Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DALAM ORGANISASI
A. Latar Belakang
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana
memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan
dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan
tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti
pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung
(cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di dalam proses pengawasan
juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap
pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap
Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan
Tindakan Koreksi.
Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk
merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan
apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut
dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat
langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang
terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi
bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi
diantaranya.



2

B. Permasalahan
1. Pengertian Koperasi
2. Laporan Keuangan Koperasi
3. Sistem Pengendalian Intern
4. Keberhasilan Usaha Koperasi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Koperasi
2. Untuk mengetahui Laporan Keuangan Koperasi
3. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Intern
4. Untuk mengetahui Keberhasilan Usaha Koperasi

D. Fungsi
1. Menambah wawasan penulis tentang pengambilan keputusan
2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca
3. Untuk memenuhi tugas makalah
E. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah study library.






3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Pengawasan
a. Pengertian
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan
organisasi dan manajemen tercapai. Definisi pengawasan yang dikemukanan oleh Robert J.
Mockler berikut ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan :
Pengawasan manajemn adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik,
membandingkan, kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang perlu untuk
menjamin bahawa sumber daya perusahaan dipergunakan dengan xara paling efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan-tujuan persusahaan.
b. Proses Pengawasan
Pertama kali orang harus menentukan standar-pengawasan pada pusat-pusat yang
strategis, oleh karena itu orang tidak dapat mengecek segalanya. Harus dibedakan hal apa yang
harus diawasi, hal apa yang tak dapat diawasi. Kemudia diadakan pengecekan dan laporan
kegiatan kerja. Dalam beberapa hal manajemen perlu meninjau hasil kerja karyawan. Laporan
tertulis harus dibut untuk pimpinan secara tepat dan teratur, terutama tentang adanya
penyimpangan-penyimpangan.
Manajemen karya T. Hani Handoko dijelaskan lima tahap dalam proses pengawasan.
Tahap 1 : Penetapan Standar
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukur yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tiga bentuk standar yang umum adalah:
4

1. Standar-standar phisik, meliputi kualitas barang, jasa, jumlah langganan, atau
kualitas produk.
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dam mencakup biaya
tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan
sejenisnya.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan harus diselesaikan.

Tahap 2 : Penetuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap kedua dalam pengawasan ini adalahmenentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat.

Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Ada berbagai cara unutk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu:
1. Pengamatan (observasi)
2. Laporan-laporan, baik lisan maupun tulisan.
3. Metoda-metoda otomatis
4. Inspeksi, pengujian (test)

Tahap 4 : Perbandingan Pelaksanaan Kegiatan dengan Standard an Analisa Penyimpangan
Tahap krisis dari pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walapun tahap ini paling
mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan adanya
penimpangan. Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar
tidak dapat dicapai.

5

Tahap 5 : Pengambiln Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menujukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.
Tindakan koreksi bisa berupa:
1. Mengubah standar mula-mula
2. Mengubah ukuran pelaksanaan.
3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpratasikan penyimpangan-
penyimpangan.

c. Macam-Macam Pengawasan
Pengawasan dapat dipusatkan dapat didesentralisir tergantung pada karyawannya.
Apabila karyawan ahlimaka dapat di desentralisir. Didalam buku Prinsip-Prinsip Manajemen
karangan George R. Terry pengawasan terbagi atas 4, yaitu:
1. Pengawasan produksi, yaitu agar hasil produksi sesuai dengan permintaan/pemuasan
langganan dalam jumlah, harga, waktu dan servis.
2. Pengawasan persediaan, yaitu menjamin tersedianya bahan dalam jumlah, harga,
waktu yang tepat sehingga proses produksi tidak terganggu.
3. Pengawasan kualita, yaitu menjamin agar kualitas hasil produksi, bahan dan bahan
proses memenuhi ukuran-ukuran standar yang telah ditentukan.
4. Pengawasan ongkos, yaitu menjamin agar produksi/operasi dijalankan dengan ongkos
minimum sesuai dengan standar.
Walaupun pengawasan mahal tetapi diharapkan agar hasil pengawasan akan dapat
memperbaiki kedudukan perusahaan karena penjualan dapat didorong karena kualita barang
lebih unggul dari saingan, atau harganya bersaing, dan lain-lain. Didalam pengawasan perlu
diperhatikan motivasi. Apabila motivasi kerja tidak cukup percuma saja dilakukan pengawasan,
karena akibatnya pelaksana akan berbuat sekehendak hati.
Sementara itu didalam buku Manajemen karya T. Hani Handoko pengawasan dibagi
dalam tiga tipe dasar, yaitu:
6

1. Pengawasan pendahuluan.
2. Pengawasanconcurrent.
3. Pengawasan umpan balik.
Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dirancang untuk mengantisipasi
masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi
pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan
mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent
control). Pengawasan ini sering disebut pengawasan Ya-Tidak, screening control, atau
berhenti-terus. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu atau syarat-syarat harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan
bisa dilanjutkan.
Pengawasan umpan balik(feedback control) juga dikenal sebagai past-action controls,
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan
dari rencana dan penemnuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang
akan dating. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

d. Pentinganya Pengawasan
Faktor-faktor yang menyebabkan pentingnya pengawasan adalah:
1. Perubahan yang selalu terjadi baik diluar maupun didalam organisasi,
memerlukan perencanaan dan tentu saja pengawasan.
2. Kekompleksan organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya
desentralisasi pengawasan.
3. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi
memerlukan pengawasan dan pembenahan.

7

e. Persyaratan Sistem Pengawsan
Agar supaya pengawasan itu efektif perlulah dipenuhi berbagai persyaratan, yaitu:[4]
1. Pengawasan haruslah memenuhi sifat serta kebutuhan kegiatan yang ada.
Walaupu ada teknik-teknik pengawasan umum seperti anggaran, titik impas,
waktu standar, dan lain-lain, organisasi perlu juga menyiapkan system
pengawasan khusus pada masing-masing bagian, seperti pengawasan kualita
untuk bagian produksi.
2. Pengawasan harus dapat memberikan laporan penyimpangan secepat
mungkin. Oleh karena itu perlu informasi yang baik agar data penyimpangan
cepat samapai kepada yang berkepentingan dan diputuskan dengan cepat
pula.
3. Pengawasan harus luwes. Walaupun rencana berubah, system pengawasan
tetap berjalan.
4. Pengawasan harus menyatakan pola organisasi. Setiap bagian perlu memper
tanggungjawabkan hasil-hasil kegiatannya.
5. Pengawsan haruslah ekonomis tidak memakan biaya besar.
6. Pengawasan haruslah mudah dimengerti maksud dan tujuannya, sederhana,
mudah diterapkan dan dilaksanakan.
7. Pengawasan haruslah menjamin tindakan perbaikan setelah didapati adanya
penyipangan, artinya harus mengandun prosedur memperbaiki penyimpngan.
8. Pengawasan harus berhubungan dengan tujuan tertentu dan yang telah
disetujui.
9. Pengawasan hendakanya mengadung hal-hal yang memotifasi pelaksana
tugas, artinya tujuan yang dicapai itu harus dapat tercapai, tidak terlalu
muluk.
10. Pengawasan perlu dibatasi, yaitu pada tempat dan waktu krisis saja tidak
perlu menyeluruh.


8

f. System Pengawasan Manajemen
System ini ditemukan oleh R.N. Anthony, dari Harvar Business School. Pengawasan
manajemen merupakan proses dengan mana manajemen dijamin mendapatkan serta sumber daya
secara efesien dan efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Pengawasan manajemen ditunjang oelh pengawasan operasional. Pengawasan
manajenem terdiri dari kegiatan-kegiatan: (a) membuat anggaran, (b) merencanakan arah staff,
(c) menentukan pelaksana, (d) merencanakan modal kerja, (e)membuat program pengiklanan,
(f)menentukan proyrk penelitian, (g)memilih perbaikan produk, (h)memutuskan penyusunan
kembali pabrik, (i)memutuskan investasi rutin, (j) membuat pedoman pengambilan keputusan
pengawasan oprasional, (k)mengukur, menilai dan memperbaikihasil oprasi manajemen.
Sedang pengawasan oprasional tersiri dari:
1. Pengawasan usaha menarik karyawan.
2. Pelaksanaan kebijakan.
3. Mengawasi pemberian kredit penjualan.
4. Mengawasi periklanan.
5. Menjadwalkan produksi.
6. Mengawasi persediaan.
7. Mengukur, menilai, memperbaiki efisiensi karyawan.

B. Pengendalian
Mengendalikan ialah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada obyek yang dituju dan merupakan alat untuk
menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai.
Pengendalian merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan suatu yang identik dan
apa saja yang dikendalikan. Pengendalian yang baik membantu memperlancar hubungan antar
manusia. Response manusianya terhadap langkah-langkah pengendalian merupakan kunci dari
sebuah pertimbangan. Usaha-usaha pengendalian dapat dan harus digunakan untuk mendorong
9

hubungan yang baik diantara para pegawai. Manajer-manajer yang efektif akan menggunakan
usaha pengendalian untuk menjadi informasi guna memuji pelaksana yang baik dan membantu
mereka memerlukannya dan menentukan jenis kebutuhan mereka.
Pengendalian juga umumnya diberlakukan terhadap berbagai jenis kegiatan seperti
pengendalian jenis produksi, pengendalian penjualan dan pengendalian pembelian. Pendekatan
lain yang mungkin lebih penting lagi diikuti oleh empat factor berikut: (a) kuantitas, (b) kualitas,
(c) waktu yang digunakan, dan (d) biaya.
Dua macam pendekatan tersebut saling berhubungan erat, misalnya pengendalian
produksi menekankan pada pengendalian kuantitas dan waktu yang digunakan. Ada beberapa
karakteristik lagi dari usaha pengendalian tersebut, yakni: Pertama, bahwa jenis pengendalian
yang digunakan harus sesuai dengan yang bersangkutan. Kedua, penyimpangan yang perlu
dikoreksi harus segera di-identifikasikan, bahkan sebelum terjadi, seperti dapat dilakukan
terhadap kualitas dengan mengunakan data-data statistic. Biaya pun harus ringan. Manfaat dari
usaha pengendalian bersifat relative dan tergantung dari urgensi kegiatang yang bersangkutan.
Beberapa jenis pengendalian dibahas dalam materi ini dan dianggap sebagai kunci
pengendalian manajemen. Pertama ialah pengendalian kuantitas yang bertujuan untuk
menertibkan arus barang atau jasa. Pengendalian kuantitas tersebut diperlakukan terhadap
berbagai lingkup operasional.
Tujuan dari pengendalian kuatitas ialah untuk menyediakan item0item barang
secukupnya degan biaya yang memadai dan selalu tersedia untuk memenuhi permintaan. Kita
berusaha menghindari:
1. Penjualan yang tidak berimbang dengan hanya menjual barang-barang yang mudah
dijual saja.
2. Penjualan barang-barang dari daerah-daerah yang kurang potensinya.
3. Langkanya fasilitas penjualan barang-barang didaerah, termasuk personil penjualan,
iklan, dan usaha-usaha promosi penjualan.
Untuk menyelenggarakan pengendalian kuantitas penjualan barang, akan timbul kesulitan
dalam menetapkan suatu unit kerja yang akan dikendalikan rencana dan hasil operasionalnya.
10

Kunci kedua dalam pengendalian manajemen ialah pengawasan kualitas. Dengan
meningkatnya perhatian terhadap produk yang peka presisinya, produk-produk missal dan
produk-produk bebas cacad, perlu diadakan pengawasan terhadap kualitasnya. Untuk menghidari
kesimpangsiuran dalam menafsirkan arti kata pengawasan kualitas, perlu dikemukakan bahwa
perngertian yang sebernanya ialah mengusahakan supaya kualitasnya memuaskan sesuai dengan
tujuan barangnya. Lebih tepatnya ialah:
a. Supaya harga barang konsisten dengan kualitasnya.
b. Hasilnya memuaskan dan dapat dipercaya.
Untuk maksud tersebut juga dapat dilakukan melalui pengawasan dalam bentuk inspeksi.
Inspeksi dilakukan terhadap bagian-bagian atau satuan produk yang harus memenuhi persyaratan
teknis. Apabila seluruh bagia yang diperiksa, ini disebut inspeksi 100%; apabila hanya sebagian
yang diperiksa, ini disebut inspeksi contoh.[7] Pengawasan kualitas dengan statistic, didasarkan
pada teori-teori stastik dan kemungkinan-kemungkinan yang didapat dari tes hasil contoh,
bersifat preventif dan dapat diperbaiki. Itu berarti pengawasan terhadap kualitas dengan statistic
dapat mencegah timbulnya barang-barang cacad










11

BAB III
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA
KOPERASI PEGAWAI

A . Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang mengandung
makna bekerja. Jadi, secara harfiah koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerja sama
yang beranggotakan orang-orang maupun badan-badan dimana ia memberikan kebebasan
untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya (Anoraga 2002:1).
The International Labour Organization (ILO) mendefinisikan koperasi sebagai suatu
perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui
suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing
memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia
menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan
(Sitio 2001:16).
Sedangkan pengertian koperasi menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian, pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI) merupakan suatu badan koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya.
12


B. Laporan Keuangan Koperasi

Laporan keuangan merupakan bagian laporan pertanggungjawaban pengurus selama
satu periode akuntansi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai hasil
kerja dan prestasi koperasi. Oleh karena itu, laporan keuangan koperasi harus dapat
mencerminkan tujuan koperasi (Sitio 2001:107).
Dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Tahun 2002 disebutkan bahwa laporan
keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas,
Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
1. Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi
pada waktu tertentu.
2. Perhitungan Hasil Usaha

Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan
beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan
hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang
diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non
anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha
koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih
ditentukan pada manfaat bagi anggota.
13


3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang
meliputi saldo awal kas, sumber penggunaan kas, pengeluaran kas, dan saldo kas akhir
pada periode tertentu.

4. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan
manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan
tersebut mencakup empat unsur, yaitu :
a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.
b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.
c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian SHU.

5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosure) yang
memuat perlakuan akuntansi dan pengungkapan informasi lain.
(IAI 2002:12-14).

C. Sistem Pengendalian Intern
a. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Tunggal (1995:1) pengendalian intern meliputi organisasi dan semua
metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk
mengamankan kekayaan, memelihara kecermatan dan sampai seberapa jauh dapat
dipercayanya data akuntansi.
14


Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-
ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen (Mulyadi 1997:165)
Sedangkan menurut Dep.Kop dan UKM (2002:162) pengendalian intern dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komis (pengawas pada
koperasi), manajemen (pengurus dan manajer/direksi), personel organisasi (koperasi,
perusahaan) yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan organisasi : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas
dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari pengertian pengendalian intern tersebut di atas, terdapat beberapa konsep dasar
sebagai berikut :
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
3. Pengendalian intern diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan yang
memadai, bukan keyakinan mutlak.
4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tiga golongan tujuan yang
saling terkait, yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi.
15

Tujuan sistem pengendalian intern yang efektif dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi.
2. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya.
3. Untuk menggalakan efisiensi usaha.
4. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah digariska. (Tunggal
1995:2)

b. Penanggung Jawab Sistem Pengendalian Intern
Seluruh stakeholders koperasi sangat berkepentingan dengan pencapaian
tujuan koperasi. Oleh karena itu pada dasarnya semua stakeholders bertanggung
jawab atas implementasi pengendalian intern yang memadai di koperasi. Namun yang
paling bertanggung jawab pihak internal koperasi, yaitu :
1. Pengawas
2. Pengurus, Manajer/Direksi
3. Auditor Intern
4. Personel Koperasi
Sedangkan pihak ekstern yang merupakan bagian dari stockholder yang
terkait langsung dengan fungsi pengendalian intern adalah anggota (rapat anggota) dan
auditor independen. Anggota bertanggung jawab dalam mematuhi ketentuan, sistem
dan prosedur bilamana menemukan praktik- praktik tidak sehat dalam pengelolaan
aktivitas koperasi. Auditor independen bertanggung jawab dalam menentukan memadai
tidakn
16

pengendalian intern untuk mengurangi lingkup pengujian (Dep.Kop dan UKM
2002:165-166).

c. Diterapkannya Sistem Pengendalian Intern
Alasan diterapkannya sistem pengendalian intern adalah :
1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi bagian komplek dan meluas
sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam laporan dan
analisis-analisisnya yang banyak jumlahnya.
2. Pengawasan dan penelitian yang melihat pada sistem pengendalian intern yang
baik mampu melindungi terhadap kelemahan manusia dan mengurangi
terhadap kelemahan manusia serta mengurangi kemungkinan kesalahan atau
ketidakberesan yang akan terjadi.
3. Tidak praktis apabila akuntan untuk memeriksa secara keseluruhan dengan
keterlibatan uang tanpa mempercayai sistem pengendalian intern (Artadi 1990:2).

d. Membangun Elemen Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (1997:166) unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi koperasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi.
17


b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Dan
prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat
dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan
praktik yang sehat adalah :
a. Penggunaan formulir bernomor urut yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi.
d. Perputaran jabatan (job rotation).
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan
catatannya.
18




g. Pembentukan unit organisasi (staf pemeriksa intern) yang bertugas untuk
mengecek efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya dapat
ditempuh dengan cara sebagai berikut :
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,
sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
Sedangkan menurut Dep.Kop dan UKM (2002:170) pengendalian intern hanya
dapat diimplementasikan dengan baik, apabila koperasi mampu membangun elemen-
elemen pengendalian yang memadai. Terdapat lima elemen pokok pengendalian intern,
yaitu : (1) lingkungan pengendalian, (2) penaksiran risiko, (3) informasi dan komunikasi,
(4) aktivitas pengendalian, dan (5) pemantauan.
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan atmosfer yang menciptakan suasana yang
koheren mengenai pengendalian dalam satu organisasi (koperasi). Oleh karena
lingkungan pengendalian merupakan atmosfer atau iklim dalam organisasi koperasi,
maka lingkungan pengendalian tersebut akan dibentuk oleh berbagai faktor, antara lain
adalah :
19




a. Nilai integritas dan etika
Menurut Yusuf (2001:258) untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai
etika diantara para personel suatu organisasi, pengurus dan manajemen puncak koperasi
harus bertanggung jawab dalam
a) Menciptakan iklim dengan memberikan contoh. b) Mengkomunikasikan kepada
seluruh karyawan.
b) Memberi pedoman moral kepada para karyawan yang karena latar belakang
moralnya yang buruk.
c) Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang tidak jujur,
melanggar hukum dan bertindak tidak etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Pengurus harus mempunyai komitmen terhadap kompetensi, yaitu mencakup
pendidikan, pengalaman, pengetahuan, pelatihan dan ketrampilan dalam memberikan
penugasan dan pengembangan kemampuan personel koperasi.
c. Pengawas
Pengawas harus menjalankan fungsi pengawasan secara teratur dan efektif untuk
menilai kinerja pengendalian. Dan untuk meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan,
koperasi dianjurkan untuk diaudit oleh auditor independen. Penunjukkan auditor
independen ditunjuk oleh pengawas.
20




d. Filosofi
Filosofi merupakan keyakinan dasar mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan
tidak dilakukan dalam membangun organisasi (bisnis koperasi). Dengan menanamkan
filosofi integritas ini para personel dituntut untuk membina hubungan dengan anggota,
para pemasok dan mitra bisnis koperasi atas dasar kejujuran dan saling membutuhkan.
e. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab
Struktur organisasi merupakan rerangka mengenai jenjang organisasi, tatanan tingkat
wewenang dan pembebanan tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi pada
setiap tingkat struktur jabatan.
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Pengurus mempunyai tanggung jawab untuk memberikan kompensasi dan penghargaan
yang sebanding dengan prestasi karyawan untuk memunculkan praktik-praktik yang
sehat.
g. Kesadaran pengendalian
Kesadaran pengendalian menunjukkan tingkat kepekaan pengurus terhadap
kelemahan pengendalian yang sedang berjalan.

2. Penaksiran risiko
Pengurus harus dapat menaksir risiko, yang mencakup: mengidentifikasi,
menganalisis dan mengelola risiko pengendalian intern. Risiko pengendalian dapat
timbul akibat perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi koperasi, dan akibat
21


lain adalah penambahan bidang usaha baru, atau jenis transaksi baru yang memerlukan
sistem dan prosedur baru.
Sedangkan perubahan lingkungan bisnis antara lain perubahan dalam
peraturan perundang-undangan atau ketentuan pemerintah mengenai
industri dan perdagangan, yang mengharuskan setiap produsen memiliki standar industri,
perubahan sistem pengolahan data dari manual ke sistem berbasis komputer.
3. Informasi dan komunikasi
Pengendalian intern ditujukan untuk meningkatkan kualitas dari sistem informasi
akuntansi. Kualitas sistem informasi akuntansi yang dihasilkan akan berdampak
terhadap kemampuan pengurus mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola
dan mengendalikan sumber- sumber ekonomi (aktiva) koperasi, dan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan koperasi. Sedangkan komunikasi
menyangkut penyampaian informasi kepada personel di dalam koperasi dan
kepada pihak luar yang berkepentingan. Disamping itu komunikasi juga
menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung
jawab masing-masing individu berkenaan dengan struktur pengendalian intern atas
pelaporan keuangan.
4. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang untuk memberikan keyakinan
bahwa tindakan atau aktivitas yang diperlukan
22




telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Aktivitas pengendalian meliputi
beberapa aspek, yaitu :
a. Kebijakan manajemen

Setiap fungsi operasi dalam koperasi memerlukan kebijakan manajemen, agar
fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, dan dapat mencapai tujuan koperasi.
b. Pemisahan fungsi
Pengendalian intern yang memadai menghendaki pembagian wewenang dan
pemisahan fungsi otorisasi dengan fungsi pencatatan dan dengan fungsi pelaksana atau
penyimpanan aktiva.
c. Pengendalian pengolahan informasi
Bagian akuntansi yang menyelenggarakan fungsi pengolahan dan pencatatan
transaksi untuk menghasilkan informasi akuntansi harus dikendalikan secara baik,
karena output dari fungsi ini merupakan media pertanggungjawaban pengurus dan
sumber utama informasi dalam pengambilan keputusan bisnis.
d. Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan
Aktiva yang memiliki wujud fisik, termasuk catatan-catatan akuntansi harus dikendalikan
dengan melindungi fisiknya dari berbagai risiko, baik karena gangguan alamiah
maupun karena kecurian oleh pihak tertentu dengan maksud mengacaukan
pertanggungjawaban pengurus.
23

e. Prosedur operasi
Prosedur operasi ini mencerminkan fungsi, penggunaan formulir pembukuan dan
penggunaan catatan akuntansi yang menjamin ketelitian dan keamanan serta
keakuratan data akuntansi.
f. Pengecekan secara independen
Pengecekan yang independen adalah pengecekan aktivitas seseorang oleh seseorang
atau beberapa orang lain yang tidak melakukan aktivitas tersebut.
g. Review atas kinerja
Review atas kinerja adalah penilaian yang dilakukan oleh pengurus atau manajemen
tingkat atas dari koperasi atas kinerja para manajer unit, kepala bagian dan personel
yang dibebani tanggung jawab tertentu.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian intern
sepanjang masa. Hal itu menyangkut penilaian tentang rancangan dan pelaksanaan
operasi pengendalian oleh orang tepat untuk setiap periode waktu tertentu, untuk
menentukan bahwa sistem pengendalian intern telah berjalan sesuai dengan
yang dikehendaki dan modifikasi yang diperlukan karena adanya perubahan-
perubahan kondisi telah dilakukan
Pengurus mempunyai tanggung jawab memantau sepanjang waktu atau secara terus-
menerus tentang apakah sistem pengendalian intern yang ada masih efektif atau
tidak. Bilamana koperasi diaudit oleh
24

auditor independen, auditor tersebut akan melakukan penelahaan mengenai
pengendalian intern yang ada, dan jika terdapat kelemahan ia bertanggung jawab
menyampaikan kepada pengurus. Informasi dari auditor tersebut dijadikan bahan
pertimbangan oleh pengurus dalam mengembangkan atau merevisi pengendalian intern
yang ada.(Dep.Kop dan UKM 2002:170-190).

e. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
Efektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tepat atau untuk
menyesuaikan sesuatu dengan baik. Hal ini mencakup pemilihan sasaran yang paling
tepat dan pemilihan metode yang sesuai untuk mencapai sasaran tersebut (Handoko
1995:7).
Efektivitas sistem pengendalian intern diartikan sebagai kemampuan sistem
pengendalian intern yang direncanakan dan diterapkan agar mampu mewujudkan
tujuannya yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi. Tercapainya tujuan
tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya unsur-unsur sistem pengendalian intern
dalam pengelolaan koperasi secara efektif dan efisiensi.

D. Keberhasilan Usaha Koperasi
a. Pengertian Keberhasilan Usaha
Keberhasilan berasal dari kata dasar hasil yang artinya sesuatu yang diadakan, dibuat
atau dijadikan oleh usaha, dan berhasil artinya mendatangkan hasil tercapainya
maksud (Poerwadarminta 2002:348).
Sedangkan usaha artinya kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau
25

badan untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta 2002:1136). Dari uraian
tersebut keberhasilan usaha dapat diartikan suatu kondisi atau keadaan tercapainya
suatu maksud atau tujuan yang telah dikerjakan oleh suatu badan, tenaga, dan pikiran.
Menurut Thoby (1992:89) pertumbuhan (keberhasilan) usaha dilihat sebagai usaha
peningkatan dalam kuantitas asset usaha, jasa, pendapatan, SHU, simpan pinjam,
kekayaan, modal sendiri. Secara umum, variabel kinerja koperasi yang diukur untuk
melihat perkembangan atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia sebagai badan
usaha terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per propinsi, jumlah koperasi per
jenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan non aktif), keanggotaan,
volume usaha, permodalan, asset, dan Sisa hasil Usaha (Sitio 2001:137).
Sedangkan menurut Dep.Kop. dan PK & M (1997:23) pertumbuhan atau keberhasilan
usaha merupakan suatu kondisi atau keadaan bertambah majunya suatu maksud
dalam suatu kegiatan yang dilihat dari volume usaha, nett asset dan laba bersih.
Dari pengertian di atas keberhasilan usaha dapat diartikan suatu kegiatan dengan
mengerahkan tenaga dan pikiran agar terjadi perubahan yang lebih baik atau
bertambah maju, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.
Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keberhasilan usaha KPRI adalah
tercapainya tujuan secara kelembagaan dan kegiatan usaha yang telah direncanakan
olehKPRI .
26


b. Usaha Meningkatkan Keberhasilan Usaha Koperasi
Agar supaya koperasi dapat terkelola dengan baik, dapat bertahan dan berkembang
dalam melangsungkan usaha-usahanya maka perlu diperhatikan usaha mempertinggi
tingkat efisiensi koperasi itu sendiri. Koperasi harus mampu menangani bidang-bidang
usahanya dengan biaya atau pengeluaran yang sehemat-hematnya, yaitu dengan cara
harus sanggup menghindarkan pemborosan-pemborosan. Beberapa pedoman
untuk meningkatkan keberhasilan usaha koperasi, diantaranya yaitu :
a. Penghematan pengeluaran
Modal dan investasi-investasi yang diperoleh koperasi untuk mengembangkan usaha-
usahanya harus benar-benar dipelihara dan dipertanggungjawabkan secara terbuka.
Penggunaan modal harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan
pengeluaran- pengeluaran (inputs) yang sehemat-hematnya, sehingga keberhasilan
usaha akan tercapai.
b. Perencanaan usaha
Perencanaan usaha harus benar-benar dipertimbangkan dan diperhitungkan.
Penyusunan rencana usaha yang mantap sebaiknya diserahkan kepada
anggota pengurus yang memiliki skill dan pengalaman luas
dengan dasar keputusannya demi keberhasilan dan perkembangan usaha koperasi.
27


c. Produktivitas/peningkatan hasil per kapita
Dalam hal ini usaha yang dijalankan koperasi harus dapat mendorong para
anggotanya agar bergairah kerja, sehingga peningkatan- peningkatan hasil akan
diperoleh dan hal ini berarti diperolehnya peningkatan pendapatan oleh para anggota.
d. Usaha koperasi dengan gambaran jelas bagi kemudahan pemasaran dan kemantapan
harga
Kegairahan berproduksi sangat berkaitan dengan usaha koperasinya yang menjamin
pemasaran yang mudah dan perolehan harga yang wajar dan memuaskan para
anggotanya. Untuk mempertahankan kegairahan berproduksi para anggotanya, koperasi
harus mempertahankan pula gairah para konsumen untuk membeli poduk- produk
jadi dengan memenuhi kuota yang ditentukan. (Kartasapoetra 2002:7-10).

c. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Koperasi
Koperasi untuk dapat mengembangkan usahanya perlu mengingat akan efektivitas
dan efisiensi usaha. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
usaha adalah :
a. Efisiensi proses usaha
Sebagai bentuk usaha koperasi juga harus melaksanakan fungsi-fungsi yang dimaksud
seperti fungsi pembelanjaan, produksi, pemasaran, personalia dan administrasi
28


b. Loyalitas anggota
Loyalitas anggota tercermin pada kesetiaan anggota sebagai pelanggan koperasi,
memenuhi kewajiban dan melaksanakan hak keanggotaannya dalam segala bentuk
kegiatan didalam tata kehidupan koperasi.
c. Penawaran yang cukup
Barang-barang yang dibutuhkan oleh anggota ataupun kepentingan lainnya yang
sesuai dengan bidang usaha koperasi hendaknya cukup tersedia di koperasi,
sehingga mereka tidak perlu mencarinya diluar koperasi. Tersedianya semua barang
barang kebutuhan anggota di koperasi akan mendidik anggota menjadi pelanggan
yang setia.
d. Persaingan
Keberadaan bentuk usaha lain di luar koperasi, memaksa koperasi untuk bersaing. Oleh
karena itu, koperasi harus peka terhadap pengaruh- pengaruh persaingan itu didalam
upaya mengendalikan usahanya.
e. Harga eceran
Perbedaan harga eceran koperasi dengan harga eceran di pasar merupakan
salah satu sumber koperasi untuk meningkatkan tabungan anggota di koperasi
(Widiyanti 1992:96).
Asrori (1992) dalam penelitian tentang Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Usaha KUD Sebagai Badan Usaha Ekonomi diperoleh
hasil bahwa keberhasilan usaha KUD yang diukur dari aspek keuangan dipengaruhi
oleh :
29


1. Faktor internal meliputi :
a. Aspek anggota
b. Aspek usaha
c. Aspek manajemen
2. Faktor eksternal meliputi :
a. Aspek lingkungan alam
b. Aspek lingkugan ekonomi

Sedangkan menurut Apsari (1987:5) berhasil tidaknya pengelolaan koperasi
tergantung dari berbagai faktor, namun demikian untuk mencapai keberhasilan setiap
koperasi harus berpedoman pada tiga sehat. Adapun pedoman tiga sehat itu meliputi :
a. Sehat organisasi yaitu kerja sama yang teratur, disertai pembagian tugas yang
jelas.
a. Sehat usaha yaitu koperasi merupakan organisasi ekonomi rakyat yang
dalam menjalankan usahanya harus berdasarkan prinsip ekonomi,
sehingga tercapai tingkat efisiensi sesuai dengan rencana.
b. Sehat mental merupakan dasar utama dari kokohnya koperasi. Tanpa
adanya dukungan sehat mental, suatu koperasi meskipun memenuhi dua sehat
sebelumnya, belum dapat dikatakan sempurna dan memenuhi harapan.

c. Cara Mengukur Keberhasilan Usaha Dalam Koperasi
Sampai saat ini belum ada suatu ukuran keberhasilan yang mantap mengenai
lembaga ekonomi koperasi sebagai badan usaha ekonomi
masyarakat. Ukuran keberhasilan sebenarnya sangat penting diperlukan untuk dapat
mengarahkan kegiatan koperasi secara komprehensif dan terpadu agar dapat
mengembangkan suatu badan usaha ekonomi yang mendukung keterlanjutan
pembangunan yang lebih tepat, efektif dan efisien.
30

Menurut Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha kecil (1997:23) untuk
mengukur kriteria pertumbuhan atau perkembangan usaha suatu koperasi digunakan
pengukuran sebagai berikut :


d. Kerangka Berpikir
KPRI adalah koperasi primer yang anggotanya para pegawai negeri di
Indonesia. Dengan dibentuknya koperasi ini diharapkan pegawai mampu
berpartisipasi secara nyata dalam pembangunan sesuai dengan kemampuan
masing-masing dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya serta
masyarakat luas pada umumnya. KPRI merupakan badan usaha yang harus dikelola
dengan baik sebagai layaknya badan usaha lain.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya dikelola secara lebih profesional.
Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban dan
informasi yang relevan serta dapat diandalkan. Laporan pertanggungjawaban harus dapat
mencerminkan bagaimana pengurus koperasi mendesain pengelolaan
31

usaha agar semua kekayaan koperasi aman dari semua tindakan yang dapat
merugikan dan penggunaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Sehingga kepercayaan para pihak terhadap koperasi dapat ditumbuhkembangkan.
Kepercayaan pihak luar, dapat menjadikan koperasi memperoleh berbagai
dukungan dari anggota yang meliputi dukungan modal, dukungan usaha sehingga usaha-
usaha koperasi menjadi lebih berkembang.
Dengan implementasi pengendalian intern yang memadai diharapkan
keamanan atas kekayaan koperasi dan pengelolaan usaha koperasi dapat
berkembang dengan baik tanpa adanya kecurangan dari pihak manapun. Dengan tidak
adanya kecurangan berarti jika koperasi memperoleh laba/SHU, maka anggota akan
menerima bagiannya sesuai dengan prinsip yang berlaku (Dep.Kop dan UKM
2002:155). Jadi, dengan mengimplementasikan sistem pengendalian intern yang
memadai diharapkan koperasi dapat memperoleh laba/SHU yang sesuai dengan
kemampuannya. Sehingga dapat mendorong koperasi untuk mencapai keberhasilan
usahanya, dalam hal ini peningkatan perolehan laba. Keberhasilan usaha merupakan
suatu kondisi atau keadaan bertambah majunya suatu maksud dalam suatu kegiatan
pada koperasi yang dapat dilihat dari aspek omzet/volume usaha, nett asset dan SHU
(Dep.Kop dan PK & M 1997:23).
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa sistem
pengendalian intern yang memadai akan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha
koperasi.
32

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan
balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan.
Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan (preliminary
control),Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back
(feed back control). Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan),
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan
standard dan penganalisa penyimpangan penyimpangan, Pengambilan tindakan koreksi.
Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan
kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, Kebutuhan
manager untuk mendelegasikan wewenang, Komunikasi dan Menilai informasi dan mengambil
tindakan koreksi.
Perancangan proses pengawasan diantaranya yaitu; Merumuskan hasil yang di inginkan,
Menetapkan penunjuk hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jaringan
informasi dan umpan balik dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Bidang
strategik dalam pengawasan ialah Transaksi Keuangan, Hubungan Manajer dan Bawahan, dan
Operasi-operasi Produktif. Alat-alat pengawasan yang paling umum ialah Manajemen
Pengecualian (Management by Exception), Management Information System (MIS), Analisa
Rasio dan Penganggaran.

4.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada
pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang
terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.
33

Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi yang baik
antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu
terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan
perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan
organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
















34

Daftar Pustaka

George R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993.
George R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993.
George R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993.
Handoko T. Hani, Manajemen, BPFE, Yogyakarta: Yogyakarta, 1986.
Koont & ODonnell, op,cit.,
Reksohadiprodjo Sukanto, Dasar- Dasar Manajemen, BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta, 1992.
Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar- Dasar Manajemen, BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta, 1992,
T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta: Yogyakarta, 1986,
T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta: Yogyakarta, 1986,
Terry George R. Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993

Anda mungkin juga menyukai