Anda di halaman 1dari 15

PERBANDINGAN KEP-01/PJ.

07/1993
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep.01/PJ.7/1990 berisi tentang Pedoman
Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax haven countries.
Pedoman ini merupakan tambahan atas keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Kep.01/ PJ.7/ 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.

Dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh Tahun 1984 disebutkan bahwa
hubungan istimewa dianggap ada :
a. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan :
1. Hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan
atau penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
2. Hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih
pada pihak yang lain, atau hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai
penyertaan 25% atau lebih pada dua pihak atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir.
b. Dalam hal Wajib Pajak adalah orang pribadi atau perseorangan :
Keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau
keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan ke samping satu
sederajat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan istimewa dapat terjadi :
1. antara pihak-pihak yang bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia;
2. antara pihak yang bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia dengan pihak yang bertempat tinggal/kedudukan di luar Indonesia.

Untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak antara lain melalui penentuan harga
yang tidak wajar, dalam perundang-undangan perpajakan telah terdapat ketentuan-
ketentuan yang memberikan wewenang kepada aparat pajak untuk melakukan koreksi
terhadap transaksi yang tidak wajar dengan pihak lain yang mempunyai hubungan
istimewa.
Oleh karena itu dalam pemeriksaan pajak untuk menghitung berapa sebenarnya pajak
terhutang atas transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa (related parties) terutama antara Wajib Pajak Dalam Negeri
(Indonesia) dengan Wajib Pajak (pihak) yang berkedudukan di Tax haven Countries,
Pemeriksa perlu menentukan harga yang wajar (arm's length price) atas transaksi-
transaksi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Penentuan harga barang;
2. Penentuan imbalan atas jasa, imbalan karena penggunaan harta atau hak;
3. Perhitungan pembebanan biaya tidak langsung yang dialokasikan dari kantor
pusatnya, seperti biaya pengawasan, administrasi/sekretariat, perencanaan dan
sebagainya;
4. Penentuan besarnya bunga pinjaman.

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax
haven countries, harus dipelajari kemungkinan adanya over dan under invoicing.

a. Mempelajari Laporan pemeriksaan terdahulu
1. Menganalisa SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak
Rasio Laba Kotor dan Laba Bersih
Rasio Operasi
Rasio Tingkat Hasil Aktiva (ROA)
Perputaran Persediaan
Rasio Laba Bersih terhadap Biaya Operasi
Rasio Hutang terhadap Modal Sendiri

2. Identifikasi Masalah
a) Perusahaan-perusahaan dan pihak yang terkait dalam praktek
pembebanan harga yang tidak wajar;
b) Kebijaksanaan dan metode pembebanan harga dari perusahaan-
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan kemungkinan
motivasinya;
c) Tipe- tipe transaksi yang dipengaruhi oleh praktek-praktek
pembebanan harga yang tidak wajar;
d) Produk-produk khusus yang dipengaruhi oleh praktek-praktek
pembebanan harga yang tidak wajar;
e) Kasus-kasus harga yang dit inggikan (over pricing) dan harga yang
direndahkan (under pricing) dalam transaksi dalam negeri dan
impor/ekspor.
3. Melakukan Pengenalan Usaha
1) Mempelajari hasil pengisian jawaban daftar pertanyaan untuk
mengetahui gambaran organisasi pihak-pihak yang terkait dan sifat
keterkaitan dan ketergantungan
2) Sumber-sumber informasi sebagai pembanding (business news,
brosur, Badan Pengembangan Ekspor Nasional, SGS/Ditjen Bea
Cukai, BPS, dll)
4. Menentukan Ruang Lingkup Pemeriksaan
5. Penyusunan Program Pemeriksaan
6. Menentukan Buku, Catatan, Dokumen yang akan dipinjam
Laporan Keuangan Konsolidasi
Perjanjian Lisensi
Perjanjian franchise
Perjanjian Kredit
Kontrak Penjualan/pembelian
Perjanjian Pembebanan Biaya Bersama
7. Menyediakan Sarana Pemeriksaan

b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Dalam melakukan Penilaian Sistem Pengendalian Intern
2. Dalam melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga
Sumber-sumber informasi
Pihak-pihak yang terkait dengan wajib pajak yang diperiksa
Laporan pemeriksaan yang sudah ada
3. Pembuatan laporan pemeriksaan pajak
Laporan Pemeriksaan Pajak sebagai ikhtisar hasil pemeriksaan Wajib Pajak
dengan hubungan istimewa, harus mengungkapkan dengan jelas :
Bagian Umum : Mengenai gambaran kegiatan Wajib Pajak.
Harus jelas menggambarkan bagan organisasi perusahaan yang
terkait tentang :
- sifat keterkaitan;
- nama perusahaan/pihak yang terkait;
- kepemilikan saham;
- lokasi dan alamat;
- arus transaksi dan kegiatan;
- penjelasan yang penting mengenai hubungan istimewa.
Bagian Umum : Mengenai daftar lampiran. Sedapat mungkin
dilampirkan :
- Laporan Keuangan Konsolidasi, dan
- Perjanjian-perjanjian penting
Bagian Umum : Mengenai Data Informasi yang tersedia. Harus
dijelaskan data yang dikumpulkan dari pihak ketiga sebagai
pembanding maupun pembuktian dalam pemeriksaan
Bagian Pelaksanaan Pemeriksaan : Mengenai Penilaian Pemeriksa
atas pos-pos yang diperiksa. Harus jelas mengungkapkan penilaian
pos yang diperiksa sehubungan dengan metode-metode pembebanan
harga yang t idak wajar yang dilakukan Waj ib Pajak serta pengaruh-
pengaruh lainnya yang penting.
Bagian Kesimpulan : Mengenai usul sebagai hasil kesimpulan
pemeriksaan. Kemungkinan pengusulan pemeriksaan pada pihak yang
terkait sehubungan dengan kurangnya informasi yang tersedia dalam
penentuan penghasilan dari Wajib Pajak yang diperiksa.
c. Teknik Pemeriksaan (sama dengan pedoman pemeriksaan pajak)
d. Metode-metode Pemeriksaan Kewajaran Harga
Metode harga pasar sebanding (Comparable uncontrolled price method)
Metode ini diterapkan dengan pembandingan harga transaksi dari pihak
yang ada hubungan istimewa tersebut dengan harga transaksi barang
sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa
(pembanding independen).
Metode ini dapat digunakan dalam hal :
- Terdapat penjualan/pembelian kepada pihak yang ada hubungan
istimewa maupun kepada pihak lain yang tidak ada hubungan istimewa;
- Jenis produk sebagai obyek transaksi relatif sama.

Metode harga jual minus (Sales minus/Resale price method);
Metode ini dapat dipergunakan dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa
bergerak dalam bidang usaha perdagangan yaitu produk yang telah dibeli
dijual kembali ( resale) kepada pihak lainnya. Harga yang terjadi pada
penjualan kembali tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) Wajar
(yang mencerminkan jumlah untuk menutup biaya-biaya dan laba dari si
penjual kembali) merupakan harga jual wajar.

Metode ini dapat dipakai dalam hal :
- Tidak ada transaksi dengan pihak yang tidak ada hubungan istimewa
yang dapat digunakan sebagai pembanding misalnya pada sistem
pemasaran dengan keagenan tunggal.
- Terdapat data harga penjualan kembali barang yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa.
- Tidak terdapat proses perubahan barang yang menambah nilai.
- Pihak pembeli dan penjual dalam hubungan istimewa tidak menambah
harga yang besar pengaruhnya terhadap nilai barang tersebut.

Metode harga pokok plus (Cost plus method);
Metode ini umumnya digunakan pada usaha pabrikasi yang menjual
produk kepada afiliasinya untuk diproses lebih lanjut .
Perhitungan harga wajar dengan metode ini dilakukan dengan
menambahkan tingkat laba kotor wajar kepada biaya produksi. Data
persentase laba kotor wajar dapat diperoleh dari :
- Penjualan kepada pihak ketiga yang independen dari penjual yang juga
melakukan penjualan terhadap afiliasinya.
- Penjualan oleh pihak-pihak yang independen.
- Komisi yang diterima oleh suatu agen pembelian dalam hal fungsi
penjualan yang dilakukan oleh penjual adalah sama dengan fungsi
penjualan yang dilakukan oleh agen pembelian tersebut.
- Persentase laba kotor dari perusahaan sejenis.

Metode lainnya yang dapat diterima.

Dalam pelaksanaannya Pemeriksa dapat menggunakan lebih dari satu metode
sehingga diperoleh gambaran mengenai perhitungan harga wajar yang lebih
realistis, khususnya dalam hal data pembukuan kurang lengkap.

PER 22/PJ/ 2013

A. Perdagangan Internasional dan Perusahaan Multinasional
Upaya penghindaran pajak yang dilakukan melalui transaksi yang terjadi antara
perusahaan multinasional yang tergabung dalam suatu grup usaha yang
berkedudukan di Negara yang berbeda-beda dapat dilakukan antara lain dengan
melakukan pergeseran laba (profit shifting) dari suatu Negara ke Negara lain
melalui transaksi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa yang
berkedudukan di Negara yang berbeda (cross border transaction). Pergeseran
laba juga dapat terjadi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
yang berkedudukan di Negara yang sama (domestic transactions) dengan cara
memanfaatkan perbedaan tariff pajak yang disebabkan antara lain, dalam hal
perlakuan pengenaan pajak final dan non final pada sector usaha tertentu,
perlakuan pengenaan pajak penjualan atas barang mewah, atau transaksi yang
dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor Kerjasama Migas.

B. Hubungan Istimewa
Konsep hubungan istimewa diatur dalam Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang
Pajak Penghasilan dan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai yang menyatakan bahwa hubungan istimewa dianggap ada apabila :
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
minimal 25% pada wajib pajak lain
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak
langsung (baik penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi)
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Untuk Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang pertambangan minyak
dan gas bumi, pertambangan umum, dan pertambangan lainnya adalah
berdasarkan kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau perjanjian kerjasama
pengusahaan pertambangan yang masih berlaku sampai dengan berakhirnya
kontrak atau perjanjian kerjasama tersebut.

C. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
Transaksi antara pihak-pihak yang independen adalah transaksi yang
mencerminkan kekuatan pasar dan mencerminkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha. Untuk menghindari penghindaran pajak atas transaksi yang
dilakukan oleh pihak yang berafiliasi maka Direktur Jenderal Pajak diberi
kewenangan untuk menguji penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
pada transaksi afiliasi tersebut.

Jenis transaksi afiliasi, antara lain :
a) Transaksi penjualan, pembelian, pengalihan, serta pemanfaatan harta
berwujud
b) Transaksi pemberian jasa intra-grup
c) Transaksi pengalihan dan pemanfaatan harta tak berwujud
d) Transaksi pembayaran bunga
e) Transaksi penjualan atau pembelian saham

TAHAPAN PEMERIKSAAN TRANSFER PRICING

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

A. Tahapan Persiapan Pemeriksaan Transfer Pricing
Pemeriksa Pajak harus mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak terkait
hubungan istimewa dengan lawan transaksinya.

B. Tahapan Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemeriksa Pajak perlu memperhatikan dokumen yang menjadi dasar penerapan
prinsip kewajaran dan kelaziman usaha pada transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.

1) Menentukan Karakteristik Usaha Wajib Pajak
Untuk mempermudah dalam pemilihan pembanding yang andal. Langkah-
langkah dalam penentuan karakteristik, antara lain :
a. Mengidentifikasi karakteristik transaksi afiliasi Wajib Pajak
1. Kondisi yang mempengaruhi industry
a) Karakter industri dan pasar dimana Wajib Pajak berbisnis
b) Kondisi kompetitif Wajib Pajak dan identifikasi competitor
c) Factor-faktor ekonomis dan regulasi yang mempengaruhi bisnis
Wajib Pajak
2. Kondisi transaksi afiliasi
a) Jenis dan nilai transaksi afiliasi
b) Saat transaksi afiliasi terjadi (waktu dan frekuensi transaksi)
c) Syarat-syarat perjanjian
d) Syarat-syarat kontrak
e) Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi afiliasi dan hubungan
antar pihak tersebut
f) Mata rantai transaksi
3. Karakteristik Wajib Pajak sebagai bagian dari Perusahaan Grup
a) Struktur organisasi Wajib Pajak di dalam grupnya dan proses
pengambilan keputusan
b) Struktur permodalan Wajib Pajak beserta grupnya
c) Strategi, kebijakan, serta sasaran Wajib Pajak
d) Fungsi yang dilakukan tiap-tiap anggota Perusahaan Grup
e) Restrukturisasi bisnis Wajib Pajak
4. Rasio Finansial
a) Rasio Laba Kotor Terhadap Penjualan
b) Rasio Laba Kotor Terhadap HPP
c) Rasio Tingkat Pengembalian Penjualan
d) Rasio Tingkat Pengembalian Total Biaya
e) ROA
f) ROCE
g) Rasio Berry
h) Rasio Hutang Terhadap Modal
i) Rasio Biaya R&D Terhadap Penjualan
j) Rasio Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan

b. Melakukan analisis fungsi
Untuk mendapatkan identifikasi yang akurat terhadap karakteristik Wajib
Pajak terhadap karakteristik Wajib Pajak serta lawan transaksinya.
Dengan mengetahui karakteristik usaha, maka akan dapat diperkirakan
tingkat risiko yang ditanggung dan remunerasi (profit) yang sepadan
dengan risiko yang ditanggung tiap-tiap pihak.
2) Memilih Metode Transfer Pricing
a. Mengidentifikasi ketersediaan pembanding
Tujuannya untuk memastikan ketersediaan dan keandalan pembanding
independen yang hendak dipakai. Pembanding dapat berupa data harga,
data mengenai margin laba kotor, atau data mengenai margin laba bersih.
Pembanding yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi pembanding
internal dan eksternal.
Pembanding internal dan eksternal harus memperhatikan 5 faktor
kesebandingan, yaitu :
a) Karakteristik barang dan jasa
b) Analisis fungsi, asset, dan risiko
c) Ketentuan kontrak
d) Keadaan ekonomi
e) Strategi bisnis

b. Menentukan metode transfer pricing yang paling sesuai berdasarkan fakta
dan kondisi
Mempertimbangkan antara lain :
a) Kelebihan dan kekurangan setiap metode
b) Kesesuaian penentuan metode harga transfer dengan sifat dasar
transaksi
c) Ketersediaan informasi yang andal
d) Tingkat kesebandingan antara transaksi afiliasi dengan transaksi antar
pihak yang independen
3) Menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
a. Melakukan analisis kesebandingan
Transaksi afiliasi dianggap sebanding dengan transaksi independen
dalam hal :
a) Perbedaan (jika ada) antara kondisi transaksi afiliasi dan kondisi
transaksi independen tidak memiliki pengaruh yang material terhadap
harga atau laba
b) Penyesuaian andal yang akurat dapat dilakukan untuk menghilangkan
pengaruh material tersebut.

b. Meningkatkan kesebandingan
a) Kriteria pencarian dan seleksi manual
b) Penggunaan data beberapa tahun
c) Penyesuaian kesebandingan
Dilakukan apabila terdapat perbedaan keadan-keadaan yang
mempengaruhi kondisi (harga atau laba) secara material antara
traksaksi afiliasi dengan transaksi independen.
d) Pendekatan transaksi per transaksi atau gabungan traksaksi

c. Penentuan Harga atau Laba Wajar dalam Pemeriksaan Transfer Pricing
Membandingkan harga atau laba transaksi afiliasi dengan harga atau laba
pembanding sesuai metode yang digunakan.

d. Primary Adjustment, Secondary Adjustment, dan Corresponding
Adjustment
Primary adjustment adalah selisih antara harga atau laba wajar. Koreksi
primer yang dilakukan Pemeriksa Pajak dapat mengakibatkan terjadinya
koreksi sekunder.
Pada praktiknya, Pemeriksa Pajak dapat mengulang tahapan yang sudah
dilakukan.

C. Tahapan Pelaporan Pemeriksaan Transfer Pricing
Dilakukan dengan tata cara pemeriksaan yang berlaku

METODE PEMERIKSAAN TRANSFER PRICING

A. Comparable Uncontrolled Price Method
Adalah metode penentuan harga transfer yang membandingkan harga barang
atau jasa dalam transaksi afiliasi dengan harga barang atau jasa dalam transaksi
independen.

B. Resale Price Method
Adalah metode penentuan harga transfer yang menentukan harga pembelian
barang dan jasa dari pihak afiliasi dengan cara mengurangkan laba kotor pihak
independen yang sebanding dari harga jual kembali barang atau jasa tersebut
kepada pihak independen.

C. Cost-Plus Method
Adalah metode penentuan harga transfer yang menambahkan laba kotor dari
transaksi independen yang sebanding terhadap biaya yang ditanggung dalam
transaksi afiliasi.

D. Transactional Net Margin Method
Adalah metode penentuan harga transfer yang menggunakan indicator tingkat
laba transaksi independen yang sebanding untuk menentukan laba bersih usaha
transaksi afiliasi.

E. Profit Split Method
Adalah metode penentuan harga transfer yang membagi laba gabungan kepada
pihak afiliasi yang terlibat dalam transaksi afiliasi berdasarkan kontribusi yang
diberikan.

a) Contribution Profit Split Method
Adalah metode pembagian laba antarpihak afiliasi berdasarkan fungsi yang
dilakukan, asset yang digunakan dan risiko yang ditanggung setiap pihak
yang terlibat dalam transaksi afiliasi.

b) Residual Profit Split Method
Adalah metode pembagian laba yang mengidentifikasi terlebih dahulu laba
sisa dengan mengurangkan laba rutin setiap pihak afiliasi dari laba gabungan
kemudian laba sisa dialokasikan berdasarkan kontribusi setiap pihak afiliasi
yang terlibat terhadap laba sisa.

HAL-HAL KHUSUS TERKAIT PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN
USAHA

A. Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi pemberian
jasa intra-grup
Jasa intra-grup adalah aktivitas yang diberikan oleh suatu pihak dalam suatu
grup usaha yang memberikan manfaat bagi satu atau lebih anggota lain dalam
grup usahanya.

Metode-metode yang dapat digunakan, antara lain:
a) Comparable Uncontrolled Price Method
b) Cost-Plus Method
c) Transactional Profit Method

Mekanisme pengujian :
a) Memastikan bahwa suatu jasa dari pihak afiliasi telah benar-benar dilakukan
dan memberikan manfaat ekonomi bagi Wajib Pajak
b) Melakukan penghitungan kewajaran pembayaran jasa

B. Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi harta tak
berwujud

Langkah-langkah pengujian :
1. Mengidentifikasi keberadaan setiap harta tak berwujud yang memberikan
kontribusi bagi kesuksesan produk di pasar. Identifikasi ini dapat dilakukan
melalui analisis fungsi.
2. Mengidentifikasi nilai harta tak berwujud dan menentukan pihak-pihak yang
berkontribusi terhadap pembentukan harta tak berwujud yang dimaksud.
3. Mempelajari apakah benar-benar telah terjadi transfer harta tak berwujud
dalam transaksi tersebut.
4. Menentukan kompensasi yang wajar untuk setiap harta tak berwujud yang
ditransfer.

Metode yang digunakan antara lain :
a) Comparable Uncontrolled Price Method
b) Resale Price Method
c) Cost-Plus Method
d) Profit Split Method
e) Transactional Net Margin Method
f) Metode lainnya :
1) Income-Based Approach
2) Cost-Based Approach
3) Market-Based Approach

C. Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi pembayaran
bunga
Pinjaman intra-grup adalah pinjaman yang diberikan oleh suatu pihak dalam
suatu grup usaha kepada anggota lainnya. Kompensasi yang diberikan,
umumnya dapat berupa antara lain tingkat suku bunga ataupun biaya jaminan
dalam hal pinjamannya digaransi oleh perusahaan grup yang dibebankan
kepada peminjam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kewajaran dan kelaziman
usaha :
a) Melakukan analisis atas kebutuhan utang
b) Memastikan bahwa pinjaman dari pihak afiliasi benar-benar terjadi
c) Melakukan pengujian kewajaran perbandingan utang terhadap modal
d) Melakukan pengujian kewajaran tingkat suku bunga atau biaya lainnya terkait
pinjaman intra grup.

Anda mungkin juga menyukai