Anda di halaman 1dari 8

1

STUDI DAN EVALUASI CAPACITY CONTROL


KOMPRESOR CO2 UREA KALTIM-2

Adang P, Sudarto, Supriyana
Departemen Pemeliharaan Listrik & Instrumen PT. Pupuk Kalimantan Timur

ABSTRAK
Kompresor CO2 (302-J) berpenggerak turbin uap (302-JT) di unit urea Kaltim 2 PT.Pupuk Kaltim,
memiliki konfigurasi capacity control yang digunakan untuk mengatur jumlah gas CO2 yang akan digunakan
sebagai bahan baku pada proses sintesis. Pada proses sintesis di urea, CO2 digunakan bersama ammonia untuk
membentuk urea, sedangkan keduanya bereaksi dalam sebuah kesetimbangan massa. Capacity control pada 302-J
menggunakan basis pengendalian volumetrik flow, dengan menggunakan asumsi nilai suhu dan tekanan proses
tetap pada 113
o
C dan 148 kg/cm
2
. Perbedaan basis dan asumsi ini akan menyebabkan gangguan jika plant
beroperasi pada suhu yang berubah-ubah akibat perubahan suhu lingkungan. Indikasi permasalahan tersebut dapat
dilihat pada proses di sintesa yaitu pada HPCC dengan fluktuasi suhu reaksi. Dengan fluktuasi tersebut operator
harus melakukan penyesuaian set poin pada FIC-3004. Paper ini melakukan pembahasan mengenai efek perbedaan
basis pengukuran tersebut terhadap sistem dan mencari penyelesaian dari sudut pandang instrumentasi dan kontrol.
Penyelesaian yang ditawarkan pada paper ini adalah dengan memberikan kompensasi sinyal feedback dari FT-3004
yang menuju FIC-3004, dengan kompensasi ini diharapkan pembacaan flow oleh FT-3004 dapat dikondisikan
sedemikian rupa sehingga sinyal tersebut lebih dinamik terhadap disturbance suhu dan tekanan. Sinyal tersebut
akan disimulasikan untuk melihat pola perubahan dan perbandingan antara sinyal yang eksisting dengan sinyal
yang telah dikompensasi.

Kata kunci : kompresor, capacity control, feedback, kompensasi
1. Latar Belakang
Pada plant eksisting, capacity control
melakukan fungsinya untuk mengendalikan laju
aliran CO2 berdasarkan volum (volumetric flow
rate). Sedangkan pada proses sintesis, CO2
direaksikan dalam takaran massa (mass flow rate).
Untuk kepentingan pengendalian, digunakan asumsi
nilai tetap untuk suhu dan tekanan. Perbedaan basis
ini akan menyebabkan gangguan jika plant beroperasi
pada suhu atau tekanan yang berubah-ubah akibat
perubahan lingkungan. Sehingga adanya perubahan
suhu lingkungan akan berpeluang besar
mengakibatkan gangguan proses akibat
ketidaksesuaian basis pengukuran. Untuk itu perlu
dilakukan kajian dan evaluasi mengenai capacity
kontrol pada plant ini.
Dengan adanya kajian dan evaluasi pada
paper ini, diharapkan dapat memberikan sebuah
gambaran mengenai kondisi eksisting pengendalian
kapasitas (capacity control) pada CO2 kompressor
urea Kaltim-2 beserta permasalahan yang berkaitan
dengan sistem capacity control tersebut. Sehingga
akan dapat dilakukan langkah - langkah untuk
meningkatkan kualitas sistem kontrol yang ada saat
ini dengan mereferensi pada evaluasi tersebut.
2. Teori
Prinsip pengendalian kompresor sentrifugal
terletak pada sistem pengendalian kapasitas, yang
terdiri atas dua bagian, yaitu pengendalian surge serta
pengendalian aliran (surge control & flow control).
Flow control digunakan untuk menjaga aliran gas
yang keluar dari discharge, sedangkan surge kontrol
sebagai sarana pengaman kompresor dari surging.





Gambar 1
Sistem Kontrol Kompresor

Compressor
Control
FlowControl AntiSurge
Control
SafetyControl
CapacityControl

2
Kompresor sentrifugal bekerja dengan
digerakkan oleh driver. Salah satu jenis driver yang
sering diaplikasikan adalah jenis turbin uap. Dalam
proses operasinya, turbin dilengkapi sistem
pengendalian untuk mengatur kestabilan kerja turbin
dan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang fatal.
Sistem kontrol turbin yang secara langsung
berhubungan dengan proses, antara lain adalah
sebagai berikut :




Gambar 2
Sistem Kontrol Turbin
3. Gambaran Umum Permasalahan
Unit Urea Kaltim-2 menggunakan teknologi
Stamicarbon CO2 Stripping, dimana NH3 dan CO2
dikonversi menjadi urea melalui fase karbamat pada
tekanan sekitar 148 bar pada suhu sekitar 110
o
C.
Perbandingan molar NH3/CO2 pada reaktor sekitar
2,95. Konversi CO2 yang diharapkan sekitar 60%.














Gambar 3
Proses urea Stamicarbon
Gambar tersebut merupakan alur proses urea
stamicarbon, dimana CO2 direaksikan dengan
amonia untuk membentuk amonium carbamate pada
HPCC. Reaksi yang terjadi adalah reaksi sangat
eksotermis sesuai dengan reaksi kesetimbangan
berikut :
2NH
3
+ CO
2
NH
2
COONH
4
- H
Panas yang dihasilkan pada proses ini akan
digunakan untuk memanaskan steam. CO2 yang
digunakan pada proses ini sebelumnya telah melewati
kompresor CO2 untuk meningkatkan tekanan agar
sesuai dengan kebutuhan operasi. Perbandingan
molar CO2 dan amonia yang diinginkan adalah 3:1
sehingga diharapkan memiliki efek sesuai dengan
grafik dibawah ini :









Gambar 4
Efek molar rasio NH3 dan CO2
Flow CO2 pada seksi kompressor 302-JT
CO2 disupply dari plant amonia pada 0.4 kg/cm
2

dan suhu 40
o
C dilewatkan CO2 Knock-out drum
301-F, dimana pada drum ini cairan dipisahkan
terlebih dahulu sebelum gas CO2 diinputkan ke
kompressor. CO2 masuk ke kompressor pada tingkat
pertama (302-J1), kemudian tekanan dinaikkan
hingga 4.03 kg/cm
2
, dan suhu 193
o
C. gas kemudian
mengalir melalui 302-JC1, pendingin discharge
tingkat pertama, dimana temperatur diturunkan
menjadi 43
o
C, dengan TV 3009 terletak di outlet
cooling water pada 302-JC1. TV 3009 dikontrol oleh
THIC 3009.
Dari 302-JC1 kemudian mengalir ke Separator
302-JF1, dimana liquid yang dikondensasi
dikeluarkan. Level separator dikontrol oleh LV 3002,
dimana hasil kondensasi dibuang melalui drain
separator. CO2 kemudian masuk ke kompresor
TurbineControl
SpeedControl Admission
Control
SafetyControl
CO2 NH3
Carbamate
Condensation
Urea Scrubbing
Stripping
Sparation
Rectification
Carbamate
Condensation
Evaporation
Vapor
Condens.
Absorption
Prilling
Process
water
Synthesis
Decompositi
onRecovery
Concentratio
Final
Processing
andWater
Urea
Treated
Recovery

3
tingkat 2, 302-J2 dimana tekanan dinaikkan menjadi
20,68 kg/cm
2
, pada temperatur 209
o
C. gas kemudian
masuk ke 302-JC2 dimana ia didinginkan menjadi
43
o
C. temperatur ini dikontrol oleh TV 3010 pada
outlet cooling water dari 302-JC2. Gas kemudian
melalui separator 302-JF2, dimana liquid
dikeluarkan. Level separator dikontrol oleh LV 3012,
yang kemudian dibuang melalui drain separator.
CO2 kemudian masuk ke kompresor tingkat 3,
302-J3 dimana tekanan dinaikkan menjadi 88.3
kg/cm
2
, pada temperatur 204
o
C. gas kemudian
masuk ke 302-JC3 dimana ia didinginkan menjadi
63
o
C. temperatur ini dikontrol oleh TV 3017 pada
outlet cooling water dari 302-JC3. Gas kemudian
melalui separator 302-JF3, dimana liquid
dikeluarkan. Level separator dikontrol oleh LV 3018,
yang kemudian dibuang melalui drain separator.
CO2 kemudian masuk ke kompresor tingkat 4,
302-J4 dimana tekanan akhir dinaikkan menjadi 150
kg/cm
2
, pada temperatur 121
o
C. Pada kondisi ini,
suhu gas CO2 dijaga karena hal ini dibutuhkan untuk
reaksi pada Hydrogen Converter, dimana hidrogen
dan zat-zat combustible yang tercampur dalam CO2
dikurangi dengan pembakaran katalitik.
Sistem Kontrol
Sistem kontrol pada turbin dan kompresor
dimana turbin berfungsi sebagai mechanical drive
compressor, yang secara langsung berhubungan satu
sama lain. Pada kasus pengendalian kapasitas, maka
kompresor sangat tergantung pada pengaturan
kecepatan turbin, karena perubahan speed tubin
adalah sarana untuk merubah besar aliran CO2.








Gambar 5
Hubungan Kontrol kompresor dengan kontrol turbin
sebagai mechanical drive
Pada proses dimana turbin bertindak sebagai
mechanical drive untuk kompresor, maka sistem
kontrol turbin dan kompresor yang berhubungan
langsung satu sama lain adalah capacity control pada
kompresor dengan speed control pada turbin. Ini
dikarenakan untuk melakukan pengendalian kapasitas
pada kompresor, diperlukan pengaturan kecepatan
kompresor itu sendiri, sedangkan dalam operasinya,
karena driver kompresor menggunakan turbin maka
putaran kompresor tergantung pada putaran turbin.
Sehingga pengaturan kapasitas kompresor akan
berpengaruh langsung pada kontrol speed pada
turbin.
Indikasi Permasalahan
Reaksi pada High Pressure Carbamate Condenser
(HPCC) merupakan reaksi isotermis (dengan melepas
panas), sehingga banyak sedikitnya reaksi yang
terjadi, dapat dilihat dari suhu pada HPCC terseut.
Suhu normal dijaga pada kisaran 169
o
C. Sehingga
jika terjadi perubahan temperatur pada proses sintesis
HPCC, hal itu dapat terjadi jika komposisi N/C di
unit tersebut tidak seimbang (desain 2.8 3.0).
Dalam reaksi pembentukan karbamat (NH3 +
CO2), CO2 bertindak sebagai pereaksi pembatas
dengan perbandingan N/C adalah 2/1. Reaksi tersebut
dengan konversi 60% akan menghasilkan panas yang
dijaga pada 169
o
C. Jika terjadi kenaikan atau
penurunan panas pada HPCC, berarti pereaksi
pembatasnya mengalami fluktuasi jumlah dalam
takaran mol.
Perbandingan N/C tersebut dapat diatur dengan
menyesuaikan jumlah CO2 yang masuk ke proses
sintesis. Sedangkan pengaturan aliran CO2 tersebut
berdasarkan pengendalian kapasitas dengan mengacu
pada aliran volum discharge kompressor 302-J.
Kondisi aktual berbicara bahwa pada saat terjadi
perubahan suhu lingkungan yang sedikit ekstrim,
suhu di seksi sintesis juga akan berubah. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa pada reaksi di
HPCC terjadi ketidaksesuaian jumlah mol CO2
sesuai perbandingan N/C yang diharapkan.
Jumlah CO2 yang mengalir menuju HPCC
tersebut sepenuhnya diatur oleh aliran pada keluaran
kompresor 302-J. Pengendalian ini dinamakan
pengendalian kapasitas yang dapat dilakukan dengan
mengatur kecepatan kompresor, tetapi karena
kompresor ini digerakkan oleh steam turbin 302-JT,
maka pengendalian kapasitas kompresor tersebut
bergantung pada pengendalian kecepatan tubin
(speed control). Jika dilihat secara garis besar,
pengendalian pada proses ini memang tidak
mengalami masalah yang berarti, tetapi jika dilihat
lebih cermat, maka akan ditemui sedikit
ketidaksesuaian pada sinyal feed back untuk Flow
Indicator Controller (3004).

4
Controller
Final
Plant
Feed Back
Disturbance
Operator
Next Stage Affect
(HPCCTemperature)
Update SP
Human
monitoring
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai
permasalahan aktual pada plant, sehingga diharapkan
akan lebih memperjelas pokok bahasan dalam paper
ini. Permasalahan yang akan menjadi fokus
pembicaraan adalah mengenai evaluasi pengendalian
kapasitas (capacity control) pada kompresor CO2
(302) urea pabrik Kaltim-2 dimana kompresor ini
digerakkan dengan turbin uap.
Gambaran Sistem Kontrol Aktual
Sistem pengendalian sebagai pengatur kapasitas
keluaran kompresor 302-J diatur sepenuhnya oleh
Speed control steam turbin 302-JT, dimana
pengendalian kecepatan tersebut dilakukan oleh
Governor. Secara umum tidak terlihat adanya
masalah pada sistem ini, tetapi sistem pengendalian
disini memiliki efek terhadap proses dibelakang,
dimana jika terjadi fluktuasi jumlah CO2 (dalam
takaran massa) pada proses sintesis, maka secara
otomatis suhu reaksi akan berfluktuasi. Tentunya hal
ini tidak diinginkan oleh proses, Sehingga setiap saat,
operator harus memperhatikan suhu operasi di bagian
sintesis akibat fluktuasi jumlah CO2 yang mengalir
pada proses tersebut. Secara visual dapat
diterjemahkan seperti gambar berikut :






Gambar 6
Kondisi aktual pengendalian CO2 untuk proses
sintesis
Kondisi ini tentunya sangat riskan, karena sekali
operator lengah, maka kondisi proses di sintesis akan
terganggu yaitu peningkatan suhu pada reaktor.
Sehingga muncullah ide dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap sistem kontrol yang berfungsi
sebagai pengatur jalannya proses di seksi ini.
Ide dasar penyelesaian masalah
Sesuai dengan paparan mengenai indikasi
permasalahan diatas, pada kompresor CO2, kapasitas
diatur berdasarkan aliran volum. Sedangkan
pengukuran laju aliran dilakukan tanpa
memperhitungkan variabel lain yang berpengaruh.
Tampak seperti gambar 3. diatas, perubahan aliran
baru akan terdeteksi setelah proses sintesis
mengalami ketidakseimbangan. Dapat diindikasikan
dengan suhu pada proses ini. Secara visual, operator
mengamati kondisi suhu proses, kemudian
melakukan penyesuaian setpoin aliran CO2.
Kondisi inilah yang mendasari penulisan paper
ini yang menitikberatkan pada evaluasi sistem
pengendalian kapasitas CO2 kompresor, untuk
mendapatkan sistem kontrol yang lebih baik. Untuk
keperluan tersebut diperlukan adanya pengkondisian
sinyal feedback untuk FIC-3004 dengan
memperhitungkan kontribusi gangguan terhadap
sinyal tersebut. Pada kondisi kerja, variabel yang
dapat diukur (mudah dilakukan pengukuran)dari
proses adalah P (tekanan), T (suhu), serta Q
(volumetric flow). Sehingga pengkondisian sinyal
akan dilakukan dengan mengacu pada variabe terukur
tersebut.
Pengkondisian akan dilakukan dengan
memberikan kompensasi dari pengukuran flow
dengan kompensasi pressure dan temparatur. Dengan
demikian aliran akan dapat diterjemahkan dalam
satuan massa (mass flow rate). Flow Indicator
Controller (FIC) 3004 membutuhkan input sinyal
dalam volumetric flow, sedangkan sinyal masih
dalam mass flow. Ini dapat diatasi dengan
memberikan konversi kembali pada sinyal tersebut
dalam takaran desain ataupun default setting aktual.
Konversi ini dilakukan dengan memasukkan tekanan
dan suhu default pada konverter. Secara umum
sistem pengkondisian tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :





Gambar 7
Ide Dasar Pengkondisian Sinyal FeedBack
Penambahan kompensator pada sinyal feed back
ini diharapkan mampu melakukan pengkondisian
sinyal, sehingga sinyal yang telah terkondisi tersebut
memberikan umpan balik pada controller sehingga
sistem seolah olah selalu berjalan pada kondisi
(suhu dan tekanan) yang tetap. Dengan demikian
sinyal feed back cenderung akan lebih sensitif
terhadap perubahan suhu lingkungan untuk
mengikuti set poin yang telah disetting di awal.
Pokok bahasan utama yang akan diperdalam
pada paper ini adalah pada bagian compensation
computer, dimana bagian inilah yang akan
Controller Final Plant
Feed Back
Disturbance
Operator
Default SP
Compensation
Computer

5
melakukan pengkondisian sinyal agar lebih stabil jika
sistem terganggu oleh perubahan kondisi lingkungan.
4. Analisis dan Pembahasan
Efek Disturbance (Fluktuasi Suhu Lingkungan)
Terhadap Fluida (CO2)
Gangguan (disturbance) dalam hal ini
didefinisikan sebagai kontribusi suhu lingkungan
untuk mempengaruhi suhu gas proses melalui proses
perpindahan panas pada pipa-pipa proses. Dengan
adanya gangguan tersebut, suhu gas proses akan ikut
berfluktuasi seiring dengan fluktuasi suhu
lingkungan. Fluktuasi suhu pada gas proses tersebut
akan mengakibatkan perubahan karakteristik gas
proses.
Gas CO2 memiliki berat molekul 44, dengan
suhu dan tekanan kritis masing-masing adalah 31
o
C
dan 72.8 kg/cm
2
. Reaksi membutuhkan
kesetimbangan massa, sedangkan pengukuran laju
CO2 berdasarkan laju aliran volume. Untuk
mendapatkan nilai laju aliran massa, diperlukan
konversi dengan mempertimbangkan nilai kerapatan
zat (densitas), dimana densitas ini salah satunya
dipengaruhi oleh faktor kompresibilitas CO2
tersebut.
Pada saat terjadi perubahan suhu fluida akibat
perubahan suhu lingkungan, perubahan ini
mengakibatkan perubahan massa jenis gas. Dengan
demikian aliran massa juga akan berubah. Perubahan
aliran massa akan mengakibatkan jumlah mol CO2
yang direaksikan pada unit sintesa bertambah.
Kondisi ini akan memicu perubahan suhu pada seksi
sintesa. Perubahan suhu ini akan direspon oleh
operator dengan menyesuaikan setpoin untuk
mengimbangi perubahan.


Gambar 8
Penyesuaian setting aliran volum akibat perubahan
suhu
Jika terjadi kenaikan suhu pada HPCC, berarti
ada kelebihan jumlah mol reaktan CO2 yang bereaksi
pada pembentukan karbamat, maka operator akan
menyesuaikan aliran CO2 dengan mengurangi aliran
CO2 dari kompresor dengan menurunkan set point
pada FIC-3004. Demikian pula sebaliknya, jika
terjadi penurunan suhu pada HPCC, berarti jumlah
mol rekatan CO2 kurang dari yang seharusnya, maka
aliran CO2 harus ditambahkan dengan menaikkan set
point pada FIC-3004. Dapat dilihat dari gambar 8.















Gambar 9
Kompensator (Komputer)
Untuk melihat dinamika sinyal, maka dilakukan
dua mode simulasi, yang pertama adalah dengan
asumsi bahwa differensial pressure statik terhadap
perubahan suhu dan temperatur. Simulasi yang
dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:

Convert signal (4-20)mA to
(min-max)
o
C
Convert signal (4-20)mA to
(min-max)m
3
/h
Convert signal (4-20)mA to
(min-max)kg/m
2
I
P
MWd
MWa
x
) Pd(kg/cm2A
Td(K)
x
273) (Ta
1.033) (Pa
Q. Qa
+
+
=
Convert signal (min-
max)m
3
/h to (4-20)mA
P
I
Tinput Signal (4-20)mA
Pinput Signal (4-20)mA
Qinput Signal (0.2-1)kg/cm
2
Ta
(min-max)
o
C
Pa
(min-max)kg/cm
2
Q
Qdynamic (m
3
/h)
Qoutput Compensated Signal (0.2-1)kg/cm
2

6

Gambar 10
Tampilan simulasi

Algoritma untuk simulasi ini sesuai gambar
Gambar 11
Flowchart Algoritma simulasi



Performansi sinyal pada keadaan naik:
No Deskripsi
Perbandingan
Tanpa
Kompensasi
Kompensasi
Desain
Kompensasi
Pembanding
1 Nilai maksimum 7.43 7.61 7.656
2 Deviasi max (skala) 0.19 0.01 0.036
3 Deviasi max (%) 2.49% 0.13% 0.47%
4 Deviasi max
(Nm
3
/J)
760 40 144

Performansi sinyal pada keadaan turun:
No Deskripsi
Perbandingan
Tanpa
Kompensasi
Kompensasi
Desain
Kompensasi
Pembanding
1 Nilai maksimum 7.49 7.37 7.41
2 Deviasi max (skala) 0.05 0.07 0.03
3 Deviasi max (%) 0.6% 0.9% 0.4%
4 Deviasi max
(Nm
3
/J)
200 280 120

5. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab
4, maka dapat ditarik pokok-pokok kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sistem kontrol kompresor mengalami
ketidaksesuaian pada capacity controlnya, ini
disebabkan karena transmitter untuk aliran
volum tidak mampu merepon gangguan sistem
berupa fluktuasi suhu gas proses (CO2) akibat
fluktuasi suhu lingkungan.
2. Untuk memperbaiki respon transmitter terhadap
perubahan suhu dan tekanan, perlu ditambahkan
kalkulasi pengaruh suhu dan temperatur
terhadap karakteristik gas proses (CO2).
3. Penambahan sistem kalkulasi ini nantinya dapat
memberikan kompensasi suhu dan tekanan
terhadap aliran massa fluida. Dengan demikian
jumlah massa yang ditransfer menuju proses
sintesa akan dapat dijaga konstan.
4. Dari proses simulasi didapatkan bahwa
kompensator yang didesain bekerja lebih baik
pada saat kenaikan aliran, yaitu pada skala ~
7.47 7.6 dibandingkan kompensator
pembanding dan transmitter tanpa kompensator.
Tetapi kerja kompensator ini kurang baik jika
bekerja pada skala dibawah ~ 7.47.

7
Rekomendasi
Sebagai bahan masukan untuk mendapatkan
sistem dengan respon yang lebih baik, maka berikut
adalah saran dan rekomendasi yang dapat diberikan
dari penulisan paper ini:
1. Perlu ditambahkan kompensator tekanan dan
suhu pada transmitter FT-3004 untuk
meningkatkan fleksibilitas respon transmitter
terhadap ganggauan lingkungan (terutama suhu).
2. Penambahan kompensator tersebut dapat
dilakukan dengan mengambil sinyal dari line
yang sebelumnya digunakan sebagai indikator
PI 3014 dan TE 3084, atau membuat junction
baru.
3. Sebagai sistem untuk melakukan kalkulasi,
sistem yang berbasis elektronik dinilai lebih baik
untuk diterapkan.





















Daftar Pustaka

[1]
Brown, Royce N. 1997. Compressor Selection and
Sizing. Houston. Butterworth-Heinemann.
[2]
Doebelin, Ernest O. 1990. Measurement Systems
Application and Design, Fourth Edition. New
York USA : McGraw-Hill,Inc.
[3]
Mohammad A.K. Alia, Mohammad K. Abu
Zalata. Journal. A closed-loop temperature control
system By utilizing a labview custome-design
PID Controller Faculty of Engineering
Technology Al-Balqa Applied University Amman,
Jordon.
[4]
M.W.Kellog . Final Job Spesification Unit 02
Urea. Kaltim 2 Amonia-Urea Project. JOB 683.
[5]
Shapiro,Howard N and Moran,Michael J. 1996.
Fundamentals of Engineering Thermodynamics
(third edition), New York USA : John Wiley and
Sons,Inc.
[6]
Samei Komayadi. 2006. Penerapan Sistem
Kontrol Governor dan Konfigurasi Kontroller
Kompresor Pada Steam Turbine G/GT-1102 Di
Unit Amonia Kaltim 1. Kerja Praktek, Bontang
PKT.
[7]
http://www.wikipedia.org
[8]
http://www.flowmeterdirectory.com/flowmeter_
orifice_calc.html
[9]
http://www.pipeflowcalculations.com/theory.htm






302J F1
302J C1
302J F2
302J C2
302J F3
302J C3
FT
3004
LP
COMPR.
HP
COMPR.
302J -1 302J -2
302J -3
302J -4
FIC 3004
Governor CV
FT
3002
PT
3014
FY
3002A
FIC
3002
FY
3002
C
PIC
3014
FY
3002B
PV 3076
PV 3047
PT
3047
PIC
3047
PIC
3076
W/W
Govrn.
PV 3065
PT
3065
PIC
3065
PV 3062
PT
3062
PIC
3062
Compensator
TT
HIC-3004
HIC-3003
302 J T
HP
TURBINE
LP
TURBINE
DESAIN KOMPENSATOR DESAIN KOMPENSATOR

Anda mungkin juga menyukai