Nama : dr. Putri Fitrania Judul Laporan Penyakit Menular : Varicella Laporan Kasus Varicella telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internship dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Kutasari, 2014 Mengetahui Pendamping Dokter Internship
dr. Dewanto, M. Kes NIP 19701101.200212.1.003
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini. Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada: 1. dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga. 2. dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga. 3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga 4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga periode Mei Agustus 2014 yang telah banyak membantu Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang kesehatan masyarakat. Wassalam.
\
Purbalingga, Dokter Internship
dr. Putri Fitrania BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Varicella, yang biasa dikenal di Amerika Serikat sebagai cacar air, disebabkan oleh virus varicella-zoster. Penyakit ini umumnya dianggap sebagai penyakit virus ringan, membatasi diri dengan komplikasi sesekali. Before vaccination for varicella became widespread in the United States, this disease caused as many as 100 deaths annually. Sebelum vaksinasi varicella menjadi luas di Amerika Serikat, penyakit ini menyebabkan sebanyak 100 kematian setiap tahunnya. Since the varicella vaccine was introduced in the United States in 1995, disease incidence has substantially decreased. Karena vaksin varicella diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1995, insiden penyakit telah secara substansial menurun. Bahkan saat ini, varicella tidak benar-benar jinak. Satu studi menunjukkan bahwa hampir 1:50 kasus varicella yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar komplikasi serius varicella pneumonia dan ensefalitis, keduanya terkait dengan angka kematian yang tinggi. Selain itu, kekhawatiran telah dikemukakan mengenai hubungan varicella dengan invasif parah penyakit streptococcus grup A. Amerika Serikat mengadopsi vaksinasi universal terhadap varicella pada tahun 1995, yang mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas dari penyakit ini. Untuk alasan yang jelas, anak yang tidak divaksinasi tetap rentan. Anak dengan varicella mengekspos kontak dewasa di rumah tangga, sekolah, dan pusat penitipan anak dengan risiko berat, penyakit bahkan fatal. Varicella adalah umum dan sangat menular dan mempengaruhi hampir semua anak-anak rentan sebelum remaja. Kedua kasus dalam rumah tangga sering lebih parah. Sekolah atau hubungi pusat penitipan anak berkaitan dengan tingkat transmisi yang lebih rendah namun masih signifikan. Anak-anak yang rentan jarang mendapatkan penyakit dengan kontak dengan orang dewasa dengan zoster. Transmisi maksimum terjadi selama akhir musim dingin dan musim semi. Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon ini menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi pada orang- orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi di orang imunokompeten. Reexposure dan infeksi subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan yang diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin.
BAB 2 PERMASALAHAN DI KELUARGA, MASYARAKAT DAN KASUS 2.1 Permasalahan Kasus dan Keluarga 2.1.1 Data Pasien dan Orangtua Nama Kepala Keluarga : Tn. S Alamat Lengkap : Desa Meri Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. Bpk. S Suami L 29 th SD Buruh 2 Ny. I Istri P 23 th SMP Ibu Rumah Tangga
3 An. D Anak L 3 th Belum Sekolah Belum Bekerja Pasien Cacar Air Sumber: Data Primer, Juni 2014 Karakteristik demografi keluarga pasien berbentuk nuclear family, yaitu dalam satu rumah terdapat keluarga inti ayah, ibu, dan anak. An. D berjenis kelamin laki-laki, berusia 3 tahun menderita penyakit varicella (cacar air). 2.1.2 Data Pasien dan Orangtua Alloanamnesis diambil dari ibu pasien, pada tanggal 8 Juli 2014 di Puskesmas Kutasari Purbalingga pukul 09.00 WIB. Nama : An. D Umur : 3 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Belum Menikah Pendidikan : Belum Sekolah Pekerjaan : - Agama : Islam Alamat : Desa Meri Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga Suku : Jawa Tanggal Periksa : 8 Juli 2014
2.1.3 Anamnesis 1. Keluhan Utama Muncul bintik-bintik di muka dan tubuh 2. Keluhan Tambahan Badan Panas 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dating ke Puskesmas Kutasari pada tanggal 8 Juli 2014, dengan keluhan muncul bintik-bintik di seluruh tubuh. Bintik-bintik dikeluhkan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Keluhan lain yang dirasakan pasien badan terasa panas. Keluhan ini baru diderita pasien pertama kali, sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit yang sama. 4. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat penyakit yang pernah diderita: diare (+), panas (+), batuk (+), pilek (+) b. Riwayat mondok : belum pernah c. Riwayat Operasi : belum pernah d. Riwayat Kecelakaan : belum pernah e. Riwayat Pengobatan : tidak ada f. Riwayat Alergi makanan / obat : tidak ada g. Riwayat Imunisasi Dasar: Imunisasi BCG : lengkap Imunisasi DPT : lengkap Imunisasi Polio : lengkap Imunisasi Campak : lengkap Imunisasi Hepatitis B : lengkap h. Riwayat Imunisasi Tambahan: Tidak didapat 5. Riwayat Penyakit Keluarga Keluhan yang sama dengan orang tua : diakui Keluhan yang sama dengan keluarga : diakui, sepupu pasien memiliki keluhan sama dengan pasien 6. Riwayat Social dan Exposure a. Community Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien adalah di daerah persawahan dan rumah antar penduduk tidak terlalu berdekatan. Rumah pasien dikelilingi rumah penduduk lainnya dengan jarak yang bervariasi. Rumah terdekat berjarak 5 meter dari halaman depan rumah pasien. Sebelah depan rumah terdapat dawah, dan terdapat jalan kecil yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Sebelah kiri rumah, 4 meter, terdapat kandang ternak kambing dan kebun pisang. Di belakang rumah, terdapat kebun. Kebun belakang rumah dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai tempat pembuangan sampah. Pasien maupun penduduk lain sekitar rumah pasien belum memiliki jamban sendiri sehingga masih memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Suasana sekitar rumah pasien tidak terlalu bising dan ramai. b. Home Pasien tinggal di Desa Meri Kecamatan Kutasari. Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dan tidak bertingkat. Luas rumah 60 m 2 dengan jumlah penghuni 3 orang. Lantai rumah berupa tanah. Dinding rumah menggunakan tembok yang belum di semen, masih berupa bata, sedangkan atap menggunakan seng dan genting. Rumah tersebut memiliki 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 gudang, 1 ruang kosong. Ruang tamu memiliki jendela berukuran 1,5 x 2,5 m dan lubang ventilasi berukuran 0,5 x 2,5 m. Kamar tidur memiliki lubang ventilasi berukuran 0,5 x 0,4 m. Kesan pencahayaan sangat kurang karena kondisi rumah siang hari termasuk gelap. Kesan kebersihan dan kerapian dalam rumah kurang. Rumah sudah memiliki jamban yang hanya dapat digunakan untuk mandi serta buang air kecil. Untuk buang air besar, pasien masih menggunakan kamar mandi umum yang ada di dekat rumah pasien kadang di sungai. Sumber air berasal dari sumur gali menggunakan timba yang letaknya bersebelahan dengan jamban. Kondisi air tampak kurang bersih, tidak bening serta tidak berbau. Air digunakan juga untuk minum maupun memasak makanan. Pembuangan dari jamban dialirkan ke dan pembuangan air cucian peralatan ataupun mencuci (tempat di dekat sumur) dialirkan ke dalam selokan kecil yang mengalir ke area pesawahan. Hal ini menyebabkan di beberapa tempat terdapat air bekas cucian yang menggenang. c. Hobby Pasien mempunyai hobi bermain dengan saudara dan teman-teman sebayanya. d. Occupational Pasien belum sekolah dan bekerja. e. Personal habit Pasien sering bermain di luar rumah dengan saudara dan teman sebayanya. f. Diet Pasien sehari-hari makan 2-3 kali, dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk. g. Drug Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya maupun jamu. 7. Riwayat Gizi Pasien makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, dan jarang dengan daging, makanan kadang tidak habis, terkadang konsumsi buah-buahan. Pasien masih menyusu pada ibu nya. 8. Riwayat Persalinan Pasien dilahirkan cukup bulan, ditolong paraji, BBL 2700 gram. Selama hamil, ibu pasien jarang memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan selama hamil tidak diketahui. 9. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan pada awalnya normal, tetapi seiring waktu lebih lambat dari anak seusianya. 10. Riwayat Ekonomi Ayah penderita bekerja sebagai buruh, dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Penderita tinggal di rumah bersama bapak dan ibunya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan penghasilan kurang lebih Rp. 900.000 per bulan. Hubungan penderita dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung. Orangtua penderita peduli dengan kesehatan anggota keluarganya. Dalam kehidupan sosial penderita banyak bergaul dengan saudara dan teman sebayanya. 11. Riwayat Psikologi Pasien termasuk orang yang memiliki sifat terbuka. Penyakit yang diderita pasien tampak mengganggu pasien. Hal tersebut dapat diketahui dari cerita ibu pasien, bahwa semenjak sakit pasien sering mengeluh gatal pada tubuhnya. 12. Riwayat Demografi Hubungan dalam keluarga cukup baik. Pasien adalah anak tunggal di keluarga. Tidak ada riwayat perceraian dalam keluarga. 13. Riwayat Sosial Penyakit yang diderita pasien dirasakan mengganggu aktivitas maupun sosialisasi sehari-hari. Akan tetapi, hubungan pasien dengan saudara maupun tetangga tampak sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya orang yang menjenguk pasien ke rumah pasien. 14. Anamnesis Sistemik a. Keluhan Utama : Muncul bintik-bintik di muka dan tubuh b. Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (+), gelembung bulat berisi air (+), kemerahan (+) di muka dan seluruh tubuh c. Kepala : Simetris, ukuran normal, sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, berwarna hitam, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-) d. Mata : Gatal (-), penglihatan kabur (-) e. Hidung : Keluar cairan (-) f. Telinga : Pendengaran jelas, keluar cairan (-) g. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), mukosa merah muda, bintik-bintik pada mukosa (-) h. Tenggorokan : Sakit menelan (-) i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-) j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-) k. Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-) kembung (-), nyeri perut (-) . l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (-) m. Sistem Genitourinaria : BAK (+) normal n. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), pegal (+) Bawah : bengkak (-), pegal (+) 2.1.4 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Tampak baik, kesadaran compos mentis 2. Tanda Vital a. Nadi : 108x /menit, regular b. RR : 20x /menit c. Suhu : 38,7 0 C d. BB : 14,7 kg e. TB : 90 cm 3. Status gizi Berdasarkan perhitungan menggunakan tabel Z-Score a. Perhitungan berat badan menurut umur anak: WAZ= 14,7 14,6 = 0,06 1,5 Kategori: berat badan normal b. Perhitungan tinggi badan menurut umur anak: HAZ= 90 96,5 = -1,85 3,5 Kategori: status gizi normal c. Perhitungan berat badan menurut tinggi badan anak: WHZ= 14,7 13,3 = 1 1,4 Kategori: status gizi normal Kesimpulan status gizi : baik 4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit menurun (>1 detik), ikterus (-), keriput (-), vesikel (+), eritema (+), pustula (+) di muka dan seluruh tubuh, vesikel mukosa (-) 5. Kepala : Bentuk kepala normal 6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-) 7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-) 8. Hidung : Napas cuping hidung (-), discharge (-/-) 9. Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-) 9. Tenggorokan : Radang (-) 10. Leher : Deviasi trakea (-), JVP meningkat (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-) 11. Thoraks : Bentuk simetris, datar, retraksi (-) Jantung : Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis Palpasi : Teraba ictus cordis di SIC V LMCS Perkusi : Batas kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS Batas kiri atas SIC II LMCS Batas kanan atas SIC II LPSD Batas kanan bawah SIC IV LPSD Perkusi : S1> S2 reguler, gallop (-), murmur (-) Pulmo : Inspeksi : Dinding dada datar, retraksi (-), gerakan paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-) Palpasi : Nyeri tekan (-), retraksi (-), gerakan nafas simetris Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri Auskultasi : Vesikular normal, wheezing (-), ronkhi -/- 12. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) 13. Abdomen : Inspeksi : Datar, benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-), caput medusae (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal Palpasi : Nyeri tekan perut (-), benjolan (-) Perkusi : Timpani normal 14. Genitalia : Tidak dilakukan 15. Anorektal : Tidak dilakukan 16. Ekstremitas : Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-) Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-) 2.1.5 RESUME An. D, laki-laki, usia 3 tahun dengan bentuk keluarga nuclear family, tinggal dalam satu rumah bersama ayah dan ibu. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien menderita muncul bintik-bintik pada seluruh tubuh yang disertai demam. Bintik-bintik dan demam dikeluhkan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat pasien ketika sakit. Status ekonomi menengah ke bawah, rumah pasien berukuran cukup besar tetapi kurang memenuhi syarat rumah sehat. Lantai rumah dari tanah, dindingnya terbuat dari tembok yang tidak di semen, serta atap menggunakan seng dan genting. Ventilasi dan pencahayaan matahari sangat kurang. Rumah sangat dekat dengan kadang kambing dan sawah. Sumber air berasal dari sumur dan higienitas kurang. Pasien lebih dekat dengan ibu, bilamana terdapat permasalahan pasien akan bercerita kepada ibunya. Kesehariannya pasien sering bermain dengan tetangga atau saudaranya. 2.2 Diagnosis Holistik 2.2.1 Aspek Personal Idea: Pasien mengeluh muncul bintik-bintik di seluruh tubuh, pasien berharap penyakitnya segera sembuh. Concern: pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk mendukung pengobatan dan perawatannya sampai sembuh. Expectacy: pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh, agar dapat beraktifitas dan bermain bersama teman-temannya. Anxiety: Pasien merasa gatal. Kedaan ini sangat mengganggu aktifitas sehari-hari. 2.2.2 Aspek Klinis Diagnosa : Varisela Gejala klinis yang muncul : Bintik-bintik berisi air pada wajah dan tubuh serta demam Diff diagnosis : Herpes simpleks, Impetigo 2.2.3 Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu a. Usia pasien 3 tahun dan berjenis kelamin laki. b. Status gizi pasien yang kurang juga dapat menyebabkan pasien rentan terserang penyakit. c. Kebiasaan pasien bermain dengan saudara dan teman sebayanya. d. Kepribadian pasien termasuk dalam kepribadian terbuka, mau menerima nasehat orang lain. 2.2.4 Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu a. Pasien tinggal di daerah pesawahan dengan lingkungan jarang penduduk dan jauh dari jalan raya b. Tempat tinggal pasien dekat dengan sawah c. Dirumah pasien ada saudara yang memiliki gejala serupa dengan pasien. d. Disekitar rumah pasien ada tetangga yang memiliki gejala serupa dengan pasien. e. Rumah pasien berukuran kecil, terbuat dari tembok bata dengan lantai terbuat dari tanah dan ventilasi serta pencahayaan rumah pasien kurang. f. Ibu masih menggunakan tungku dan kayu bakar sebagai alat memasak. g. Pasien belum sekolah h. Orangtua pasien hanya bersekolah hingga SD dan SMP. i. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit pasien masih kurang. j. Penghasilan orangtua cukup untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga. k. Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup dapat dijangkau, rumah berada di daerah pesawahan dan tidak dapat dilewati oleh kendaraan bermotor. Jarak tempuh rumah pasien dengan puskesmas sekitar 10 menit.
2.2.5 Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mengeluh muncul bintik-bintik pada seluruh tubuh dan demam, pasien tidak bisa melalukan aktifitas seperti biasanya. 3.1 Penatalaksanaan 1. Personal Terapi farmakologis : 1. Asiklovir 5 x 400 mg 2. CTM 3 x 2 mg 3. Dexametasone 3 x 0,25 mg 4. Paracetamol 3 x 250 mg prn Terapi non farmakologis : 1. Istirahat 2. Jaga daya tahan tubuh, dengan makan makanan yang bergizi tinggi protein, karbohidrat, dan serat 3. Menjaga kebersihan diri pasien dengan membiasakan mencuci tangan sebelum makan, tidak bermain di tanah, mengganti baju minimal 2 kali sehari dan kebersihan lingkungan rumah. 4. Tidak kontak dengan penderita yang memiliki gejala serupa Patient Centre Management a. Dukungan Psikologis Suport psikologis perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit cacar air yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar dapat benar-benar sembuh. Pasien harus dimotivasi agar mau beristirahat total minimal selama satu minggu. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan penyakit cacar air. b. Penentraman Hati Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan pasien. Penyakit cacar air pada anak jarang menimbulkan komplikasi pada anak. Akan tetapi dibutuhkan kesabaran dari pasien untuk istirahat total dan tidak melakukan aktifitas total minimal selama 1 minggu. Motivasi keluarga terhadap pasien juga diperlukan agar pasien mau meminum obat secara teratur agar pasien cepat sembuh. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam pengobatan pasien. c. Penjelasan mengenai penyakit cacar air Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien harus beristirahat secar total selama minimal satu minggu agar kondisi pasien cepat membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit cacar air. d. Pengobatan Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan. e. Pencegahan dan Promosi Kesehatan Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup. 2. Keluarga Menjaga kebersihan, dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan, memasak makanan dengan benar, dan tidak makan makanan disembarang tempat yang tidak terjamin kebersihannya. Selain itu air harus dimasak sampai mendidih. 3. Komunitas Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat pembuangan yang sudah disediakan dan buang air besar di WC umum. 4.1 Follow Up Tanggal 9 Juli 2014 S : vesikel pada muka dan seluruh badan, eritema, demam O : KU baik, compos mentis Tanda vital RR : 20 x/menit N : 100 x/menit S : 38, 7 0 C BB : 14,7 kg TB : 90 cm A : Cacar air (varisela) P : Terapi medikamentosa berupa Asiklovir 5 x 400 mg, CTM 3 x tab, dexametason 3 x tab, Paracetamol 3 x 250 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat total, konsumsi makanan bergizi, kurangi aktifitas fisik yang berat, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.
Tanggal 10 Juli 2014 S : vesikel, eritema. O : KU baik, compos mentis Tanda vital : R : 16 x/menit N : 80 x/menit S : 37 0 C BB : 14,7 kg TB : 90 cm A : Cacar air (varisela) P : Terapi medikamentosa berupa Asiklovir 5 x 400 mg, CTM 3 x tab, dexametason 3 x tab, Paracetamol 3 x 250 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat total, konsumsi makanan bergizi, kurangi aktifitas fisik yang berat, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.
Tanggal 11 Juli 2014 S : krusta, pustula, eritema, demam (-) O : KU baik, compos mentis Tanda vital R : 16 x/menit N : 100 x/menit S : 36,5 C BB : 14,7 kg TB : 90 cm A : Cacar air (varisela) P : Terapi medikamentosa berupa Asiklovir 5 x 400 mg, CTM 3 x tab, dexametason 3 x tab, Paracetamol 3 x 250 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat total, konsumsi makanan bergizi, kurangi aktifitas fisik yang berat, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.
Tanggal 12 Juli 2014 S : krusta, eritema, demam (-) O : KU baik, compos mentis Tanda vital R : 16 x/menit N : 90 x/menit S : 36,5 C BB : 14,7 kg TB : 90 cm A : Cacar air (varisela) P : Terapi medikamentosa berupa Asiklovir 5 x 400 mg, CTM 3 x tab, dexametason 3 x tab, Paracetamol 3 x 250 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat total, konsumsi makanan bergizi, kurangi aktifitas fisik yang berat, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien. 4.2 Flow Sheet Nama : An. D Diagnosis : Cacar air (varisela) Tabel Flow Sheet
No Tgl Problem N RR T BB kg TB cm Planning Target 1. 9-07-14 - demam - timbul bintik- bintik di seluruh tubuh - gatal pada kulit yang timbul bintik- bintik 100 20 38,7 14,7 90 - Asiklovir - CTM - Dexametason - Paracetamol - edukasi Demam turun Mengurangi rasa gatal dan mengurangi keluhan utama 2 10-07-14 - demam (-) - lemas - timbul bintik- bintik di seluruh tubuh - gatal pada kulit yang timbul bintik- bintik
80 16 37 14,7 90 - Asiklovir - CTM - Dexametason - Paracetamol - edukasi Mengurangi rasa gatal dan mengurangi keluhan utama 3 11-07-14 - panas (-) - lemas (+) - bintik- 100 16 36,5 14,7 90 - Asiklovir - CTM - Dexametason Mengurangi rasa gatal dan mengurangi bintik di seluruh tubuh - gatal pada bintik- bintik yang muncul - Paracetamol - edukasi keluhan utama 4 12-07-14 - panas (-) - lemas (+) - bintik- bintik di seluruh tubuh - gatal pada bintik- bintik yang muncul 90 16 36,5 14,7 90 - Asiklovir - CTM - Dexametason - Paracetamol - Diet makanan bergizi - Edukasi - Mengurangi rasa gatal dan mengurangi keluhan utama
BAB 3 IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An. Danang. Bapak Slamet berusia 29 tahun, yang merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu Ika adalah ibu kandung dari penderita, berumur 23 tahun. An. Danang, merupakan anak tunggal berusia 3 tahun. Keluarga pasien merupakan keluarga yang kurang cukup sadar mengenai kesehatan. Saat penderita mengalami muncul bintik-bintik dan demam, keluarga penderita tidak langsung membawa pasien ke puskesmas. An. Danang saat berobat di dampingi oleh ibunya. Setelah ke puskesmas, An. D didiagnosis cacar air (varisela). 2. Fungsi Psikologis An. Danang tinggal serumah dengan bapak dan ibu kandungnya. Bapak Slamet dan ibu Ika sangat menyayangi dari An. Danang. An. Danang juga sering berkumpul dengan keluarga disaat sore hari. An. Danang sering bermain dengan saudara dan teman sebayanya. 3. Fungsi Sosial An. Danang memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya. An. Dalam lingkungan tempat tinggal An. D juga sering bermain dengan saudara sepupun dan teman sebayanya, ia memiliki banyak teman. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penghasilan keluarga An. Danang berasal dari penghasilan bapak yang tiap bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.900.000,-. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas menggunakan Jamkesmas.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. ADAPTATION Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah selalu menceritakan kepada ibunya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari. PARTNERSHIP Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik. GROWTH Pasien merasa bersyukur masih dapat menjalani aktifitasnya sehari-hari yaitu masih dapat bermain dengan saudara dan teman sebayanya. AFFECTION Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan ayahnya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya. RESOLVE Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari saudara-saudara. Tabel 3.1 Skor APGAR An. D A.P.G.A.R An. D Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang -kadang Hampir tidak pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan
saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6 Tabel 3.2 Skor APGAR Tn. S A.P.G.A.R Tn. S. Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang -kadang Hampir tidak pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6 Tabel 3.3 Skor APGAR Ny. I A.P.G.A.R Ny. I Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang -kadang Hampir tidak pernah A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7 A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+6+7+)/3 = 6,3 Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 19, sehingga rata- rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,3. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M) Fungsi patologis dari keluarga An. D dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut : Tabel 3.4 Tabel SCREEM SUMBER PATOLOGI KET Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif. - Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. - Religion
Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Saat tidak sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di masjid dekat rumah. - Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, pendapatan hanya cukup untuk memenuhi keburuhan primer kebutuhan sekunder masih belum bisa terpenuhi. + Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas. + Medical
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan fasilitas Jamkesmas untuk berobat. - Keterangan : Social (-) artinya keluarga An. D sudah berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Cultural (-) artinya keluarga An. D masih aktif dalam pergaulan sehari-hari. Keluarga An. D masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga An.D masih mengikuti tradisi yasinan, mauludan, wetonan, menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. Religion (-) artinya keluarga An. D sudah memiliki pemahaman agama yang cukup untuk seusianya, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan An. D dalam mengikuti pengajian jika An. D tidak sedang sakit. Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong rendah, pendapatan hanyacukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Education (+) artinya keluara Tn. S masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan. Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien sudah baik, yaitu dengan langsung mengunjungi Puskesmas terdekat tidak berobat ke dukun atau yang semisalnya. Kesimpulan : Dalam keluarga An. D fungsi patologis yang positif adalah fungsi ekonomi dan fungsi edukasi.
D. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga An. D DALAM SATU RUMAH
Sumber : Data Primer, Juli 2014 Keterangan : hubungan baik Kesimpulan : Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn.S baik-baik saja dan sangat harmonis dan saling dukung mendukung. Ny.I An.D Tn.S E. GENOGRAM Alamat : Desa Meri Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tn. S, 29 thn PB Ny. I, 23 thn
An. D, 3 thn
Diagram 1. Genogram Keluarga Keterangan: = Laki-laki
= Perempuan
Atau = Meninggal
= Pasien
BAB 4 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU 1. Faktor Perilaku Keluarga Pasien mulai menderita demam 2 hari sebelum masuk Puskesmas. Saat ini, dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Pasien tinggal di daerah pesawahan yang cukup padat penduduk dengan rumah yang sederhana. Rumah pasien tidak memiliki jamban sendiri. Keluarga pasien biasa BAB di sungai kadang di WC umum. Pencahayaan rumah dan ventilasi udara kurang. Pasien mempunyai kebiasaan bermain dengan saudara dan tetangganya, tetangga dan saudara pasien menderita cacar air. Komunikasi yang terjalin dalam keluarga ini cukup baik dan harmonis. Semua anggota keluarga berusaha mengutarakan pendapatnya saat sedang ada masalah. Akan tetapi, anak lebih sering berkomunikasi dengan ibu dibandingkan dengan bapaknya. Anak jarang untuk bercerita mengenai masalahnya kepada sang ayah karena merasa takut. Anak D adalah anak yang pendiam. Dia hanya berbicara seperlunya saja, sehingga dia lebih sering memendam keinginannya dibandingkan mengutarakannya kepada orang tuanya apalagi kepada bapaknya. An. D lebih sering bercerita kepada ibunya. 2. Faktor Non Perilaku Dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi menengah kebawah. Keluarga ini hanya memiliki satu sumber penghasilan yaitu gaji dari Bapak Slamet sebagai buruh. Rumah pasien berada di daerah pesawahan. Rumah yang dihuni keluarga ini tidak termasuk rumah sehat dikarenakan sirkulasi udara dan pencahayaanya kurang yang menyebabkan udara di dalam rumah lembab. Rumah pasien juga tidak memiliki jamban sediri. Jarak antara rumah pasien dengan pelayanan kesehatan terdekat cukup dekat. Waktu yang ditempuh untuk ke Puskesmas sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Orang tua pasien hanya lulus sampai SD dan SMP. Hal ini menyebabkan pengetahuan dan kesadaran dari keluarga pasien mengenai kesehatan menjadi kurang. Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien dan apa yang harus dilakukan pada saat pasien sakit. Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
: faktor non perilaku
: faktor perilaku
A. Identifikasi Lingkungan Rumah 1. Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 8 m 2 , memiliki halaman rumah dan menghadap ke utara. Terdapat pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur dan ruang bersama. Rumah terbuat dari dinding bata yang tidak disemen dan lantai di semua ruangan terbuat dari tanah. Atap rumah pasien terbuat dari genteng dan seng. Ruang tamu memiliki jendela dengan ukuran 2 X 1 m. Kamar tidur
Keluarga An. D Pengetahuan : Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita Lingkungan: Lembab dan sedikit sinar matahari. Tidak ada jamban sendiri. Tindakan Kebiasaan pasien Pasien bermain dengan saudara dan tetangga dengan penyakit sama
Pelayanan Kesehatan: Jika sakit berobat ke dokter dan puskesmas Sikap: Kesadaran pasien akan kesehatan kurang Komunikasi: Pasien adalah anak yang terbuka, mau menerima nasihat orang lain rumah pasien memiliki jendela dengan ukuran 2mx0,5m. Rumah pasien tidak mempunyai kamar mandi di dalam rumah. Pasien biasa mandi di kamar mandi yang terletak di samping rumah pasien, dengan dinding bilik dan tidak beratap. Pasien tidak memiliki WC, pasien biasa menggunakan WC umum yang berada di dekat rumah. 2. Denah Rumah Rumah pasien berukuran 10 x 8 m 2 yang terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang bersama dan dapur. Tiap ruangan memiliki ukuran yang berbeda-beda, ruang tamu berukuran 3,5 x 3 m, kamar tidur berukuran 3,5 x 2,5 m. Rumah pasien menghadap kearah utara. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air sumur.
Kamar Tidur
Dapur
Ruang TV (R. Keluarga)
P e k a r a n g a n
Pekarangan rumah
Ruang Tamu
Ruang Tamu Jalan
Ruang Kosong
Ruang Tamu
Gudang
Ruang Tamu Sumur dan kamar mandi BAB 5 DAFTAR MASALAH
A. Masalah medis Tabel 5.1 Masalah Medis MASTER PROBLEM LIST No.
Approx. Date of Onset Date Problem Recorded Active Problems
Inactive/ Resolved Problems Date Resolved
1. 6 Juli 2014 8 Juli 2014 Cacar air 13 Juli 2014
B. Masalah non medis : 1. Keluarga An. D kurang pengetahuan mengenai penyakit cacar air. 2. Kondisi rumah An. D ventilasi dan sirkulasi, ibu masih menggunakan tungku dan kayu bakar untuk memasak. 3. Rumah pasien tidak memiliki jamban. 4. Kondisi ekonomi keluarga adalah kurang. 5. Fungsi fisiologis keluarga Tn. D adalah sedang. 6. Rumah pasien cukup jauh dari tempat pelayanan kesehatan.
C. Diagram Permasalahan Pasien (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor- faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diagram 4. Diagram Permasalahan Pasien D. Matrikulasi Masalah Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996) Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah No. Daftar Masalah I T R Jumlah IxTxR P S SB Mn Mo Ma 1. Keluarga An. D kurang mengerti akan penyakit cacar air 4 4 4 3 4 4 4 12.288 2. Keluarga dan tetangga pasien sakit sama 5
4 5 3 4 4 5 24.000 An. D 3 th dengan cacar air (varisela) 1. Keluarga An. D kurang mengerti akan penyakit cacar air 3. rumah pasien cukup jauh dari tempat pelayanan kesehatan 2. Di dekat tempat tinggal pasien ada saudara dan tetangga yang mengalami sakit yang sama 4. rumah kurang sehat
3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan 3 3 4 3 3 4 4 5.184 4. Rumah kurang sehat 3 3 3 3 3 3 3 2.187 Keterangan : I : Importancy (pentingnya masalah) P : Prevalence (besarnya masalah) S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) T : Technology (teknologi yang tersedia) R : Resources (sumber daya yang tersedia) Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah) Kriteria penilaian : 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = cukup penting 4 = penting 5 = sangat penting E. Prioritas Masalah Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. S adalah sebagai berikut : 1. Pasien sering berinteraksi dengan saudara dan tetangga yang mengalami sakit serupa dengan pasien. 2. Keluarga Tn. S kurang mengerti akan penyakit cacar air 3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan. 4. Rumah kurang sehat Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah kebiasaan pasien bermain dengan saudara dan tetangganya yang sakit cacar air. Pasien belum mengetahui akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan berdekatan dengan saudara yang sakit. Hal ini juga dapat berkaitan dengan pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai kesehatan. F. Pembinaan Keluarga 1. Tujuan Tujuan Umum Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih memahami mengenai pengetahuan keluarga mengenai cacar air serta penyebabnya yang dikaitkan dengan pola asuh terhadap anak. Tujuan Khusus : Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita dapat : a. Mengetahui tentang penyebab cacar air. b. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam perjalanan penyakit cacar air. c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit cacar air. 2. Materi Materi yang diberikan berupa pengetahuan mengenai cacar air. Sasaran dari pembinaan ini adalah pasien dan keluarganya. Pembinaan keluarga ini dilakukan pada tanggal 13 Juli 2014, dengan metode penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarganya dan tanya jawab. Untuk mengevaluasi dari pembinaan keluarga dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada keluarga pasien. Selain itu diberikan pula management penatalaksanaan cacar air kepada pasien dan keluarganya. Adapun management penatalaksanaan cacar air yang diarahkan kepada pasien dan keluarganya adalah sebagai berikut:
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT 1. Pengobatan Melaksanakan terapi yang telah diberikan di Puskesmas 2. Menimbulkan tanggung jawab pada diri sendiri Dalam hal ini, dokter berusaha memunculkan rasa tanggung jawab pasien untuk menjaga kesehatannya sendiri termasuk dalam meningkatkan higiene perseorangan. Pada kasus ini, dokter berusaha memunculkan tanggung jawab kepada keluarga pasien untuk memperhatikan kesehatan anaknya dan memberi pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan, sehingga apabila sakit hendaknya segera berobat ke Puskesmas atau dokter. 3. Basic Konseling mengenai Pencegahan dan Promosi Kesehatan Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya cacar air kembali pada anak yaitu: Meningkatkan daya tahan tubuh antara lain : - Makan makanan yang sehat, cukup kualitas dan kuantitasnya. - Pemeliharaan kesehatan jasmani dengan olahraga yang teratur dan cara hidup yang teratur (bekerja, beristirahat, rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya). - Pemeliharaan kesehatan rohani B. FAMILY CENTERED MANAGEMENT Pada prinsipnya tujuan dari manajemen ini adalah untuk meminimalisir terjadinya kembali cacar air. Penanganannya hampir sama dengan manajemen pasien namun dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan pemahaman semua anggota keluarga mengenai cacar air. Dalam hal ini, menjelaskan bahwa cacar air tidak hanya disebabkan oleh penularan dari saudara atau teman yang menderita sakit serupa dengan pasien. Akan tetapi cacar air juga bisa diakibatkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk dan keadaan imunitas tubuh yang menurun sehingga rentan untuk tertular penyakit. Keluarga pasien juga diberi pengertian bahwa sakit yang diderita pasien dapat sembuh dengan sendiri tanpa obat, jika kondisi imun tubuh pasien baik. Dalam manajemen keluarga ini, diberikan pengertian kepada keluarga mengenai cacar air secara menyeluruh baik dari faktor host, agent dan lingkungan. 1. Faktor Host dan agent a. Hindari kontak langsung dengan penderita cacar air b. Makan makanan yang bersih dan sehat. c. Jaga higeinitas d. Jaga daya tahan tubuh 2. Faktor lingkungan Penyakit cacar air merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat faktor yang mendominasi yaitu di lingkungan sekitar rumah pasien terdapat penderita varisela, lingkungan yang kurang bersih dan kondisi fisik rumah yang belum memenuhi syarat rumah sehat. 1. Cara Pembinaan Pembinaan dilakukan dengan cara konseling pada keluarga dan penderita 2. Sasaran individu Seluruh anggota keluarga 3. Target kegiatan Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai cacar air. 4. Waktu dan tempat 1.Hari : Minggu 2.Tanggal : 13 Juli 2014 3.Tempat : Rt 05/Rw 10 Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga 4.Waktu : 10.00 WIB
BAB 6 RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA A. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA 1. Tujuan Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai cacar air, lingkungan rumah yang sehat dan perilaku sehat. 2. Materi Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai cacar air beserta kesehatan lingkungan rumah dan perilaku. Pengetahuan mengenai cacar air meliputi pengertian cacar air, penyebab cacar air, cara penularan, cara pencegahan, pengobatan awal, serta komplikasi cacar air. Selain itu, pasien dan keluarga juga diberikan pengetahuan mengenai lingkungan rumah yang sehat seperti ventilasi, pencahayaan, jamban, pengelolaan limbah/sampah dan sumber air bersih. Edukasi mengenai cara pencegahan cacar air meliputi: a. Menghindari kontak dengan pasien yang menderita cacar air b. Menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi. c. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar yaitu sebelum makan dan setelah buang air besar. d. Meminum air minum yang sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus sampai mendidih. Selain itu, tempat air minum harus terlindung serta air tidak disimpan terlalu lama. e. Buang air besar dan kecil pada tempatnya seperti jamban. f. Selalu rutin membersihkan dan merapikan rumah Edukasi mengenai lingkungan rumah meliputi ventilasi, pencahayaan, jamban, pengelolaan sampah dan sumber air bersih. a. Rumah harus memiliki ventilasi supaya udara bersih masuk dan membebaskan udara ruangan dari kuman penyebab penyakit. b. Sinar matahari (cahaya alamiah) yang masuk rumah harus cukup, misalnya melalui rutin membuka tirai jendela atau membuat genting kaca jika memungkinkan. c. Rumah sebaiknya memiliki jamban sendiri. Sedangkan rumah yang sudah memiliki jamban, harus benar-benar memanfaatkan jamban serta pembuangannya tidak boleh mengotori tanah permukaan, air permukaan dan air dalam tanah. d. Pengelolaan sampah harus baik, misalnya sampah tidak ditumpuk dalam rumah, dibuang secara rutin dan pengelolaannya baik misalnya dibakar di ruang terbuka atau dibuat jadi pupuk. e. Sumber air bersih dapat dari sumur gali atau mata air. Untuk kepentingan konsumsi, air seharusnya dimasak sampai mendidih. B. HASIL PEMBINAAN KELUARGA Tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota keluarga yang terlibat Target Hasil kegiatan 13-07- 14 1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien (perkenalan identitas). 2. Menanyakan penyebab bintik- bintik dan demam. 3. Kontrak dengan pasien untuk pertemuan akan datang. Pasien dan ibu pasien 1. Terjalin hubungan baik dengan pasien 1. Hubungan interpersona l dengan pasien dan keluarganya baik 2. Pasien menepati janjinya 13-07- 14 1. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakit cacar air 2. Memberikan penjelasan Pasien, bapak dan ibu pasien. Pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit cacar air bertambah Pasien mengetahui pengertian, penyebab dan gejala cacar air tentang Pengertian cacar air Penyebab cacar air Tanda dan gejala Penularan cacar air 13-07- 14 1. Cara pencegahan cacar air 2. Akibat cacar air
Pasien, bapak, dan ibu. Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkan Anjuran dilaksanakan oleh pasien dan keluarganya. 13-07- 14 1. Menganjurkan pasien untuk periksa ke Puskesmas apabila nanti mengalami gejala yang sama Pasien, bapak, dan ibu. Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkan Anjuran dilaksanakan oleh pasien dan keluarganya.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan 1. Varisela atau cacar air sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malaise, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng. 2. Obat antivirus dapat diberikan, pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih singkat. 3. Untuk menghindari penularan, tidak disarankan untuk tidur bersama dengan anak yang sakit. 4. Pasien cacar air diupayakan beristirahat total di tempat tidur sampai demamnya turun. Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali. b. Saran Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus : 1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkannya. 2. Varisela merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di masyarakat, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. 3. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin kebersihan dan kesehatannya. 4. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 : (1): 561-3. Martin K, Noberta D, Matheus T. Varisela Zoster Pada Anak. Universitas Pelita Harapan. Jakarta. 2009. Vol. 3 No. 1. Djuanda, Adhi; dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima. Jakarta : FKUI. 2007 Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Cetakan III. Medis Aesculapius. Jakarta. 2000 Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Depkes RI. 2005. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella. Available at www.emedicine.com Diakses pada 10 Juli 2014 Weekly Epidemiological Record. 7th August 1998. World Health Organization. Available at: http://www.epid.gov.lk/pdf/IDP/Dr%20Deepa/Chickenpox_guidelines.pdf Diakses pada 16 Juni 2014.