Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA

PANDANGAN AGAMA DALAM


DEMOKRASI
















Disusun oleh:
Pricilla Marcia
XII IPS 1 / 20

SMA DON BOSCO 1
TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Agama adalah pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang
adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut sebagai Tuhan dengan
segala konsekuensinya. Atau sebaliknya, agama yang ajaran - ajarannya teratur dan
tersusun rapi serta sudah baku itu merupakan usaha untuk melembagakan sistem
kepercayaan, membangun sistem nilai kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan
atau kode etik yang berusaha mengarahkan penganutnya mendapatkan rasa aman dan
tentram.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, gama
yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.
Adapun tentang demokrasi, bahwa secara literal, demokrasi berarti kekuasaan
oleh rakyat, berasal dari bahasa Yunani Demos (rakyat) dan Kratos (kekuasaan).
Secara historis, istilah demokrasi telah dikenal sejak abad ke-5 SM., yang pada
awalnya sebagai respons terhadap pengalaman buruk monarki dan kediktatoran di
Negara-Negara Kota Yunani kuno. Pada waktu itu Demokrasi dipraktikkan sebagai
sistem di mana seluruh warga negara membentuk lembaga legislatif.Hal ini
dimungkinkan oleh kenyataan jumlah penduduk Negara-Negara Kota kurang lebih
10.000 jiwa dan bahwa wanita, anak kecil serta para budak tidak mempunyai hak
politik. Tidak ada pemisahan kekuasaan ketika itu, dan semua pejabat bertanggung
jawab sepenuhnya pada Majelis Rakyat yang memenuhi syarat untuk mengontrol
berbagai persoalan eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada
tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, karena
kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat.
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
guru agama, dan juga mempelajari tentang hubungan antara agama dan demokrasi
yang saling berkaitan.
BAB 2
PEMBAHASAN

Agama dan Demokrasi

Pada dasarnya agama dan demokrasi merupakan hal yang berbeda namun jika
agama dan demokrasi dapat disatukan dengan baik dan tidak menyimpang dengan
prinsip prinsip ketatanegaraan bangsa kita ini, agama akan membawa dampak
yang sangat baik dan besar dalam perjalanan demokrasi.

Setiap orang memiliki hak nya masing masing yang sudah dikhususkan untuk
memilih agama yang ingin dipercayai atau dianut, lalu membawa hal tersebut ke
dalam ranah politik-demokrasi.

Namun demikian, pemikiran atau pemahaman yang salah atas agama tidak
dipungkiri dapat membuat kejatuhan ataupun kehancuran bagi orang orang.

Oleh karena hal tersebut, bangsa kita ini haruslah cerdas dan paham benar
akan mengolah adanya agama dalam kehidupan berdemokrasi agar nantinya
kehadiran agama tersebut dapat menjadikannya rahmat dan membimbing bangsa
kita ini ke arah yang lebih baik.


Politik di Indonesia

Untuk memperdalam penjelasan masalah yang saya bahas di makalah ini, saya
akan menjeleskan apa itu politik dan bagaimana keadaan politik di Indonesia saat
ini. Apakah keadaannya baik? Atau buruk? Apakah semua warga Negara
Indonesia mendapatkan hak nya masing masing dalam memilih sesuai dengan
kemauan dan keinginannya masing masing? Apakah karena perbedaan
perbedaan yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya perselisihan ataupun
pertengkaran antara sesame warga bangsa dan Negara?

Dinyatakan bahwa Indonesia adalah sebuah negara hukum yang berbentuk
kesatuan dengan pemerintahan berbentuk republik dan sistem pemerintahan
presidensial dengan sifat parlementer. Indonesia tidak menganut sistem pemisahan
kekuasaan melainkan pembagian kekuasaan. Walaupun kurang lebih 90%
penduduknya beragama Islam, Indonesia bukanlah sebuah negara Islam.

Cabang eksekutif dipimpin oleh seorang presiden yang merupakan kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang wakil presiden
yang kedudukannya sebagai pembantu presiden di atas para menteri yang juga
pembantu presiden. Kekuasaan legislatif dibagi di antara dua kamar di dalam
Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR yaitu Dewan Perwakilan Rakyat/DPR dan
Dewan Perwakilan Daerah/DPD. Cabang yudikatif terdiri dari Mahkamah
Agung/MA yang dan sebuah Mahkamah Konstitusi/MK yang secara bersama-
sama memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Inspektif dikendalikan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki perwakilan di setiap provinsi dan
kabupaten/kota di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Di Indonesia dilakukan pemilihan umum yang diselenggarakan 5 tahun sekali
memilih anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD yang disebut pemilihan
umum legislatif (Pileg) dan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden atau yang
disebut pemilihan umum presiden (Pilpres). Pemilihan Umum di Indonesia
menganut sistem multipartai.

Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan negara
demokratis lainnya di dunia. Di antaranya adalah adanya Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal Indonesia, Mahkamah
Konstitusi yang juga berwenang mengadili sengketa hasil pemilihan umum, bentuk
negara kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya
Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem multipartai berbatas di mana setiap partai
yang mengikuti pemilihan umum harus memenuhi ambang batas 2.5% untuk dapat
menempatkan anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD Kabupaten/Kota
Perjalanan politik di Indonesia pun tidak luput dari perubahan perubahan
yang terjadi di dalam politik itu sendiri. Perubahan atau reformasi yang terjadi
pertama kali di dunia politik ini dimulai sejak tahun 1998 yang telah menghasilkan
banyak perubahan penting dalam bidang politik di Indonesia. Salah satu bentuk
perubahan atau reformasi yang terjadi sejak tahun 1998 di antarannya:
MPR (Majelis Perwakilan Rakyat) yang saat ini telah dikurangi tugas dan
kewenangannya
Pengurangan masa jabatan presiden dan wakil presiden yang menjadi 2 kali
masa bakti dengan masing masing masa bakti selama 5 tahun
Dibentuknya MK (Mahkamah Konstitusi)
Pembentukan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sebagai penyeimbang DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat)

Korupsi di Indonesia
Apakah hal yang terpintas dalam benak anda ketika seorang teman, kawan,
keluarga ataupun media membicarakan tentang politik yang terjadi di Indonesia?
Tidaklah heran jika hal yang pertama kali terpikir atau terpintas di benak anda adalah
persoalaan korupsi!
Bagi warga Indonesia persoalan korupsi sudah merupakan hal yang umum
terjadi sehingga warga Negara Indonesia sendiri tidaklah akan kaget atau terkejut
mendengar akan pemberitaan mengenai kasus korupsi yang sudah marak terjadi di
Indonesia, khusunya korupsi yang terjadi di bidang politik.

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi
bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan.
Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu
menempati posisi paling rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan pemberantasan
korupsi di Indonesia semakin ditingkatkan oleh pihak yang berwenang.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi
di Indonesia. Namun hingga saat ini pemberantasan korupsi di Indonesia belum
menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi
antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus
korupsi di Indonesia. Sebenarnya pihak yang berwenang, seperti KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) telah berusaha melakukan kerja maksimal. Tetapi antara
kerja yang harus digarap jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga dan waktu
yang dimiliki KPK.
Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:
1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
3. Kepolisian
4. Kejaksaan
5. BPKP
6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa

Jika diperhatikan dan diamati, apakah hal yang membuat para petinggi
petinggi di Indonesia melakukan hal yang sangat tidak terpuji seperti itu mengingat
bahwa mereka adalah seorang petinggi di Indonesia yang notabene dipilih oleh rakyat
untuk menjadi pembimbing dan penghubung kepada masyarakat agar keinginan
rakyat dapat terpenuhi oleh Negara.
Jika hal ini dihubungkan dengan agama, apakah kita dapat menyalahkan
lemahnya keyakinan seseorang sehingga dapat melakukan hal yang kelewat batas dan
bahkan dilarang oleh agama tersebut.
Transpransi International (TI), sebuah lembaga yang memfokuskan diri
mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan governance and anti-corruption, menyatakan
bahwa kurang relevansinya hubungan antara agama dan prevalensi praktek korupsi.
Penelitian yang melibatkan pengumpulan data tak kurang dari 185 negara dengan
latar belakang agama yang sangat beragam ini termasuk Indonesia dan sejumlah
Negara Timur Tengah, menunjukkan hasil bahwa dalam masyarakat dengan tingkat
kepercayaan agama yang tinggi memiliki Corruption Perception Index (CPI) yang
juga tinggi (S.Douglas Beets, 2007). Hasil riset ini sepertinya hendak mengatakan
bahwa nilai-nilai normative yang mulia yang di kandung dan diajarkan oleh sebuah
agama terlihat tidak berpengaruh besar terhadap perilaku masyarakatnya, terutama
dalam hal perilaku korupsi. Lalu ada kesimpulan dari riset tersebut yang sedikit
membuat miris kita selaku umat islam adalah bahwa negara-negara yang
masyarakatnya tidak menganggap agama sebagai sesuatu yang penting justru
memiliki CPI yang rendah, namun sebaliknya masyarakat muslim yang selalu
megutamakan agama sebagai bagian yang penting dalam kehidupan justru memiliki
CPI tinggi. Perlu digaris bawahi agar tidak salah memahami bahwa hasil riset ini,
menurut pemahaman penulis, tidak mengatakan bahwa ajaran agama tidak
mengajarkan umatnya agar menghindari korupsi, justru sebaliknya setiap agama
manapun pasti mengingatkan umatnya untuk jujur dan tidak menguasai hak orang
lain, cuma saja para pemeluk agama itu sendirilah yang belum mampu menerapkan
dan menggunakan nilai-nilai agama yang luhur itu untuk mencegah dirinya dari
perbuatan tercela korupsi.
Hasil riset tersebut benar adanya dengan apa yang terjadi di Indonesia karena
bias dilihat bahwa di Indonesia sendiri majoritas penduduknya beragama Islam.
Terlepas dari riset tersebut para koruptor itu sesmestinya memikirkan matang
matang tindakan mereka yang tercela itu sebelum bertindak, karena hanya karena
keserakahan dan egoisme pribadi tidak hanya warga Indonesia saja yang merasa
dibohongi dan menjadi korban tetapi keluarga dan juga diri sendiri yang akan
mendapat balasan dari apa yang telah dilakukan.

Demokrasi dalam agama

Demokrasi dalam pandangan setiap agama sama, namun mungkin ada sedikit
perbedaannya. Yang dimana setiap agama pasti mengajarkan tentang kemanusiaan,
tentang perdamaian, dan tentang cinta kasih. Hal hal tersebutlah bahasa universal
yang mampu mempertemukan perbedaan keyakinan. Dalam tataran isu strategis,
bahasa yang sering dipergunakan sebagai istilah bersama adalah toleransi, pluralism,
dan multikulturalisme.
Ketiga idiom ini dalam esensinya memiliki irisan besar dengan demokrasi.
Dalam demokrasi, sebuah bangunan bersama didirikan atas dasar pluralitas dan
disangga melalui kontrak social yang disepakati bersama. Keragaman etnis, suku,
agama, dan kepercayaan akan bias hidup dalam paying demokrasi ketika nilai nilai
kemanusiaan dan keadilaa dijunjung tinggi oleh semua orang.
Ada nilai atau ajaran Hindu yang parallel dengan prinsip demokrasi.
1. Pengakuan terhadap kemajemukan dan perbedaan
Hindu menghargai keberagaman dan perbedaan pendapat menyangkut hal
hal sangat prinsip sekalipun. Misalnya dalam konsep ketuhanan. Orang
orang Hindu, seperti Gandhi menganggap semua agama sederajat.

2. Paham ketuhanan pantheisme
Paham ketuhanan Hindu yang pantheistic, dimana Tuhan Yang
Mahakuasa menyelusupi berbagai hal yang ada, menandakan adanya
penyebaran kekuasaan.

3. Hukum karma
Masing masing manusia memiliki kehendak bebas dan betanggung
jawab ata perbuatannya sendiri. Tuhan tidak akan menghukum orang
secara sembarangan. Hakikat demokrasi menghargai supremasi hukum.
Dalam demokrasi menjamin kebebasan berkehendak dan berpendapat

4. Doktrin Ahimsa
Gandhi merumuskan relasi Ahimsa dengan politik dan demokrasi dengan
tepat, sebagai berikut:

Demokrasi hanya dapat diselamatkan melalui pantang kekerasan,
karena demokrasi, selama ditopang oleh kekerasan tidak menjamin
kebutuhan atau melindungi kaum lemah. Pengertianku mengenai
demokrasi ialah bahwa di bawah demokrasi, golongan yang paling
lemah harus mempunyai kesempatan yang sama seperti golongan
yang paling kuat. Ini tidak akan mungkin terjadi kecuali melalui
pantang kekerasan, demokrasi barat, seperti yang berfungsi
sekarang, adalah nazisme atau fasisme yang diperlunak
Apakah agama Hindu itu sendiri berperan mencegah atau malah menjauhkan
kekerasan dari proses demokrasi? Iya, agama Hindu berusaha untuk hal itu tetapi
tidak selalu berhasil. Dalam beberapa kasus, kekerasan juga timbul dalam masyarakat
yang memeluk agama Hindu. Akan tetapi agama Hindu menjaga kekerasan itu agar
tidak sampai menghancurkan demokrasi.

Dampak dari demokrasi

Hal positif adanya demokrasi:
Menjunjung tinggi persamaan
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Membudayakan sikap bijak dan adil
Membiasakan musywarah mufakat dalam mengambil keputusan
Mengutamakan persatuan dan kesatuan antar sesame

Dampak paling buruk dari penerapan system demokrasi tentu saja adalah
tersingkirnya aturan aturan Allah dari kehidupan masyarakat. Selama lebih dari
setengah abad, negeri yang notabene berpenduduk mayoritas Muslim ini
menerapkan demokrasi. Selama itu pula syariah Islam selalu dicampakkan.
Dampak buruk lainnya antara lain sebagai berikut:
Akibat kebebasan beragama, muncul banyak aliran sesat di Indonesia
Akibat kebebasan berpendapat, muncul ide ide liberal seperti
pendapat yang mengatakan bahwa syariah Islam, misalnya, jika
diterapkan, akan mengganggu stabilitas dan lain lain.
Akibat kebebasan kepemilikan akhirnya, banyak SDA yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh individu, swasta atau pihak
asing.
Akibat kebebasan berprilaku, tersebarluasnya pornografi dan
pornoaksi.



Politik sublimasi

Beberapa bulan terakhir ini di Indonesia sempat dan masih diramaikan tentang
persoalan soal pemilu capres 2014. Dari sekian banyak kontroversi yang terjadi
banyak terdapat persoalan yang tidak sedikit melibatkan soal agama. Memasukan
agama sebagai senjata untuk mencari perhatian kepada capres-cawapres tertentu serta
juga para masyarakat yang akan memilih.

Hal ini membuktikan bahwa banyak orang yang salah menempatkan agama di
meja politik. Bukannya menggunakan agama sebagai pedoman dan pegangan agar
dapat memenangkan pemilihan ini dengan cara yang adil dan jujur. Mereka yang
mengsalah gunakan nya malah menjadikannya alat untuk menarik perhatian orang
orang agar mau mengikuti dan menjadi sekutu.

Mungkin ada beberapa orang yang tidak menanggapi hal tersebut tetapi tidak
sedikit juga yang malah berkumpul dan menjadi satu kesatuan yang nantinya
menyerang karena pada dasarnya mereka telah dikompori untuk melakukan hal
tersebut.

Taktik yang digunakan oleh orang orang yang telah menyalahgunakan
penempatan agama tersebut adalah taktik yang nantinya membawa para orang orang
untuk mengalihkan mata mereka dari sesuau yang semu, palsu, dan menipu. Sesuatu
yang palsu itu bias berupa ketidakmampuan melakukan hal hal yang semestinya
atau terdapat tedensi untuk menutupi berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada.

Tujuan dari pelaksanaan taktik ini tidak lain untuk mengalihkan kelemahan
dan kekurangan yang capres cawapres tertentu da dapat ditutupi dengan politik
pengalihan semacam ini.


Agama dan Demokrasi dapat berjalan bersama di Indonesia

Terlepas dari apa yang telah terjadi pada saat pemilihan presiden 2014 dan
juga kejadian kejadian yang telah dilakukan oleh oknum oknum yang mempunyai
kelompok agam sendiri dan tujuan yang nantinya dapat menghancurkan demokrasi
dan bahkan Negara itu sendiri.
Dikutip dari satuislam.org tokoh islam liberal di Indonesia, Ulil Abshar
Abdalla, mengatakan agama dan demokrasi bias berjalan beriringan dalam satu
bangsa. Indonesia dimana sebagai Negara dengan mayoritas warganya beragama
Islam, namun bias menjalankan demokrasi selama 13 tahun.
Ulil juga menyatakan bahwa kalangan Islam di Indonesia sangat suportif
terhadap perkembangan Demokrasi.
Kalangan Islam pun antusias mendirikan partai dan ikut terus Pemilu dan
nggak putus asa. PKB, PPP, PKS, PBB. Elektabilitasnya tidak pernah sebesar Partai
Demokrat atau PDIP tapi mereka tidak pernah putus asa berjuang, ujar Ulil saat
dialog di DPP Partai Demokrat bertajuk Budaya Agama dan Demokratisasi, Jakarta,
Selasa 11 Maret 2014.
Beliau juga menyatakan bahwa jalan yang diambil Indonesia juga sudah
sangat baik. Dimana pemerintah mendukung kegiatan keagamaan dan berkeyakinan
tanpa dihalang halangi.
Walaupun tidak dipungkiri masih ada banyak kelompok kelompok yang
intoleran terhadap keyakinan, tetapi Indonesia sudah berada di jalan yang benar
karena menjamin kebebasan memeluk keyakinan sesuai dengan mandate konstitusi.
Demokrasi mempunyai prinsip bagus karena di dalamnya ada civilian right
dan political right. Demokrasi dan agama saling mendukung. Agama memperkaya
demokrasi dan demokrasi bukan sekedar Pemilu namun menyangkut nilai-nilai dan
budaya yang berkembang di masyarakat, tukas Ketua Divisi Pusat Pengembangan
Strategi dan Kebijakan Pengurus Pusat Partai Demokrat itu.

BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Terbukti bahwa agama dan demokrasi dapat bersatu dengan baik
Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya
demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan perlindundgan Hak Asasi
Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga
masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM
akan terwujud apabila hukum ditegakkan.
Agama seharusnya tidak dijadikan sesuatu yang dapat menjadikan perpecahan
antar sesame
Semua orang yang memiliki agama tidaklah menyalahgunakan agama itu
sendiri
Kebebasan dalam demokrasi juga tidak baik dan seharusnya dilaksanakan
dengan baik

SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik saran sebagai berikut:
Sebagai orang yang beragama seharusnya memahami tentang hukum hukum
agama dengan baik agara kedepannya dapat membantu ke jalan yang benar
Agama dapat menjadi pegangan dan pedoman bagi orang orang yang
memeluknya
Berpikir tentang konsekuensi yang akan didapat dan akibat yang akan
mempengaruhi orang orang sekitar
Tidak menyalahgunakan agama sebagai senjata untuk menyerang
Menjunjung tinggi demokasi
Dapat membaur dengan sesama yang berbeda
Tidaklah membentuk sebuah kelompok yang menjunjung pemikiran sendiri
dan selalu mencari masalah





DAFTAR PUSAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/22/relasi-antara-agama-dan-tindakan-
korupsi-sebuah-otokritik--535989.html

http://wikipedia.com

http://www.satuislam.org/nasional/agama-dan-demokrasi-bisa-berjalan-
bersama-di-indonesia/

Koran kompas Rabu, 26 Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai