Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas konsep-konsep yang terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu :
1. Dukungan Keluarga
1.1 Defenisi Keluarga
Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa
keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No.
10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-
isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.




Universitas Sumatera Utara
1.2 Defenisi Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
1.3 Fungsi Dukungan Keluarga
Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu :
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.



Universitas Sumatera Utara
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya : kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dan kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat
dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil
secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-
anak yang berasal dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan
orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.
Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih
tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris
dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga lainnya adalah kelas ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini
meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua dan tingkat pendidikan.
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis
dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada
lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tingkatdukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada
orangtua dengan kelas sosial bawah.
2. Kecemasan
2.1 Defenisi Kecemasan
Menurut Nanda (1994 dikutip dari Taylor, 1997) kecemasan merupakan
sesuatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah/ tidak tenang dengan
sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang. Sedangkan Laraia
dan Stuart (1998) mengemukakan bahwa kecemasan sebagai respon emosional
dengan objek yang tidak spesifik atau tidak jelas yang secara subjektif dialami dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan merupakan konsep
multidimensional dan dimanifestasikan sebagai sebuah respon tubuh dan juga
dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan fenomena interpersonal. Seperti pada
pasien pembedahan terdapat respon cemas yang dipengaruhi pengalaman
sebelumnya. Misalnya pasien yang sudah dioperasi, ketika akan dioperasi lagi
mungkin respon cemasnya tidak terlalu tinggi atau malah sebaliknya, tergantung
pengalaman operasi yang dilalui sebelumnya.
Laraia & Stuart (1998) menggambarkan adanya karakteristik respon
terhadap kecemasan yang rentangnya dari sangat adaptif dengan respon antisipasi
sampai paling maladaptif dengan respon panik.
Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan adalah
suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan
(Sundari, 2000)
Universitas Sumatera Utara
Ansietas atau kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh,
prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2004).
Ansietas adalah perasaan yang tergeneralisasikan atas ketakutan dan kekhawatiran
(Wiramihardja, 2004).

2.2 Faktor Predisposisi Kecemasan
Laraia & Stuart (1998) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat
dipahami melalui beberapa teori yaitu :
Teori Psikoanalitik. Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori Psikoanalitik. Menurut Sullivan, kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan utama seperti perpisahan dan kehilangan
yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Teori Tingkah Laku (Pribadi). Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa
kecemasan adalah hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi
terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah
stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut bekerja menghambat
usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Selain itu
kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan.
Teori Keluarga. Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan
individu dalam keluarga.
Teori Biologis. Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas,
sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap
ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

2.3 Faktor Presipitasi Kecemasan
Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua
kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan
terhadap sistem diri (Laraia & Stuart, 1998).
Ancaman Terhadap Integritas Fisik. Ancaman pada kategori ini meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan
mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan
biologis yang normal seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat
berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka trauma. Kecemasan dapat
timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi
integritas tubuh secara keseluruhan.
Ancaman Terhadap Sistem Tubuh. Ancaman pada kategori ini dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal
dapat berupa kesulitan melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat
kerja dan di masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan,
orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul dari aspek
religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap
sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan sehingga akan
menghasilkan suatu kecemasan.

2.4 Tingkat Kecemasan
Peplau (1963, dikutip dari Laraia & Stuart, 1998) mengidentifikasi empat
tingkat kecemasan dan menggambarkan efek pada tiap individu sebagai berikut:
Tingkat Kecemasan Ringan. Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam tingkat ini seseorang lebih waspada dan lapangan persepsinya
meningkat seperti melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat.
Tingkatan ini dapat memotivasi untuk belajar dan meningkatkan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
seseorang. Pada tingkat ini, biasanya muncul tanda dan gerakan seperti: jantung
berdebar, gelisah, lebih banyak bicara dari biasanya dan tangannya gemetar.
Tingkat Kecemasan Sedang. Seseorang pada tingkat ini, biasanya pikirannya
akan terfokus pada apa yang dilihatnya sesegera mungkin dan terhalangi dengan
lingkungan luarnya. Lapangan persepsinya menurun seperti penglihatan,
pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang. Pada tahap ini disertai tanda
dan gerakan seperti mulut kering, anoreksia, badan bergetar, ekspresi wajah
ketakutan, gelisah, tidak mampu bersikap rileks, sukar tidur, dan banyak bicara
disertai suara yang keras.
Tingkat Kecemasan Berat. Pada tingkat kecemasan yang berat, seorang individu
biasanya akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit, lebih
memperhatikan hal-hal yang spesifik dan tidak memikirkan hal yang lain.
Perilakunya ditunjukkan untuk mencapai ketenangan dan membutuhkan banyak
bimbingan untuk memperhatikan keadaan. Tanda dan gejala yang muncul
biasanya seperti memainkan atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya, merasa
bodoh terhadap tindakan yang dilakukan dan merasa tidak berharga.
Panik. Tingkatan ini berhubungan dengan perasaan takut dan cemas. Pada
tingkatan ini hal yang spesifik tidak lagi proporsional karena seseorang telah
kehilangan kontrol, tidak dapat melakukan hal-hal tertentu meskipun dengan
bimbingan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan dalam
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang terdistorsi dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Disertai tanda dan gejala seperti perasaan jantung
Universitas Sumatera Utara
berdebar, penglihatan berkunang-kunang, sakit kepala, sulit bernafas, perasaan
mau muntah, otot lebih terasa tegang dan tidak mampu melakukan apa-apa.
2.5 Tipe Kepribadian Pencemas
Hawari (2004) menyatakan bahwa seseorang akan menderita gangguan
cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial
yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stressor
psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai
dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain: 1) Cemas,
khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang. 2) Memandang masa depan dengan
rasa was-was. 3) Kurang percaya diri. 4) Sering merasa tidak bersalah, dan
menyalahkan orang lain. 5) Gerakan sering serba salah, tidak tenang dan gelisah.
6) Seringkali mengeluh dan khawatir yang berlebihan terhadap penyakit. 7)
Mudah tersinggung dan suka membesar-besarkan masalah yang kecil. 8) Sering
bingung dan ragu dalam mengambil keputusan. Orang dengan tipe kepribadian
pencemas tidak selamanya mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi sering
juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik dan juga tumpang tindih dengan ciri-
ciri kepribadian depresif atau dengan kata lain batasannya seringkali tidak jelas.
2.6 Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut: 1) Cemas, khawatir, firasat
buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. 2) Merasa tegang, tidak
tenang, gelisah, mudah terkejut. 3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan
banyak orang. 4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. 5)
Universitas Sumatera Utara
Gangguan konsentrasi dan daya ingat. 6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa
sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dll (Hawari, 2004).
3. Prosedur Operasi
3.1 Defenisi Operasi
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (sjamsuhidajat, 1998).
Operasi umumnya dilakukan untuk berbagai alasan seperti diagnostik, kuratif,
reparatif, rekonstruktif, kosmetik dan paliatif (Brunner & Suddarth, 1996)
3.2 Klasifikasi operasi
Menurut Brunner & Suddarth (1996) operasi dibagi dua berdasarkan
tingkat resikonya yaitu operasi minor dan mayor.
Operasi minor. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat elektif,
bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan
memperbaiki deformitas. Contoh pencabutan gigi, pengangkatan kutil, biopsy
kulit, kuretase, laparostomi, operasi katarak dan arthroskopi.
Operasi mayor. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat elektif, urgen dan
emergensi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa,
mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kesehatan.contoh kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi,
histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma.
Taylor (1997) menyatakan bahwa sebuah prosedur operasi apakah terencana atau
tidak diharapkan, mayor/ minor menyebabkan kecemasan dan ketakutan.
3.3 Tahapan Operasi
Menurut Brunner & Suddarth (1996) tindakan operasi melalui tiga fase
yaitu preoperasi, intraoperasi dan postoperasi.
Fase praoperatif. Fase ini dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah
dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar
pasien ditatanan klinik atau dirumah, menjalani wawancara praoperatif, dan
menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan.
Ansietas praoperatif merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu
pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap
perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri.
Pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh ketakutan akan
ketidaktahuan, kematian, tentang anestesia, kekhawatiran mengenai kehilangan
waktu kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan seorang perawat untuk mengurangi
kecemasan pasien adalah dengan memberikan dukungan psikologis seperti:
menceritakan pada pasien apa yang sedang tejadi, memberikan dorongan untuk
pengungkapan, harus mendengarkan dan memahami, memberikan informasi
tentang prosedur pembedahan, menentukan status psikologis dan
Universitas Sumatera Utara
mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan lain
yang berkaitan.
Fase intraoperatif. Fase ini dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian
atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan keruang pemulihan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus,
memberiakan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Fase pascaoperatif. Fase ini dimulai dengan masuknya pasien keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama
periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari
agens anestesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai