degradasi. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan elevasi dasar setinggi 1,4 m dari elevasi dasar awal. Kondisi
tersebut dapat didekati dengan membuat bangunan terjunan (drop structure)
yang akan menstabilkan dasar saluran dan mengurangi kemiringan saluran di
bagian udik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8.43.








Adapun parameter hidraulik lain adalah:
- Debit rencana (Q) = 170 m
3
/ dt,
- Lebar saluran (B) = 35 m
- Kedalaman aliran di hulu ( sebelum terjadi drop), h
u
= 3.25 m,
- Kedalaman aliran setelah terjadi drop (h
d
) = 2.95 m
- Tinggi drop (h) = 1.4 m
Dalam kasus ini diminta untuk menghitung gerusan yang terjadi pada kaki
struktur drop (Check Dam) serta cara memperkuatnya sehingga dapat diatasi
gerusan tersebut.



Gambar 8-43. Rencana Check Dam
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 84

Penyelesaian :
Langkah 1 : Hitung kehilangan energi akibat adanya struktur tersebut
Sebelum menghitung kehilangan energi (H
t
), beberapa parameter lain yang perlu
dihitung :
- Debit persatuan lebar = Q/B = 170/35 = 4,86 m
3
/dt/m
'

- Kecepatan rata-rata di udik : V
u
= q/h
u
= 4,86/3,25 = 1,49 m/dt
- Kecepatan rata-rata di hilir : V
d
= q/h
d
= 4,86/2,95 = 1,65 m/dt
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan
hilir.
m
x x
Z
g
V
h Z
g
V
h H
atau H Z
g
V
h Z
g
V
h
d
d
d u
u
u t
t d
d
d u
u
u
674 . 1
089 . 3 763 . 4
0
81 . 9 2
) 65 . 1 (
95 . 2 4 . 1
81 . 9 2
) 9 . 1 (
25 . 3
2 2
;
2 2
2 2
2 2
2 2

Langkah 2 : Hitung kedalaman gerusan pada kaki (toe) struktur tersebut
Dengan menggunakan persamaan USBR, maka dapat diperoleh kedalaman
gerusan :
hs = K H
t
0.225
x q
0.54
- dm,
dimana :
K = 1,9, dm = h
d
= 2,95 m
hs = 1,9 (1,674)
0.225
(4,86)
0.54
2,95
= 2,1335 x 2,3485 2,95
= 2,06 m
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 85

Langkah 3 : Pengamanan struktur Check Dam
Berdasarkan kedalaman gerusan yang diperoleh, maka tinggi check dam
(struktur drop) yang perlu diperkuat adalah :
h
mc
+ hs = 1,4 + 2,06 = 3,46 m
a. rock riprap
Untuk memperkuat struktur tersebut, perlu digunakan suatu dinding penahan
(revetment) pada kaki (toe) struktur ini. Dalam kasus ini dicoba untuk
menggunakan quarrystone atau riprap.
Dari data cek dam terdahulu diketahui bahwa;
Kedalaman aliran di hilir 2,95 m
Kecepatan aliran di hilir 1,65 m/det
Fr =
1
1
gh
V

=
95 . 2 81 . 9
65 . 1
x

= 0,31
Berdasarkan bilangan froude di atas, maka ukuran rock riprap untuk pengaman
pada kaki cekdam digunakan persamaan dari rumus Isbash, yaitu;

gh
V
S
K
h
D
s mc
2
50
1

dimana;
K = 1,02
SG = 2,65

2
det / 81 . 9 m g , maka dari persamaan (2), diperoleh;

95 . 2 81 . 9
) 65 . 1 (
1 65 . 2
02 . 1
95 . 2
2
50
x
D

D
50
= 0,17 m.
Diambil D
50
= 20 cm.
Perhitungan detailnya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh soal riprap.


BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 86

b. Quarrystone
Bila digunakan quarrystone, maka perlu ditinjau dulu parameter berikut.
0 , 1 5 , 0
95 , 2
06 , 2
hd
hs

masuk dalam kriteria penggunaan toe dari quarrystone
Lebar toe Apron (B
t
) :
B
t
= 2 H
= 2 x 2,95
= 5,90 m
6 m
Berat batu toe :
3 3
S
3
a
min
1 SG N
H
W
dimana N
S
= angka stabilitas

H
ht
K
) K 1 (
5 , 1
3 / 1
S
3 / 1
2
e 8 , 1
H
ht
K
K 1
3 , 1 N
atau N
S
= 1,8

1
2
kB sin
kht 2 h sin
kht 2
K
Dengan menggunakan Ns = 1,8, berat minimum material quarrystone adalah :
3
3
min
) 1 65 , 2 ( 8 , 1
95 , 2 . 65 , 2
W
= 8,41 ton
= 8410 kg

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 87


d. Abutment dan Pilar Jembatan
Untuk perencanaan abutment dan pilar jembatan yang tahan terhadap gerusan,
prosedurnya mengikuti langkah-langkah pada Bab V dalam manual ini. Tabel 8-8
di bawah ini digunakan untuk perhitungan gerusan pada jembatan.

Tabel 8-8. Koefisien tipe pilar dan Faktor koreksi arah aliran dijembatan
Koefisien Tipe Pilar Faktor koreksi arah aliran pada jembatan
Tipe-tipe pilar K1 Sudut L/a = 4 L/a = 8 L/a = 12
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
hidung persegi
hidung bundar
silinder
hidung tajam
kelompok silinder
1,1
1,0
1,0
0,9
1,0
0
15
30
45
90
1,0
1,5
2,0
2,3
2,5
1,0
2,0
2,5
3,3
3,9
1,0
2,5
3,5
4,3
5,0
sudut = arah aliran
L = panjang pilar

Proses perencanaan abutment dan pilar jembatan dapat dilhat pada flow chart
sebagai berikut :
















BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 88


































Gambar 8-44. Flow Chart Perencanaan Abutment dan Pilar Jembatan

MULAI
Pengumpulan data lapangan :
1. Potongan Melintang
2. Perubahan penampang melintang
3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti :
debit r encana, kekasar an dasar sungai,
kecepatan dan kedalaman rata-rata
Tentukan alokasi abutment dan pilar, aliran
bantaran, a/y1, kondisi dasar dan tipe
abutment dan pilar
Cek tegangan geser di
saluran utama dan
bantaran
?
Cek
Stabilitas struktur
?
SELESAI
Ya
Tidak
Diperlukan penangan
khusus agar tegangan
geser dapat teratasi
Ya
Tentukan kedalaman gerusan lokal pada
abutment dan pilar
Tentukan ukuran batuan untuk riparap pada
abutment dan pilar
Tidak
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 89


8.6.1 Contoh Perencanaan Abutment dan Pilar Jembatan
Suatu jalan jembatan melintasi (crossing) pada suatu saluran/sungai seperti
gambar 8.45. Sungai tersebut mempunyai debit rencana 300 m
3
/detik,
sedangkan bentuk sungai terdiri dari saluran utama (main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar bantaran
mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m.
Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H.
Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk
bantaran 0,035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001.
Data lain yang diketahui:
Tegangan geser izin pada bantaran (
o
) = 19,91 kg/m
2

Bantaran dilapisi oleh vegetasi kelas A
D
50
=

5 mm, D
75
= 6 mm.

Gambar 8-45. Posisi abutment di bantaran

Penyelesaian:
Langkah 1: Hitung parameter hidraulis aliran
Karena kondisi saluran/sungai sama seperti pada contoh soal guidebank,
beberapa parameter hidraulis tidak perlu dihitung lagi, cukup menggunakan hasil
dari perhitungan pada kasus guidebank, yaitu :
kedalaman aliran di saluran utama (h
1
) = 3,35 m
kedalaman aliran di bantaran (kiri-kanan), h
0
= 1,0 m.
Debit saluran utama (Q
mc
) = 245,23m
3
/dt.
Kecepatan aliran di saluran utama (V
mc
) = 0,896 m/dt.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 90

debit di bantaran (Q
eb
) = 28,60 m
3
/dt. (untuk satu sisi)
Kecepatan aliran di bantaran (V
eb
) = 0,286 m/dt.
Berdasarkan parameter tersebut di atas, maka dapat dihitung bilangan Froude
(Fr) pada bantaran dan saluran utama.

Pada bantaran
Fr =
gh
V

=
0 . 1 81 . 9
286 . 0
x

= 0,09
Saluran utama
Fr =
35 . 3 81 . 9
896 . 0
x

= 0,16

Langkah 2: Perhitungan tegangan geser
Tegangan geser yang terjadi dapat dihitung dengan formula berikut.
3 / 1
h
2
2
2
o
R v
22 . 2
n
v
8
f
satuan British
3 / 1 2 2
h o
R v n satuan SI

Tegangan geser yang terjadi pada saluran utama;

2 3 / 1 2
/ 412 , 0 ) 35 , 3 ( 896 . 0 1100 025 . 0 m kg x x x
o

Tegangan geser yang terjadi pada bantaran;

2 3 / 1 2
/ 385 . 0 ) 0 . 1 ( 286 . 0 1100 035 . 0 m kg x x x
o

Tegangan geser kritis (izin) di saluran utama (
c
)

75
0164 . 0 xD
c
satuan British
75
088 . 0 xD
c
satuan SI
mm x
c
6 088 . 0
2
/ 53 , 0 m kg
c

Untuk saluran utama
o
>
c

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 91

Untuk bantaran
o
<
c
.
Langkah 3: Tentukan lokasi abutment, aliran bantaran, a/y1, kondisi dasar,
tipe abutment.

Dalam kasus ini lokasi abutment di bantaran. Ada aliran dibantaran, abutment
diletakkan 25 meter dari tebing bantaran (a = 25 m), dengan demikian a/y1 =
25/3,35 = 7.46 < 25. Kondisi sedimen dasar bergerak dan tipe abutment berlaku
umum.

Berdasarkan kondisi di atas, maka perhitungan gerusan pada abutment dapat
menggunakan tiga formula, yaitu Laursens (1980), Froelichss (1987) dan
Laursens (1980) untuk
o
<
c
.

Langkah 4: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada abutment

Menurut Laursen, 1980;
1 1
5 . 11
75 . 2
7 . 1
1 1 1
h
h
h
h
h
a
s s

1 1
5 . 11 0 . 1
75 . 2
0 . 1
25
7 . 1
s s
h h

0 09 . 9 1 1
50 . 11
7 . 1
s
s
h
h
Dengan cara coba-coba diperoleh h
s
= 7,20 m.

Menurut Froehlich;
1
'
27 . 2
61 . 0
43 . 0
1
2 1
1
Fr
h
a
K K
y
h
s

dimana;
K
1
= 1, dan K
2
= 1
A
tot
= (273,65 + 200) m
2

= 473,50 m
2

A
e
= 0,9 A
tot

= 0,9x473,50
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 92

A
e
= 426,15 m
2


e
e
A
Q
V
=
15 . 426
300

= 0,70 m/det.

Diambil a = a = 25 meter, dan
Fr
1
=
1
gh
V
e

=
0 . 1 81 . 9
70 . 0
x

= 0,22.

Dari persamaan 20 diperoleh;
1 ) 22 . 0 (
0 . 1
25
) 1 )( 1 ( 27 . 2
0 . 1
61 . 0
43 . 0
s
h

h
s
= 3,50 m.


Menurut Laursen, 1980 untuk
o
<
c
.;

1 1
1 . 4
75 . 2
6 / 7
o
s
o
s
o mc
o
h
h
h
h
h q
Q

dimana;
q
o
= h
o
V
o

= 1,0x0,286
= 0,286 m
2
/det
Q
o
= q
o
a
= 0,286x25
= 7,15 m
3
/det.

det / 23 . 245
3
m q
mc

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 93

diperoleh;
1 1
1 . 4 0 . 1
75 . 2
0 . 1 23 . 245
872 . 14
6 / 7
s s
h h
x

dengan cara coba-coba diperoleh h
s
= 0,20 m.

Langkah 5: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada pilar
Pilar diletakkan di tengah-tengah saluran utama seperti gambar berikut. Tipe
pilar round-nose dengan L/a = 8, dimana L = panjang pilar dan a = lebar pilar.
Untuk menghitung gerusan lokal pada pilar jembatan, ada 4 formula yang dapat
digunakan.

1. Persamaan Colorado State Universitys
Menurut Richardson et al., (1975), gerusan pada pilar jembatan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
43 . 0
65 . 0
1
2 1
1
0 . 2
r
S
F x
h
a
x xK xK
h
h

y
1
: kedalaman aliran pada lokasi pilar
Fr = 0,16
Dari tabel 8-6, dengan bentuk pilar ujung bulat diperoleh K
1
= 1,0.
Dari tabel 8-7, untuk L/a=4, dimana L = panjang pilar ; a = tebal pilar, diperoleh
K
2
= 1,50
Sehingga;
43 . 0
65 . 0
16 . 0
35 , 3
0 . 1
50 . 1 0 , 1 0 . 2
35 , 3
x x x x
h
S

h
s
= 2,06 meter.

2. Persamaan Jani and Fisher (1979);
Dalam langkah 2 di atas diperloeh untuk saluran utama
o
>
c
, berarti dasarnya
bergerak.

Untuk dasar bergerak (F
r
F
rc
)> 0.20, maka;

50 . 0 1
25 . 0
) ( 2
a
h
F F
a
h
rc r
s


BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 94

untuk 0 < F
r
F
rc
< 0,20, berlaku :

30 . 0 1
25 . 0
) ( 84 . 1
a
h
F
a
h
rc
s

dimana;
a = lebar pilar
Fr = 0,16

Penentuan harga F
rc

Penentuan harga bilangan Froude kritis dilakukan dengan menggunakan
nomograph di bawah ini.

Gambar 8-46. Batas anjuran tegangan geser untuk kanal

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-46:
1. Tentukan nilai D
50

2. Plot nilai D
50
pada garis grafik (sumbu horizontal)
3. Tarik garis lurus dari titik D
50
menuju garis satuan yang dinginkan,
selanjutnya tarik horizontal menuju garis grafik (sumbu vertikal)
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai .


BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 95


Dengan demikian dapat ditentukan F
rc
sebagai berikut:
- D
50
diambil 0,10 m.
- Dari diagram Lanes pada gambar 8-46, dengan D
50
= 100 mm, diperoleh
c
=
8x10
-3
kg/m
2
.
- U
*c
;

c
c
U
*

=
3
3
10
10 8x

= 8,864x10
-3
m/det.
- ;

c
U
*
6 . 11

dimana = 9,29x10
-7
m
2
/det

3
7
10 . 864 . 8
10 . 29 . 9 6 . 11 x

= 0,0012 m.
- K = D
50
, maka;

0012 . 0
10 . 0
50
D

= 83,33
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 96


Gambar 8-47. Faktor pengali Einsten X pada persamaan kecepatan
logaritmik

Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-47:
1. Tentukan nilai k
s
dan
2. Hitung k
s
/
3. Plot nilai k
s
/ pada garis grafik sumbu horizontal
4. Tarik garis lurus dari titik k
s
/ menuju garis grafik X (sumbu vertikal)
5. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai X.

Dari gambar 8-47 diperoleh X = 1.0.
- V
c


50
1
*
11
ln
D
X h
U V
c c

=
10 . 0
0 . 1 35 . 3 11
ln 10 . 86 . 8
3
x x

= 0,05 m/det.

- Bilangan Froude kritis;
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 97

Frc =
1
gh
V
c

=
35 . 3 81 . 9
05 . 0
x

= 8,7x10
-3

F
r
F
rc
= 0,16 8,7x10
-3

= 0,1513, berarti 0 < F
r
F
rc
< 0,20.

Maka untuk air jernih;

30 . 0 1
25 . 0
) ( 84 . 1
a
h
F
a
h
rc
s

Berdasarkan criteria di atas, maka y
s
diambil yang terbesar antara kedua rumus
di atas, jadi;

50 . 0 25 . 0
)
0 . 1
35 . 3
( 15 . 0 2
0 . 1
s
h

diperoleh h
s
= 2,28 m.


030
25 . 0
3
)
0 . 1
35 . 3
( 10 7 . 8 84 . 1
0 . 1
x
h
s

diperoleh h
s
= 0,81 m.
Maka diambil harga terbesar yaitu y
s
= 2,28 m.

3. Persamaan University of Auckland (UAK);
Bila 18
50

D
a
, dimana a = lebar pilar, digunakan;

3 2 1
1 . 2 K K K
a
h
s

Bila 18
50

D
a
, maka;

53 . 0
50
3 2 1
45 . 0
D
a
K K K
a
h
s

10 . 0 / 1
50
D
a
,
= 10, berarti < 18, maka digunakan kondisi pertama.
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 98

K
1
= koefisien untuk tipe pilar, untuk bentuk ujung bulat (rounded), dari table 8-7
diperoleh K
1
= 1.
K
2
= faktor koreksi = 0, K
2
= 1 (table 8-8)
K
3
= faktor koreksi akibat gradasi sedimen, diambil = 2.
Diperoleh:

53 . 0
10 . 0
0 . 1
) 0 . 1 )( 0 . 1 )( 0 . 1 ( 45 . 0
0 . 1
s
h

Maka diperoleh y
s
= 3.05 m.



4. Persamaan Froehlich (1988) untuk dasar bergerak;
Dengan menggunakan analisis regresi linear pada 83 pengukuran lapangan
terhadap gerusan pilar, Froehlichs (1988) dikembangkan untuk persamaan
berikut:
1
' '
32 . 0
08 . 0
50
20 . 0
46 . 0
1
62 . 0
1
D
a
F
a
y
a
a
K y
r s

dimana;
K
1
= koefisien untuk tipe pilar, untuk itu froehlich mengambil;
K
1
= 1,3 untuk pilar singular-nose.
K
1
= 1,0 untuk pilar round-nose.
K
1
= 0,70 untuk pilar sharp-nose.
' a = lebar pilar yang diproyeksikan tegak lurus terhadap hampiran
' a aliran, dan
' a = a cos + L sin
dimana;
L = panjang pilar
= sudut yang menuju pilar
bila = 90
o
, maka;
a = L = 8 m, diperoleh;
1
10 . 0
8
) 16 . 0 (
0 . 1
35 . 3
0 . 1
8
32 . 0
08 . 0
20 . 0
46 . 0 62 . 0
1
K y
s

Maka diperoleh y
s
= 2,99 m.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 99

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan;
Tabel 8-9 . Hasil perhitungan gerusan pada abutment
Nomor Metoda y
s
(m) Y
s
/y
1

1. Laursen, 1980 7,20 7,20
2. Froechlich. 1987 3,50 3,50
3. Laursen, 1990, untuk
o < c
0,20 0,20


Tabel 8-10 . Hasil perhitungan gerusan pada pilar
Nomor Metoda y
s
Y
s
/y
1
1. Colorado States University 2,06 0,61
2. Jain and Fisher, 1979 2,28 0,68
3. University of Auckland 3,05 0,91
4. Froechlich, 1988 2,99 0,89

Untuk mengatasi gerusan yang terjadi pada abutment maupun pada pilar, salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang riprap, yang dalam
hal ini digunakan rock riprap.

Langkah 6 : Penentuan rock riprap pada abutment
Menurut Isbash, untuk bilangan Froude 0,80 ukuran rock riprap pada abutment
dapat digunakan rumus berikut, yaitu:
y g
V
Ss
K
y
D
2
50
) 1 (

dimana :
D
50
= diameter tengah batu (m)
V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
Ss = spesifik gravity rock riprap
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)
y = kedalaman aliran pada bukaan jembatan (m)
K = 0,89 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment)
1,02 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 100

Sedangkan untuk bilangan Froude > 0,80 dapat digunakan persamaan dari
Kilgore, 1993, yaitu:
14 . 0
2
50
) 1 ( y g
V
Ss
K
y
D

dimana :
K = 0,61 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment)
0,69 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)

Pada lokasi abutment, bilangan Froude = 0,09, maka ukuran rock riprap yang
digunakan adalah:
0 , 1 . 81 , 9
286 , 0
) 1 65 , 2 (
02 , 1
0 , 1
2
50
D

m x D
3
50
10 15 , 5
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal
revetment tipe rock riprap.

Langkah 7 : Penentuan rock riprap pada pilar
Menurut Richardson et al., 1990 untuk menghitung diameter batu (dalam satuan
meter, media air tawar) menggunakan rumus berikut, yaitu:
g Ss
V K
D
2 ) 1 (
692 , 0
2
50

dimana :
D
50
= diameter tengah batu (m)
V = kecepatan pada pilar (m/dt)
Ss = spesific gravity rock riprap (biasanya 2,65)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)
K = 1,50 untuk ujung pilar bulat
1,70 untuk pilar persegi

Untuk lokasi pilar dekat tebing, kecepatan aliran (V) dikoreksi dengan koefisien
0,9. Sedangkan bila lokasi pilar berada pada tikungan saluran utama, maka
kecepatannya dikoreksi dengan koefisien 1,7.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 101

Dalam contoh soal ini, bentuk pilar mempunyai ujung bulat (K = 1,5), dan lokasi
pilar di tengah-tengah saluran utama (V dikali dengan 1,7).
81 , 9 . 2 ) 1 65 , 2 (
896 , 0 . 7 , 1 . 5 , 1 692 , 0
2
50
D
m D 11 , 0
50

Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal
revetment tipe rock riprap.

Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur (abutment dan pilar)
Kestabilan struktur abutment dan pilar harus diperhitungkan terhadap:
Guling
Geser
Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.

e. Geotekstil

i. Deskripsi

Geotekstil dapat digunakan untuk mengendalikan gerusan di jalan yang berada
dekat sungai. Geotekstil biasanya digunakan bersamaan dengan jenis
pengaman gerusan jalan lainnya, seperti riprap. Geotektil berbentuk bahan yang
tersusun dengan bentuk anyaman tertentu sesuai dengan fungsinya.

ii. Perencanaan (desain) Pengaman dari Geotekstil

1. Kriteria Perencanaan

Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengaman jalan dari
geotekstil sebagai berikut :
a. Durabilitas (Ketahanan).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 102

Geotekstil yang digunakan harus mempunyai ketahanan terhadap berbagai
kondisi seperti kondisi akibat fisik, biologi, panas dan sinar ultra violet.
Khususnya ketahanan terhadap sinar ultra violet, geotekstil yang digunakan
harus diuji ketahanan terhadap sinar ultra violet selama minimal 30 hari.
b. Kekuatan dan Ketahanan terhadap gerusan
Kekuatan yang penting dari geotekstil yang digunakan untuk pengaman jalan
akibat gerusan adalah kekuatan tarik, stabilitas, kekuatan tahan terhadap
robekan, tidak mudah berlubang dan tidak mudah hancur.

Tabel 8-11. menyajikan rekomendasi kekuatan minimum yang dibutuhkan
dari geotekstil
Tipe Kekuatan Metode Tes
Keadaan Geotekstil
Kelas A Kelas B
Kekuatan tarik
Panjang tarik (%)
Tidak mudah berlubang
Tidak mudah robek
Ketahanan terhadap abrasi
Kekuatan jalinan bahan
Ketahanan terhadap kehancuran
ASTM D 4632
ASTM D 4632
ASTM D 4833
ASTM D 4533
ASTM D 3884
ASTM D 4632
ASTM D 3786
200
15
80
50
55
180
320
90
15
40
30
25
50
140

Keterangan :
Kelas A : geotekstil berada pada keadaan yang lebih buruk dari kelas B
seperti geotekstil dijatuhi beban dengan tinggi kurang dari 3 ft (0,6 m) dan
berat kurang dari 250 pounds.
Kelas B : geotekstil hanya dilapisi oleh pasir atau tidak dijatuhi beban.
c. Material Penutup.
Geotekstil biasanya ditutupi oleh material seperti batu, riprap, blok beton dan
sebagainya. Material penutup geotekstil harus dapat melindungi dari gaya
hidraulik, sinar ultraviolet dan tetap menjaga agar menyatu dengan tanah.
Material yang melindungi geotekstil harus sama permeabilitasnya dengan
geotekstl. Kalau material tidak sama permeabilitasnya, maka material yang
halus seperti pasir harus diletakkan diantara geotekstil dan material penutup.
Hal yang paling penting dalam mendesain material penutup adalah menjaga
ruang udara (void) relatif kecil (tertutup).
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 103



d. Pengait (Anchorage)
Pada bagian kaki sungai, geotekstil dan material penutup diletakkan
sepanjang bantaran pada kedalaman dibawah permukaan air rata-rata untuk
meminimalisir gerusan. Rekomendasi peletakan geotekstil adalah 3 ft
dibawah permukaan air rata-rata atau di dasar sungai bila permukaan air
kurang dari 3 ft. Sedangkan untuk bantaran bagian atas, geotekstil diletakkan
sepanjang bagian atas bantaran atau 2 ft diatas tinggi air maksimum. Kalau
pergerakan air terlalu kuat, maka dianjurkan menggunakan pengait pada
bagian atas maupun bawah.

2. Kondisi Konstruksi

Dalam memasang (konstruksi) geotekstil harus diperhatikan kondisi-kondisi
sebagai berikut :
a. Persiapan lahan
Lahan atau tempat yang digunakan untuk memasang (meletakkan) geotekstil
harus bersih dari tanaman, batuan dan sebagainya.
b. Penempatan Geotekstil
Geotekstil diletakkan secara menyeluruh (tanpa digulung) langsung dengan
hati-hati di atas tanah dengan kemiringan yang rata. Geotekstil yang telah
diletakkan jangan dibiarkan terkena sinar matahari lebih dari 1 minggu dan
tidak lebih dari 1 bulan untuk geotekstil yang terlindungi serta geotekstil yang
tidak tahan terkena sinar ultra violet. Geotekstil yang diletakkan harus bebas
dari tegangan tarik, pasir dan batuan.
Kalau digunakan untuk melindungi bantaran sungai, dimana arus paralel
dengan bantaran, geotekstil diletakkan lebih panjang pada arah paralel
bantaran. Geotekstil sebaiknya diberikan pengait untuk mencegah gaya
keatas uplift atau penggerusan.
c. Penempatan (overlapping), sambungan gotekstil dan pengait.
Sambungan antara geotekstil sebaiknya menimpa sambungan lainnya
selebar 12 inchi sepanjang sambungan. Untuk penempatan dibawah air
sambungannya selebar 3 ft. Sambungan menggunakan sambungan las, lem ,
jahitan atau alat yang lain. Sambungan jahitan merupakan sambungan yang
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 104

baik untuk geotekstil. Banyaknya jahitan lebih besar dari 90% dari luas
sambungan. Pengait digunakan untuk mengamankan geotekstil dan
sambungan. Jarak antara pengait tergantung dari kemiringan. Jarak antara
pengait dapat dilihat pada tabel 8-12 berikut.




Tabel 8-12. Jarak pengait terhadap kemiringan samping
Kemiringan Jarak Pengait
(ft)
Lebih curam dari 1 V : 3 H
1 V : 3 H sampai 4 H
Lebih datar dari 1V : 4 H
2
3
5

Diameter pengait yang digunakan adalah 3/16 inch, dengan panjang 18 inch.
Pengait yang lebih panjang digunakan untuk tanah berpasir.
d. Penempatan material penutup
Penempatan material penutup untuk tanah yang miring mulai dari bawah
menuju keatas. Penempatan material tidak boleh dijatuhi karena dapat
merusak geotekstil kecuali untuk tes.

Tata cara desain lainnya tergantung pada spesifikasi geotekstil yang digunakan.
Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada petunjuk yang disertakan pada saat
pembelian geotekstil.










BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT. Page 105

Anda mungkin juga menyukai