Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan reproduksi
menurut Koblinsky adalah kemampuan perempuan hidup dari masa adolescence/
perkawinan tergantung mana yang lebih dahulu, sampai dengan kematian, dengan
pilihan reproduktif, harga diri dan proses persalinan yang sukses serta relatife
bebas dari penyakit ginekologis dan risikonya. Menurut WHO, kesehatan
reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan serta bukan semata- mata terbebas dari penyakit/kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Dengan adanya pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO dan Undang-
Undang Kesehatan maka kita harus menjaga segala sesuatu yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya sehingga akan tercipta suatu
perilaku seksual yang sehat.
1

Sejak tahun 2000, kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik
penting yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di
luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang
menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif
mendorong pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat
untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan
jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi.
2

Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai
kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki
kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah
mereka ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah. Termasuk
terakhir ini adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan
mempunyai akses terhadap cara cara keluarga berencana yang aman, efektif dan
terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh
pelayanan pemeliharaan kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan





2

selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan
untuk memiliki bayi yang sehat.
3




























3

PEMBAHASAN

Pengertian Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali, kata produksi
yang artinya membuat atau menghasilkan sehingga istilah reproduksi mempunyai
arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Arti kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh seseorang.
Pengertian sehat di sini tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
namun juga sehat secara mental dan sosio-kultural.
4
Epidemiologi menurut
Omran adalah suatu studi mengenai kejadian dan distribusi kesehatan, penyakit,
dan perubahan penduduk.
5
Sedangakan menurut Mausner & Kramer
epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit dan
kecelakaan pada manusia.
4
Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari tentang
distribusi, frekuensi, dan determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi
pada populasi atau kelompok.
4

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
Angka kematian ibu (maternal mortality rate/MMR) di Indonesia sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup walaupun lebih rendah dibandingkan dengan
angka IMR sebelumnya, yakni 307 per 100.000 kelahiran hidup, masih termasuk
ke dalam kategori tinggi di antara negara-negara di Asia Selatan dan Pasifik.
Faktor penyebab yang tertinggi adalah perdarahan, di samping faktor sosial
budaya dan non-kesehatan lainnya. Fakta ini diikuti oleh tingginya angka
kematian bayi (infant mortality rate/IMR) dengan angka 34 per 1000 kelahiran
hidup serta aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) di kalangan
remaja.
2
Hasil laporan Indonesia Human Development Report 2005 tentang angka
kematian ibu (AKI) melahirkan, yang saat ini tercatat berada di angka 307 dari





4

setiap 100.000 kelahiran hidup, sebagian besar adalah kematian yang sebetulnya
dapat dihindari. AKI ini menjadi indikator dari tingkat pembangunan manusia
suatu bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum serius dan merata
dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya bagi perempuan. Angka
kematian ibu ini dapat dijadikan indikator rendahnya pelayanan kesehatan yang
diterima ibu dan anak serta rendahnya akses informasi yang dimiliki ibu dan
anak.
2
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 juga mendapatkan
data AKI di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup. Diantara
penyebab kematian ibu tersebut diantaranya anemia, kurang gizi, perdarahan
karena aborsi, dan lain-lain. Data WHO memperkirakan 10-50 persen AKI
disebabkan aborsi. Berarti, dari setiap seratus ribu kelahiran hidup sekitar 37
sampai 186 perempuan diantaranya meninggal sia-sia akibat komplikasi
pengguguran kehamilan.
2

Menurut Laporan KIA Provinsi tahun 2011, jumlah kematian ibu yang
dilaporkan sebanyak 5.118 jiwa. Penyebab kematian ibu terbanyak masih
didominasi perdarahan (32%), disusul eklampsia (25%), infeksi (5%), partus
lama (5%), dan abortus (1%). Penyebab lain (32%) cukup besar, termasuk
didalamnya penyebab penyakit non obstetrik.
6,7
Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan
Pembangunan Milenium (MDG) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun
terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran
hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini bertentangan
dengan negara-negara miskin di sekitar Indonesia yang menunjukkan
peningkatan lebih besar pada MDG kelima.
7


Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Isu- isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang
pelik dan sensitif, seperti hak- hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit





5

menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan
perluasan jangkauan pelayanan kelapisan masyarakat kurang manpu atau
meraka yang tersisih. Karena proses reproduksi nyatanya terjadi terjadi
melalui hubungan seksual, defenisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan
seksual yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan hubungan antar
individu, jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk proses reproduksi dan
PMS. Dalam wawasan pengembagan kemanusiaan. Merumuskan pelayanan
kesehatan reproduksi yang sangat penting mengingat dampaknya juga terasa pada
kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang dapatmenjalankan
fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesungguhnya tercermin
dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi,
masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia reproduksi.
8
Menurut program kerja WHO ke IX (1996- 2001), masalah kesehatan
reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :
8
Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak- anak (seperti
mutilasi, genital, deskriminasi nilai anak, dsb);
Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan be sar dimulai sejak
masa kanak- kanak yang seringkali muncul dalam bentuk
kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual
yang tidak aman);
Tidak terpenuhinya kebutuhan ber- KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman;
Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi,
anemia, berat bayi lahir rendah;
Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular
seksual;
Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan
penyakit menular seksual;





6

Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker
organ reproduksi;
Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah
penuaan lainnya.

Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana
masalah tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
8
Masalah reproduksi
Kesehatan, gangguan kesehatan dan kematian perempuan yang berkaitan
dengan kehamilan. Termasuk didalamnya juga masalah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan.
Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya
bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai
anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil.
Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan
lain sebagainya.
Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak anak.
Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun.
Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.

Masalah gender dan seksualitas
Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan
seksualitas.





7

Pengendalian sosio budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma
norma sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan
perceraian.
Seksualitas dikalangan remaja.
Status dan peran perempuan.
Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan.
Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan,
perkosaan, serta dampaknya terhadap korban.
Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan.
Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur.
Berbagai langkah untuk mengatasi masalah masalah tersebut.

Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorrhea.
Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan
herpes.
Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired
immunodeficiency Syndrome).
Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual.
Kebijakan dan program pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut
(termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks
komersial).
Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Masalah pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran.
Faktorfaktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnya.





8

Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri
maupun bagi konsumennya dan keluarganya.

Masalah sekitar teknologi
Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung).
Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening).
Pelapisan genetik (genetic screening).
Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan.
Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi
Tujuan Utama
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus
didahului oleh hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan
reproduksi adalah meningkatkan ksesadaran kemandiriaan wanita dalam
mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya,
sehingga hak- hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju
penimgkatan kualitas hidupnya.
8

Tujuan Khusus
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu:
8
1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya;
2. meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan;
3. meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak- anaknya;
4. dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang





9

dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.
Tujuan diatas ditunjang oleh undang- undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan: Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dalam bab III
pasal 4 Setiap orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
8

Sasaran
Indonesia menyetujui ke-tujuh sasaran reproduksi WHO untuk masa 1993-2001,
karena masih dalam jangkauan sasaran Repelita VI, yaitu:
8
1. Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15- 49 tahun)
2. Penurunan angka kematian ibu hingga 59%;semua wanita hamil mendapatkan
akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kasus kehamilan
resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan, dirujuk kekapasilitas
kesehatan
3. Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang
hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat;
4. Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah (<2,5kg) menjadi kurang dari 10%;
5. Pemberantasan tetanus neonatarum (angka insiden diharapkan kurang dari
satu kasus per 1000 kelahiran hidup) disemua kabupaten;
6. Semua individu dan pasangan mendapatkan akses informasi dan pelayanan
pencegahan kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat jaraknya, terlalu tua,
dan telalu banyak;
7. Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan
pengobatan PMS minimal mencapai 70% (WHO/SEARO,1995)









10

Strategi Kesehatan Reproduksi
Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayaanan kesehatan
reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan kurun kehidupan
wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, dan
makna kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi
hilangnya kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah
tangga sulit digantikan. Untuk mengurangi terjadinya kematian ibu karena
kehamilan dan persalinan, harus dilakukaun pemantauan sejak dini agar dapat
mengambil tindakan yangcepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan
kebidanan darurat. Upaya intervensi dapat berupa pelayanan ante natal,
pelayanan persalinan/partus dan pelayanan postnatal atau masa nifas. Informasi
yang akurat perlu diberikan atas ketidaktahuan bahwa hubungan seks yang
dilakukan, akan mengakibatkan kehamilan, dan bahwa tanpa menggunakan
kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi. Dengan demikian tidak
perlu dilakukan pengguguran yang dapat mengancam jiwa.

2. Komponen Keluarga Berencana
Promosi KB dapat ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu
sekaligus kesejahteraan keluarga. Calon suami- istri agar merencanakan hidup
berkeluarga atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa
depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan anak-anak mereka serta
masyarakat. Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi
kependudukan dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya
dukung lingkungan tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam
upaya peningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran.
Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
pandangan klien atau pengguna pelayanan.






11

3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR), termasuk Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS
Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan pada penyakit dan gangguan yang
berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang disebabkan penyakit infeksi yang
non PMS. Seperti Tuberculosis, Malaria, Filariasis, dsb; maupun penyakit infeksi
yang tergolong PMS (penyalit menular seksual), seperti gonorrhoea, sifilis,
herpes genital, chlamydia, dsb; ataupun kondisi infeksi yang berakibat infeksi
rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/ PID) seperti alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), yang dapat berakibat seumur hidup pada wanita maupun
pria, misalnya kemandulan, hal mana akan menurunkan kualitas hidupnya. Salah
satu yang juga sangat mendesak saat ini adalah upaya pencegahan PMS yang
fatal yaitu infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).

4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu
diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan- perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam
waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder
dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik
mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan
penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi remaja ini.

5. Komponen Usia Lanjut
Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan
peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir
kurun usia reproduksi (menopouse/adropause). Upaya pencegahan dapat
dilakukan melalui skrining keganansan organ reproduksi misalnya kan ker rahim
pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan
akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain- lain.





12

Hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan kesehatan reproduksi yang
dimodifikasikan dari rekomendasi WHO tersebut adalah peningkatan akses :
Informasi secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi,
masalah kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat, perawatan,
tindakan intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan tepat
sangat diperlukan.
Paket pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang
menjawab kebutuhan wanita maupun pria.
Kontrasepsi (termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif
Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman
Pencegahan dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tidak
aman.
Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS).
Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang,
libido, dan perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.
Pengukuran perubahan - perubahan yang positif terhadap hasil akhir diatas akan
menunjukkan kemajuan pencapaian tujuan akhir; pelayanan kesehatan dasar
yang menjawab kebutuhan kesehatan reproduksi individu, suami- istri dan
keluarga, hal mana menjadi dasar yang kokoh untuk mengatasi kesehatan
reproduksi yang dihadapi seseorang dalam kurun siklus reproduksinya.















13

PENUTUP

Kesimpulan
Kesehatan reproduksi pada ibu masih perlu ditingkatkan lagi, karena
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi, walaupun sudah
terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Masalah
kesehatan reproduksi meiputi: masalah gender dan seksualitas, masalah
kekerasan dan pemerkosaan, masalah pelacuran, masalah penyakit menular
seksual, dan masalah sekitar teknologi. Dan hasil akhir yang diharapkan dari
pelaksanaan kesehatan reproduksi adalah mendapat pengetahuan mengenai dan
reproduksi, masalah kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat,
perawatan, tindakan intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan
tepat, kontrasepsi yang aman dan efektif, kehamilan dan persalinan yang
direncanakan dan aman.





















14

DAFTAR PUSTAKA

1. Endarto Y, Purnomo PS. Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di SMK Negeri 4
Yogyakarta. Jurnal kesehatan surya medika yogyakarta. 2007;10:67-72.
2. Imamah. Perempuan dan kesehatan reproduksi. Jurnal Kesetaraan dan
Keadilan Gender. 2009;4:199-206.
3. Harahap J. Kesehatan Reproduksi. Universitas Sumatera Utara;2003.
Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3567/1/kedkomunitasjuliand
i.pdf.
4. Rajab W. Buju ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Penerbit
EGC; 2009. hal. 115-120.
5. Hendra D. Epidemiologi kesehatan reproduksi. 2010. Available from:
http://hendra.files.wordpress.com/2010/03/1-pengantar-epid-kespro-6-ptm-
1.pdf.
6. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia.
Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu. Jakarta; 2013.
7. Unicef Indonesia. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta; 2012.
Available from : http://www.unicef.org/indonesia/id.
8. Harahap J. Kesehatan Reproduksi. Available from:
http://www.scribd.com/doc/28005553/Kesehatan-Reproduksi-Dr-Juliandi-
Harahap-Bagian-Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai