Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
Ahmad Sarwat, Lc
FIQIH
MINORITAS
Seri Fiqih Islami
DU CENTER PRESS
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
3
0
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
4
Judul Buku
Fiqih Minoritas
Penulis
Ahmad Sarwat, Lc
Editor
Aini Aryani, LLB
Penerbit
DU CENTER PRESS
Cetakan
Pertama Peb 2010
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
5
Daftar Isi
Pengantar 9
Muslim Minoritas 13
Minoritas Muslim Dalam Al-Quran 13
Minoritas Muslim di Masa Rasulullah SAW 14
Negeri Muslim Minoritas 15
Data Prosentase Penduduk Muslim Minoritas 17
Pertumbuhan Muslim di Barat 20
Bom Waktu Demografis Bernama Islam 21
Umat Islam di Negeri Minoritas Butuh Syariah 23
Karekteristik Fiqih Minoritas 25
1. Ijtihad Kontemporer 25
2. Kontektual bukan Tektual 26
3. Memudahkan bukan Memberatkan 27
4. Pendapat Jumhur bukan Pribadi 29
5. Beda Keadaan Beda Fatwa 29
6. Menerima Kedaruratan 31
Problem Fiqih Minoritas 35
Bolehkah Muslim Tinggal di Negeri Kafir 36
Bolehkah Menjadi Bagian Dari Pemerintahan 38
Pendapat Yang Membolehkan Ikut Parlemen 42
a. Syekh Shaleh Alfauzan 42
b. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz 42
c. Pendapat Syaikh Al Utsaimin 43
d. Pendapat Imam Al-Izz Ibnu Abdis Salam 44
e. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah 45
Islam vs Barat 47
Barat Lebih Islami dari Umat Islam? 47
Boikot Amerika Berarti Juga Boikot Tahu dan Tempe 53
Haruskah Kita Boikot Produk Asing? 57
Hukum Wisata ke Negeri Non Muslim 61
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
6
Agama & Aqidah 71
Ahli Kitab Sekarang dan di Masa Nabi Sama? 71
Saudara Non Muslim sebagai Ahli Waris 79
Baru Masuk Islam Lantas Meninggal Dunia... 82
Apa yang Harus Dilakukan Kalau Masuk Islam? 85
Mencela Agama Orang Lain 90
Mendoakan Non Muslim 94
Haruskan Ijin Orang Tua untuk Masuk Islam? 97
Para Nabi & Rasul Beragama Islam? 102
Shalat & Puasa 107
Shalat Seorang di Luar Negeri dan Musafir 107
Shalat Jumat di Negara Mayoritas Non Muslim 113
Hanya 7 Muslim, Shalat Jumatnya Bagaimana? 119
Status Puasa Ketika dalam Pesawat 18 Jam Perjalanan 122
Berpuasa dalam Musim Dingin? 124
Makanan 129
Keharaman Makanan di Negara Minoritas Muslim 129
Minum Dari Bekas Minum Orang Kafir, Najiskah? 134
Halalkan Makan dari Piring Non-muslim 136
Ragu Diundang Makan di Rumah Non Muslim 140
Makanan Parcel Natal Apakah Halal? 142
Non Muslim Menanyakan Kenapa Babi Haram? 146
Etika Pergaulan 151
Menghadiahkan Quran kepada Keluarga Non Muslim 151
Memberi Salam Lebih Dahulu kepada Non Muslim 154
Membagi Daging Kurban Buat Non Muslim 157
Menyapa Non Muslim dengan Ucapan Selamat Pagi 160
Bersentuhan dengan Orang Kafir, Batalkah Wudhu? 163
Tetangga yang Beragama Lain 165
Selamat Natal dan Hari Raya Agama Lain 169
Muslim Pakai Topi Natal, Haramkah? 180
Pernikahan 185
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
7
Pernikahan Beda Agama 185
Pengantin Pria di Luar Negeri 188
Nikah dengan Wanita Non Muslim 190
Foto Perkawinan Non-Muslim 195
Non Muslim Najis? 199
Hukum Transplantasi Organ dari Non Muslim 199
Hukum Menerima Transfusi Darah dari Non Muslim 202
Makan Pemberian non Muslim dan Menjabat Tangan 204
Pekerjaan 209
Manual Menjalankan Agama Islam di Jepang 209
Kerja di Luar Negeri = Membantu Orang Kafir? 215
Wanita Ke Luar Negeri Tanpa Mahram 219
Menjadi TKI Ilegal, Halalkah Rejeki Saya? 225
Penutup 233
Tentang Penulis 235
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
9
Pengantar
5
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Agung.
Shalawat serta salam tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, juga kepada para shahabat, pengikut
dan orang-orang yang berada di jalannya hingga akhir
zaman.
Ketika Penulis diminta untuk menjadi pembicara
dalam Daurah Syariah di Jepang di tahun 2008 yang
diselenggarakan oleh KMII, disana muncul banyak
pertanyaan terkait dengan teknis menjadi muslim yang
baik di negeri yang mayoritas non-muslim. Mulai dari
masalah shalat yang tidak diberikan waktu oleh pihak
kantor tempat bekerja, masalah najis, menentukan arah
kiblat, sampai masalah memilih makanan halal. Yang
terakhir ini terutama disampaikan para ibu yang
kebingungan mendapatkan makanan halal di negeri
Sakura itu.
Tahun 2010, ketika diminta berceramah di Singapore
oleh masyarakat muslim Indonesia yang menetap disana
atas undangan KBRI Singapura, pertanyaan-pertanyaan
serupa juga muncul lagi. Kali ini bahkan pihak panitia
meminta Penulis untuk membuat tulisan atau coretan
kecil, sekedar bisa dijadikan catatan buat saudara kita
disana.
Rupanya kenyataan hidup di negeri yang mayoritas
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
10
non-muslim memang punya karakteristik tersendiri.
Tidak bisa begitu saja disamakan dengan hidup di
negeri kita Indonesia yang mayoritas muslim.
Banyak perkara yang terasa mudah diatasi di negeri
kita, namun jadi lumayan rumit juga ketika kita hidup di
negeri asing yang jarang-jarang penduduk muslimnya.
Misalnya, di Indonesia kita bisa dengan mudah
mengatakan haram mengucapkan selamat natal kepada
umat Kristiani, dengan segudang dalil yang bisa dengan
mudah kita dapatkan di berbagai kesempatan.
Tetapi akan jadi repot ketika kita hidup di suatu
masyarakat yang nyaris semua teman pergaulan kita
merayakan natal. Apakah dimungkinkan bagi seorang
muslim untuk setidaknya- berbasa-basi kepada
tetangga kanan kiri yang merayakan natal itu? Apakah
memang mutlak haram untuk sekedar menyatakan
penghormatan kepada sesama manusia yang kebetulan
beda keyakinan? Ataukah pemahaman dan dalil lain
yang bisa dijadikan second opinion buat seorang muslim
untuk bisa tetap bermasyarakat di tengah mayoritas
non-muslim?
Jadi pertanyaan besarnya adalah bagaimana caranya
menjadi muslim di negeri minoritas? Dan lebih
mendasar lagi barangkali, apakah dimungkinkan bagi
seorang muslim untuk hidup di negeri yang mayoritas
non muslim? Kalau memang terlarang, apa dalil yang
kuat untuk mengharamkannya? Apakah mutlak
keharaman tinggal di negeri non muslim?
Tentu pertanyaan mendasar ini cukup hangat untuk
dikupas dan dikaji. Sejauhmana Islam dapat tetap
dipeluk dan dijalankan, di negeri yang mayoritas
penduduknya non muslim.
Diskusi kedua, kalau seandainya memang
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
11
dimungkinkan kita hidup sebagai muslim dengan tetap
menjalankan syariat dengan taat, tentunya ada banyak
kendala yang sulit dihindari. Lalu adakah hukum
syariah dimungkinkan berbeda-beda penerapannya di
tiap negeri, sesuai dengan kondisinya?
Hal-hal apa saja yang bisa membedakan penerapan
syariat Islam? Dalam hal apa saja dimungkinkan terjadi
keringanan dalam penerapan syariah?
Perlukan disusun sebuah fiqih khusus untuk negeri
yang minoritas?
Dalam banyak kesempatan, penulis sebenarnya
sudah cukup sering mengangkat masalah ini, baik
sebagai sebuah tema ceramah, mau pun lewat jawaban
dari pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan para hadirin.
Berangkat dari masalah-masalah inilah, penulis
kemudian merasa perlu untuk menyusun sebuah tulisan
kecil, yang sekiranya nanti dapat dijadikan acuan bagi
umat Islam yang barangkali kebetulan harus tinggal di
negeri mayoritas non muslim.
Semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan ala
kadarnya, yang menjelaskan duduk masalah tiap hal
yang sering dipertanyakan itu.
Penulis tentu tidak bisa berlepas diri dari kenyataan
adanya perbedaan pandangan dari para fuqaha sendiri,
yang ternyata cukup intens dalam mempertahankan
pendapat masing-masing.
Sehingga penulis pun sadar bahwa tulisan ini
tentunya tidak akan meredakan perbedaan pendapat
yang memang sudah ada sejak zaman dahulu.
Namun harapan penulis, setidaknya tulisan ini bisa
dijadikan salah satu sumber rujukan yang dapat
mencerahkan, dalam arti kata, menjelaskan dengan adil
tentang kenapa terjadi perbedaan pandangan di antara
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
12
para ulama. Sehingga kalau pun kita berbeda
pandangan, namun jarak perbedaan itu tidak harus
bermuara kepada perpecahan apalagi permusuhan.
Sebab masing-masing kita sudah saling mengenal alur
berpikir masing-masing, yang dalam batasan tertentu,
sangat dimungkinkan dalam syariah Islam.
Akhirnya penulis berharap agar karya ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Semoga dapat menjadi
amal kebajikan buat penulis dan juga yang membacanya
Al-Faqir ilallah
Ahmad Sarwat, Lc
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
13
Bab Pertama
Muslim Minoritas
Minoritas Muslim Dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran Al-Kariem disebutkan keadaan
minoritas umat Islam. Salah satunya di dalam ayat
berikut ini.
Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah
sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang berbuat kerusakan. (QS. Al-A'raf : 86)
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
14
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih
berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi
(Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan
menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat
menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat
dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki
dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (QS. Al-
Anfal : 26)
Minoritas Muslim di Masa Rasulullah SAW
Dalam sejarah Nabi SAW, umat Islam awal mulanya
pernah mengamali masa minoritas, terutama ketika
dakwah baru saja diperkenalkan di kota Mekkah.
Sampai tiga tahun berdakwah, jumlah pemeluk agama
Islam hanya berkisar 30 orang saja.
Dan saat itu hukum syariah memang belum terlalu
menjadi titik tekan dalam risalah samawi. Penekanan
dakwah masih terkonsentrasi pada penanaman
keimanan dan aqidah. Namun bukan berarti di masa
awal dakwah tidak ada masalah fiqih dan syariah.
Shalat sebagai tiang agama dan salah satu rukun
Islam telah diwajibkan, meski belum berbentuk shalat 5
waktu. Shalat yang diwajibkan saat itu adalah shalat
malam, sebagaimana disebutkan di dalam ayat kedua
yang turun.
Hai orang yang berselimut (Muhammad),
bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
15
sedikit (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit (QS. Al-Muzzammil : 1-3)
Di masa itu dakwah Islam masih bersifat rahasia,
terutama di 3 tahun pertama. Selanjutnya, dakwah
sudah bersifat terbuka, karena ada perintah untuk
membuka diri. Saat itulah berbagai cobaan dan ujian
harus dihadapi oleh Rasulullah SAW dan para
shahabatnya.
Negeri Muslim Minoritas
Menurut catatan statistik dewasa ini, jumlah umat
Islam di dunia mencapai 1,5 1,6 milyar. Dengan jumlah
seperti ini, berarti umat Islam adalah 1/4 penduduk
muka bumi. Karena bumi dewasa ini didiami oleh
paling kurang 6 milyar jiwa.
Sebagian umat Islam itu tinggal di negara-negara
tertentu dalam jumlah besar, sehingga mereka menjadi
mayoritas. Namun sebagian lagi hidup di negara-negara
lain dalam jumlah kecil, sehingga mereka menjadi
minoritas.
Umat Islam di dunia ini bisa kita bagi berdasarkan
perbandingan jumlah dengan pemeluk agama lain
menjadi dua jenis. Pertama, negeri dengan penduduk
mayoritas muslim. Kedua, negeri dengan penduduk
minoritas muslim.
Kalau kita bicara tentang negeri dengan penduduk
minoritas muslim, kita juga bisa membaginya menjadi 2
jenis lagi.
Pertama, minoritas yang asalnya mayoritas. Dahulu
umat Islam di negeri itu terhitung mayoritas, namun
sejalan dengan sunnatullah, umat Islam mengalami
penurunan kualitas dan berpengaruh kepada
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
16
penurunan jumlah. Kita bisa sebut sebagai contoh antara
lain Spanyol, India, Amerika Utara, serta negeri-negeri
di Eropa Timur.
Dahulu umat Islam pernah bertahta selama 7 abad di
Spanyol, di bawah pemerintahan Khilafah Bani Umayah
II. Lewat masa perebutan yang panjang, Reconquista,
akhirnya umat Islam terpojok dan harus angkat kaki
dari semenanjung Iberia, berganti kepemimpinan di
bawah kekuasaan Kristen. Dewasa ini muslim di
Spanyol tercatat hanya 2,3% dari penduduk negeri itu.
India pernah menjadi kerajaan Islam terbesar di masa
lalu. Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua
India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara
tahun 1526-1858 M. Kemudian kerajaan Islam itu
mengalami kemunduran dan berganti penguasa Hindu.
Saat ini India berpenduduk 1,1 milyar, muslim di India
hanya 13,4 % atau kira-kira 150-an juta. Minoritas tapi
cukup besar.
Benua Amerika sebelum masa kedatangan bangsa
Eropa telah mengenal agama Islam. Beberapa penelitian
terkahir menyebutkan bahwa suku Indian sudah banyak
yang memeluk agama Islam. Kemudian budak-budak
Afrika yang beragama Islam didatangkan ke benua
Amerika dalam jumlah besar. Namun saat ini dari 300-
an juta penduduk Amerika Serikat, umat Islam tercatat
hanya sekitar 3 jutaan, atau 1% saja. Angka ini temasuk
sangat minoritas.
Kedua, minoritas muslim yang memang sejak awal
memang minoritas. Sejak awal sejarah tidak mencatat
keberadaan orang-orang muslim dalam jumlah yang
banyak. Kita bisa sebut sebagai contoh adalah negara-
negara di Eropa Barat, Australia, Amerika Latin dan
lainnya.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
17
Data Prosentase Penduduk Muslim Minoritas
Beberapa sumber data penduduk menyebutkan data
prosentase pemeluk agama Islam di tiap negara. Berikut
adalah salah satu perkiraan data yang bisa dijadikan
rujukan.
1
Negara Wilayah Penduduk Muslim %
Amerika Serikat Amerika Utara
301,139,947 3,011,399 1%
Angola Afrika Selatan
12,263,596 85,845 0.70%
Argentina Amerika Selatan
40,301,927 604,529 1.5%
Australia Oseania
20,434,176 347,381 1.7%
Austria Eropa Tengah
8,199,783 344,391 4.2%
Belarus Eropa Timur
9,724,723 9,724 0.1%
Belgia Eropa Barat
10,392,226 415,689 4%
Belize Amerika Tengah
294,385 1,707 0.58%
Benin Afrika Barat
8,078,314 1,615,663 20%
Bhutan Asia Selatan
2,327,849 11,639 0.5%
Bolivia Amerika Selatan
9,119,152 912 0.01%
Bosnia Balkan
4,552,198 1,820,879 40%
Botswana Afrika Selatan
1,815,508 3,631 0.2%
Brazil Amerika Selatan
190,010,647 30,402 0.016%
Bulgaria Balkan
7,322,858 893,389 12.2%
Burundi Afrika Tengah
8,390,505 839,051 10%
Camboja Asia Tenggara
13,995,904 489,857 3.5%
Camerun Afrika Barat
18,060,382 3,612,076 20%
Canada Amerika Utara
33,390,141 667,803 2%
Chad Penulis Afrika Tengah
9,885,661 5,041,678 51%
Chili Amerika Selatan
16,284,741 3,257 0.02%
China Asia Timur
1,321,851,888 19,827,778 1.5%
Colombia Amerika Selatan
44,379,598 10,651 0.024%
Kongo Afrika Tengah
3,800,610 76,012 2%
Congo Afrika Tengah
65,751,512 3,287,576-
6,575,151
5% - 10%
Kosta Rika Amerika Tengah
4,133,884 4,134 0.1%
Cte d'Ivoire Afrika Barat
18,013,409 6,304,693 35%
Croasia Balkan
4,493,312 58,413 1.3%
Cuba Amerika Utara
11,394,043 912 0.008%
Ciprus Timur Tengah
788,457 141,922 18%
1
Sumber : id.wikipedia.com/wiki/islam_menurut_negara
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
18
Ceko Eropa Tengah
10,228,744 10,229 0.1%
Denmark Eropa Barat
5,468,120 109,362 2%
Dominika Karibia
9,365,818 1,873 0.02%
Timor Timur Asia Tenggara
1,084,971 10,850 1%
Ekuador Amerika Selatan
13,755,680 275 0.002%
El Salvador Amerika Tengah
6,948,073 2,084 0.03%
Estonia Eropa Timur
1,315,912 5,264 0.4%
Ethiopia Afrika Timur
76,511,887 25,095,899 32.8%
Fiji Oseania
918,675 64,307 7%
Finlandia Eropa Barat
5,238,460 20,654 0.40%
Franch Eropa Barat
63,718,187 6,371,819 10%
Gabon Afrika Barat
1,454,867 14,549 1%
Georgia Kaukasus
4,646,003 459,954 9.9%
German Eropa Barat
82,400,996 3,213,639 3.9%
Ghana Afrika Barat
22,931,299 3,577,283 15.6%
Greek (Yunani) Balkan
10,706,290 139,182 1.3%
Grenada Karibia
89,971 270 0.3%
Guatemala Amerika Tengah
12,728,111 1,018 0.008%
GuineaBissau Afrika Barat
1,472,780 662,751 45%
Guyana Amerika Selatan
769,095 55,375 7.2%
Haiti Karibia
8,706,497 1,741 0.02%
Honduras Amerika Tengah
7,483,763 2,994 0.04%
Hungaria Eropa Tengah
9,956,108 9,956 0.1%
Islandia Eropa Barat
301,931 302 0.1%
India Asia Selatan
1,129,866,154 151,402,065 13.4%
Inggris Eropa Barat
60,776,238 1,640,958 2.7%
Irlandia Eropa Barat
4,109,086 20,135 0.49%
Israel Timur Tengah
6,426,679 1,028,269 16%
Italia Eropa Barat
58,147,733 814,068 1.4%
Jamaika Karibia
2,780,132 5,560 0.2%
Jepang Asia Timur
127,433,494 121,062 0.095%
Kenya Afrika Timur
36,913,721 3,691,372 10%
Korea Selatan Asia Timur
49,044,790 35,000 0.071%
Laos Asia Tenggara
6,521,998 424 0.0065%
Latvia Eropa Timur
2,259,810 384 0.017%
Lesotho Afrika Selatan
2,125,262 21,256 >1%
Liberia Afrika Barat
3,195,931 639,186 20%
Lithuania Eropa Timur
3,575,439 2,682 0.075%
Luxemburg Eropa Barat
480,222 9,604 2%
Makedonia Balkan
2,055,915 657,893 32%
Madagaskar Afrika Selatan
19,448,815 1,361,417 7%
Malawi Afrika Selatan
13,603,181 2,720,636 20%
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
19
Mauritius Afrika Selatan
1,250,882 212,650 17%
Meksiko Amerika Utara
108,700,891 282,622 0.26%
Moldova Eropa Timur
4,328,816 3,030 0.07%
Mongolia Asia Tengah
2,951,786 177,107 6%
Montenegro Balkan
684,736 143,795 21%
Mozambik Afrika Selatan
20,905,585 4,181,117 20%
Myanmar Asia Tenggara
47,373,958 1,894,958 4%
Namibia Afrika Selatan
2,055,080 20,055 1 %
Nepal detial Asia Selatan
28,901,790 1,156,072 4%
Nedherland Eropa Barat
16,570,613 994,237 6%
New Caledonia Oseania
221,943 8,878 4%
New Zeadland
Oseania
4,115,771 23,871 0.58%
Nikaragua Amerika Tengah
5,675,356 454 0.008%
Nigeria Afrika Barat
135,031,164 67,515,582 50%
Norwegia Eropa Barat
4,627,926 83,303 1.8%
Panama Amerika Tengah
3,242,173 9,727 0.3%
Papua Nugini Oseania
5,795,887 2,029 0.035%
Paraguay Amerika Selatan
6,669,086 534 0.008%
Peru Amerika Selatan
28,674,757 860 0.003%
Filipina Asia Tenggara
91,077,287 4,553,864 5%
Polandia Eropa Tengah
38,518,241 3,852 0.01%
Portugal Eropa Barat
10,642,836 35,121 0.33%
Romania Balkan
22,276,056 44,552 0.2%
Rusia Eropa Timur
141,377,752 19,792,885 14%
Rwanda Afrika Timur
9,907,509 455,745 4.6%
Serbia Balkan
10,150,265 324,808 3.2%
Seychelles Afrika Timur
81,895 172 0.21%
Singapura Asia Tenggara
4,553,009 682,951 15%
Slovakia rEropa Tengah
5,447,502 3,051 0.056%
Slovenia Eropa Tengah
2,009,245 48,222 2.4%
Kep. Solomon Oseania
566,842 >200 0.04%
South Africa Afrika Selatan
43,997,828 659,967 1.5%
Spanyol Eropa Barat
40,448,191 930,308 2.3%
Sri Langka Asia Selatan
20,926,315 1,464,842 7%
Suriname Amerika Selatan
470,784 92,274 19.6%
Swaziland Afrika Selatan
1,133,066 11,331 -
113,307
1% - 10%
Swedia Eropa Barat
9,031,088 270,933 3%
Switzerland Eropa Barat
7,554,661 324,850 4.3%
Taiwan Asia Timur
22,858,872 45,717 0.3%
Tanzania Afrika Timur
39,384,223 15,753,689 40%
Thailand Asia Tenggara
65,068,149 2,993,135 4.6%
Togo Afrika Barat
5,701,579 781,116 13.7% - 20%
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
20
1,140,316
Trinidad Amerika Tengah
1,056,608 61,283 5.8%
Uganda Afrika Timur
30,262,610 3,661,775 12.1%
Ukraina Eropa Timur
46,299,862 787,098 1.7%
Puerto Rico Karibia
3,944,259 5,128 0.13%
Uruguay Amerika Selatan
3,460,607 346 0.01%
Vanuatu Oseania
208,900 209 0.1%
Venezuela Amerika Selatan
26,023,528 91,082 0.35%
Vietnam Asia Tenggara
85,262,356 67,357 0.079%
Zambia Afrika Selatan
11,477,447 114,774 < 1%
Zimbabwe Afrika Selatan
12,311,143 123,111 < 1%
Pertumbuhan Muslim di Barat
Setelah cukup lama Barat menjajah dan menyebarkan
agama Kristen ke dunia Islam, akhir-akhir ini muncul
anomali yang tidak diduga sebelumnya. Dunia semakin
hari menyaksikan fenomena pertumbuhan jumlah
pemeluk agama Islam di Eropa khususnya dan di negeri
Barat umumnya. Semua tentunya atas izin dan
kehendak Allah.
Tidak sedikit para pengamat yang memprediksi
bahwa angka pertumbuhan populasi muslim di Eropa
akan terus naik pesat dalam beberapa dekade
mendatang.
Daily Telegraph Inggris melaporkan bahwa
penduduk muslim di Eropa tahun 2050 diperkirakan
akan naik menjadi 20% dari seluruh populasi benua
tersebut. karena meningkatnya imigrasi dan
berkurangnya angka kelahiran penduduk Eropa asli.
Populasi muslim dari total populasi 27 negara di
Eropa akan meningkat menjadi 20%, pada tahun 2050.
Dari 27 negara tersebut yang diindikasikan akan
memiliki proporsi Muslim lebih tinggi dalam waktu
dekat adalah Inggris, Spanyol, dan Belanda.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
21
Inggris, yang saat ini memiliki jumlah penduduk 20
juta, lebih sedikit dari Jerman. Jerman juga
diproyeksikan akan menjadi negara terpadat di Eropa
pada tahun 2060 dengan jumlah penduduk 77 juta jiwa.
Di tahun 2009, jumlah muslim di Perancis mencapai
9% dari total populasi. Penduduk muslim di Marseilles
dan Rotterdam, angkanya mencapai 25%.
Di London dan Copenhagen, penduduk Muslim
berjumlah 10% dari total populasi.
Spanyol adalah negara dengan peningkatan jumlah
populasi Muslim terbesar dengan masuknya satu juta
imigran Moroko ke negara itu dalam beberapa tahun
terakhir.
Sementara, di Belgia, nama-nama yang paling banyak
ditemukan adalah nama Islami seperti Muhammad,
Adam, Royan, Ayyub, Mahdi, Amin, dan Hamzah.
Data demografis tentang tingkat pertumbuhan Islam
menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah Muslim di
negara-negara non-Muslim disebabkan terutama oleh
imigrasi (di negara-negara Barat) dan angka kelahiran
yang lebih tinggi (di seluruh dunia).
Tahun 2006, negara-negara dengan penduduk
mayoritas Muslim memiliki angka pertumbuhan
penduduk rata-rata 1.8% per tahun. Bandingkan dengan
angka pertumbuhan penduduk dunia yang hanya 1.12%
per tahun.
Bom Waktu Demografis Bernama Islam
Hasil survei yang dilansir Daily Telegraph tersebut
telah memicu tuduhan bahwa para penyusun kebijakan
gagal melawan tantangan-tantangan dari bom waktu
demografis. Para ahli mengatakan kurang ada diskusi
mengenai bagaimana perubahan populasi akan
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
22
mempengaruhi wilayah-wilayah kehidupan mulai dari
pendidikan dan perumahan hingga kebijakan luar
negeri dan pensiun.
Diperkirakan, para politisi Uni Eropa terutama
kelompok kanan akan mengupayakan adanya
pemberhentiaan masuknya imrigran Muslim dalam
waktu dekat demi menjaga keseimbangan atsmosfer
negara-negara Uni Eropa.
"Uni Eropa sangat memerlukan kebijakan politis
untuk masalah imigran demi kemajuan tanpa adanya
duri yang akan menjadi masalah di kemudian hari," ujar
Angel Goergia, Sekjen Organisasi Bantuan dan
Pertumbuhan Ekonomi.
Menurut Carnegie Endowment for International
Peace, Database Kristen Dunia pada tahun 2007
memperkirakan enam agama dengan pertumbuhan
paling cepat adalah Islam (1.8%), aliran keyakinan
Bahaii (1.7%), Sikhisme (1.62%), Jainisme (1.57%),
Hinduisme (1.52%), dan Kristen (1.32%). Tingginya
angka kelahiran disebut sebagai penyebab pertumbuhan
tersebut.
Monsignor Vittorio Formenti, yang menyusun buku
tahunan Vatikan, mengatakan dalam sebuah wawancara
dengan koran Vatikan, LOsservatore Romano, bahwa
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kita tidak lagi
berada di puncak, Muslim telah menggeser posisi kita.
Ia mengatakan bahwa jumlah umat Katolik adalah 17.4%
dari total populasi dunia, sedangkan Muslim mencapai
19.2%. Benar bahwa keluarga-keluarga Muslim, seperti
yang telah diketahui, terus melahirkan banyak
keturunan, sebaliknya, keluarga Kristen semakin sedikit
memiliki anak, ujarnya.
Juga disebutkan dalam sejumlah klaim bahwa
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
23
peningkatan jumlah Muslim disebabkan semakin
banyaknya orang yang masuk agama Islam. Namun,
data jumlah mualaf ini sulit untuk diverifikasi.
Contohnya, New York Times telah mengklaim bahwa
25% Muslim Amerika adalah mualaf. Di Inggris, juga
ada klaim bahwa sekitar 10.000 hingga 20.000 orang
masuk Islam tiap tahunnya.
Umat Islam di Negeri Minoritas Butuh Syariah
Dengan munculnya fenomena menarik ini, dan
memang telah diberikan kabar gembira oleh Rasulullah
SAW bahwa Eropa pada akhir zaman akan jatuh ke
tangan umat Islam, maka dalam proses kembali kepada
syariah, umat Islam di negeri-negeri minoritas itu sangat
membutuhkan pedoman untuk hidup sesuai dengan
ajaran Islam.
Pedoman itu tidak lain adalah sistem syariah Islam,
yang terkenal universal dan abadi, selalu sesuai dengan
zaman dan keadaan. Tentunya karena punya sifat tsabat
dan tathawwur yang harmonis. Tidak kehilangan
originalitasnya sehingga dijamin keasliannya, namun
juga tidak kehilangan kelenturannya, karena memang
didesain oleh Allah SWT, tuhan semua umat manusia
sepanjang zaman.
Syariah Islam yang turun kepada Nabi Muhammad
SAW adalah syariah yang terakhir, tidak ada lagi
syariah yang turun dari langit. Tidak akan ada lagi nabi
yang turun, juga tidak akan ada lagi kitab suci yang
dibawa dari langit.
Namun sungguh luar biasa. Meski telah melewati 14
abad usianya, syariah Islam tetap masih paten dan
luwes untuk bisa diterapkan di dalam berbagai keadaan,
wilayah geografi, beragam budaya dan bangsa, serta
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
24
lintas peradaban.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
25
Bab Kedua
Karekteristik Fiqih Minoritas
Di antara karakteristik fiqih minoritas yang harus
dipahami dan tidak mungkin diabaikan antara lain :
1. Ijtihad Kontemporer
Fiqih adalah produk ijtihad. Tidak ada fiqih tanpa
ijtihad. Dan ijtihad itu adalah mengaitkan antara dalil-
dalil syariah dengan realitas yang ada. Ijtihad tidak
pernah sama hasilnya di tiap tempat yang berbeda.
Sebab realitasnya dan persoalannya bisa saja berbeda.
Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah bahkan mendirikan
dua mazhab dalam hidupnya, padahal beliau hidup
hanya selama 54 tahun (150-204 H).
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
26
Dalam mazhab yang kedua (qaul jadid), beliau
banyak sekali mengoreksi pendapat dirinya sendiri dari
mazhab sebelumnya (qaul qadim).
Demikian juga para mujtahid ghairub mustaqil dalam
satu mazhab, meski tetap menggunakan manhaj dari
gurunya, namun mereka tetap berijtihad dengan bebas.
Sehingga sering kali antara seorang mujtahid ghairu
mustaqil dengan gurunya yang mujtahid mutlak, punya
pendapat yang berbeda.
Setiap zaman dibutuhkan mujtahid yang hidup
bersama zamannya. Setiap wilayah negeri muslim butuh
mutjatahid yang hidup bersama dengan realitas wilayah
tersebut. Ijtihad yang baru tidak harus selalu
bertentangan dengan ijtihad yang lama. Terkadang
malah menguatkan hasil ijtihad yang lama. Namun ada
kalanya hasil ijtihad yang baru lebih kuat dan lebih tepat
dengan realitas yang ada.
Hasil ijtihad Abu Hanifah tentunya terasa lebih pas
dan mengena dengan masalah muamalah. Hal itu
karena Abu Hanifah selain sebagai mujtahid, beliau juga
seorang pedagang kain, yang setiap hari bergumul
dengan berbagai macam persoalan muamalah dan jual
beli di dalam pasar.
Setiap hutan memiliki macannya sendiri-sendiri.
Setiap negeri membutuhkan mujtahid yang ahli dan
mengerti realitas sosial serta masalah yang lebih
kontemporer.
2. Kontektual bukan Tektual
Teks dan dalil syariah itu sangat banyak. Terkadang
kalau kita tidak tahu asal-usul turunnya (asbabun-
nuzul), atau sebab dikeluarkannya (asbabul wurud),
boleh jadi kita bingung sendiri.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
27
Apalagi bila kita tidak mengerti ilmu nasakh wal
mansukh, dimana dalil-dalil itu ternyata ada yang
dihapus keberlakuannya, maka kita akan kebingungan
sendiri.
Di satu ayat, suatu masalah diwajibkan, tetapi di ayat
lain malah diharamkan. Di satu hadits, sebuah masalah
dianjurkan, tetapi di hadits lain, justru diperintahkan
untuk mengindarinya.
Maka penerapan suatu dalil dalam suatu masalah
tentu tidak bisa dilakukan, kecuali setelah mengetahui
latar belakang dalil itu, serta mengetahui juga latar
belakang masalah yang ingin diketahui hukumnya.
Suatu hari datang seorang tua kepada Nabi SAW dan
bertanya tentang hukum mencumbi istri di siang hari
bulan Ramadhan. Beliau SAW pun mengizinkan dan
membolehkan laki-laki tua itu mencumbu istrinya di
siang hari bulan Ramadhan, asalkan tidak sampai jima'.
Setelah itu datang lagi seseorang kepada beliau SAW.
Kali ini seorang pemuda. Pertanyaannya sama, bolehkah
dirinya mencumbu istri di siang hari bulan Ramadhan.
Ternyata kali ini jawaban Rasullah SAW berbeda. Beliau
tidak membolehkan pemuda itu mencumbu istri di
siang hari bulan Ramadhan.
Dari dua kisah itu, kita bisa menyimpulakn bahwa
hukum dan fatwa yang beliau SAW keluarkan
dipengaruhi oleh konteks, bukan semata-mata aturan
yang kaku dan baku.
3. Memudahkan bukan Memberatkan
Sejak masa shahabat memang sudah ada dua
kecenderungan dalam masalah fatwa. Pertama, adalah
mazhab mudhayyiqin, yang umumnya diwakili oleh
Ibnu Umar radhiyallahu anhu. Kedua, adalah mazhab
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
28
muyassirin yang umumnya diwakili oleh Ibnu Abbas
radhiyallahu anhu. Kedua shahabat ini sangat mencintai
Rasululllah SAW dan beliau pun sangat mencintai
keduanya.
Namun ketika masing-masing punya pendekatan
yang khas dalam berfatwa dan mengambil kesimpulan
hukum, kita tidak bisa mengunggulan yang satu dan
menjelekkan yang lain. Sebab tiap shahabat punya latar
belakang sendiri-sendiri yang membawanya sampai
kepada suatu pendapat.
Maka kalau syariah Islam memberikan kedua pilihan
itu dengan peluang yang sama besarnya, sama
benarnya, serta sama keberkahannya, kita akan
merasakan betapa luasnya syariah Islam itu.
Buat mereka yang suka bersusah-susah dalam agama,
karena iman dan taqwa, lalu lebih senang mengambil
pendapat yang lebih berat dan sulit, sudah ada contoh
dan panutannya sendiri.
Sebaliknya, buat mereka yang dalam keadaan terjepit,
darurat, atau baru masuk Islam, atau berada pada situasi
yang tidak memungkinkan, maka tidak berarti dia harus
menyerah dengan keadaan lantas meninggalkan
agamanya. Sebab syariah Islam ternyata juga
memberikan peluang untuk tetap bisa setia tanpa
kehilangan originalitas dan ikatan hukum.
Masih ada pendapat-pendapat Ibnu Abbas
radhiyallahu anhu yang telah didoakan oleh Rasulullah
SAW :
Ya Allah, jadikanlah dia orang yang ahli dalam ilmu
fiqih agama dan ajarkan padanya ilmu takwil (tafsir).
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
29
Shahabat sekaliber Ibnu Abbas radhiyallahu anhu
bukan shahabat biasa. Beliau telah menjadi imam shalat
bagi kaumnya ketika belum baligh, baru mumayyiz. Hal
itu karena ilmu beliau yang sudah tertanam sejak kecil,
dan kebagusan bacaan Quran yang beliau kuasai.
Ada begitu banyak shahabat Nabi SAW yang jauh
lebih senior dari segi usia atau pun masa keislaman,
namun mereka menjadikan Ibnu Abbas radhiyallahu anhu
sebagai rujukan dalam ilmu agama.
4. Pendapat Jumhur bukan Pribadi
Karena masalah yang berkembang di negeri
minoritas muslim ini sangat komplek, bukan hanya
terdiri dari satu masalah yang bisa diselesaikan secara
parsial, maka kajian fiqih minoritas ini pun juga harus
melibatkan banyak kalangan. Tidak cukup fatwa satu
orang untuk menyelesaikan masalah yang komplek.
Dibutuhkan ijtihad bersama (jama`i) dari berbagai
ulama dengan latar belakang yang berbeda, seusai
dengan realitas sosial yang ada.
Sehingga fatwa yang dihasilkan akan lebih dekat
kepada keadaan sesungguhnya. Tidak seperti asap yang
jauh dari api.
Di berbagai belahan dunia ini, terutama di negeri
minoritas muslim, banyak ulama yang mendirikan
majma' fiqih, khusus dibuat untuk memenuhi
kebutuhan fatwa di negeri tertentu dengan keadaan
yang khusus.
5. Beda Keadaan Beda Fatwa
Salah satu karakter fiqih Islam adalah bahwa sebuah
fatwa bisa saja berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
30
Tergantung dari banyak hal, baik yang menyangkut
individu seseorang atau pun yang terkait dengan
keadaan dimana suatu masyarakat berada.
Fatwa fiqih yang berlaku pada seorang yang sehat
tentu tidak sama dengan fatwa yang berlaku buat orang
yang sakit. Fatwa yang berlaku buat musafir juga tidak
sama persis dengan fatwa buat orang yang muqim.
Orang yang terpaksa menerima fatwa yang berlainan
dengan orang yang puya banyak pilihan.
Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi amir di kota
Madinah menerima kesaksian dari satu orang. Tetapi
ketika beliau menjadi khalifah di Damaskus, beliau
menetapkan bahwa kesaksian atas suatu perkara harus
datang minimal dari dua orang. Sebab beliau melihat
perbedaan yang signifikan antara penduduk Madinah
dan Damaskus.
Dalam hal ini, beliau punya kalimat yang terkenal :
Katakanlah kepada manusia perkara sesuai dengan
tingkat kejahatan yang terjadi.
Ada ungkapan khas tentang perbedaan fatwa yang
datang dari beberapa ulama, yaitu ikhtilaful ashri waz-
zaman, bukan ikhtilaf hujjah dan dalil. Ikhtilaful ashri waz-
zaman adalah ikhtilaf yang timbul akibat perbedaan
zaman dan masa, bukan karena perbedaan dalam
mengambil hujjah dan dalil.
Karena itulah kita seringkali mendapati para ulama
dari suatu mazhab menyelisihi pendapat imam mazhab
mereka sendiri. Apa yang dikatakan oleh Al-Imam Abu
Hanifah belum tentu persis sama dengan yang
difatwakan oleh kedua muridnya, Abu Yusuf dan
Muhammad. Demikian juga fatwa Imam An-Nawawi
terkadang tidak sama persis dengan fatwa imam
mazhabnya sendiri, Al-Imam Asy-Syafi'i.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
31
6. Menerima Kedaruratan
Karakter yang paling khas dari fiqih minoritas adalah
mengakui realitas adalah kedaruratan yang tidak bisa
dinafikan. Karena semua orang mengalami langsung
kedaruratan itu.
Dalam keadaan normal, laki-laki diharamkan
memakai pakaian yang terbuat dari sutra. Namun
karena alasan darurat (sakit), Az-Zubair bin Al-Awwam
dan Abdurrahman bin Auf radhiyallahuanhuma
dibolehkan oleh Rasulullah SAW untuk mengenakan
pakaian yang terbuat dari sutera, sebagai keringanan
hukum.
Para ulama mempunyai beberapa kaidah tentang
hukum fiqih dalam keadaan darurat ini. Di antara
kaidah-kaidah itu adalah :
Kedaruratan itu membolehkan hal-hal yang dilarang
Maksudnya, keadaan darurat yang dialami oleh
seseorang dalam kasus tertentu dapat membuat apa-apa
yang tadinya terlarang menjadi boleh hukumnya.
Bila dalam keadaan tersesat di tengah padang pasir,
sudah 7 hari tidak makan, satu-satunya yang masih
mungkin dimakan adalah bangkai yang hukumnya
najis, maka dimungkinkan untuk memakan bangkai
yang haram itu, karena keadaan darurat.
Namun keadaan darurat itu bisa saja berbeda-beda
bagi tiap orang dan juga tidak sama levelnya untuk
setiap kasus. Karena itu setiap kedaruratan harus diukur
kadarnya, sebagaimana kaidah berikut ini :
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
32
Kedaruratan itu harus diukur sesuai dengan
tingkatan kedaruratannya.
Ini berarti tidak mentang-mentang ada satu masalah
yang berbau darurat, lantas kita menghalalkan semua
yang haram.
Di padang pasir itu selama kita masih bisa bertahan
dengan memakan tumbuhan atau rumput, maka masih
belum dihalalkan memakan bangkai. Demikian juga bila
seseorang masih bisa bertahan hidup dalam waktu yang
lebih lama, maka baginya belum dibenarkan untuk
memakan bangkai.
Sehingga ukuran kedaruratan antara satu orang
dengan orang lain sangat berbeda, tidak bisa dipukul
rata.
Karena itu ada semacam kaidah yang sangat
membuat hukum agama itu menjadi sedemikian
fleksible. Intinya, bila keadaan menjadi sempit dan sulit,
maka hukumnya menjadi lebih luas. Artinya, hukumnya
menjadi lebih mudah. Sebaliknya, bila keadaan yang
kita miliki lebih luas, dalam arti tidak ada unsur
daruratnya, atau kalau pun ada kedaruratan, sangat
sedikit, maka hukumnya menjadi sempit. Maksudnya,
hukumnya menjadi lebih tegas.
Apabila suatu masalah menjadi sempit, maka
hukumnya menjadi luas. Dan bila suatu masalah
luas, maka hukumnya menjadi sempit.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
33
Kesulitan itu membuahkan kemudahan
Maksudnya, bila keadaan sangat sulit sehingga tidak
dimungkinkan menjalankan hukum secara ideal, maka
untuk kasus tertentu dimungkinkan hukumnya menjadi
lebih mudah.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
35
Problem Fiqih Minoritas
Umat Islam yang tinggal di negeri dimana mereka
adalah kelompok minoritas, seringkali menghadapi
banyak kendala besar terkait dengan hukum-hukum
syariah.
Hal itu terjadi karena pada umumnya hukum-hukum
syariah yang sudah tertulis di berbagai literatur disusun
di zaman tegaknya negara-negara Islam. Intinya,
keadaan sosial politik yang melatar-belakangi penulisan
hukum fiqih di masa itu tidak secara tepat tercermin
dalam realitas kehidupan umat Islam minoritas di masa
sekarang ini.
Empat imam mazhab yang menjadi rujukan ijtihad
para ulama sedunia adalah orang-orang yang hidup di
zaman kekuasaan Islam, bukan negeri dimana umat
Islam justru menjadi minoritas.
Imam Abu Hanifah (70-150H) dan Imam Malik (80-
179 H) rahimahumallah hidup di dua zaman keemasan
kekuasaan Islam, yaitu Khilafah Bani Umayyah di
Damaskus dan Khilafah Bni Abbasiyah di Baghdad.
Kitab-kitab fiqih yang tersusun umumnya
memberikan jawaban masalah dengan kondisi sosial
yang ideal, dimana umat Islam berada dalam keadaan
aman, dipimpin oleh sultan (penguasa) yang shalih,
serta kedaulatan Islam yang penuh.
Hal ini memang wajar, karena selama 14 abad
berturut-turut, umat Islam memegang supremasi dunia.
Selama itu umat Islam selalu hidup dalam satu kesatuan
dunia yang kuat, di bawah pemerintahan yang adil,
kuat, serta berfungsi mengayomi semua lapisan.
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
36
Namun ketika memasuki abad 20, secara de-facto dan
de-jure, umat Islam mengalami kemunduran yang
sangat besar. Tahun 1924 Khilafah Islamiyah Turki
Utsmani yang terakhir pun diruntuhkan, wilayahnya
yang sangat luas itu dibagi-bagi di antara para penjajah
Barat.
Maka begitu banyak persoalan fiqih yang
memerlukan kajian yang lebih mendalam dengan
melihat kepada realitas yang ada, tidak sekedar
memfoto-kopi dari kitab-kitab fiqih klasik yang terlanjur
dianggap sebagai satu-satunya rujukan.
Tidak seperti umumnya penerapan fiqih di dunia
Islam, keberadaan umat Islam di negeri yang minoritas
tentunya sulit dihindarkan dari berbagai kenyataan
yang ada.
Karena itu fiqih yang digunakan boleh jadi memiliki
kaidah yang spesifik, namun tetap original dan asli
sebagaimana diturunkan di dalam Al-Quran dan As-
Sunnah.
Di setiap negeri dimana jumlah muslim minoritas
muncul begitu banyak pertanyaan yang sulit untuk bisa
dijawab begitu saja, kecuali dengan kajian yang lebih
komprehensif, mendalam, melihat realitas sosial politik,
serta memahami nilai-nilai yang dianut oleh tiap negeri.
Bolehkah Muslim Tinggal di Negeri Kafir
Misalnya pertanyaan yang paling mendasar adalah :
Apakah boleh seorang muslim tinggal dan hidup
menjadi warga negara dari negeri yang tidak berhukum
kepada hukum Allah?
Tentu saja pertanyaan seperti ini bisa saja dijawab
dengan satu kata, haram. Lalu dalilnya adalah surat Al-
Maidah ayat 44,45 dan 47, dimana orang yang tidak
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
37
berhukum dengan hukum Allah berarti dia kafir, fasik
dan zhalim.
Atau juga dengan dalil dari hadits Nabi SAW yang
sekilas melarang seorang muslim hidup di tengah
orang-orang non muslim.
Aku berlepas diri dari setiap muslim yang hidup di
belakang orang-orang musrik.
Siapa yang bercampur dengan orang musyrik, maka
dia termasuk dari kelompok mereka.
Tetapi masalahnya tidak sesederhana itu mengatakan
bahwa orang yang tinggal di negeri minoritas muslim
lantas dianggap kafir, dengan menggunakan dalil-dalil
di atas.
Bagaimana kalau orang itu memang asli penduduk
negeri itu, dimana dia hidup, mencari penghidupan,
makan dan minum di negeri kelahirannya?
Lalu jika kebetulan dia mendapat hidayah dari Allah
SWT untuk memeluk agama Islam, apakah dia harus
hijrah dan meninggalkan kampung halamannya,
sebagaimana dulu para shahabat meninggalkan Mekkah
Al-Mukarramah meninggalkan kampung halaman?
Selain itu, kita juga melihat realitas di masa
Rasulullah SAW ketika mengutus para shahabat ke
berbagai negeri non muslim, mereka justru
meninggalkan Madinah Al-Munawwarah dan Masjid
An-Nabawi, juga meninggalkan Rasulullah SAW dan
para shahabat yang mulia, untuk hidup sendiri sebagai
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
38
muslim di negeri asing yang saat itu belum ada umat
Islam disana.
Tugas para shahabat ini justru untuk menyebarkan
agama Islam di negeri yang masih belum mengenal
agama Allah. Sehingga tidak bisa dihindari mereka pun
mengalami hidup sebagai kelompok minoritas, juga
mengalami hidup di bawah kekuasaan hukum yang
selain hukum Allah.
Perintah hijrah ke Madinah bukan semata karena di
Mekkah saat itu tidak berlaku hukum syariah. Tetapi
saat itu memang sedang dibutuhkan pemusatan
kekuatan di Madinah untuk membangun masyarakat
Islam pertama. Maka ada perintah untuk berhijrah ke
Madinah. Tetapi hanya berselang beberapa tahun,
tepatnya telah Perjanjian Hudaibiyah di tahun ke-6
hijriyah, Rasulullah SAW sudah mulai mengutus para
shahabat ke berbagai negeri, berpencar-pencar menuju
negeri yang justru sama sekali belum mengenal agama
Islam. Tentu juga tidak atau belum berhukum dengan
hukum Allah.
Apakah kita akan mengatakan bahwa para shahabat
Nabi SAW yang diutus itu secara meninggalkan negeri
yang berhukum dengan hukum Islam, menuju negeri
yang berhukum dengan hukum manusia? Dan apakah
mereka berdosa melakukannya?
Bolehkah Menjadi Bagian Dari Pemerintahan
Sebagian ulama mengharamkan umat Islam yang
tinggal di negeri minoritas muslim (baca:kafir) untuk
ikut serta dalam pemerintahan, yang secara tegas tidak
menggunakan hukum Allah. Bahkan juga
mengharamkan umat Islam untuk mengikuti pemilihan
umum untuk memilih calon pemimpin.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
39
Alasannya, kira-kira tidak jauh berbeda dengan dalil-
dalil di atas, yaitu bahwa negara itu adalah negara kafir.
Dan seorang muslim tidak boleh memiliki pemimpin
yang kafir dan tidak berhukum dengan hukum Allah.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini :
Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi
jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai
orang-orang Mukmin. (QS An-Nisa :141)
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
jadikan wali (pemimpin)-mu, orang-orang yang
menjadikan agamamu sebagai bahan ejekan dan
permainan, (yaitu) dari orang-orang yang diberi kitab
sebelummu dan orang-orang kafir (QS. Al-Maidah :
57)
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani
menjadi walimu (pemimpinmu); sesungguhnya
sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain.
Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
40
menjadi wali (pemimpin), maka sesungguhnya orang
itu termasuk golongan mereka. (QS. Al-Maidah : 51)
Umat Islam hanya diperbolehkan taat kepada
pemimpin yang beragama Islam dari kalangan internal
sendiri. Dimana hukum yang diterapkan adalah hukum
yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan
ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS An-Nisa :59)
Karena itu haram hukumnya ikut pemilu, karena hal
itu berarti umat Islam mengakui kepemimpinan yang
menentang hukum Islam.
Dengan dalil-dalil di atas, maka begitu banyak umat
Islam di negeri-negeri minoritas melepaskan haknya
dalam pemilihan yang diselenggarakan. Dengan
demikian, hak-hak mereka sebagai warga dan juga
sebagai manusia, ternyata juga tidak bisa mereka
dapatkan. Karena tidak ada yang memperjuangkan hak-
hak dan aspirasi mereka di parlemen dan perwakilan
rakyat.
Sebagai perbandingan, Di Inggris, jumlah anggota
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
41
parlemen dari kalangan yahudi 52 anggota, padahal
jumlah warga Yahudi di sana tidak lebih dari 300 ribu
orang. Di saat yang sama, kaum muslimin yang
jumlahnya mencapai lima kali lipat dari Yahudi hanya
memiliki satu orang perwakilan di parlemen Inggris.
Di Amerika Serikat jumlah anggota Kongres Amerika
dari Yahudi berjumlah 13 orang dari 101 total anggota
Kongres Amerika. Padahal persentase Yahudi di sana di
bawah 2%. Sementara di parlemen Amerika Yahudi
memiliki perwakilan 30 orang. Dan jangan tanya berapa
banyak mereka yang loyal kepada Yahudi dan
kepentingannya.
Di Perancis, Yahudi memiliki 18 kursi di parlemen
padahal jumlah warga Yahudi di sana tidak melebihi 1%
penduduk. Demikian halnya di Ukraina. Angka-angka
di atas memberikan kesimpulan betapa besar lobi
Yahudi di negara-negara besar.
Maka kalau arah kebijakan negara-negara itu
cenderung untuk membela kepentingan yahudi
termasuk negara Israel, tentu sangat masuk akal.
Sebaliknya, bila umat Islam yang jumlahnya sekarang
cukup besar dan terus bertambah, tetapi nasibnya tidak
pernah membaik, karena terus menerus ditekan baik
oleh pemerintah atau oleh opini publik yang diciptakan,
maka sedikit banyak karena adanya fatwa yang
mengharamkan umat Islam masuk parlemen dan
memperjuangkan kepentingan umat Islam sendiri.
Tentu dengan dalil-dalil di atas.
Masalahnya, apakah dalil-dalil di atas tadi sudah
sesuai dengan konteks dan realitas yang ada? Ini yang
menjadi bahan diskusi panjang di kalangan ulama.
Mereka yang tidak mengharamkan pemilihan umum
dan menjadi bagian dari parlemen mengajukan dalil,
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
42
bahwa tujuan mereka hanya untuk memperjuangkan
nasib umat Islam di negeri itu. Sama sekali tidak ada
kaitannya dengan pengakuan atas kepemimpinan non
muslim atau hukum-hukum selain hukum Allah.
Pendapat Yang Membolehkan Ikut Parlemen
a. Syekh Shaleh Alfauzan
Syekh Shaleh Alfauzan, salah seorang ulama di Saudi
Arabia pernah ditanya tentang hukum seorang muslim
memasuki parlemen. Syekh Fauzan balik bertanya, Apa
itu parlemen? Salah seorang peserta menjawab
Dewan legislatif atau yang lainnya Syekh, Masuk
untuk berdakwah di dalamnya? Salah seorang peserta
menjawab, Ikut berperan serta di dalamnya Syekh,
Maksudnya menjadi anggota di dalamnya? Peserta,
Iya.
Syeikh menerangkan: Apakah dengan keanggotaan
di dalamnya akan menghasilkan kemaslahatan bagi
kaum muslimin? Jika memang ada kemaslahatan yang
dihasilkan bagi kaum muslimin dan memiliki tujuan
untuk memperbaiki parlemen ini agar berubah kepada
Islam, maka ini adalah suatu yang baik, atau paling
tidak bertujuan untuk mengurangi kejahatan terhadap
kaum muslimin dan menghasilkan sebagian
kemaslahatan, jika tidak memungkinkan kemaslahatan
seluruhnya meskipun hanya sedikit.
b. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Majalah Al-Ishlah pernah bertanya kepada Syeikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, yang pernah menjadi
Mufti Kerajaan Saudi Arabia tentang hukum masuknya
para ulama dan duat ke DPR, parlemen serta ikut dalam
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
43
pemilu pada sebuah negara yang tidak menjalankan
syariat Islam. Bagaimana aturannya?
Syaikh Bin Baz menjawab:
Masuknya mereka berbahaya, yaitu masuk ke
parlemen, DPR atau sejenisnya. Masuk ke dalam
lembaga seperti itu berbahaya, namun bila seseorang
punya ilmu dan bashirah serta menginginkan kebenaran
atau mengarahkan manusia kepada kebaikan,
mengurangi kebatilan, tanpa rasa tamak pada dunia dan
harta, maka dia telah masuk untuk membela agama
Allah swt. berjihad di jalan kebenaran dan
meninggalkan kebatilan. Dengan niat yang baik seperti
ini, saya memandang bahwa tidak ada masalah untuk
masuk parlemen. Bahkan tidak selayaknya lembaga itu
kosong dari kebaikan dan pendukungnya.
Namun bila motivasinya untuk mendapatkan dunia
atau haus kekuasaan, maka hal itu tidak diperbolehkan.
Seharusnya masuknya untuk mencari ridha Allah,
akhirat, membela kebenaran dan menegakkannya
dengan argumen-argumennya, niscaya majelis itu
memberinya ganjaran yang besar.
c. Pendapat Syaikh Al Utsaimin
Pada bulan Zul-Hijjah 1411 H. bertepatan dengan
bulan Mei 1996 Majalah Al-Furqan melakukan
wawancara dengan Syaikh Utsaimin. Majalah Al-
Furqan: Apa hukum masuk ke dalam parlemen?
Syaikh Al-Utsaimin menjawab:
Saya memandang bahwa masuk ke dalam majelis
perwakilan (DPR) itu boleh. Bila seseorang bertujuan
untuk mashlahat, baik mencegah kejahatan atau
memasukkan kebaikan. Sebab semakin banyak orang-
orang shalih di dalam lembaga ini, maka akan menjadi
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
44
lebih dekat kepada keselamatan dan semakin jauh dari
bala.
Sedangkan masalah sumpah untuk menghormati
undang-undang, maka hendaknya dia bersumpah untuk
menghormati undang-undang selama tidak
bertentangan dengan syariat. Dan semua amal itu
tergantung pada niatnya di mana setiap orang akan
mendapat sesuai yang diniatkannya.
Namun, tindakan meninggalkan majelis ini sehingga
diisi oleh orang-orang bodoh, fasik dan sekuler adalah
merupakan perbuatan ghalat (rancu) yang tidak
menyelesaikan masalah. Demi Allah, seandainya ada
kebaikan untuk meninggalkan majelis ini, pastilah kami
akan katakan wajib menjauhinya dan tidak
memasukinya. Namun keadaannya adalah sebaliknya.
Mungkin saja Allah swt. menjadikan kebaikan yang
besar di hadapan seorang anggota parlemen. Dan dia
barangkali memang benar-benar menguasai masalah,
memahami kondisi masyarakat, hasil-hasil kerjanya,
bahkan mungkin dia punya kemampuan yang baik
dalam berargumentasi, berdiplomasi dan persuasi,
hingga membuat anggota parlemen lainnya tidak
berkutik. Dan menghasilkan kebaikan yang banyak.
(lihat majalah Al-Furqan Kuwait hal. 18-19)
d. Pendapat Imam Al-Izz Ibnu Abdis Salam
Dalam kitab Qawaidul Ahkam karya Al-Izz bin
Abdus Salam tercantum:
Bila orang kafir berkuasa pada sebuah wilayah yang
luas, lalu mereka menyerahkan masalah hukum kepada
orang yang mendahulukan kemaslahatan umat Islam
secara umum, maka yang benar adalah merealisasikan
hal tersebut. Hal ini mendapatkan kemaslahatan umum
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
45
dan menolak mafsadah. Karena menunda masalahat
umum dan menanggung mafsadat bukanlah hal yang
layak dalam paradigma syariah yang bersifat kasih.
Hanya lantaran tidak terdapatnya orang yang sempurna
untuk memangku jabatan tersebut hingga ada orang
yang memang memenuhi syarat.
e. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (691- 751 H) dalam
kitabnya At-Turuq al-Hukmiyah menulis:
Masalah ini cukup pelik dan rawan, juga sempit dan
sulit. terkadang sekelompok orang melampoi batas,
meng hilangkan hak-hak, dan mendorong berlaku
kejahatan, kerusakan serta menjadikasn syariat itu
sempit sehingga tidak mampu memberikan jawaban
kepada pemeluknya. Serta menghalangi diri mereka dari
jalan yang benar, yaitu jalan untuk mengetahui
kebenaran dan menerapkannya. Sehingga mereka
menolak hal tersebut, pada hal mereka dan yang lainnya
tahu secara pasti bahwa hal itu adalah hal yang wajib
diterapkan namun mereka menyangkal bahwa hal itu
bertentangan dengan qowaid syariah.
Mereka mengatakan bahwa hal itu tidak sesuai yang
dibawa Rasulullah. Yang menjadikan mereka berpikir
seperti itu adalah kurangnya memahami syariah dan
pengenalan kondisi lapangan atau keduanya, sehingga
begitu mereka melihat hal tersebut dan melihat orang-
orang melakukan hal yang tidak sesuai yang
dipahaminya, mereka melakukan kejahatan yang
panjang, kerusakan yang besar, maka permasalahannya
jadi terbalik.
Di sisi lain ada kelompok yang berlawanan
pendapatnya dan menafikan hukum Allah dan Rasul-
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
46
Nya. Kedua kelompok di atas sama-sama kurang
memahami risalah yang dibawa Rasulullah SAW
padahal Allah telah mengutus Rasul-Nya dan
menurunkan kitab-Nya agar manusia menjalankan
keadilan, yang dengan keadilan itu bumi dan langit ini
di tegakkan. Bila ciri-ciri keadilan itu mulai nampak dan
wajahnya tampil dengan beragam cara, maka itulah
syariat Allah dan agama-Nya. Allah swt. Maha Tahu
dan Maha Hakim untuk memilih jalan menuju keadilan
dan memberinya ciri dan tanda. Apapun jalan yang bisa
membawa tegaknya keadilan maka itu adalah bagian
dari agama, dan tidak bertentangan dengan agama.
Maka tidak boleh dikatakan bahwa politik yang adil
itu berbeda dengan syariat, tetapi sebaliknya justru
sesuai dengan syariat, bahkan bagian dari syariat itu
sendiri. Kami menamakannya sebagai politik sekedar
mengikuti istilah yang Anda buat, tetapi pada
hakikatnya merupakan keadilan Allah dan Rasul-Nya.
Dan tidak ada keraguan, bahwa siapa yang menjabat
sebuah kekuasaan maka ia harus menegakkan keadilan
yang sesuai dengan syariat. Dan berlaku ihsan, bekerja
untuk kepentingan syariat meskipun di bawah
pemerintahan kafir.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
47
Bab Kedua
Islam vs Barat
Barat Lebih Islami dari Umat Islam?
Di Amerika, saya menemukan banyak orang yang
berbuat baik, bahkan boleh dikatakan lebih Islami dari
pada orang-orang yang mengaku beragama Islam itu
sendiri. Bedanya, mereka tidak melakukan Rukun Islam.
Mereka tidak pernah mendapat pengetahuan mengenai
Islam itu sendiri, bahkan jikapun mendapat masukan
tentang Islam, masukannya yang tidak benar.
Rasa-rasanya kasihan mereka jika harus masuk ke
neraka karena ketidakmengertiannya.
Bagaimana mendapat Ustadz?
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
48
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Memang pernyataan seperti yang anda sampaikan itu
dalam beberapa hal ada benarnya. Bahkan kalimat yang
sama pernah muncul dari salah satu tokoh
pembaharuan Islam berkebangsaan Mesir, Muhammad
Abduh, saat berkunjung ke Eropa. Beliau mengatakan
bahwa di sana ada Islam tanpa orang Islam, sedang di
Mesir banyak orang Islam tapi tanpa Islam.
Namun pernyataan seperti ini sebenarnya agak
berbau hyperbol, lantaran mengatakan tidak ada
penerapan ajaran Islam di tengah umat Islam. Atau
mengatakan ada pelaksanaan ajaran Islam di tengah
orang kafir. Padahal sesungguhnya tidak demikian.
Namun selama ungkapan ini sebuah gaya bahasa yang
punya titik tekan tertentu dan bukan hakikat secara
aqidah, rasanya kita tidak bisa menolaknya.
Seperti penyataan seorang penceramah yang sedang
menggambarkan betapa dahsyatnya penghancuran
kepada umat Islam di Andalusia, sampai beliau
mengatakan hari ini tidak tersisa seorang pun muslim di
sana.
Di Barat Ada Sebagian Kecil Ajaran Islam Tapi Terlalu
Banyak Yang Bertentangan
Dibandingkan dengan ajaran Islam yang secara tidak
sengaja terjadi di barat, sebenarnya tetap saja ajaran
Islam tidak terjadi di sana. Benar bahwa di barat itu
orang-orang menegakkan disiplin, jujur, bersih, sehat
dan teratur. Namun jangan lupa barat di barat begitu
banyak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan
aqidah, syariah dan akhlaq Islam.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
49
a. Zina
Di barat orang bebas melakukan perzinaan kapan saja
di mana saja dan dilindungi undang-undang. Seorang
ayah tidak berhak melarang puterinya berzina dengan
temannya, sebagaimana seorang suami tidak berhak
melarang isterinya berzina dengan tetangganya. Semua
atas nama kebebasan yang mereka agungkan.
Pemerintahan militer Prancis terus menerus
kekurangan pemuda-pemuda yang laik menjadi
sukarelawan dari segi kesehatan badan. 75 ribu orang
tentara yang terpaksa harus diberhentikan dan
dimasukkan ke rumah sakit karena mengidap penyakit
kotor (spilis). Dalam satu tangsi tentara ada 242 orang
terjangkit penyakit kotor ini. Penyakit ini akan
mempengaruhi keturunannya secara mengerikan.
Fenomena seperti ini terjadi pula di kalangan
pemuda-pemuda Amerika. Presiden Amerika pernah
mengumumkan, lebih satu juta dari sekitar enam juta
pemuda Amerika yang harus mengikuti wajib militer
tidak laik menjadi tentara. Hal itu menunjukkan
merosotnya sumber daya manusia Amerika secara
umum akibat kehidupan seks bebas yang digelutinya
dan penyakit kelamin.
Ada sekitar 30 sampai 40 ribu anak mati karena
korban penyakit kotor orang tuanya dalam setiap
tahunnya. Hakim Lancy mengatakan, "Di Amerika
sekurang-kurangnya satu juta kehamilan dalam satu
tahun dan beribu-ribu anak lahir langsung dibunuh."
Yang lebih rusak lagi bahwa di Jerman gadis-gadis
akan merasa malu jika ketika menikah masih perawan.
Dan alat-alat pencegah kehamilan tersedia di setiap
pinggir jalan.
Dengan semua fakta di atas, masih kita ingin
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
50
mengatakan bahwa di barat terlaksana ajaran Islam?
b. Bebas Merusak Diri dan Mencelakakannya
Di barat yang katanya maju dalam ilmu pengetahuan
dan dunia kesehatannya, seseorang masih dibebaskan
untuk merusak tubuhnya dan meracuninya.
Padahal para dokter telah ijma' bahwa khamar dan
rokok itu merusak kesehatan. Orang-orang dibolehkan
minum khamar bahkan dilindungi undang-undang.
Termasuk merokok dan mengkonsumi obat-obat
terlarang.
Barat yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, ternyata membebaskan siapa saja
melakukan prostitusi dengan moral yang bejad, asal
bayar pajak dan tanpa paksaan.
Benarkah di barat ada penerapan ajaran Islam?
c. Penginjak-injak HAM
Bahkan lebih konyol lagi, barat yang konon
menjunjung tinggi HAM, justru punya sejarah berdarah-
darah dengan penjajahan dunia selama ratusan tahun.
Jutaan nyawa manusia telah melayang sia-sia.
Barat bertanggung-jawab atas semua pembantaian
orang-orang kulit hitam di Amerika dan Afrika Selatan.
Barat juga bertanggung-jawab atas pembantaian suku
bangsa Indian di benua Amerika dan suku Aborigin di
Australia. Barat juga bertanggung-jawab atas
pembantaian rakyat vietnam, peledakan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki, pembantaian muslim Bosnia
dan Kosovo, pembantaian terhadap Muslim India.
Dan ingatlah bahwa yang menemukan bom atom dan
hidrogin serta menjalankan perang dunia pertama dan
kedua juga barat.
Masihkah kita mengatakan bahwa di barat ada
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
51
pelaksanaan ajaran Islam?
d. Pengekang Kebebasan Beragama
Sejarah barat penuh dengan pemaksaan agama.
Hilangnya umat Islam di Spanyol adalah bukti bahwa
barat itu suka memaksakan agama.
Bahkan pemaksaaan agama bukan hanya terhadap
umat Islam tetapi juga antara sesama aliran dalam
sebuah agama. Di Inggris, jika di antara rakyat ada yang
berbeda aliran mazhabnya walaupun sesama pemeluk
kristen, akan ditangkap dan diadili. Bila dalam
pengadilan dia bertaubat dan pindah aliran, akan
diberikan ampunan berupa membunuhnya dengan
pedang. Bila tidak bertaubat, maka dia dibakar hidup-
hidup.
Kasus pelarangan jilbab di Perancis dan tuduhan
negatif bahwa umat Islam pelaku terorisme sudah
membuktikan hal ini. Benarkah di barat ada penerapan
ajaran Islam?
e. Makan Uang Haram
Orang barat yang sering diisukan jujur dan baik,
ternyata menghalalkan uang haram. Barat sangat
bersikukuh dengan sistem ekonomi yang berlandaskan
pada sistem riba. Padahal riba itu amat
menyengsarakan. Bahkan tingkatan keharaman riba
yang paling ringan sama dengan dosa berzina dengan
ibu sendiri.
Barat juga bertanggung-jawab atas penjarahan
kekayaan alam negeri-negeri jajahannya, bahkan sampai
hari ini tetap masih berlangsung. Lewat politik pasar
bebas dan globalisasi, intinya barat sedang merampas
harta dengan cara tidak halal.
Aneksasi sebuah negara seperti Iraq, tidak lebih dari
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
52
libido penjarahan harta milik orang lain atas nama
pasukan perdamaian dan recovery ekonomi.
Termasuk penjeratan hutang-hutang pihak barat
kepada negeri miskin, yang lebih jorok dari ulah para
rentenir. Hutang yang menjerat dan mencekik disebut
dengan bantuan lunak. Sebuah istilah basi yang sangat
menipu.
f. Hukum Bisa Dibeli dengan Uang
Di barat hukum bisa dibeli dengan uang. Bahkan
hukum dibuat oleh para pemegang uang. Sehingga
orang yang benar di dalam kasus hukum adalah orang
yang punya uang. Sedangkan orang yang bersalah
dalam pandangan hukum adalah orang yang tidak
punya uang.
Kalau pun di dunia Islam hal yang sama terjadi, tentu
semua itu adalah hasil impor dari dunia barat.
Bukankah barat telah menjajah dunia Islam selama
ratusan tahun?
g. Barat Tidak Bertuhan dan Menghinanya
Atas nama kemajuan berpikir dan kebebasan, barat
sejak dulu sudah ingkar kepada adanya tuhan. Uni
Sovyet yang komunis itu dilahirkan oleh barat dengan
berlandaskan pemikiran Karl Marx dengan buku Das
Kapitalnya. Mereka dengan terang-terangan
mengingkari tuhan dan agama. Bahkan melarangnya
serta mengatakan bahwa agama adalah candu dan
kejahatan.
Sementara penduduk eropa barat, Amerika dan
Australia, juga mengingkari keberadaan tuhan, meski
tidak terang-terangan. Namun mereka telah mengobrak-
abrik risalah nabi Isa alaihissalam sesuai dengan selera,
kepentingan, serta kesukaan mereka sendiri. Bahkan
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
53
mencampur-aduknya dengan kepercayaan syirik dan
keberhalaan.
Injil yang aslinya merupakan firman Allah SWT
kepada nabi Isa, juga merka kotori dengan tangan-
tangan mereka sendiri. Sehingga tidak layak lagi
menjadi sebuah kitab suci.
Masihkah kita menuduh mereka melakukan ajaran
Islam?
Barat Butuh Islam
Namun kita sadari bahwa tidak semua orang barat
jahat. Banyak juga di antara mereka yang baik.
Sayangnya, selama ini mereka kurang mendapat jatah
informasi tentang Islam.
Karena itu, menjadi tugas kita untuk menyampaikan
informasi ajaran Islam kepada mereka. Maka berbagai
Islamic center didirikan para ulama di barat. Dan
terbukti bahwa orang barat banyak yang awam
terhadap ajaran Islam.
Begitu mereka mengenal hakikat Islam, maka
berbondong-bondonglah mereka masuk Islam. Tak
terkecuali setelah peledakan WTC, justru orang semakin
penasaran dengan ajaran Islam. Di Australia tercatat
25.000 orang yang masuk Islam, justru pasca ledakan itu.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Boikot Amerika Berarti Juga Boikot Tahu dan Tempe
Assalamualaikum.w.w
Pak Ustad yang kami hormati, kita semua tahu
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
54
bahwa fatwa ketua forum ulama sedunia, yaitu Dr
Qardhawi dan pendapat dari para alim-ulama lainnya
bahwa kita wajib membantu perjuangan bangsa
Palestine.
Salah satu caranya adalah dengan memboikot
produk-produk Amerika, karena dari sanalah Israel
tetap kokoh berdiri
Yang saya tanyakan adalah ternyata Tahu dan Tempe
yang selama ini menjadi "makanan pokok" orang
Indonesia yang terbuat dari kedelai, sebagian besar
bahan baku kedelai di-Impor dari Amerika Serikat,
apakah kita juga perlu memboikotnya? Bagaimana sikap
kita mengenai hal ini?
Wassalamu'alaikum.w.w
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Urusan tempe dan tahu akhirnya jadi sebuah ironi
tersendiri. Selama ini kita tidak tahu, ternyata tempe dan
tahu yang kita kirabenar-benar produk umat Islam,
setidaknya produk dalam negeri, justru kedelainya
ditanam di Amerika.
Ternyata kita baru tahu bahwa bahan baku tempe,
tahu bahkan nasi yang kita makan, nyaris semua harus
kita beli dari 'musuh-musuh' kita sendiri.
Kalau bangsa ini dilarang makan American Food,
mungkin masih masuk akal. Sebab selain kebanyakan
orang tidak doyan makan ayam yang cuma digoreng,
harganya pun oleh rakyat desa kebanyakan, masih
menjadi problem tersendiri.
Tapi kami tidak bisa membayangkan kala bangsa ini
dilarang maka tahu dan tempe. Sebab keduanya adalah
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
55
makanan kebangsaan. Selain tentunya, karena harganya
yang amat terjangkau.
Menjadi Pribadi Yang Anti Amerika
Umat Islam boleh marah besar kepada Amerika. Dan
ulamanya boleh saja berfatwa untuk memboikot produk
negara itu. Dalam beberapa hal, kebijakan itu memang
efektif.
Tapi yang ingin kami katakan adalah yang namanya
boikot itu adalah bagian dari sebuah strategi perang
modern. Ketika kita boikot, bukan berarti hukumnya
mutlak. Namanya saja perang psikologis, jadi
kebijakannya tidak kaku.
Intinya sederhana, jangan sampai yang memboikot
justru yang tertekan. Di mana-mana, yang memboikot
itu adanya di atas angin, sedangkan pihak yang diboikot
adalah pihak yang ditekan. Tapi kalau kita 'haramkan'
bangsa ini dari tempe, rasanya perlu bicara panjang
lebar sebelumnya.
Sekarang coba Anda bayangkan seandainya anda
lahir di Amerika. Anggaplah keluarga anda mendapat
hidayat dan kebetulan beragama Islam, tetapi Anda
tetap tidak bisa melepaskan diri dari segala yang berbau
Amerika.
Mulai dari rumah sakit tempat anda lahir itu milik
Amerika, dokternya dokter Amerika, semua susu dan
makanan yang anda makan, diproduksi oleh Amerika.
Yang menarik untuk kita jadikan pertanyaan, apakah
dengan adanya seruan boikot itu maka seorang muslim
tidak boleh menjadi warga negara Amerika? Apakah
negara Amerika itu seluruhnya kafir sehingga haram
bagi seorang muslim menjadi penduduknya? Dan
apakah bila ada warga asli Amerika tiba-tiba masuk
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
56
Islam, mereka diwajibkan hijrah ke Arab Saudi atau
negara Islam lainnya?
Tentu semua akan semakin membingungkan, bukan?
Bukankah ketika anda sedang membaca tulisan ini,
banyak komponen di dalam komputer anda yangjuga
diproduksi oleh mereka? Bukankah perusahaan yang
memproduksi HP setia anda juga buatan mereka?
Bukankah saham perusahaan operatornya juga dimiliki
oleh mereka?
Kebijakan Rezim
Biar bagaimaa pun Amerika adalah sebuah negara,
yang dipimpin oleh sebuah rezim. Secara nalar, warna
kebijakan negara adidaya itu sangat ditentukan oleh
rezim yang berkuasa. Ketika ada kebijakan untuk
membantu Israel dan membunuh muslimin Palestina,
tentu ini menjadi tanggung jawab rezimnya, dan siapa
saja dari rakyatnya yang ikut menyetujui kebijakan
rezim itu.
Tapi kita juga tahu bahwa tidak semua rakyat
Amerika setuju dengan kebijakan yang tidak bijak.
Banyak di antara mereka yang menentangnya. Bahkan
banyak rakyat yang anti lobi yahudi yang terlanjur
menjadi jamur yang merongrong negara super power
itu.
Maka kita pun tidak bisa menggeneralisir masalah,
seolah apa pun yang datang dari Amerika berarti harus
diboikot dan diperangi. Karena alasan bahwa kebijakan
luar negeri Amerika yang zalim.
Ketika kemudian akhirnya kita tahu bahwa tempe
dan tahu yang kita makan itu toh ditanam di negara itu,
maka barulah sekarang ini kita mikir. Oh iya ya, kita
tidak bisa asal pukul rata.
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
57
Tentunya Dr. Yusuf Al-Qaradawi pun kalau tahu
bahwa bangsa Indonesia yang 200 juta ini makan tempe
dan tahu, dan ternyata kedelainya ditanam di Amerika,
tentu beliau juga tidak lantas main haramkan juga. Bisa
pada mati kelaparan bangsa ini.
Maka setiap kebijakan boikot itu tidak berlaku
mutlak, mungki akan ideal untuk diterapkan di suatu
negeri, namun belum tentu tepat untuk diterapkan di
negeri lain. Setidaknya, perlu ada studi yang panjang
dan mendalam.
Di beberapa negera Teluk dan sekitarnya, di mana
kehidupan bangsa muslim di sana telah menjadi
American minded, seruan boikot itu memang cukup
berhasil.
Akan tetapi kalau bangsa Indonesia disuruh berhenti
makan tahu dan tempe, tentu masalahnya tidak
sederhana. Sudah daging dan ikan tak kuat beli, tinggal
ada tahu dan tempe, masih mau dilarang pula. Nanti
kalau kita tahu bahwa beras pun kita masi impor, dan
ternyata impornya dari negara yang kita anggap musuh
Islam, akhirnya kita kembali makan singkong.
Kasihan juga bangsa ini.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Haruskah Kita Boikot Produk Asing?
Assalamu'alaikum wr, wb.
Beberapa minggu yang lalu di kuliah PAI, teman
sekelas saya bertanya tentang haram-tidaknya produk-
produk amerika yang diduga menysihkan sebagian
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
58
labanya untuk mendanai Israel.
Saya sudah sejak lama mendengar wacana ini. Saya
jelas menentang tindakan perusahaan-perusahaan
tersebut. namun yang masih menjadi ganjalan di hati
saya ialah, selama ini saya hanya mendengar ajakan
untuk memboikot produk-produk tersebut saja.
Belum pernah saya melihat bukti bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut mendonasikan labanya untuk
israel. Kalau yang dimaksuk dana untuk israel adalah
pajak yang dibayarkan perusahaan-perusahaan tersebut
untuk pemerintah AS lantas oleh AS uang tersebut
diberikan sebagian untuk Israel, bukankah kalo begitu
berarti kita harus memboikot seluruh produk AS?
Tapi apakah mungkin INDONESIA memboikot
seluruh produk AS, menilik ketergantungan ekonomi
kita yang sangat besar pada AS?
Sekiranya bapak ahmad sarwat berkenan menjawab
pertanyaan saya. Terimakasih sebelumnya.
Wassalaamu'alaikum wr, wb.
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Seruan untuk memboikot produk Israel dan Amerika
memang sangat terkait dengan politik perang ekonomi.
Boleh jadi sebenarnya secara hukum thaharah, produk
makanan atau minuman itu halal. Karena dibuat tanpa
melanggar aturan dalam syariah.
Namun yang menjadi titik masalah adalah efek
priskologis di bidang ekonomi. Dan konon di beberapa
negara Arab yang sebelumnya masyarakat sangat
konsumtif terhadap produk Israel, begitu para ulama
mengumandangkan ajakan boikot, banyak yang merugi
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
59
dan gulung tikar.
Kenapa di negeri ini kita tidak tahu? Ada banyak
sebab. Salah satunya memang produk-produk Israel itu
memang tidak beredar di negeri kita. Sehingga kita tidak
merasakan langsung pengaruh dari pemboikotan itu.
Apalagi seruan itu ternyata bukan hanya disambut
oleh umat Islam di Timur Tengah saja, tetapi beberapa
kelompok masyarakat di Eropa yang nota bene bukan
muslim, juga ikut memboikot produk Israel itu.
Motivasinya tentu karena kemanusiaan. Sebab apa yang
dilakukan Israel benar-benar bertentangan denga nilai-
nilai kemanusiaan, bukan hanya sekedar tidak suka
kepada umat Islam.
Adapun produk negara Amerika yang memang
sangat banyak itu, memang kita di Indonesia belum
menyaksikan langsung gonjang-ganjing akibat
pemboikotan. Sebab seperti yang anda sebutkan, jumlah
item produk merekabegitu banyak dan bukan hanya
yang dikonsumsi oleh masyarakat. Bahkan negara kita
pun menjadi salah satu konsumennya.
Beberapa jenis pesawat terbang, senjata, mesin serta
alat berat masih kita beli dari Amerika. Dan nyaris saat
ini kelihatan tidak mungkin bila tiba-tiba kita tidak
membeli dari mereka. Kalau melihat kondisi ini,
sebenarnya yang butuh bukan Amerika tetapi kita.
Lihatlah bagaimana TNI AUpernah diboikot oleh
pabrikan pesawat terbang di Amerika, sehingga mereka
tidak mau menjual spare-part pesawat. Akibatnya,
begitu banyak pesawat kita yang tidak bisa terbang.
Namun seruan untuk boikot itu tetap sangat efektif
dan ampuh. Sebab memboikot adalah hak kita sebagai
konsumen. Tinggal kita pilih-pilih mana yang lebih
strategis untuk diboikot. Tentu tidak semua produk
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
60
Amerika bisa dengan mudah diboikot. Ada banyak
produk yang nyaris kita bisa memboikotnya, karena
kenyataanya kita memang butuh. Lucunya, kita pun
masih belum berniat untuk memproduk sendiri.
Dahulu bangsa Indonesia bisa bangga punya industri
pesawat terbang, tapi kini semua tinggal kenangan.
Entah salah urus atau salah kebijakan, yang jelas ribuan
pegawai pabrik pesawat terbang di negeri ini jadi
pengangguran. Konon pabrik itu sekarang hanya
memproduksi panci untuk kebutuhan perlengkapan
dapur. Sungguh mengenaskan.
Sebenarnya, bangsa ini bukan tidak punya putera
terbaik yang bisa bikin produk canggih dan murah.
Masalahnya terletak pada kebijakan penguasa yang
tidak bijak dan kurang berjiwa nasionalisme. Barangkali
otak mereka sudah teracuni dengan doktrin ekonomi
barat yang kapitalis. Sehingga kurang memberi ruang
dan kesempatan kepada produk dalam negeri sendiri
untuk berkembang.
Akibatnya terjadi braindrain, sebuah istilah untuk
mengungkapkan fenomena perginya ilmuwan dan
tenaga ahli dari negeri sendiri ke luar negeri, akibat
tidak dihargainya peran mereka oleh bangsa sendiri.
Tiap tahun ribuan putera-puteri terbaik bangsa ini
yang hijrah ke negeri lain dan bekerja untuk
kepentingan pembangunan di negeri itu. Alasannya
sangat klasik, di sana mereka digaji tinggi sementara di
sini, gaji mereka hanya terpaut tipis dengan para buruh
kasar.
Walhasil negeri ini miskin produksi, tidak punya
SDM, tidak punya modal untuk mengembangkan
sendiri industri dalam negeri. Bahkan SDM yang berada
di level paling dasar sekalipun, antri untuk bekerja
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
61
menjadi buruh apa saja di luar negeri.
Ketika datang seruan untuk memboikot produk
yahudi dan Amerika, barulah kita sadar. Rupanya
semua yang kita makan, minum dan pakai, mulai dari
ujung rambut hingga ujung kaki, semua produk musuh
Islam. Dan kita seolah baru bangun dari tidur, ternyata
kita tidak bisa hidup kecuali menjadi konsumen setia
industri musuh Allah.
Masalah ini menjadi pelajaran bagi kita bangsa
muslim, untuk mulia berpikir lebih jauh. Jangan sampai
hidup kita bergantung dari membeli produk orang lain.
Sementara produk bangsa sendiri tidak dipikirkan.
Untuk itu, marilah kita mulia dari yang paling
mudah dan sederhana. Kita belum bisa terlalu ideal
memang, tetapi bukan berarti apa yang tidak bisa
dikerjakan semuanya lalu ditinggalkan semuanya.
Pepatah Arab sering mengungkapkan dengan
untaian kalimat: maa laa yudraku kulluhu laa yutraku
julluhu. Sesuatu yang tidak bisa didapat semuanya,
tidak harus ditinggalkan semuanya.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Hukum Wisata ke Negeri Non Muslim
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya pernah baca bahwa kaum muslimin tidak
diperbolehkan mengunjungi tempat-tempat yang
pernah di-azab Allah hingga jika sampai
melewatinyapun diperintah untuk istighfar dan
Rasulullahpun pernah menghancurkan sarana
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
62
kemusyrikan (patung-patung) di Mekah/ Ka'bah.
Bagaimana hukum mengunjungi/ wisata (dg alasan
tadabur alam) ke negeri non Muslim ? Bukankah disana
sentralnya kemusyrikan ? Mohon penjelasan dan
solusinya, sukron.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Menurut mufti Dr. Muhammad Al-Faqih, khabar
bahwaRasulullah SAW pernah melewati Laut Mati (the
Death Sea) dalam perjalanan perang dan melarang
umatnya mendekatinya karena merupakan negeri yang
pernah dihancurkan atau diadzab Allah pada zaman
dahulu, adalah khabar yang tidak shahih.
Dan kalau kita teliti dalam Sirah Nabawiyah,
Rasulullah SAW tercatat hanya 3 kali saja seumur
hidupnya datang ke negeri Syam. Pertama dan kedua,
saat beliau belum diangkat menjadi Nabi, dimana beliau
melakukan perjalanan niaga kesana, baik bersama
pamannya atau pun bersama Maisarah bekerjasama
dengan Khadijah sebagi pemilik modal. Ketiga, adalah
saat peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Dan meski beliau SAW ikut serta dalam perang
Tabuk, dimana arahnya memang ke Syam, posisinya
masih sangat jauh dari Laut Mati yang ada di Syam.
Tabuk kini adalah kota yang masih dalam wilayah
Kerajaan Saudi Arabia.
Selebihnya, tidak ada riwayat yang shahih yang
menyebutkan bahwa beliau datang ke Syam yang disana
terdapat Laut Mati. Dan tentunya, isyu adanya larangan
beliau untuk tidak mendatangi Laut Mati karena
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
63
merupakan arean adzab Allah pun tidak kuat dasarnya.
Intinya, tidak semua negeri yang pernah dihancurkan
lantas berarti kita tidak boleh mengunjunginya hari ini.
Bukankah dahulu Firaun (Ramses II) pernah
berkuasa dan menjadi penguasa lalim di Mesir, lalu
Allah hancurkan dia dan bala tentaranya. Lantas,
apakah haram hukumnya kita tinggal di Mesir, hanya
karena Firaun pernah tinggal disana? Dan apakah kita
haram melintasi Laut Merah karena dahulu Firaun dan
balatentaranya mati tenggelam di Laut Merah.
Kaum Tsamud juga pernah dibinasakan Allah,
padahal mereka pernah membangun peradaban besar.
Salah satu peninggalan mereka adalah bukit yang diukir
menjadi bangunan yang tinggi dan megah. Manusia di
zaman sekarang ini pun belum tentu mampu
membangunnya. Lalu kaum Tsamud dimusnahkan
Allah. Lantas apakah kita diharamkan tinggal di negeri
yang dulunya ada bangsa yang diadzab Allah?
Lalu bagaimana dengan banjir di zaman Nabi Nuh?
Bukankah banjir itu konon menenggelamkan sekian
banyak wilayah di bumi. Apakah kita diharamkan
tinggal di negeri yang pernah ada banjir Nabi Nuh?
Tentu jawaban dari semua itu adalah : TIDAK.
Nabi Menghancurkan Berhala
Raslullah SAW memang pernah menghancurkan
patung dan berhala yang ada di sekitar Ka'bah. Ini kisah
yang benar dan tidak bisa dipungkiri.
Namun peristiwa ini terjadi setelah Rasullah SAW
berdakwah selama 13 tahun di Mekkah. Beliau setiap
hari shalat di depan ka'bah, ditemani 360-an berhala.
Sepanjang 13 tahun itu beliau sama sekali tidak pernah
diriwayatkan menghancurkan berhala di depan Ka'bah.
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat, Lc
64
Penghancuran berhala baru terjadi saat penduduk
Mekkah masuk Islam secara berbondong-bondong.
Bahkan penduduk Mekkah ikut serta dalam proses
penghancuran Ka'bah, karena mereka sudah masuk
Islam.
Tentu hukumnya beda dengan sikap kita kepada
rumah ibadah agama lain. Di dalam syariah Islam,
haram hukumnya umat Islam menghancurkan rumah
ibadah agama lain. Terutama rumah ibadah yang ada di
negeri muslim, dimana para pemeluk agamanya sudah
terikat perjanjian damai dengan penguasa muslim.
Betlehem yang diyakini sebagai tempat suci umat
Kristiani, ketika jatuh ke tangan umat Islam lewat
penaklukan, juga tidak dihancurkan oleh Amirul
Mukminin Umar bin Al-Khattab radhiyallahu anhu.
Demikian juga gereja-gereja yang ada di Mesir, tidak
dirusak oleh Amr bin Al-Ash tatkala menaklukkannya.
Gereja megah Aya Sofia pun tetap masih berdiri
kokoh hingga hari ini di Istambul. Padahal umat Islam
berkuasa disana hingga 800-an tahun. Pagoda, Vihara
dan Kuil yang ada di India pun masih utuh hingga hari
ini, padahal umat Islam berkuasa disana ratusan tahun.
Para wali songo pun juga tidak pernah merusak candi
Borobudur atau Prambanan serta ratusan candi lainnya.
Sebab syariah Islam tidak diturunkan untuk merusak
atau merobohkan tempat ibadah agama lain.
Dan menghancurkan candi, gereja, biara, kuil, di
negeri kita juga termasuk haram hukumnya.
Muslim Masuk Tempat Ibadah Orang Kafir
Pada dasarnya tempat yang diharamkan untuk
dimasuki oleh seorang muslim bukanlah tempat-tempat
ibadah agama lain. Yang diharamkan untuk dihadiri
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
65
tempat ibadah agama lain bila di dalamnya sedangkan
dilakukan peribadatan,
Dalilnya adalah firman Allah SWT