PENGARUH PEMBERIAN SERAT YANG DIPRODUKSI OLEH BAKTERI DALAM FORMULA MAKANAN FUNGSIONAL PADA TIKUS YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
SRI ISTINI, NOER LAILY, DIANA NURANI DAN IDA SUSANTI 1
Abstrak
Serat dapat diproduksi dari fermentasi limbah kedelai dengan menggunakan bakteri Acetobacter dalam industry tofu. Proses fermentasi ini menghasilkan serat yang larut berpotensi menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Penelitian dilakukan untuk menentukan kemungkinan penggunaan serat yang diproduksi bakteri, sebagai agensia kontrol kadar kolestrol. Penelitian ini menggunakan 35 ekor tikus putih usia 2 bulan dengan 5 perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok perbandingan, dan 2 kelompok terdiri dari kelompok makanan kolestrol, dan kelompok makanan non kolestrol. Pengambilan darah diambil setiap 2 minggu untuk menganalisis total kolestrol, LDL, HDL. Pada kelompok kontrol positif, kenaikan total (increment) kolestrol adalah 148, 48 mg/dl, kenaikan LDL adalah 143,68 mg/dl dan HDL 46,83 mg/dl. Pada kelompok perbandingan, total kolestrol menurun 35,51%, sementara pada kelompok perlakuan (makanan standar dan contoh), penurunan total (decrement) kolestrol mencapai 55,91% (pada makanan contoh dan kolestrol tinggi).
Kata kunci: serat, produksi, bakteri, acetobacter sp., kolestrol
PENDAHULUAN
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan adalah menyediakan makanan dengan nutrisi dan pola makan seimbang yang dapat meningkatkan kesehatan. Pola makan yang tidak seimbang akan mempercepat timbulnya penyakit degeneratif. Kebanyakan penyakit degenaratif terjadi karena pergeseran pola makan yang semula tinggi serat menjadi makanan tinggi kalori (kurang serat). Salah satu penyakit degeneratif yang berbahaya adalah jantung koroner, penyebabnya adalah penyempitan pembuluh darah yang diakibatkan karena kadar kolesterol dalam darah yang berlebihan atau hiperkholesteramik (Karyadi.,2002 ).
Hiperkolesterolemik dapat berdampak buruk bagi kesehatan maka harus dikendalikan, kolesterol total dan LDL kolesterol harus diturunkan, sebaliknya HDL kolesterol harus ditingkatkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah ada hubungan dengan tingginya kandungan serat dalam makanan.
Dilihat dari komposisi serat makanan , komponen serat terdiri dari komponen yang larut dan komponen yang tak larut. Komponen yang larut ( Soluble Dietary Fiber ,SDF) adalah 1/3 (sepertiga ) dari total serat diantaranya pektin, gum dan hidrokoloid. Sedangkan kelompok besarnya merupakan serat tak larut (Insoluble Dietary Fiber,IDF) ( Prosky et.al , 1992). Secara fisiologis serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) serta meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL).
1 Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Bioteknologi BPPT, Jl.MH.Thamrin No.8 Jakarta. PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com
289 Seminar Nasional Pangan Fungsional Oleh karena serat sangat baik untuk kesehatan yaitu untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit maupun untuk terapi maka pada penelitian ini dikembangkan produk makanan yang berupa formula makanan fungsional yang mengandung serat yang diproduksi secara fermentasi menggunakan air rendaman kedele oleh bakteri Acetobacter sp melalui kultur kocok.
Adapun tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian serat bakteri sebagai serat dalam formula makanan fungsionil terhadap penurunan kadar kolesterol total, LDL dan peningkatan HDL darah pada tikus yang diberi pakan tinggi kolesterol.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Pakan standar tikus (Lampiran 1), pakan kolesterol tinggi (Lampiran 2), PTU (Propit Tio Urasil), Kit reagen kolesterol CAT.No. CH201/KATNK. Kit reagen HDL dan LDL, alkohol, sampel serat bakteri, kolesteramin, aceton, NaOH (Bergman & Wardlaw, 1974 dan Siedel et.al, 1983). Hewan percobaan tikus putih galur wistar usia 2 bulan sejumlah 35 ekor.
Metode Penelitian
Terdiri dari 3 tahapan yaitu adaptasi, peningkatan kolesterol dan tahap perlakuan. Tahap adaptasi: 35 ekor tikus yang dikandangi satu persatu diberi pakan standar selama 2 minggu dimana setiap minggu ditimbang bobotnya dibagi kedalam 5 kelompok perlakuan yaitu:
Kelompok A = Kelompok kontrol negatif, diberi pakan standar 20 gr/hari. Kelompok B = Kelompok kontrol positif, diberi pakan kolesterol tinggi 20 gr/hari. Kelompok C = Kelompok pembanding positif, diberi kolesterol tinggi 20 gr/hari, PTU 20 mg/kg B.B/hari dan kolestiramin 0,067g/kg B.B /hari. Kelompok D = Kelompok perlakuan stop kolesterol tetapi tetap diberi pakan standar 20 gr/hari, sampel serat bakteri 1,066 gr/kg B.B/hari. Kelompok E = Kelompok perlakuan diberi pakan kolesterol tinggi 20 gr/hari, PTU 20 mg/kg B.B/hari dan sampel 1,066 gr/kg B.B/hari.
Darah diambil dibagian ekor (5 mm dari ujung ekor) di analisa kolesterol total dengan metode CHOD-PAP, sedangkan LDL dan HDL dengan metode pengendapan lipo protein berdensity rendah setiap 2 minggu sekali (Caselli et al.,1977).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com
290 Seminar Nasional Pangan Fungsional HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Peningkatan Kolesterol
Tikus dibuat hiperkolesterol dengan pemberian pakan kolesterol tinggi 20gr/hari dan PTU 20mg /kg BB/hari selama 6 minggu. Pada awal perlakuan dan akhir perlakuan pada minggu ke 6 total kolesterol rata-rata kelompok kontrol negatif adalah 56,36 mg/dL - 70,48 mg/dL, pada kelompok kotrol positif adalah 31,17 mg/dL-111,47 mg/dL, pada kelompok pembanding positif adalah 104,24 mg/dL - 112,80 mg/dL, kelompok perlakuan stop kolesterol adalah 95,60 mg/dL - 147,47 mg/dL dan kelompok perlakuan tetap kolesterol adalah 86,81 mg/dL - 121,38 mg/dL. Kadar kolesterol total pada tahap peningkatan kolesterol cukup tinggi dibandingkan dengan dengan kontrol negatif.
Tahap Perlakuan
Setelah tikus diberi ransum formula selama 6 minggu pada kelompok D: kelompok perlakuan stop kolesterol yaitu dengan pemberian pakan standar 20 gr/hari dan pemberian sampel denagn dosis 1,066 gr/kg BB/hari memberikan penurunan kadar kolesterol total sebesar 55,91%. Sedangkan pada kelompok pembanding positif dengan pemberian pakan kolesterol tinggi 20 gr/hari dan obat kolestiramin dengan dosis 0.067 gr/kg BB/hari dan PTU 20 mg/kg BB/hari memberikan penurunan kadar kolesterol total sebesar 35,52% sehingga sampel memberikan efek hipokolesteramik yang lebih besar dibandingkan kelompok pembanding. Kadar kolesterol total selama perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 A B C D E Kelompok perlakuan K a d a r
k h o l e s t e r o l
t o t a l
( m g / d L ) minggu O minggu ke 6
Gambar 1. Kadar Kolesterol Total Rata-rata Selama Perlakuan (mg/dL).
Aktifitas penurunan kadar kolesterol total pada beberapa penelitian didukung pula dengan adanya peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL kolesterol ( Patricia and Truswell, 1985).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com
291 Seminar Nasional Pangan Fungsional 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A B C D E Kelompok perlakuan K a d a r
H D L
( m g / d L ) minggu ke O minggu ke 6
Gambar 2. Kadar HDL Kolesterol Rata-rata Selama Perlakuan (mg/dL).
Sampai akhir minggu ke 6 kadar HDL kolesterol dapat di lihat pada Gambar 2. Kadar HDL kolesterol pada kelompok D (stop pemberian pakan kolesterol) mampu menaikan HDL kolesterol sampai 8,4% dan pada pembanding positif mampu menaikan kadar HDL kolesterol sampai 39,6%. Sedangkan penurunan kadar LDL kolesterol pada kelompok D adalah sebesar 4,3%, dan pada kelompok pembanding positif adalah sebesar 3,06%. Kadar LDL kolesterol sampai akhir minggu ke 6 pada Gambar 3.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 A B C D E Kelompok perlakuan K a d a r
L D L
( m g / d L ) minggu ke O minggu ke 6
Gambar 3. Kadar LDL Kolesterol Selama Perlakuan (mg/dL)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com
292 Seminar Nasional Pangan Fungsional Pada kelompok perlakuan E yaitu tetap pemberian kolesterol tinggi 20 gr/hari, PTU 20 mg/kg BB/hari dan sampel dengan dosis 1,066 gr/kg BB/hari mampu menurunkan kadar kolesterol total sebesar 44,46% dari awal perlakuan. Pada kelompok pembanding positif kadar kolesterol total turun 35,52%, ini berarti sampel mampu memberikan efek hipokholesteramik yang lebih besar dari pada kelompok pembanding positip walaupun tetap diberi pakan tinggi kolesterol. Adapun kadar HDL kolesterol pada kelompok E mengalami kenaikan sebesar 6,8% dan pada kelompok pembanding positif naik sampai 39,6%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan walaupun kecil.
Sedangkan kadar LDL kolesterol sampai akhir perlakuan pada minggu ke 6 pada kelompok E belum dapat turun secara maksimal dari awal perlakuan namun dibandingkan pada minggu ke 4 telah mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan karena pada kelompok E tikus tetap diberi pakan tinggi kolesterol terus sampai akhir perlakuan.
Dari hasil yang didapat serat yang diproduksi oleh Acetobacter sp dapat dipakai sebagai serat dalam formula makanan fungsional yang berefek hipokholesteramik baik pada tikus yang diberi perlakuan dengan pakan stop kolesterol maupun tikus yang tetap diberi pakan tinggi kolesterol selama perlakuan.
Serat bakteri sebagian besar adalah terdiri dari serat larut. Secara fisiologis serat larut di dalam usus halus akan membentuk gel yang akan mengikat lemak kolesterol dan asam empedu sehingga menghalangi penyerapan lemak dan kolesterol di dalam usus. Selain itu juga dapat berakibat berkurangnya asam empedu didalam hati karena asam empedu ikut keluar bersama kotoran. Untuk memproduksi asam empedu yang hilang hati akan menarik kolesterol dari darah sehingga kadar kolesterol darah akan turun (Chaplin, 2003).
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberian serat bakteri dengan dosis 1,066 g/kg BB/hari pada tikus, baik yang pakannya diganti dengan standar ataupun tikus yang tetap diberi pakan kolesterol tinggi (setelah tikus dibbuat hiperkolesterol) dapat dipakai untuk mengendalikan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol serta dapat meningkatkan HDL kolesterol sampai normal. Sebagai saran untuk lebih menyempurnakan hasil penelitihan ini perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu uji klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Bergman, R., Faud F. Wardlaw. 1974. Sereum Cholesterol and Choledethiasis in Rabbits Treated with Pectin and Cholestyramin.Am.J.Vet.Res.35: 1445- 1447. Caselli, W.P., J.T. Doile, T. Gardon.1977. HDL Cholesterol and Other Lipits in CHD.The Cooperative Lipoprotein Phenotyping Study.Circulation. 5: 767- 772. Chaplin, 2003. Dietory Fiber and Health, dari Hyhealth.html. hal 1 4. Karyadi, E. 2002.Hiperkolesterolemia dalam Kiat Mengatasi Penyakit Diabetis, Hiperkolesterolemia, Stroke. PT.Inti Sari Mediatama, Jakarta. hal. 52-59. PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com
293 Seminar Nasional Pangan Fungsional Patricia, A.J. and A.S. Truswell. 1985.The Hypocholesterolaemia Effectc of Pectius in Rats. British Jourhal of Nutrition.London, 53: 409 425. Prosky, L. L. Furda, J.W. De Vries, T.F. Schweizer, and B.F. Harland. 1984. Determination of Total Dietory Fiber in Foods and Food Products and Total Diets. Interlaboratory Study.J.A.O.AC: P 1044-1053. Siedel, J., E.O. Hagele, J. Ziegenhorn, and A.W. Wahlefeld. 1983. Reagent for the Enzymatic Determination of Serum Total Cholesterol with Improved Lipolytic Efficiency.Clinical Chemistry.29: 1075 1080.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com
294 Seminar Nasional Pangan Fungsional Lampiran 1. Komposisi Pakan Standar Komposisi Kadar (kg) Jagung 26.5 Tepung ikan (45% protein) 2.0 Bungkil kedelai 11.0 Minyak 2.5 Polar 5.0 Kalsium 2.0 Fosfor 2.0
Lampiran 2. Komposisi Pakan Kolesterol Tinggi Komposisi Kadar (kg) Kolesterol powder 0.2 Lemak kambing 10.0 Minyak kelapa 1.0 Pakan standar 88.8
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version http://www.softwarelabs.com