3 Desember 2011 pada 16:23 Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4.
Mewaspadai Jalan Yang Sesat, 8. Syirik, Bid'ah dan Perusak Aqidah lainnya Sehubungan dengan terjadinya penyerangan kaum Syiah yang membombardir Madrasah Ahlus Sunnah di Dammaj (Yaman) sejak Oktober 2011 (beberapa santri dari Indonesia dan Malaysia wafat), selain rasa terkejut juga telah muncul berbagai pandangan berbeda dari umat Islam sendiri di berbagai negeri. Salah satu pandangan yang sering terungkap adalah komentar yang menyayangkan terjadinya konflik tersebut sebagai perpecahan diantara umat Islam sendiri. Ini perlu diluruskan, karena konflik ini sudah berumur ribuan tahun. Sebagian umat Islam tidak meneliti secara ilmiah, bahkan terhanyut pada pendapat kaum liberal yang melontarkan pendapat yang terlihat logis, Mengapa harus terjadi perselisihan sesama umat Islam? Ayolah kita duduk bersama dan melupakan perselisihan di antara kita yang Sunni meletakkan tangannya di atas yang Syii dan berjalan sama-sama. Toh kita semua juga beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan hari kiamat? Orang ini lalai bahwa masalah yang sesungguhnya jauh lebih rumit dari ini Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syiah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syiah. Namun jika ditelusuriterutama dari sisi akidahperbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan. Mayoritas kaum muslimin menilai bahwa menentukan sikap terhadap Syiah adalah sesuatu yang sulit dan membingungkan. Kesulitan ini terpulang kepada banyak hal. Di antaranya karena kurangnya informasi tentang Syiah. Berangkat dari sini, sangat banyak di antara kaum muslimin yang meyakini Syiah tak lain hanyalah salah satu mazhab Islam, seperti mazhab Syafii, Maliki dan sejenisnya. Para ulama ahlussunah telah sepakat bahwa perbedaan antara Sunnah dan Syiah bukan pada masalah furu (parsial/ masalah teknis/cara) saja, akan tetapi sangat jelas telah menyangkut masalah ushul (fundamental/masalah mendasar), yaitu masalah akidah. Sebagai analog, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir namun menghalalkan (artinya tidak setuju dengan keharamannya) atas khamr (miras) atau zina misalnya, maka hukumnya kafir (bukan Islam lagi). Nah berangkat dari analog tersebut, kita akan melihat berbagai ibadah, keyakinan bahkan kejahatan yang sangat berbahaya dalam sejarah kaum Syiah. Dengan memahami Syiah semoga kita dapat menyadari bidah-bidah dan perilaku syirik kaum Syiah yang telah sangat jauh dari Islam sesungguhnya. Hal lain yang turut merumitkan masalah ini adalah; banyaknya penderitaan umat Islam (ahlus sunnah) di beberapa negeri seperti Yaman, Iraq dan Iran yang didzalimi kaum Syiah sedangkan terhadap kaum Yahudi, Nasrani, kaum salibis, komunis, Hindu yang ada di negeri tersebut mereka tidak mengganggunya. Sekjen ulama Ahlussunnah di Irak yang bernama Harits Adh Dhaary menyebutkan bahwa ada lebih dari 100 ribu muslim Sunni yang tewas di tangan Syiah sejak tahun 2003 hingga 2006. Apa Itu Syiah? Syiah menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib radhyallahu anhu lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (al-Fishal fil Milali wal Ahwa wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm) Syiah, dalam sejarahnya mengalami sejumlah pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Ismailiyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (al-Milal wan Nihal, hlm. 147, karya asy-Syihristani) Tampaknya, yang terpenting untuk diangkat disini adalah sekte Imamiyyah atau Rafidhah, yang sejak dahulu hingga kini berjuang keras untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Dengan segala cara, kelompok sempalan ini terus-menerus menebarkan berbagai macam kesesatannya. Terlebih lagi kini didukung dengan negara Iran-nya. Rafidhah pasti Syiah, sedangkan Syiah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syiah membenci Abu Bakr dan Umar sebagaimana keadaan Syiah Zaidiyyah.Rafidhah sendiri terpecah menjadi beberapa cabang. Namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah al-Itsna Asyariyyah. Siapakah Pencetusnya? Pencetus pertama bagi paham Syiah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shana) yang bernama Abdullah bin Saba al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan Utsman bin Affan.2 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumullah berkata, Asal ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang- orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang mashum (terjaga dari segala dosa, pen). (Majmu Fatawa, 4/435) Sesatkah Syiah Rafidhah ? Berikut ini akan dipaparkan prinsip (akidah) mereka dari kitab-kitab mereka yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan mereka 1. Keyakinan Syiah Tentang Al-Quran Di dalam kitab al-Kafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Jafar Muhammad bin Yaqub al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Jafar ash-Shadiq), ia berkata, Sesungguhnya Al-Quran yang dibawa Jibril kepada Muhammad (ada) 17.000 ayat. Di dalam Juz 1, hlm. 239240, dari Abu Abdillah ia berkata, Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah alaihassalam. Mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata, Apa mushaf Fathimah itu? Ia (Abu Abdillah) berkata, Mushaf tiga kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al-Quran kalian. (Dinukil dari kitab asy-Syiah wal Quran, hlm. 3132, karya Ihsan Ilahi Zhahir) Bahkan salah seorang ahli hadits versi Syiah yang bernama Husain bin Muhammad at-Taqi an-Nuri ath- Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang mashum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al-Quran yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan. 2. Keyakinan Syiah Tentang sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam Diriwayatkan oleh imam al-jarh wat tadil mereka (al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hlm. 1213) dari Abu Jafar (Muhammad al-Baqir) bahwa ia berkata, Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang, maka aku (rawi) berkata, Siapakah tiga orang itu? Ia (Abu Jafar) berkata, Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat ke-144. (Dinukil dari asy-Syiah al-Imamiyyah al-Itsna Asyariyyah fi Mizanil Islam, hlm. 89) Ahli hadits mereka, Muhammad bin Yaqub al-Kulaini berkata, Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi. (al-Kafi, 8/248, dinukil dari asy-Syiah wa Ahlil Bait, hlm. 45, karya Ihsan Ilahi Zhahir) Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir al-Husaini al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab asy-Syiah wa Ahlil Bait, hlm. 46) Adapun sahabat Abu Bakr dan Umar radhyallahu anhu, dua manusia terbaik setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka (Miftahul Jinan, hlm. 114), wirid laknat untuk keduanya: Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua putri mereka. Yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin Aisyah dan Hafshah c (pen.). (Dinukil dari kitab al-Khuthuth al-Aridhah, hlm. 18, karya as-Sayyid Muhibbuddin al-Khatib) Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Luluah al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radhyallahu anhu, adalah seorang pahlawan yang bergelar Baba Syujauddin (seorang pemberani dalam membela agama). Hari kematian Umar dijadikan sebagai hari Iedul Akbar, hari kebanggaan, hari kemuliaan, kesucian, hari barakah, serta hari sukaria. (al-Khuthuth al-Aridhah, hlm. 18) Adapun Aisyah radhyallau anha dan para istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam lainnya, mereka yakini sebagai pelacurnaudzu billah min dzalik. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar Marifatir Rijal (hlm. 5760) karya ath-Thusi, dengan menukilkan (secara dusta) perkataan sahabat Abdullah bin Abbas c terhadap Aisyah x, Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah. (Dinukil dari kitab Daful Kadzibil Mubin al-Muftara Minarrafidhati ala Ummahatil Mukminin, hlm. 11, karya Dr. Abdul Qadir Muhammad Atha) Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, al-Imam Malik bin Anas t berkata, Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi Shalallahu alaihi wassalam namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam ) adalah seorang yang jahat. Karena, kalau memang ia orang saleh, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang saleh. (ash-Sharimul Maslul ala Syatimirrasul, hlm. 580) 3. Keyakinan Syiah Tentang imamah (kepemimpinan umat) Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari al-Kulaini dalam al-Kafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Jafar, ia berkata, Islam dibangun di atas lima perkara: shalat, zakat, haji, shaum, dan wilayah (imamah) Zurarah berkata, Aku katakan, mana yang paling utama? Ia berkata, Yang paling utama adalah wilayah. (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174) Imamah ini (menurut mereka, red.) adalah hak Ali bin Abu Thalib z dan keturunannya, sesuai dengan nash wasiat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin, seperti Abu Bakr, Umar, dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia (wilayah) Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat al-Khuthuth al- Aridhah, hlm. 1617) Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam ini mashum (terjaga dari segala dosa) dan mengetahui hal-hal yang ghaib. al-Khumaini (Khomeini) berkata, Kami bangga bahwa para imam kami adalah para imam yang mashum, mulai Ali bin Abu Thalib hingga Penyelamat Umat manusia al-Imam al-Mahdi, sang penguasa zamanbaginya dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan dan salamyang dengan kehendak Allah Yang Mahakuasa, ia hidup (pada saat ini) seraya mengawasi perkara-perkara yang ada. (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 5, dinukil dari Firaq Muashirah, 1/192) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu per satu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini. 4. Keyakinan Syiah Tentang Taqiyyah Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq (kemunafikan), dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Muashirah, 1/195 dan asy-Syiah al-Itsna Asyariyyah, hlm. 80) Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar al-Ajami, Wahai Abu Umar, sesungguhnya 9/10 dari agama ini adalah taqiyyah. Tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber- taqiyyah. (Dinukil dari Firaq Muashirah, 1/196) Oleh karena itu, al-Imam Malik t ketika ditanya tentang mereka, beliau berkata, Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta. Demikian pula al-Imam asy-Syafii t berkata, Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu. (Mizanul Itidal, 2/2728, karya al-Imam adz-Dzahabi t) 5. Keyakinan Syiah Tentang Rajah Rajah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. Ahli tafsir mereka, al-Qummi ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 85, berkata, Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah rajah. Kemudian dia menukil dari Husain bin Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, Nabi kalian dan Amirul Mukminin (Ali bin Abu Thalib radhyallahu anhu, red) serta para imam alaihimus salam akan kembali kepada kalian. (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu alar Riwayatit Tarikhiyyah, hlm. 32, karya Dr. Abdul Aziz Nurwali) 6. Keyakinan Syiah Tentang al-Bada Al-Bada adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa al-Bada ini terjadi pada Allah Subhanahu wataala. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam al-Kafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi al- Bada. (Dinukil dari Firaq Muashirah, 1/252). Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi4. Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syiah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu al-Khumaini (Khomeini) berkata, Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen.) di masa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, serta lebih utama dari masyarakat Kufah dan Irak di masa Amirul Mukminin (Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin Ali. (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 16, dinukil dari Firaq Muashirah, hlm. 192) Perkataan Ulama tentang Syiah Rafidhah Asy-Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili di dalam kitabnya al-Intishar Lish Shahbi wal Aal (hlm. 100153) menukilkan sekian banyak perkataan ulama tentang mereka. Namun karena sangat terbatasnya ruang rubrik ini, maka hanya bisa ternukil sebagiannya saja. 1. Al-Imam Amir asy-Syabi rahimahumullah berkata, Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syiah. (as-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin al-Imam Ahmad) 2. Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahumullah ketika ditanya tentang seseorang yang mencela Abu Bakr dan Umar c, beliau berkata, Ia telah kafir kepada Allah Subhanahu wataala. Kemudian ditanya, Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)? Beliau berkata, Tidak, tiada kehormatan (baginya). (Siyar Alamin Nubala, 7/253) 3. Al-Imam Malik dan al-Imam Asy-Syafii rahimahumallah, telah disebut di atas. 4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal t berkata, Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, Umar, dan Aisyah g) itu sebagai orang Islam. (as-Sunnah, 1/493, karya al-Khallal) 5. Al-Imam al-Bukhari t berkata, Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi (penganut Jahmiyah, red.) dan Rafidhi (penganut Syiah Rafidhah, red.), atau di belakang Yahudi dan Nashara (maksudnya sama-sama tidak boleh, red.). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka. (Khalqu Afalil Ibad, hlm. 125) 6. Al-Imam Abu Zurah ar-Razi rahimahumullah berkata, Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita adalah haq dan Al-Quran haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al-Quran dan As-Sunnah adalah para sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para sahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah (orang-orang zindiq). (al-Kifayah, hlm. 49, karya al-Khathib al- Baghdadi rahimahumullah) Demikianlah selayang pandang tentang Syiah Rafidhah, mudah-mudahan bisa menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaran. Amin. Wallahu alam bish-shawab. Sumber : Dari berbagai sumber, dan untuk lebih jelasnya silahkan baca tulisan Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc. yang berjudul Membonglar Kesestan Syiah, majalah Asysyariah Manhaj edisi 5, atau klik link dibawah ini http://webcache.googleusercontent.com/search?hl=id&gbv=2&gs_sm=s&gs_upl=105297l105297l0l105782l1l1 l0l0l0l0l266l266l2-1l1l0&q=cache:GOriCF6krj0J:http://www.asysyariah.com/syariah/manhaji/677- membongkar-kesesatan-syiah-manhaji-edisi-5.html+membongkar+kesesatan+Syi%E2%80%99ah&