Iman menjadi suatu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia, hingga menjadi bahasan utama dalam teks hadis ************* yang berada dalam konteks sosial iaitu menghormati tetangga. Nabi Muhamad SAW menjelaskan bahwa seseorang yang mennganggu tetangganya memberi erti telah berbuat dosa, sekalipun gangguan yang dilakukannya itu ringan. Beliau juga menyatakan bahwa orang yang seperti ini bukan termasuk dalam golongan mukmin sejati yang sesuai syariat Islam menurut Thalid & Muhammad dalam bukunya 50 Tuntunan Bertetangga Islami. Islam sangat menghargai persaudaraan. Persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang dasarnya adalah keimanan dan bukan hal-hal lain, sehingga betul-betul merupakan persaudaraan murni dan suci. Persaudaraan yang akan abadi seabadi imannya kepada Allah SWT dengan kata lain, persaudaraan yang didasarkan Illah. Iman dalam bahasa Arab ( ) bermaksud 'percaya'. Perkataan iman ( ) diambil dari kata kerja aamana () yukminu ( ) yang membawa maksud percaya atau membenarkan. Perkataan iman yang berarti membenarkan itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam surah al-Taubah ayat 62 : Maksudnya : Mereka bersumpah kepada kamu dengan nama Allah untuk mendapat keredaan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya jualah yang lebih berhak mereka mendapat keredaan-Nya, jika betul mereka orang-orang yang beriman. Tokoh Islam juga turut menggariskan beberapa definisi istilah iman ini. Ali bin Abi Talib r.a. telah menyatakan, Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota. Aisyah r.a. berkata, Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota. Imam al- Ghazali menguraikan makna iman sebagai pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota). Berkaitan dengan iman ini, ia merupakan perkara yang abstrak. Tiada siapa yang boleh mengetahui setakat mana tahap keimanan seseorang itu melainkan dirinya sendiri dan Allah SWT. Lazimnya, kita boleh mengenalpasti tahap keimanan melalui kesan perbuatan atau tingkah laku seseorang individu itu dalam kehidupannya sama ada baik ataupun buruk. Iman tidak cukup dengan pengakuan hati tetapi iman perlu disinergikan atau disepadukan dalam konteks sosial kita. Apabila baik perilaku individu terbabait maka baiklah imannya dan sebaliknya. Berikut ini adalah sedikit pembahasan berkaitan dengan realisasi iman dalam kehidupan sosial berdasarkan uswah Rasulullah SAW dalam sunah baginda SAW.