Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Azas pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia (lansia) yang dianut oleh
menteri kesehatan adalah meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,meningkatkan
kesehatan dan memperpanjang usia. Perwujudan nyata pelayanan kesehatan tersebut
di tingkat masyarakat adalah memlalui posyandu lansia (Erfandi,2008). Posyandu
lansia adalah upaya pelanan kesehatan usian lanjut yang mencakup kegiatan pelayann
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan masa tua yang bahagia dan berdaya
guna (Depkes,2005). Namun dalam pelaksanaanya, masih terdaat beberapa masalah
yang mempengaruhi rendahnya keaktifa lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia,
salah satunya adalah kurangnya dukungan keluarga. Padahal keluarga merupakan
motivator untuk keaktifan lansia berkunjung ke posyandu lansia,keluarga juga selain
menjadi motivator kuat dengan selalu menyediakan diri untuk mendampingi dan
mengantar ke posyandu,keluarga juga diperlukan untuk mengingatkan lansia jika lupa
jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permaslahan bersama
lansia (Erfandi, 2008).
Upaya peningkatan mutu kehidupan dan kesehatan lansia merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan usia arapan hidup lasia (UHH) yang berdampak
terhadap jumlah lansia dari tahun ke tahun jumlahnya bertambah secara pasti. Badan
Pusat Statistika memproyeksikan jumlah lansia di Indonesia tahun 2005-2010 sama
dengan jumlah balita yaitu 8.5% dari total penduduk atau 19,9 juta. Pada tahun 2020
jumlah lansia menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari seluruh populasi. Di tahun 2025
seperlima penduduk Indonesia adalah lansia. Peningkatan jumlah lansia diperkirakan
diikuti dengan peningkatan usia harapan hidup dari usia 59,8 tahun pada tahun 1990
menjadi 67,4 tahun pada tahu 2005 dan menjadi 71,7 tahun pada tahun 2020. Badan
statistik jatim tahun 2012 menyebutkan sebanyak 3,520,927 orang sudah memasuki
jenjang lansia,dimana sekitar 1,501,482 orang dalam kondisi baik, 1,577,826 orang
dalam kondisi cukup,sedangkan 441,619 dalam kondisi yang buruk (Data Badan
Pusat Statistika Provinsi Jawa Timur 2012).
Proyeksi peningkatan jumlah lansia di tahun-tahun mendatang dapat
mengalami kegagalan jika lansia kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
tersedia,khususnya posyandu lansia. Pe nelitian sosiologis di indonesia pada tahun
2002 mengungkapkan bahwa sebagian besar lansia mengaku minder dan tidak pantas
lagi untuk aktif di masyarakat,apalagi jika tidak mendapat dukungan terutama dari
keluarga ( Probosuseno, 2005 ). Hal ini terlihat pada penelitian yang berkaitan dengan
keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di beberapa daerah di indonesia.
Penelitian oleh sumiati ( 2012 ) kunjungan lansia di wilayah kerja puskesma
wonorejo samarinda, hanya sekitar 19,53 % sedangkan taret nasional 70 %. Penelitian
lain oleh dwi handayani ( 2012 ) menunjukan pada tahun 2012, jumlh kunjungan
lansia di posyandu lansia hanya 29 % aktif sedangkan 71 % tidak aktif dalam
mengikuti posyandu lansia di posyandu lansia jetis desa krajan kecamatan weru
kabupaten sukoharjo.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember menyebutkan bahwa hasil
rekapitulasi data terakir hingga tahun 2012 terdapat 190,170 orang lansia, dimana
88,216 lansia dalam kondisi baik, 82,901 dalam kondisi cukup baik sedangkan 19,053
lansia dalam kondisi buruk.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 06 februari 2014
diperoleh data dari kader posyandu lansia di desa sabrang kecamatan ambulu
kabupaten jember bahwa pada sampai tanggal 06 februari 2014,desa sabrang
memiliki sasaran 323 lansia. Dari hasil wawancara dengan 10 orang lansia di desa
tersebut diketahui dalam 4 bulan terakir, 8 orang (80%) hadir sebanyak 2 kali dan 2
(20%) orang hadir sebanyak 2 kali. Hal ini menunjukan keaktifan lansia untuk
mengikuti posyandu lansia masih rendah.
Wawancara tentang dukungan sosial keluarga berkaitan dengan dukungan
emosiaonal ( dukungan yang membuat lansia merasa nyaman,yakin,dipedulikan dan
dicintai oleh keluarga,sehingga lasia dapat menghadapi masalahnya dengan baik),
dukungan instrumental ( dukungan berupa penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang,pemberian barang,makanan serta
pealayanan), duungan informasi ( dukungan yang melibatkan pemberian
informasi,saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi lansia,sehingga dapat
menolong lansia untuk mengenali dan mengtasi masalah lebih mudah ), dan dukungan
penghargaan ( dukunga berupa penghargaan positif pada lansia , pemberian semangat
,persetujuan pada pendapat lansia , perbandingan yang positif denga individu lain ).
Dari 10 lansia yang diwawancarai tentang dukungan informasi, bahwa seluruhnya
(100%) menyatakan bahwa keluarganya jarang memberikan informasi tentang
posyandu lansia dan jarang mengingatkan. Berkaitan dengan dukungan instrumental 7
dari 10 lansia menyatakan keluarganya merasa keberata untuk mengantarkan ke
posyandu lansia. Saat ditanyakan tentang dukungan emosional,7 dari 10 lansia kurang
memperdulikan kebutuhan lansia akan peraatan kesehatannya dengan mengikuti
posyandu lansia, sedangkan dengan dukungan penghargaan , seluruhnya (100%)
lansia menyatakan keluarganya menganggap posyandu lansia idak memiliki manfaat
selain hanya menita waktu dan membuang saja, serta keluara kurang menunjukan
persetujuan jika lansia ikut dalam posyandu lansia karena berbagai faktor, misalnya
pekerjaan,malas,tidak ada dana dan sebainya.
Posyandu lansia memiliki banyak manfaat bagi lansia karena lansia
mengalami banyak perubahan hidup ( penurunan fungsi organ ) yang menjadikannya
mudah sakit. Apalagi lansia membutuhkan pelayanan kesehatan yang
terjangkau,berkelanjutan dan bermutu.Lansia akan dapat hidup bermutu jika
mendapatkan dukungan keluarga ,dukungan keluarga adalah hal yang penting dan
primer dalam keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia, dan jika dukngan
dari keluarga kurang,lansia akan malas dalam mengikuti posyandu lanisa yang mana
seharusnya lansia berbondong bondong untuk aktif dalam mengikuti posyanu lansia
agar kesehatannya terjaga. Dengan semakin lanjut usia mereka (Lansia) akan
mengalami kemunduran terutama dalam bidang kemampuan fisik yang dapat
menyebabkan penurunan peran sosial,hal ini menyebakan gangguan dalam hal
mencukupi kebutuhan hidup,sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain.






1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia
dalam mengikuti posyandu lansia di desa sabrang kecamatan ambulu kabupaten
jember ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia di desa sabrang kecamatan ambulu
kabupaten jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada lansia dalam keaktifan lansia
untuk datang di posyandu lansia di desa sabrang kecamatan ambulu
kabupaten jember.
2. Mengidentifikasi keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di
desa sabrang kecamatan ambulu kabupaten jember.
3. Menganalisis hubungan anatara dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia di desa sabrang kecamatan
ambulu kabupaten jember.


1.4 . Manfaat Penelitiaan

1.4.1 Bagi Responden
Lebih memotivasi lansia untuk aktif dalam mengikuti posyandu
lansia,sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
1.4.2 Bagi keluarga Lansia
Sebagai wawasan bagi keluarga lansia untuk betapa pentingnya
dukungan keluarga dalam menjga kesehatan lansia.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu kinerja dari kader dan
petugas kesehatan untuk lebih baik lagi,guna meningkatkan angka kunjungan
lansia dalam mengiktui posyandu lansia
1.4.4 Bagi Penelitian Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau bahan
masukan untuk mengembangkan penelitian yang lebih lanjut berkaitan dengan
permasalahan lansia.

Anda mungkin juga menyukai