Anda di halaman 1dari 7

288

Seminar Nasional Pangan Fungsional


PENGARUH PEMBERIAN SERAT YANG DIPRODUKSI OLEH BAKTERI
DALAM FORMULA MAKANAN FUNGSIONAL PADA TIKUS
YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL

SRI ISTINI, NOER LAILY, DIANA NURANI DAN IDA SUSANTI
1


Abstrak

Serat dapat diproduksi dari fermentasi limbah kedelai dengan menggunakan
bakteri Acetobacter dalam industry tofu. Proses fermentasi ini menghasilkan serat
yang larut berpotensi menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Penelitian dilakukan
untuk menentukan kemungkinan penggunaan serat yang diproduksi bakteri, sebagai
agensia kontrol kadar kolestrol. Penelitian ini menggunakan 35 ekor tikus putih usia 2
bulan dengan 5 perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif,
kelompok perbandingan, dan 2 kelompok terdiri dari kelompok makanan kolestrol,
dan kelompok makanan non kolestrol. Pengambilan darah diambil setiap 2 minggu
untuk menganalisis total kolestrol, LDL, HDL. Pada kelompok kontrol positif, kenaikan
total (increment) kolestrol adalah 148, 48 mg/dl, kenaikan LDL adalah 143,68 mg/dl
dan HDL 46,83 mg/dl. Pada kelompok perbandingan, total kolestrol menurun 35,51%,
sementara pada kelompok perlakuan (makanan standar dan contoh), penurunan total
(decrement) kolestrol mencapai 55,91% (pada makanan contoh dan kolestrol tinggi).

Kata kunci: serat, produksi, bakteri, acetobacter sp., kolestrol


PENDAHULUAN

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan adalah
menyediakan makanan dengan nutrisi dan pola makan seimbang yang dapat
meningkatkan kesehatan. Pola makan yang tidak seimbang akan mempercepat
timbulnya penyakit degeneratif. Kebanyakan penyakit degenaratif terjadi karena
pergeseran pola makan yang semula tinggi serat menjadi makanan tinggi kalori
(kurang serat). Salah satu penyakit degeneratif yang berbahaya adalah jantung
koroner, penyebabnya adalah penyempitan pembuluh darah yang diakibatkan karena
kadar kolesterol dalam darah yang berlebihan atau hiperkholesteramik
(Karyadi.,2002 ).

Hiperkolesterolemik dapat berdampak buruk bagi kesehatan maka harus
dikendalikan, kolesterol total dan LDL kolesterol harus diturunkan, sebaliknya HDL
kolesterol harus ditingkatkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya
kadar kolesterol dalam darah ada hubungan dengan tingginya kandungan serat
dalam makanan.

Dilihat dari komposisi serat makanan , komponen serat terdiri dari komponen
yang larut dan komponen yang tak larut. Komponen yang larut ( Soluble Dietary Fiber
,SDF) adalah 1/3 (sepertiga ) dari total serat diantaranya pektin, gum dan hidrokoloid.
Sedangkan kelompok besarnya merupakan serat tak larut (Insoluble Dietary
Fiber,IDF) ( Prosky et.al , 1992). Secara fisiologis serat makanan yang larut (SDF)
lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL)
serta meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL).

1
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri
Bioteknologi BPPT, Jl.MH.Thamrin No.8 Jakarta.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

289
Seminar Nasional Pangan Fungsional
Oleh karena serat sangat baik untuk kesehatan yaitu untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit maupun untuk terapi maka pada penelitian ini
dikembangkan produk makanan yang berupa formula makanan fungsional yang
mengandung serat yang diproduksi secara fermentasi menggunakan air rendaman
kedele oleh bakteri Acetobacter sp melalui kultur kocok.

Adapun tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
serat bakteri sebagai serat dalam formula makanan fungsionil terhadap penurunan
kadar kolesterol total, LDL dan peningkatan HDL darah pada tikus yang diberi pakan
tinggi kolesterol.


BAHAN DAN METODE

Bahan

Pakan standar tikus (Lampiran 1), pakan kolesterol tinggi (Lampiran 2), PTU
(Propit Tio Urasil), Kit reagen kolesterol CAT.No. CH201/KATNK. Kit reagen HDL dan
LDL, alkohol, sampel serat bakteri, kolesteramin, aceton, NaOH (Bergman &
Wardlaw, 1974 dan Siedel et.al, 1983). Hewan percobaan tikus putih galur wistar usia
2 bulan sejumlah 35 ekor.

Metode Penelitian

Terdiri dari 3 tahapan yaitu adaptasi, peningkatan kolesterol dan tahap
perlakuan. Tahap adaptasi: 35 ekor tikus yang dikandangi satu persatu diberi pakan
standar selama 2 minggu dimana setiap minggu ditimbang bobotnya dibagi kedalam
5 kelompok perlakuan yaitu:

Kelompok A = Kelompok kontrol negatif, diberi pakan standar 20 gr/hari.
Kelompok B = Kelompok kontrol positif, diberi pakan kolesterol tinggi 20 gr/hari.
Kelompok C = Kelompok pembanding positif, diberi kolesterol tinggi 20 gr/hari, PTU
20 mg/kg B.B/hari dan kolestiramin 0,067g/kg B.B /hari.
Kelompok D = Kelompok perlakuan stop kolesterol tetapi tetap diberi pakan standar
20 gr/hari, sampel serat bakteri 1,066 gr/kg B.B/hari.
Kelompok E = Kelompok perlakuan diberi pakan kolesterol tinggi 20 gr/hari, PTU 20
mg/kg B.B/hari dan sampel 1,066 gr/kg B.B/hari.


Darah diambil dibagian ekor (5 mm dari ujung ekor) di analisa kolesterol total
dengan metode CHOD-PAP, sedangkan LDL dan HDL dengan metode
pengendapan lipo protein berdensity rendah setiap 2 minggu sekali (Caselli et
al.,1977).










PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

290
Seminar Nasional Pangan Fungsional
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap Peningkatan Kolesterol

Tikus dibuat hiperkolesterol dengan pemberian pakan kolesterol tinggi
20gr/hari dan PTU 20mg /kg BB/hari selama 6 minggu. Pada awal perlakuan dan
akhir perlakuan pada minggu ke 6 total kolesterol rata-rata kelompok kontrol negatif
adalah 56,36 mg/dL - 70,48 mg/dL, pada kelompok kotrol positif adalah 31,17
mg/dL-111,47 mg/dL, pada kelompok pembanding positif adalah 104,24 mg/dL -
112,80 mg/dL, kelompok perlakuan stop kolesterol adalah 95,60 mg/dL - 147,47
mg/dL dan kelompok perlakuan tetap kolesterol adalah 86,81 mg/dL - 121,38 mg/dL.
Kadar kolesterol total pada tahap peningkatan kolesterol cukup tinggi dibandingkan
dengan dengan kontrol negatif.

Tahap Perlakuan

Setelah tikus diberi ransum formula selama 6 minggu pada kelompok D:
kelompok perlakuan stop kolesterol yaitu dengan pemberian pakan standar 20 gr/hari
dan pemberian sampel denagn dosis 1,066 gr/kg BB/hari memberikan penurunan
kadar kolesterol total sebesar 55,91%. Sedangkan pada kelompok pembanding
positif dengan pemberian pakan kolesterol tinggi 20 gr/hari dan obat kolestiramin
dengan dosis 0.067 gr/kg BB/hari dan PTU 20 mg/kg BB/hari memberikan penurunan
kadar kolesterol total sebesar 35,52% sehingga sampel memberikan efek
hipokolesteramik yang lebih besar dibandingkan kelompok pembanding. Kadar
kolesterol total selama perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

0
20
40
60
80
100
120
140
160
A B C D E
Kelompok perlakuan
K
a
d
a
r

k
h
o
l
e
s
t
e
r
o
l

t
o
t
a
l

(
m
g
/
d
L
)
minggu O
minggu ke 6

Gambar 1. Kadar Kolesterol Total Rata-rata Selama Perlakuan (mg/dL).

Aktifitas penurunan kadar kolesterol total pada beberapa penelitian didukung
pula dengan adanya peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL
kolesterol ( Patricia and Truswell, 1985).

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

291
Seminar Nasional Pangan Fungsional
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A B C D E
Kelompok perlakuan
K
a
d
a
r

H
D
L

(
m
g
/
d
L
)
minggu ke O
minggu ke 6

Gambar 2. Kadar HDL Kolesterol Rata-rata Selama Perlakuan (mg/dL).


Sampai akhir minggu ke 6 kadar HDL kolesterol dapat di lihat pada Gambar
2. Kadar HDL kolesterol pada kelompok D (stop pemberian pakan kolesterol)
mampu menaikan HDL kolesterol sampai 8,4% dan pada pembanding positif mampu
menaikan kadar HDL kolesterol sampai 39,6%. Sedangkan penurunan kadar LDL
kolesterol pada kelompok D adalah sebesar 4,3%, dan pada kelompok pembanding
positif adalah sebesar 3,06%. Kadar LDL kolesterol sampai akhir minggu ke 6 pada
Gambar 3.

0
20
40
60
80
100
120
140
160
A B C D E
Kelompok perlakuan
K
a
d
a
r

L
D
L

(
m
g
/
d
L
)
minggu ke O
minggu ke 6

Gambar 3. Kadar LDL Kolesterol Selama Perlakuan (mg/dL)



PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

292
Seminar Nasional Pangan Fungsional
Pada kelompok perlakuan E yaitu tetap pemberian kolesterol tinggi 20
gr/hari, PTU 20 mg/kg BB/hari dan sampel dengan dosis 1,066 gr/kg BB/hari mampu
menurunkan kadar kolesterol total sebesar 44,46% dari awal perlakuan. Pada
kelompok pembanding positif kadar kolesterol total turun 35,52%, ini berarti sampel
mampu memberikan efek hipokholesteramik yang lebih besar dari pada kelompok
pembanding positip walaupun tetap diberi pakan tinggi kolesterol. Adapun kadar HDL
kolesterol pada kelompok E mengalami kenaikan sebesar 6,8% dan pada kelompok
pembanding positif naik sampai 39,6%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
walaupun kecil.

Sedangkan kadar LDL kolesterol sampai akhir perlakuan pada minggu ke 6
pada kelompok E belum dapat turun secara maksimal dari awal perlakuan namun
dibandingkan pada minggu ke 4 telah mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan
karena pada kelompok E tikus tetap diberi pakan tinggi kolesterol terus sampai akhir
perlakuan.

Dari hasil yang didapat serat yang diproduksi oleh Acetobacter sp dapat
dipakai sebagai serat dalam formula makanan fungsional yang berefek
hipokholesteramik baik pada tikus yang diberi perlakuan dengan pakan stop
kolesterol maupun tikus yang tetap diberi pakan tinggi kolesterol selama perlakuan.

Serat bakteri sebagian besar adalah terdiri dari serat larut. Secara fisiologis
serat larut di dalam usus halus akan membentuk gel yang akan mengikat lemak
kolesterol dan asam empedu sehingga menghalangi penyerapan lemak dan
kolesterol di dalam usus. Selain itu juga dapat berakibat berkurangnya asam empedu
didalam hati karena asam empedu ikut keluar bersama kotoran. Untuk memproduksi
asam empedu yang hilang hati akan menarik kolesterol dari darah sehingga kadar
kolesterol darah akan turun (Chaplin, 2003).


KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian serat bakteri dengan dosis 1,066 g/kg BB/hari pada tikus, baik
yang pakannya diganti dengan standar ataupun tikus yang tetap diberi pakan
kolesterol tinggi (setelah tikus dibbuat hiperkolesterol) dapat dipakai untuk
mengendalikan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol serta dapat meningkatkan
HDL kolesterol sampai normal. Sebagai saran untuk lebih menyempurnakan hasil
penelitihan ini perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu uji klinis.


DAFTAR PUSTAKA

Bergman, R., Faud F. Wardlaw. 1974. Sereum Cholesterol and Choledethiasis in
Rabbits Treated with Pectin and Cholestyramin.Am.J.Vet.Res.35: 1445-
1447.
Caselli, W.P., J.T. Doile, T. Gardon.1977. HDL Cholesterol and Other Lipits in
CHD.The Cooperative Lipoprotein Phenotyping Study.Circulation. 5: 767-
772.
Chaplin, 2003. Dietory Fiber and Health, dari Hyhealth.html. hal 1 4.
Karyadi, E. 2002.Hiperkolesterolemia dalam Kiat Mengatasi Penyakit Diabetis,
Hiperkolesterolemia, Stroke. PT.Inti Sari Mediatama, Jakarta. hal. 52-59.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

293
Seminar Nasional Pangan Fungsional
Patricia, A.J. and A.S. Truswell. 1985.The Hypocholesterolaemia Effectc of Pectius in
Rats. British Jourhal of Nutrition.London, 53: 409 425.
Prosky, L. L. Furda, J.W. De Vries, T.F. Schweizer, and B.F. Harland. 1984.
Determination of Total Dietory Fiber in Foods and Food Products and
Total Diets. Interlaboratory Study.J.A.O.AC: P 1044-1053.
Siedel, J., E.O. Hagele, J. Ziegenhorn, and A.W. Wahlefeld. 1983. Reagent for the
Enzymatic Determination of Serum Total Cholesterol with Improved
Lipolytic Efficiency.Clinical Chemistry.29: 1075 1080.











PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

294
Seminar Nasional Pangan Fungsional
Lampiran 1. Komposisi Pakan Standar
Komposisi Kadar (kg)
Jagung 26.5
Tepung ikan (45% protein) 2.0
Bungkil kedelai 11.0
Minyak 2.5
Polar 5.0
Kalsium 2.0
Fosfor 2.0


Lampiran 2. Komposisi Pakan Kolesterol Tinggi
Komposisi Kadar (kg)
Kolesterol powder 0.2
Lemak kambing 10.0
Minyak kelapa 1.0
Pakan standar 88.8

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com

Anda mungkin juga menyukai