Anda di halaman 1dari 1

Pengamat politik yang juga mantan anggota TGPF kasus penculikan aktivis 98 Hermawan Sulistyo tiba-tiba saja melontarkan

sebuah cerita menghebohkan. Dalam sebuah video diskusi yang digelar Imparsial, Kamis (3/7/2014), Hermawan Sulistyo
mengungkapkan bahwa calon presiden Prabowo Soebianto pernah menggebuki seniornya di Akabri, yakni SBY. Karena kasus
inilah Prabowo harus menerima konsekuensi tinggal kelas. Prabowo yang semestinya lulusan tahun 1973 ternyata baru lulus tahun
1974.
Alasan Prabowo menggebuki SBY, kata Hermawan, bermula saat Prabowo beserta empat orang rekannya, salah satunya
Ryamizard Ryacudu, pernah kabur ke Jakarta untuk menghadiri acara pacarnya yaitu Titiek Soeharto. Ketika kembali ke Akademi,
Prabowo dihukum oleh Gubernur Akabri Jendral Sarwo Edhie Wibowo yaitu ayah dari Ani Yudhoyono.
Prabowo dan kawan-kawannya curiga ada yang membocorkan rahasia kepergian mereka ke Jakarta. Mereka menduga SBY yang
memberi tahu karena waktu diajak ke Jakarta tidak mau ikut.
Akhirnya, kata dia, SBY dipukuli hingga bonyok-bonyok.
Ini background kenapa nggak mungkin Prabowo ke sana meskipun kemudian besannya di sana, akhirnya dia dukung tapi nggak
terang-terangan. Ini masalah gengsi. Dulu digebukin kok sekarang gengsi, kata Hermawan Sulistyo.
Pernyataan Hermawan Sulistyo tentu saja meninggalkan beberapa pertanyaan. Pertama, tentu saja sumber cerita jika memang
benar faktanya. Karena bukan berasal dari militer dan tak pernah masuk Akabri, tentu Hermawan memperoleh cerita tersebut dari
rekan-rekan seangkatan Prabowo saat pendidikan di Akabri. Suatu hal yang hampir mustahil jika Hermawan mendengar cerita
tersebut dari Prabowo sendiri, maupun SBY. Kedua sumber utama tersebut, tentu sangat mempertimbangkan untuk tidak membuka
aib diantara mereka berdua. Maka, tinggal kemungkinan sumber dari pihak ketiga, yakni rekan-rekan satu angkatan Prabowo dan
SBY. Dari cerita Hermawan, tersebut sebuah nama yakni Ryamizard Ryacudu. Sebagaimana diketahui, Ryamizard adalah salah
satu sosok yang sempat digadang-gadang bakal menjadi calon wapres untuk mendampingi Jokowi. Hermawan sendiri juga sudah
lama dikenal sebagai salah satu pendukung Jokowi-JK. Bukan tidak mungkin jika cerita itu didapat Hermawan dari Ryamizard,
terlepas apakah cerita tersebut benar atau tidak.
Timses Prabowo sendiri sudah membantah pernyataan Hermawan Sulistyo. Menurut Fadli Zon, cerita Hermawan terlalu mengada-
ada dan cenderung menjadi sebuah black campaign. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan, Prabowo tidak naik kelas
karena menjenguk temannya yang sakit di Jakarta. Sementara, kata dia, waktu itu Prabowo belum kenal dengan Titiek Soeharto.
Bahkan, salah satu penasehat timses Jokowi, TB Hasanudin juga pernah mengungkapkan bahwa Prabowo memang benar pernah
tinggal kelas karena alasan indisipliner, yakni pergi ke Jakarta sementara para taruna hanya diperbolehkan pergi di sekitar
Yogyakarta saja. Tapi, TB Hasanudin sendiri tidak pernah mengungkapkan cerita versi Hermawan tersebut. TB Hasanudin sendiri
merupakan adik kelas dari Prabowo, yang karena kasus indisipliner tersebut akhirnya menjadi teman satu kelas.
Kedua, tentu saja motif dan alasan dari pernyataan Hermawan Sulistyo. Mengapa cerita tersebut tiba-tiba ia sampaikan saat ini,
terlebih menjelang pilpres? Mengapa tidak ia sampaikan ketika Prabowo mencalonkan diri jadi cawapres pada pemilu 2009?
Padahal, saat pemilu 2009 Prabowo yang digandeng oleh Megawati berkompetisi dengan SBY. Logikanya, tentu saja akan sangat
mudah menjatuhkan Prabowo saat itu, karena faktor pencalonan SBY.
Hingga saat ini memang belum ada tanggapan resmi dari pihak SBY maupun Prabowo pribadi. Tapi, merunut dari alasan dan
penjelasan diatas, kita bisa menilai sendiri apakah pernyataan Hermawan Sulistyo tersebut fakta, atau rekaan karena tendensius
pribadi.

Anda mungkin juga menyukai