Anda di halaman 1dari 19

1

PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), CAPITAL ADEQUACY RATIO


(CAR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL
(BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANKALTIM SAMARINDA
Tika Handayani (tika.22handayani@yahoo.com)
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Drs. Rande Samben, M.Si, Ak, CA
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Iskandar, SE, M.Si, Ak
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman


ABSTRACT

The Influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio), and
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) towards the Profitability on
Bankaltim Samarinda Supervised by : Drs. Rande Samben, M.Si, Ak.CA. and Iskandar, SE,
M.Si, Ak.
The purpose of this research is to observe the influence of LDR (Loan to Deposit
Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio) and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) as independent variables in this research towards the profitability of Bankaltim
Samarinda as dependent variable, measured by ROA (Return on Assets). Clasiccal
assumption tests (Normality, Multicoliniearity, Heteroscedastisity, Autocorrelation) are used
to check the feasibility of the data and multiple regression analysis is utilized in this research
as an analysis tool.
The result of this research indicate that LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital
Adequacy Ratio) havent siginificant influence toward Profitability (ROA) of Bankaltim
Samarinda, partially. Only BOPO (Biaya Operasonal terhadap Pendapatan Operasional)
have significant influence toward Profitability (ROA) of Bankaltim Samarinda partially.
Key Words : Return on Assets, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, BOPO












2

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi pada saat ini tidak terlepas dari peran suatu bank. Bank
sebagai lembaga intermediasi berperan penting dalam mobilisasi dana-dana masyarakat untuk
diputar sebagai satu sumber pembiayaan utama dunia usaha, baik untuk investasi maupun
produksi, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran sehingga
kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan lancar. Dengan sistem pembayaran yang efisien,
aman, dan lancar maka perekonomian dapat berjalan dengan baik. Selain itu, bank juga
berfungsi dalam media dalam mentarnsmisikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank
sentral karena kebijakan moneter sendiri bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan
pertumbuhan ekonomi. Karena manfaat suatu bank begitu penting bagi perekonomian, maka
setiap negara berupaya agar perbankan selalu berada dalam kondisi yang aman, sehat, dan
stabil.
Industri perbankan sebagai lembaga perantara (financial intermediary) memegang
peranan penting bagi pembangunan ekonomi sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak. Falsafah yang mendasari kegiatan suatu bank adalah
kepercayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan pokok suatu bank yaitu menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan, giro, dan deposito berjangka dan
menyalurkan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.
Tingkat kesahatan bank adalah penilaian atas suatau kondisi laporan keuangan bank
pada saat periode tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia. Kesehatan atau kondisi
keuangan dan non keuangan non bank merupakan kepentingan semua pihak, baik pemilik,
pengelola (manajemen bank) masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas
pengawasan bank dan pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak
tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku dan manajemen resiko (risk management).
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat diukur dengan menggunakan beberapa
metode. Penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas
nasabah yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan
menggunakan analisis CAMEL ( Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity), aspek
Capital (Permodalan) meliputi CAR, aspek Assets meliputi NPL, aspek Earning meliput
ROA dan BOPO, dan aspek Liquidity (Likuiditas) meliputi LDR. Aspek- aspek tersebut
kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai kondisi suatu
perusahaan perbankan (Kasmir :2011).
Salah satu tujuan didirikannya suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh laba. Hal ini
berlaku pula pada bank. Profitabilitas bagi suatu bank merupakan masalah penting karena
pendapatan bagi bank merupakan masalah yang penting karena pendapatan bagi bank menjadi
sasaran utama bagi bank karena bank didirikan untuk mendapatkan profit/laba. Tanpa
profitabilitas yang memadai suatu perusahaan akan sulit untuk mempertahankan
konsistensinya hal ini juga berlaku pada bank. Profitabilitas merupakan indikator yang paling
penting untuk mengukur suatu kesehatan bank. Return on assets (ROA) memfokuskan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh earning dalam kegiatan operasi dengan
memanfaatkan aset yang dimiki perusahaan. Profitabiitas merupakan kemampuan bank untuk
menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan
adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank maka
3

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Oleh karena Return on Assets (ROA) sangat penting dalam mengukur profitabilitas
suatu bank, dimana menggambarkan kemampuan bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan. Maka faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank menurut Defri
(2012) adalah manajemen. Salah satunya mencakup manajemen permodalan (CAR),
manajemen umum, manajemen rentabilitas (BOPO), dan manajemen likuiditas (LDR) pada
akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (profitabilitas ) suatu bank.
Permodalan dalam industri perbankan sangat penting karena sebagai penyangga
terhadap kemungkinan terjadinya resiko. Besar kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap
kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasinya. Selain itu modal juga berfungsi
untuk menjaga kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima oleh nasabah. sehingga permodalan
bank harus selalu dipantau agar tidak terlalu kecil yang yang akan mengakibatkan bank tidak
dapat membiayai kegiatannya. Modal sebuah bank diukur dengan CAR (Capital Adequacy
Ratio).
CAR adalah rasio yang mengukur seberapa besar aktiva bank yang mengandung
resiko ( kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain capital adequacy ratio adalah
rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimilki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung resiko. Standar besaran rasio CAR yaitu 8 %.
Selain masalah CAR yang dialami oleh bisnis perbankan di Indonesia adalah adanya
persaingan tajam yang tidak seimbang yang dapat menimbulkan ketidakefisienan manajemen
yang berakibat pada pendapatan hingga munculnya kredit bermasalah yang dapat
menimbulkan penurunan laba. Kredit bermasalah akan mempengaruhi permodalan yang juga
menyebabkan bank mengalami masalah likuiditas. Pertumbuhan kredit yang belum optimal
dapat dicerminkan dari angka LDR ( Loan to Deposit Ratio). Rasio LDR merupakan
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank bersangkutan.
Sebagai perantara antara likuiditas dengan biaya yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatan bank, maka BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). BOPO
merupakan indikator bank dalam mengefisiensikan pendapatan dari biaya yang dikeluarkan.
Semakin rendah BOPO maka dapat dikatakan bahwa bank semakin efisien dalam
memanfaatkan biaya untuk menghasilkan keuntungan.
Perusahaan Daerah Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur (disingkat BPD
Kaltim) atau saat ini lebih dikenal dengan Bankaltim adalah sebuah Badan Usaha Milik
Daerah Kalimantan Timur yang bergerak dibidang keuangan. Dengan kantor-kantor cabang
yang tersebar luas di beberapa daerah di Kalimantan Timur bahkan di daerah terisolasi dan
kurang memilki potensi keuntungan bisnis yang cukup besar menjadikan Bankaltim sebagai
lembaga keuangan yang berkontribusi besar terhadap perkembangan perekonomian daerah.
Dengan landasan hukum Perda 02 Tahun 2006 disertai surat BI No. 5/48/
KEP.DGS/2003 tanggal 13 November 2003, Bank BPD Kaltim meningkatkan status
operasionalnya menjadi Bank Umum Devisa. Fungsi Bankaltim selain sebagai alat
kelengakapan otonomi daerah juga memiliki fungsi sebagai bank umum yang tujuan dari
kegiatannya untuk mendapatkan laba. Dari segi profitabilitas, Bankaltim mengalami fluktuasi
dari tahun 2005 hingga 2012. Secara rinci profitabilitas Bankaltim selama periode
pengamatan nampak pada tebel berikut:

4

Tabel 1.1 Fluktuasi Return on Assets pada Bankaltim
Tahun Return on Assets
2005 3,50 %
2006 3,38 %
2007 3,25 %
2008 4,64 %
2009 3,81 %
2010 5,23 %
2011 3,70 %
2012 2,99 %
Sumber : www.bankaltim.co.id
Berdasarkan tabel 1.1 diatas diketahui bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan
Return on Assets mengalami fluktuasi. Fluktuasi Return on Assets sebagian periode
mengalami penurunan. Pada periode tahun 2011 terjadi penurunan Return on Assets yang
cukup signifikan.Berdasarkan tabel 1.1 diatas diketahui bahwa rasio ROA Bankaltim
mengalami tren yang berfluktuasi selama kurun waktu 2005 hingga 2012. ROA Bankaltim
pada tahun 2005 sebesar 3,50% mengalami penurunan menjadi 3,38% dan pada tahun 2006
diikuti pula penurunan ROA pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2007 kembali
mengalami penurunan ROA menjadi 3,25%. Akan tetapi pada tahun 2008 mengalami
kenaikan kembali yaitu sebesar 4,64% kemudian kembali mengalami penurunan pada tahun
2009 menjadi 3,81%. Pada tahun 2010 Bankaltim berhasil memperoleh ROA sebesar 5,23%
akan tetapi pada tahun selanjutnya mengalami penurunan ROA yaitu pada tahun 2011 ROA
sebesar 3,70% dan 2012 ROA sebesar 2,99%.
Untuk tetap mempertahankan profitabilitas perlu pengawasan rasio keuangan bank
diantaranya Capital Adequacy Ratio (CAR) dimana CAR mencerminkan rasio kecukupan
modal, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan seberapa besar dana pihak ketiga
yang dimilki oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan BOPO
(Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang merupakan efisiensi bank dalam
mengelola pendapatan dari biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional bank.
Penelitian-penelitian terdahulu memberikan gambaran bagaimana rasio keuangan
bank Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan BOPO berpengaruh
terhadap Return on Assets (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009)
menunjukan adanya pengaruh positif yang signifikan antara CAR dan LDR terhadap ROA.
Hal yang sama juga ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Prastiningtyas (2010)
yang menunjukan pengaruh postif signifikan antara LDR dengan ROA tetapi CAR tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Defri
(2012) menunjukan hasil LDR dan CAR meliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap
ROA. Penelitian-penelitian ini memiliki hasil yang konsisten terhadap BOPO terhadap ROA,
yaitu BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan diatas maka penulis ingin
mengetahui sejauh mana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adquacy Ratio
(CAR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
profitabilitas (ROA) pada Bankaltim Samarinda.

5


B.Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bankaltim
Samarinda?
2. Apakah Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bankaltim
Samarinda?
3. Apakah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas Bankaltim Samarinda?

C. Tujuan Penellitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan pada Bankaltim samarinda adalah
1. Menguji pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda.
2. Menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabiitas Bankaltim Samarinda.
3. Menguji pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap
Profitabilitas Bankaltim Samarinda.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bankaltim samarinda,penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan/informasi bagi pihak manajemen bank dalam menetapkan kebijakan.
2. Bagi penelitian lebih lanjut, penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan
referensi untuk peneliti lain yang mungkin melakukan penelitian selanjutnya mengenai
topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.

II. Tinjauan Teoritis
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi terhadap analisis hasil penellitian ini, maka diperlukan
penelitian terdahulu diantaranya Ahmad Buyung Nusantara (2009) yang menguji pengaruh
CAR,NPL,LDR, dan BOPO Bank (Perbandingan Bank Umum Go Public di Indonesia
Periode tahun 2005-2007) yang mengungkapkan hasil penelitian bahwa CAR, LDR
berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA), sedangkan NPL dan BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).

B. Dasar Teori
1. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu diantara fungsi perusahaan yang penting
bagi keberhasilan suatu usaha. Adanya pelaksanaan fungsi manajemen yang efektif dan
efisisen sangat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.Manajemen keuangan
menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Pada
dasarnya kegiatan kegiatan didalam perusahaan dikelompokan menjadi dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan menggunakan dana dan mencari pendanaan. Dua kegiatan utama
tersebut disebut fungsi keuangan.Agar lebih mudah memahami tujuan manajemen
keuangan, perlu diingat kembali mengenai pengertian manajemen keuangan. Banyak
yang mengemukakan pengertian manajemen keuangan dimana pada dasanya pengertian-
pengertian tersebut mempunyai makna yang sama.
6

Sutrisno (2008:3) manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan diartikan
sebagai seluruh aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan
mengalokasikan dana tersebut secara efisien.Konsep manajemen keuangan menurut
Keown (2005:4) adalah :Financial management is concerned with the maintenance and
creation of economic value or wealth. Artinya manajemen keuangan mempunyai kaitan
dengan memelihara dan kreasi nilai ekonomis atau kekayaan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa manajemen keuangan adalah bagaimana cara mengatur, mendapatkan,
mengelola dan merencanakan dana untuk membiayai seluruh pengeluaran perusahaan agar
dapat bertahan didalam menjalankan operasinya secara efektif dan efisien.
2. Tingkat Kesehatan Bank
Bank Indonesia sebagai otoritas yang bertugas dalam mengatur dan mengawasi bank
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia dalam PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia dalam SE
No. 3/30/DPNP/2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank
Umum serta Laporan terentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Metode atau cara
penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan Metode CAMEL.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 dan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP (Dewan Pengawas Perbankan Nasional) mengenai Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMELS yaitu :

1. Capital (Permodalan)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitaif faktor permodalan antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap
ketentuan yang berlaku.
b. Komposisi Permodalan.
c. Trend ke depan/proyeksi KPMM.
d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank.
e. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan (laba ditahan).
f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.
g. Akses kepada sumber permodalan.
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Assets (Kualitas Aset)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif.
b. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan
dengan aktiva produktif.
c. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
d. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
e. Asisten kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif.
f. Dokumentasi aktiva produktif.
g. Kinerja penangan aktiva produktif bermasalah.

7


3. Management (Manajemen)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Manajemen umum.
. Penerapan sistem manajemen resiko dan
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank
Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Earnings ( Rentabilitas)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan
melaui peniaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. Return On Assets (ROA).
. Return On Equity (!"#).
c. Net Interest Margin (NIM).
d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasioanal (BOPO).
e. Perkembangan laba operasional
f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.
g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
h. Prospek laba operasional.

5. Liquidity (Likuiditas)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid dari 1 bulan.
b. Loan to Deposit Ratio (LDR).
c. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang.
d. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposit inti.
e. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas ( Assets and Liabilities Management/ALMA).
f. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau
sumber-sumber pendanaan lainnya.
g. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).

6. Sensitivity (Sensitivitas)
Sensitivitas terhadap resiko pasar penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
sensitivitas terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi suku bunga.
b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi nilai tukar.
c. Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar.
Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian pada faktor CAMELS
yaitu faktor Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity, kita
dapat melakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit bank yang
merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.




$

3. Return on assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Kasmir (2007:259)
mengemukakan bahwa Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator yang
digunakan dalam menilai kesahatan baik dalam sisi rentabilitas. Menurut Rose dan
Hudgins (2005:151). Return on Assets (ROA) is primarily an indicator of managerial
efficiency, it indicates how capably the management of the bank has been converting the
institutions asset into net earnings.Yang dapat diartikan sebagai berikut Return on
Assets (ROA) terutama adalah indikator efisiensi manajerial, yang mengindikasikan
kecakapan manajemen bank dalam mengubah asset yang dimiliki menjadi penerimaan
bersih.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA menurut Lukman (2009 : 118) :

Laba Sebelum Pajak
ROA = X 100%
Total Aset
4. Loan to deposit Ratio (LDR)
Salah satu alat analisis yang biasanya digunakan untuk mengukur komposisi atau
keseimbangan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang diterima
adalah Loan to Deposit Ratio (LDR)Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:302) Loan to
Deposit Ratio adalah Rasio yang memberikan gambaran sejauh mana simpanan
dihimpun dapat mendukung pinjaman yang dikeluarkan.
Rumus untuk menghitung Loan to Deposit Ratio menurut Kasmir (2011:272)
Total Loans
Loan to Deposit Ratio = X 100 %
Total Deposit + Equity
Berdasarkan definisi diatas Loan to Deposit Ratio menggambarkan kemampuan bank
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio Loan to Deposit Ratio juga
dapat digunakan digunakan sebagai alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan.
Semakin tinggi rasio ini maka dapat dikatakan semakin tinggi pula fungsi bank sebagai
lembaga intermediasinya, kemudian sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin
rendah pula bank melakukan fungsi intermediasinya.
5. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang
diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu bank. jika bank telah beroperasi maka
modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan
menampung resiko kerugian. Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu
bersaing dalam perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa
mengikuti ukuran yang berlaku. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia
No.9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
dengan memperhitungkan risiko pasar, bahwa bank wajib memenuhi kewajiban
penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan baik risiko pasar maupun risiko
kredit adalah sebesar 8%. CAR memperlihatkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-
%

sumber diluar bank seperti dana dari masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan
kata lain Capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus (Lukman,2009 : 144) :

Modal sendiri (Modal inti+Modal pelengkap )
CAR = X 100%
Aktiva tertimbang menurut resiko


6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Kasmir (2011:306), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) yang juga dikenal sebagai Cost of Efficiency Ratio adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan untuk memperoleh
earning asset. Semakin kecil rasio BOPO maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan
oleh bank yang bersangkutan dan setiap peningkatan pendapatan operasi maka akan
berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Lukman:2005)
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia besarnya BOPO yang normal berkisar antara
94%-96% (Lukman:2005). Perhitungan untuk rasio BOPO adalah sebagai berikut :

Biaya Operasional
BOPO = X 100%
Pendapatan Operasional

C. Kerangka Konsep
Berdasarkan Rumusan Masalah, model penelitian ini sebagai berikut :








Gambar 2.1 Kerangka Konsep
D. Pengembangan Hipotesis

H1 = LDR berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
H2 = CAR berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
H3 = BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)

LDR
CAR
BOPO
ROA
1&

III. Metode Penelitian
1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
a) Variabel Terikat (Independent Variabel) yaitu Profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja bank dalam
menghasilkan laba atau keuntungan. ROA dapat dihitung dengan rumus
(Sutrisno, 2009 : 222):

Laba Sebelum Pajak
Return on asset (ROA) = x 100
Total Aset
b) Variabel bebas ( Dependent Variabel) yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR),
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO).
a. Loan to Deposit Ratio(LDR) merupakan rasio yang menggambarkan
besarnya simpanan yang digunakan untuk pemberian pinjaman. LDR
mengukur seberapa besar kredit atau pinjaman yang disalurkan kepada
masyarakat dibandingkan dengan dana yang diperoleh dari dana pihak
ketiga. LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Kasmir,2011:272) :
Total Loans
Loan to Deposit Ratio = X 100%
Total Deposit + Equity

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar aktiva bank
yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana-dana modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank,
seperti dana masyarakat (pinjaman). Dengan kata lain CAR adalah rasio
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. CAR dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Lukman,2009 : 144) :

Modal sendiri (Modal inti+Modal pelengkap )
CAR = X 100%
Aktiva tertimbang menurut resiko



c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan biaya diukur dengan rasio
BOPO. Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional menunjukan secara umum seberapa besar biaya operasional
yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan operasional. BOPO
dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Kasmir,2011 : 306) :

11

Biaya Operasional
BOPO = X 100%
Pendapatan Operasional

2. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Regresi Linier Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan lebih dari satu variabel
bebas. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program IBM SPSS
Statistic 20. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
profitabilitas (ROA), sedangkan yang menjadi variabel bebas adala Loan to
Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Pada penelitian ini model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + bX +b2X2 +b3X3 e
Keterangan:
Y = Return on assets (ROA)
a = Konstanta
b = Koefesien Regresi
X1 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
e = Error (tingkat kesalahan)

b. Uji Asumsi Klasik
Syarat agar model regresi berganda tepat dan akurat maka digunakan beberapa uji
asumsi klasik diantaranya :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel
terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk
mendeteksi uji normalitas adalah dengan melihat analisis grafik. Jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung
meningkat sehingga nilai populasi tersebut dapat ditaksir dengan tepat.
Multikoliniertias diuji dengan menghitung nilai variance inflating factor (VIF). Bila
nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas
Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola
grafik scatterplot. Jika grafik scatterplot ada yang membentuk pola-pola tertentu
12

yang teratur, regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. Jika grafik
scatterplot tidak membentuk pola atau acak, regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedasstisitas.
d. Uji Otokorelasi
Metode yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar variabel
bebas dalam penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat
dari nilai uji Durbin Watson. Paduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi
autokorelasi dapat menggunakan tabel klasifikasi nilai d yaitu:
< 1,10 = Ada otokorelasi
1,10-1,54 = Tidak ada kesimpulan
1,55-2,46 = Tidak ada otokorelasi
2,46-2,90 = Tidak ada kesimpulan
>2,91 = Ada otokorelasi

c. Pengujian Hipotesis
Setelah melaukan pengujian asumsi klasik dan analisis linier berganda, maka
setelah itu dilakukan pengujian hipotesis untuk menguji apakah hipotesis dapat
diterima atau tidak. Dalam analisis regresi terdapat 3 jenis criteria ketepatan untuk
mengukur hipotesis yaitu, uji statistik F, uji statistik t, dan koofisien determinasi
(Kuncoro, 2009:238).
1. Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji F statistik digunakan untuk melihat kelayakan model regresi yang akan dibuat
(goodness to fit). Jika nilai signifikansi pada output spss lebih kecil dibandingkan nilai
probabilitasnya yaitu 0,05 maka model regresi dapat dikatakan layak untuk diestimasi.
Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model regresi linier tidak layak untuk
diestimasi.

2.Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji statistik t digunakan untuk menguji koofisien regresi secara parsial dari
variabel independennya. Uji t dapat dilakukan dengan melihat masing-masing variable
yang terdapat pada output SPSS. Jika angka koofisien beta lebih kecil dari (0.05)
artinya terdapat pengaruh yang kuat antara variabel independen dengan variable
dependen secara parsial. Artinya Ho ditolak dan menerima Ha yang menunjukan
bahwa LDR, CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilias
(ROA).Namun sebaliknya jika nilai signifikansi koofisien beta lebih besar dari
(0.05) maka artinya variabel independen tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
variable dependen. Artinya Ha ditolak dan menerima Ho yang menunjukan bahwa
LDR, CAR dan BOPO tidak beroengaruh signifikan terhadap profitabilittas (ROA).
Sedangkan arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dapat
dilihat dari nilai koofisien. Nilai koofisien positif menunjukan arah hubungan yang
positif. Sebaliknya, nilai koofisien negatif menunjukan bahwa variabel independen
berpengaruh negatif terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:89).
H1 : Hipotesis diterima jika nilai koofisien LDR positif dan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05, sedangkan hipotesis ditolak jika nilai koofisien LDR negatif dan
signifikansi lebih besar dari 0,05.
H2 : Hipotesis diterima jika nilai koofisien CAR positif dan signifikansi lebih kecil
13

dari 0,05, sedangkan hipotesis ditolak jika nilai koofisien CAR negatif dan
signifikansi lebih besar dari 0,05.
H3 : Hipotesis diterima jika nilai koofisien BOPO negatif dan signifikansi lebih kecil
dari 0,05, sedangkan hipotesis ditolak jika nilai koofisien BOPO positif dan
signifikansi lebih besar dari 0,05.
3 Koefisien Determinasi (R)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi (presentase)
sumbangan variabel independen (bebas) yang diteliti terhadap variasi naik turunnya
variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai satu (0R1).
Nilai R=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen, bila R semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R semakin kecil
mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.

IV. Analisis dan Pembahasan
Sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan BOPO
terhadap profitabilitas (ROA) pada Bankaltim periode 2005-2012, serta untuk
mengetahui faktor yang lebih signifikan pengaruhnya. Untuk mengetahui tujuan
tersebut maka perlu diketahui masing-masing variabel dan data yang digunakan dalam
penelitian ini. Berikut disajikan mengenai hasil data penelitian pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Data Penelitian

Tahun LDR CAR BOPO ROA
2005 22.94 % 24.88 % 63.97 % 3.50 %
2006 17.09 % 27.83 % 68.49 % 3.38 %
2007 24.05 % 20.42 % 64.82 % 3.25 %
2008 33.68 % 23.68 % 55.34 % 4.64 %
2009 69.11 % 21.98 % 63.69 % 3.81 %
2010 81.69 % 18.58 % 55.29 % 5.23 %
2011 59.95 % 18.37 % 63.86 % 3.70 %
2012 56.78 % 20.82 % 73.90 % 2.99 %
Sumber : www.Bankaltim.com

A. Hasil Uji Asumsi Klasik :
1. Uji Normalitas
Distribusi normal dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan analisis
normal probability plot. Distribusi-distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
digonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Pada grafik P-Plot juga dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal serta penyebarannya mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi data terdistribusi normal.
14


Gambar 4.2
Normal Probability Plot


2. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas

'ode( )orre(ations )o((inearity *tatistics
Partia( Part +o(erance ,-.
1
()onstant)
/0! .455 .165 .435 2.2%$
)A! .4$4 .17$ .454 2.2&2
1"P" 2.%36 2.$52 .$6& 1.162

Hasil perhitungan menunjukan bahwa masing-masing variabel independen memiliki
nilai VIF < 10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi kolinieritas yang tinggi
diantara variabel-variabel independen tersebut.
3. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.3 Uji Heterosdiksitas


15

4. Uji Autokorelasi
Tabel 4.4 hasil uji Autoklerasi
Model Summary
b

'ode( )hange *tatistics 0urin23atson
df2 *ig. . )hange
1 4
a
.&1% 1.$5%
Berdasarkan hasil output didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi
adalah sebesar 1,859 dan nilai ini berada di antara 1,55-2,46, oleh karenanya model
regresi tidak terdapat autokolerasi.
B. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda:
Coefficients
a

'ode( 4nstandardi5ed )oefficients *tandardi5ed
)oefficients
+ *ig.
1 *td. #rror 1eta
1
()onstant) 11.465 2.464 4.652 .&1&
/0! .&&% .&&$ .24% 1.&23 .364
)A! .&6% .&62 .264 1.1&5 .331
1"P" 2.153 .&2% 2.%1% 25.2%7 .&&6

Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan Regresi Linier Berganda sebagai berikut:
Y = a+ b1X1 + b2X2+ b3X3 + e
Y= 11,465 + 0,009 + 0,069 0,153+e

C. Uji F ( Kelayakan Model)
Tabel 4.7 Hasil Uji perhitungan Uji F
A6",A
a

'ode( *u7 of *8uares df 'ean *8uare . *ig.
1
!egression 4.4$3 3 1.4%4 11.54& .&1%


!esidua( .51$ 4 .12%
+ota( 5.&&& 7

nilai signifikansi uji F sebesar 0,019 dan berada dibawah 0,05, artinya hasil dari persamaan
analisis regresi linier berganda pada penelitian ini layak untuk diestimasi.

D. Uji t (Parsial)

Tabel 4.8 Hasil perhitungan Uji t
'ode( 4nstandardi5ed )oefficients *tandardi5ed
)oefficients
t *ig.
1 *td. #rror 1eta
1
()onstant) 11.465 2.464 4.652 .&1&
/0! .&&% .&&$ .24% 1.&23 .364
)A! .&6% .&62 .264 1.1&5 .331
1"P" 2.153 .&2% 2.%1% 25.2%7 .&&6
16


nilai signifikansi dari variabel independen LDR sebesar 0364, artinya nilai signifikansi
variabel LDR lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel LDR tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA. Untuk variabel CAR nilai signifikansinya sebesar 0,331,
artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel CAR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dan variabel BOPO nilai signifikansinya 0,006 artinya
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel BOPO
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.

E. Uji R
2
(Koofisien Determinasi)
Tabel 4.9 Hasil Uji R
2

Model Summary
b

'ode( ! ! *8uare Ad9usted !
*8uare
*td. #rror of the
#sti7ate
1 .%47
a
.$%6 .$1% .35%$4

Adjusted R
2
dalam tabel menunjukan niai sebesar 0,819 atau 81,9% yang menunjukan bahwa
LDR, CAR, dan BOPO dapat menjelaskan 81,9% dari seluruh fenomena atau keadaan dari
ROA.

F. Pembahasan

Dari hasil analisis diatas maka diperoleh persamaan Regresi Linier Berganda sebagai
berikut :
ROA=11,465 + 0,009 LDR + 0,069 CAR 0,153 BOPO
a) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA)
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi yang terlihat dari output
SPSS IBM 20 untuk variabel LDR sebesar 0,364, nilai signifikansi tersebut lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis (H1) yang
diajukan dalam penelitian ini ditolak.
Loan to Deposit Ratio (LDR) mengindikasikan seberapa besar dana pihak ketiga
yang disalurkan dalam bentuk kredit (pinjaman) kepada masyarakat. Tinggi maupun
rendahnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) menggambarkan kinerja bank dalam
menyalurkan kredit (pinjaman). Jika angka Loan to Deposit Ratio (LDR) tinggi maka
dapat dikatakan bahwa bank telah optimal dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat.
Begitu pula sebaliknya jika angka rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) rendah artinya bank
belum optimal dalam menyalurkan kredit.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada Bankaltim Samarinda, rasio LDR tidak
ikut meningkatkan ROA. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat penyaluran kredit kepada
masyarakat yang belum optimal dapat dilihat dari rata-rata angka rasio LDR Bankaltim
yang rendah dan masih belum sesuai dengan anjuran BI yaitu minimal sebesar 85%.
Kemudian besarnya dana pihak ketiga yang diperoleh bankaltim tidak sebanding dengan
besarnya pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Dimana banyaknya dana yang
menganggur (idle money). Penelitian ini sesuai dengan penilitan yang dilakukan oleh
Defri (2012). Tidak signifikannya LDR dalam mempengaruhi ROA juga dapat
dikarenakan dalam meningkatkan profitabilitas (ROA) Bankaltim tidak hanya
17

mengandalkan kredit. Pengelolaan aset produktif lain seperti penempatan pada bank lain,
surat berharga,dll, juga ikut berperan serta dalam meningkatkan ROA.

b) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on assets (ROA)
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi yang terlihat dari output
SPSS IBM 20 untuk variebel CAR sebesar 0,331, nilai signifikansi tersebut lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis (H2) yang
diajukan dalam penelitian ini ditolak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROA. CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukan kemampuan
bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi risiko-risiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank. CAR juga merupakan indikator terhadap
kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. kondisi CAR Bankaltim dapat
dikatakan baik yaitu berada di atas 8% dimana 8% merupakan batasan ukuran kecukupan
modal (CAR) yang dianjurkan oleh Bank Indonesia. Pada Bankaltim alokasi dana
dominan dialokasikan kepada Bank Indonesia dalam bentuk Giro pada Bank Indonesia
dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Jumlah dana yang ada pada BI termasuk didalamnya
Giro pada BI dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada beberapa tahun rata-rata tinggi
terutama pada tahun 2006 mencapai sekitar Rp 7.360.407.000.000 dan jika dibandingkan
dengan dana yang disalurkan untuk dana kredit yaitu sekitar Rp 1.936.626.000.000,
penempatan pada bank lain sekitar Rp 965.470.000, Dimana bobot dari aktiva tertimbang
menurut resiko (ATMR) untuk penempatan pada Bank Indonesia adalah 0. Dengan
demikian aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) relatif kecil, sehingga Capital
Adequacy Ratio (CAR) tetap besar. Ini artinya bank hanya membiayai sedikit aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR). Giro pada (BI) termasuk dalam non earning assets
atau disebut juga loanable funds (aktiva tidak produktif) yang dapat diartikan tidak
menghasilkan pendapatan bagi bank (Rivai, Veitzhal : 2013). Besarnya dana yang ada
pada BI menyebabkan tingkat keuntungan kecil. Hal tersebut menyebabkan CAR tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Penelitian in konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2009) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return on assets (ROA).

c) Pengaruh BOPO terhadap Return on assets (ROA)
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi yang terlihat dari output
SPSS IBM 20 untuk variabel BOPO sebesar 0,006, nilai signifikansi tersebut lebih kecil
dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan
demikian hipotesis (H3) yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hasil dari
perhitungan menyatakan bahwa setiap BOPO mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
diperkirakan akan terjadi penurunan terhadap ROA sebesar 0,153%.
BOPO adalah rasio yang membandingkan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. BOPO mengindikasikan efisiensi operasional bank. BOPO memiliki
hubungan yang negatif terhadap Return on Assets (ROA). semakin tinggi rasio BOPO
semakin mengurangi Return on Assets (ROA). Hasil dari perhitungan statistik
menunjukan bahwa jika BOPO Bankaltim meningkat , Return on Assets (ROA)
diprediksikan akan menurun. Dengan menekan biaya yang digunakan untuk memperoleh
pendapatan pada Bankaltim maka Return on Assets (ROA) akan meningkat. Hal ini cukup
1$

lazim karena semakin kecil biaya dalam suatu kegiatan usaha untuk memperoleh
pendapatan dengan jumlah tertentu, semakin besar keuntungan yang diperoleh, dan hal ini
juga berlaku dalam aktivitas operasional Bankaltim.
Hasil dari penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Nusantara (2009), Ariyani
(2010) dan Prastiningtyas (2010) dimana BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA.
V. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengaruh dari Loan to
Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Oerasonal (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bankaltim yang menjadi objek
penelitian, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada identifikasi masalah yang menjadi acuan dasar
dari maksud dan tujuan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. H1 menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap ROA pada Bankaltim Samarinda, dan berdasarkan perhitungan
statistik diketahui bahwa LDR berdampak positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA
pada Bankaltim Samarinda sehingga H1 dalam penelitian ini ditolak.
2. H2 menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA,
dan berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa CAR berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap ROA pada Bankaltim Samarinda sehingga H2 dalam
penelitian ini ditolak.
3. H3 menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, dan
berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA sehingga H3 dalam oeneltian ini diterima.

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil maka saran-saran yang dapat diberikan
penulis adalah sebagai berikut :
1.) Bankaltim hendaknya memperhatikan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) karena nilai
angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bankaltim masih jauh dari ketentuan dan
anjuran oleh Bank Indonesia. Untuk meningkatkan nilai Loan to Deposit Ratio yaitu
dengan mengoptimalkan penyaluran kredit dari dana pihak ketiga kepada masyarakat
sehingga profitabilitas dapat lebih optimal.
2.) Bankaltim dalam hal permodalan dapat terus menjaga rasio keuangannya karena rasio
permodalan pada Bankaltim dapat dikatakan sudah baik.
3.) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) harus diperhatikan oleh
Bankaltim. Dengan melakukan efisiensi terutama efisiensi biaya maka akan
memperoleh tingkat keuntungan yang optimal.
4.) Untuk penelitian mendatang , disarankan untuk memasukkan indikator lainnya dalam
pengambilan sampel. Sebaiknya menambah jumlah periode pengamatan dan
menggunakan lebih banyak variabel independen sebagai prediktor pencapaian laba
bank.





1%

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Desi. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan LDR terhadap ROA pada
Bank Devisa di Indonesia tahun 2003-2006. Skripsi. Universitas Diponogoro.
Semarang.
Bastian, indra dan suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan, Edisi Pertama, Buku Kedua,
Salemba Empat, Jakarta.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hery, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.
Ismail, 2010. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Kencana, Jakarta.
Kasmir, 2011. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Cetakan ke Sepuluh, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen dan
Organisasi, Volume 3, Nomor 2, Juli Tahun 2006, Halaman 46. Universitas
Diponogoro. Semarang.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi Ketiga. Erlangga.
Jakarta.
Lukman, Syamsudin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan). PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Mahardian, Pandu. 2008. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR
terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang
tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007). Tesis. Universitas Diponogoro.
Semarang
Nusantara, Ahmad Buyung. 2009. Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap
Profitabilitas Bank. Tesis. Universitas Diponogoro. Semarang.
Ponco, Budi. 2008. Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM, LDR, dan BOPO terhadap Return on
Assets (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2004-2007). Tesis. Universitas Diponogoro. Semarang.
Prastiyaningtyas, Fitriani. 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi profitabilitas Perbankan
(Studi pada Bank Umum Go Public yang listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-
2008). Skripsi. Unicersitas Diponogoro. Semarang.
Rivai, Veitzhal. 2013. Comercial Bank Management (Dari Teori ke Praktik), Cetakan kedua.
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rose, Peter S. and Sylvia C. Hudgains, 2005. Bank Management and Financial Service, Sixth
Edition, McGraw-hill Companies, inc, New York.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,
Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan, Cetakan Keenam, Ekonisisa, Yogyakarta.
Undang-undang Bank No. 10 Tahun 2002 tentang Perbankan, Jakarta.
www.bankaltim.co.id

Anda mungkin juga menyukai