Anda di halaman 1dari 12

Lapangan Penglihatan Mata

Theresia Chlara E. Obisuru (10202261)/D11


email : theresiaobisuru@yahoo.co.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-5694206
Fax. 021-5631731



Abstrak
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinue dan system saraf yang menghantarkan
impuls dari reseptor ke otak. Gangguan visus mata merupakan gangguan ketajaman
penglihatan atau defek lapangan penglihatan. Secara umum gangguan refraksi mata dibagi
menjadi tiga yaitu : hipermetropia (gangguan penglihatan dekat), miopia (gangguan
penglihatn jauh, dan astigmatis.

Kata kunci : visus, hipermetropia, miopia, astigmatis

Pendahuluan
Secara makroskopik, struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak
secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri,
virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap
terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. Luas lapangan penglihatan seorang individu
disebut lapangan pandang. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu
lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat
oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat
oleh salah satu mata saja. Visus adalah ketajaman atau kejernian penglihatan, sebuah bentuk
yang khusus dimana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas
dari interprestasi di otak.
1

Pembahasan

Struktur dan fungsi mata


1. Struktur Makrokopis Mata
Mata memiliki banyak bagian yang dapat dilihat dari luar. Orbita adalah lekukan
tulang yang berisi bola mata. Hanya seperlima rongga orbita terisi bola mata, sisanya berisi
jaringan ikat dan otot mata ekstrinsik, yang berasal dari orbita dan menginsersi bola mata.
Terdapat tiga pasang otot mata, yakni dua pasang otot rektus dan satu pasang otot oblik yang
memungkinkan mata untuk bergerak bebas ke arah vertikal, horizontal, dan menyilang.
1-3
Alis mata berfungsi melindungi mata dari keringat. Kelopak mata (palpebrae) atas dan
bawah melindungi mata dari kekeringan dan debu. Fisura palpebral atau ruang antara
palpebrae atas dan bawah, ukurannya bervariasi diantara individu dan menentukan
penampakan mata. Kantus medial terbentuk dari sambungan medial palpebrae atas dan
bawah, kantus lateral terbentuk dari sambungan lateral palpebrae atas dan bawah. Karunkel
adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini terisi kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat.
Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap palpebrae
(konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas permukaan anterior bola mata (bulbar,
atau okular, konjungtiva). Lempeng tarsal pada setiap palpebrae adalah bubungan jaringan
ikat yang rapat. Kelenjar Meibomian, yang merupakan pembesaran kelenjar sebasea pada
lempeng tarsal, mensekresi barier minyak yang berlebihan pada palpebrae bagian bawah.
Aparatus lakrimal bagian yang penting untuk produksi dan pengaliran air mata. Air
mata mengandung garam, mukosa, dan lisozim. Cairan ini membasahi permukaan mata dan
mempertahankan kelembabannya. Jika kita berkedip maka akan menekan kelenjar lakrimal
dan menyebabkan produksi air mata. Air mata keluar melalui pungtum papita lakrimal yang
menyambung kantong lakrimal. Kantong membuka ke dalam duktus nasolakrimal, yang pada
gilirannya akan masuk ke rongga nasal.
Mata juga dapat digerakkan karena adanya otot-otot mata. Mata digerakkan di dalam
orbita oleh enam otot mata. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf okulomotorius, troklearis dan
abdusens. Enam otot ekstraokular ini adalah: m. oblikus inferior, m. oblikus superior, m.
rektus medialis, m. rektus lateralis, m. rektus superior dan m. rektus inferior.
1,2
Bola mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari
paling luar ke paling dalam, lapisan-lapisan itu adalah tunika fibrosa, tunika vaskular, tunika
nervosa.
1. Lapisan terluar (tunika fibrosa)
a. Sklera merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata, memberi bentuk pada
bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot eksentrik.
b. Kornea adalah selaput bening mata, yang tembus cahaya dan merupakan lapisan
yang menutup bola mata. Kornea juga merupakan perpanjangan anterior yang
transparan pada sklera di bagian depan mata. Bagian ini bertugas mentransmisi
cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2. Lapisan tengah (tunika vaskulosa)
a. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi
internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan
nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligament suspensori.
b. Bagian siliaris, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada
ligamen suspensorik yang merupakan tempat perlekatan lensa. Otot ini penting
dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek
berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.
c. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna
bening. Iris berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk
dapat masuk ke interior mata.
3. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening dan terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakaram yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi. Elastisitasnya sangat tinggi, dan sifatnya akan menurun
seiring proses penuaan.
4. Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi dua rongga, yaitu rongga anterior
dan rongga posterior.
a. Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.
Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris, ruang posterior
terletak di depan lensa dan di belakan iris
Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi
prosessus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
b. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor,
semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola
mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5. Retina (selaput jala), lapisan terdalam mata (tunika nervosa), adalah lapisan yang tipis
dan transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan
saraf dalam. Retina juga merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.
a. Lapisan terpigmentasi luar, melekat pada lapisan koroid. Berfungsi untuk menyerap
cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola
mata. Lapisan ini juga mengandung vitamin A.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun di dalamnya.
c. Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optic. Tidak ada fotoreseptor pada
area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area
ini.
d. Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.
e. Fovea, bagian ini adalah pusat visual mata. Bayangan yang terfokus disini akan
diinterpretasi dengan jelas oleh dan tajam oleh otak.

Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan
lapisan terpigmentasi. Sel batang adalah neuron silindris bipolar yang termodifikasi menjadi
dendrit sensitif cahaya. Setiap mata berisi sekitar 120 juta sel batang terletak terutama pada
perifer retina. Sel batang tidak sensitif terhadap warna dan bertanggung jawab untuk
penglihatan di malam hari. Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi pada
tingkat intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam penglihatan di siang hari. Neuron
bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut ke sel-sel
ganglion. Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina
untuk membentuk saraf optik.
1-3
Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina, sel
ini berperan untuk menghubungkan sinaps-sinaps lateral. Cahaya masuk melalui lapisan
ganglion, lapisan bipolar dan badan sel batang serta kerucut untuk menstimuli prosesus
dendrit dan memicu impuls saraf, lalu menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan
sel saraf.
Saraf optik terbentuk dari akson sel-sel ganglion yang keluar dari mata dan bergabung
tepat di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma optik. Pada kiasma optik, serabut
neuron yang berasal dari separuh bagian temporal (lateral) setiap retina tetap berada di sisi
yang sama sementara serabut neuron yang berasal dari separuh bagian nasal (medial) setiap
retina menyilang ke sisi yang berlawanan. Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk
traktus optik, yang memanjang untuk bersinaps dengan neuron dalam nukleus genikulatus
lateralis di talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital. Sebagian akson
berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan nuklei praketum dengan
berpartisipasi dalam refleks pupilaris dan siliaris.


2. Struktur Mikroskopis Mata
a) Palpebra (kelopak mata)
Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Terdapat epidermis yang terdiri atas
epitel berlapis gepeng dengan papila. Di dalam dermis terdapat folikel-folikel rambut dengan
kelenjar sebasea dan juga kelenjar keringat. Lapisan terdalam palpebra adalah membran
mukosa yang disebut konjungtiva palpebrae, lapisan ini terletak bersebelahan dengan bola
mata. Epitel pelapis konjungtiva palpebrae adalah epitel berlapis silindris rendah dengan
sedikit sel goblet. Ujung bebas palpebra mengandung bulu mata yang muncul dari folikel
rambut, dan di antara folikel rambut bulu mata terdapat kelenjar keringat Moll. Palpebra
mengandung tiga set otot, yaitu m.orbicularis occuli, m.siliaris, dan m.tarsalis superior.
2
b) Kelenjar Lakrimal
Kelenjar lakrimal mensekresi air mata dan disusun oleh beberapa kelenjar
tubuloasinar. Asini seretorisnya bervariasi dalam hal bentuk maupun ukurannya dan mirip
jenis serosa, tetapi lumennya lebih besar. Sejumlah asini menampakkan kantung-kantung tak
teratur sel di dalam lumennya. Sel-sel asinar lebih banyak silindris dari pada pyramidal,
mengandung granul sekresi dan tetes lipid besar dan terpulas lemah. Terdapat juga sel-sel
mioepitel yang mengelilingi tiap-tiap asini. Duktus ekskretorius intralobular yang lebih kecil
dilapisi epitel selapis kuboid atau silindris. Duktus intralobular yang lebih besar dan duktus
interlobular dilapisi dua lapis sel silindris rendah atau epitel bertingkat semu. Jaringan ikat
interlobular lebih banyak daripada jaringan ikat intralobular dan dapat mengandung sel-sel
lemak.
Bola mata dikelilingi oleh tiga lapisan konsentris utama yaitu jaringan ikat fibrosa
kuat di luar, terdiri atas sklera dan kornea, lapisan tengah terdiri dari koroid berpigmen yang
sangat vaskular, korpus siliaris (terdiri atas prosesus siliaris dan muskulus siliaris) dan iris,
serta lapisan terdalam terdiri atas jaringan saraf fotosensitif, yaitu retina.
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, dan
secara histologi terdiri atas lima lapisan :
1. Epitel: terdiri atas sel epitel berlapis gepeng tidak bertanduk dan berasal dari ektoderm
permukaan.
2. Membrane bowman: terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Terdiri dari fibril kolagen yang halus.
3. Stroma: merupakan lapisan yang paling tebal, dan tidak mengandung pembuluh darah.
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen. Terdapat keratosit yang merupakan
fibroblast dan terletak di antara serat kolagen stroma.
4. Membran descementi: merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang dari
stroma. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, terdiri atas serat
kolagen yang tersusun rapi seperti jala.
5. Endotel: berasal dari mesotelium, tersusun atas sel epitel selapis gepeng, berbentuk
heksagonal.

Sklera adalah lapisan jaringan ikat kuat, terdiri atas anyaman padat serat kolagen. Di
antara berkas kolagen, terdapat anyaman serat elastin halus. Fibroblas gepeng atau
memanjang terdapat di seluruh sklera dan melanosit terdapat di lapisan paling dalam. Sklera
mempertahankan kekakuan bola mata dan tampak sebagai bagian putih mata. Batas antara
sklera dan kornea terdapat pada daerah peralihan yang disebut limbus yang terletak di bagian
anterior mata. Di bagian posterior mata, tempat nervus optikus muncul dari kapsul okular,
adalah tempat peralihan antara sklera bola mata dan duramater jaringan ikat susunan saraf
pusat.
Koroid merupakan bagian mata yang sangat vaskuler dan memiliki aliran darah yang
deras. Koroid ini juga berperan memberi nutrisi pada bagian luar dari retina. Koroid dibagi
menjadi empat lapisan, yaitu:
1. Lamina suprakoroid: terdiri atas lamela serat-serat kolagen halus, fibroblast, dan banyak
sel melanosit besar.
2. Lapisan vaskulosa: lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, berukuran sedang
dan besar. Di lapisan jaringan ikat longgar antar pembuluh darah terdapat banyak
melanosit gepeng dan besar yang memberi warna gelap khas pada lapisan ini.
3. Lapisan koriokapilar: mengandung anyaman kapiler dengan lumen besar di dalam stroma
serat kolagen dan elastin halus.
4. Membran vitrea (Membran Bruch): merupakan lapisan terdalam koroid, dan terdapat
bersebelahan dengan sel-sel pigmen retina.
Pada potongan sagital bola mata, korpus siliaris tampak berbentuk segitiga, terdiri
atas muskulus siliaris dan prosesus siliaris. Muskulus siliaris adalah otot polos, seratnya
tersusun memanjang, melingkar, dan radial. Perluasan korpus siliaris yang berlipat dan sangat
vaskular membentuk prosesus siliaris. Prosesus ini melekat pada ekuator lensa melalui
ligamentum suspensorium bulbi dan memungkinkan lensa mengambil bentuk konveks.
2,3
Iris menutupi sebagian lensa dan merupakan bagian berwarna mata. Penyebaran
secara melingkar dan radial iris membentuk sebuah lubang bulat disebut pupil. Bagian dalam
mata yang terdapat di depan lensa dibagi menjadi dua kompartemen. Kamera okuli anterior
terdapat di antara iris dan kornea, dan kamera okuli posterior terdapat di antara iris dan lensa.
Kedua kamera itu berisi cairan encer, yaitu aqueous humor. Kompartemen besar di belakang
lensa adalah vitreus humor yang terisi materi gelatinosa, yaitu vitreus humor yang transparan.
Lapisan dalam atau retina bola mata adalah daerah fotosensitif mata, namun tidak
seluruh retina itu fotosensitif. Di belakang korpus siliaris terdapat ora serata yang merupakan
batas tajam paling anterior bagian retina yang fotosensitif, di antara ora serata terdapat bagian
retina yang nonfotosensitif, yang berlanjut ke depan bola mata membentuk lapisan dalam
korpus siliaris dan bagian posterior iris. Di posterior ora serata, terdapat retina optik
fotosensitif yang terdiri atas banyak lapisan sel, salah satunya mengandung sel-sel sensitif-
cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut
Lapisan terluar retina adalah epitel pigmen, membran basalnya membentuk lapisan
terdalam membran vitrea koroid. Sel pigmen kuboid mengandung granul (pigmen) melanin di
bagian apeks sitoplasma, sementara prosesus dengan granul pigmen terjulur di antara sel
kerucut dan sel batang retina. Di sebelah sel-sel pigmen terdapat lapisan fotosensitif yang
terdiri atas sel batang langsing dan sel kerucut yang lebih tebal. Kedua jenis sel ini terdapat di
sebelah membran limitans eksterna yang dibentuk oleh cabang-cabang sel neuroglia, yaitu
sel-sel Muller.

Lapisan inti luar mengandung inti sel batang dan sel kerucut dan batang cabang luar
sel Muller. Di dalam lapisan pleksiform luar, akson sel kerucut dan batang bersinaps dengan
dendrit sel-sel bipolar dan sel horizontal. Lapisan inti dalam mengandung inti sel-sel bipolar,
horizontal dan amakrin, dan sel neuroglia Muller. Sel-sel horizontal dan amakrin adalah sel
asosiasi. Di dalam lapisan pleksiform dalam, akson-akson sel bipolar bersinaps dengan
dendrit sel ganglion dan sel amakrin.
Lapisan sel ganglion mengandung badan sel-sel ganglion dan sel neuroglia. Dendrit
dari sel ganglion bersinaps pada lapisan pleksiform dalam.
Dinding posterior mata mengandung makula lutea dan papila optikus atau diskus
optikus. Lapisan serat nervus optikus mengandung akson sel ganglion dan anyaman serat
dalam sel Muller. Akson sel ganglion berkumpul pada diskus optikus. Ujung dalam serat sel
Muller memancar membentuk membran limitans interna retina. Pembuluh darah retina
berjalan di dalam lapisan serat nervus optikus dan masuk sampai ke lapisan inti dalam.
Makula lutea adalah bercak berpigmen kuning kecil, yang di pusatnya terdapat
lekukan dangkal disebut fovea. Daerah ini merupakan daerah penglihatan paling tajam pada
mata. Pusat fovea bebas sel batang dan pembuluh darah. Daerah ini hanya memiliki sel
kerucut. Papila optikus adalah daerah tempat nervus optikus meninggalkan bola mata. Papila
optikus tidak memiliki sel kerucut maupun sel batang sehingga merupakan bintik buta
mata. Sklera luar bersebelahan dengan jaringan orbital, yang mengandung jaringan ikat
longgar, sel-sel lemak jaringan lemak orbita, serat saraf, pembuluh darah, pembuluh limfatik,
dan kelenjar.

3. Fungsi Refraksi
Mata memiliki berbagai mekanisme kerja agar dapat menghasilkan bayangan yang
baik pada pandangan kita. Salah satu kemampuannya adalah kemampuan refraksi. Refraksi
ini adalah kemampuan mata untuk membiaskan cahaya pada saat mata tidak dalam keadaan
akomodasi. Kegiatan refraksi ini bertujuan agar kornea dapat memfokuskan bayangan.
Ukuran daya bias/ daya fokus lensa yang digunakan adalah dioptri, yang dinyatakan dalam
meter. Secara numeric, dioptri adalah satu meter dibagi jarak fokus yang diukur dalam
satuan meter D = 1/f. Orang yang memiliki kemampuan refraksi mata dengan normal
disebut emetrop, sedangkan orang dengan gangguan fungsi refraksi disebut ametrop.
1,5
Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu
medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.
Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lain, misalnya
air dan kaca. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang lebih
tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah
perjalannya jika mengenai permukaan medium baru pada setiap sudut selain tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi: densitas komparatif antara dua media
(semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya
berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan).
Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan,
semakin besar derajat kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat
lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan yang melengkung dengan densitas
lebih besar, arah refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Suatu lensa dengan
permukaan konveks (cembung) menyebabkan konvergensi (penyatuan) berkas-berkas
cahaya, yaitu persyarafan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan semikian,
permukaan refraktif mata bersifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung)
menyebabkan divergensi (penyebaran) berkas-berkas cahaya; suatu lensa konkaf berguna
untuk memperbaiki kesalahan refraktif mata tertentu, misalnya berpenglihatan dekat.

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di
retina agar penglihatan jelas. Jika suatu bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina
atau belum terfokus sewaktu mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-
berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada
berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter
dianggap sejajar saat mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya
dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan
daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi
sewaktu mencapai mata.
1

Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa
sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan
lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan dengan proses
akomodasi. Akomodasi adalah kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik
sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
1,4,5
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa,
sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi,
garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur.
Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil
bentuk yang lebih sferis (bulat). Semakin besar kelengkungan lensa (semakin bulat), semakin
besar kekuatannya, sehingga berkas-berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh,
tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih
kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat
saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem
saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.

4. Mekanisme Penglihatan
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera.
Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak, jika
lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil
dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
1,2
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya
ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang
jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.
Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk
menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat
juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat
saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat
di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas
saraf tersebut akan bergabung kembali.


5. Jaras Penglihatan
Prinsip jaras penglihatan yaitu dari kedua retina ke korteks penglihatan. Sinyal saraf
penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di chiasma opticum, serabut nervus
optikus dari bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut nervus optikus
bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal retina mata yang lain
sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di
nukleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dan dari sini, serabut-serabut
genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus menuju korteks penglihatan primer yang
terletak di fisura kalkarina lobus oksipitalis.
1,2


Serabut penglihatan juga melalui beberapa daerah yang lebih primitive di otak, yaitu :
1. Dari traktus optikus menuju nukleus suprachiasmatik di hipotalamus, untuk pengaturan
irama sirkadian yang menyinkronisasikan berbagai perubahan fisiologi tubuh dengan
siang dan malam.
2. Menuju nuklei pretektalis di otak tengah, untuk mendatangkan gerakan reflex mata agar
mata dapat difokuskan ke arah objek yang penting dan untuk mengaktifkan reflex pupil
terhadap cahaya.
3. Menuju kolikulus superior, untuk mengatur pergerakan arah kedua mata yang cepat.
4. Menuju nukleus genikulatum lateralis ventralis pada thalamus dan daerah basal otak
sekitarnya, untuk membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh.


Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi sistem primitif untuk otak tengah
dan dasar otak depan, serta sistem baru untuk penjalaran sinyal penglihatan secara langsung
ke dalam korteks penglihatan yang terletak di lobus occipitalis. Pada manusia, sistem baru
bertanggung jawab untuk persepsi seluruh aspek bentuk penglihatan, warna, dan penglihatan
sadar lainnya. Sebaliknya pada banyak hewan primitif, bentuk penglihatan bahkan dideteksi
oleh sistem yang lebih primitif, yaitu dengan menggunakan kolikulus superior dengan cara
yang sama seperti hewan mamalia menggunakan korteks penglihatan.



Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang
melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
1,2
Lapangan pandang mata
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat
tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas
dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya
dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina. Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus ke kiasma optik.
Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus
serebral dimana penglihatan diinterpretasikan.
1-3
Visus (Ketajaman Penglihatan)
Untuk dapat melihat, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam retina kemudian
diteruskan ke pusat penglihatan (fovea centralis). Untuk dapat melihat dengan baik perlu
ketajaman penglihatan. Ketajaman penglihatan inilah yang disebut visus. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan visus adalah :
a. Sifat fisis mata, yang meliputi ada tidaknya aberasi (kegagalan sinar untuk
berkonvergensi atau bertemu di satu titik fokus setelah melewati suatu sistem optik),
besarnya pupil, komposisi cahaya, fiksasi objek, dan mekanisme akomodasinya dengan
elastisitas musculus ciliarisnya yang dapat menyebabkan ametropia yang meliputi :
1. Myopia, sinar sejajar axis pada mata tak berakomodasi akan memusat di muka retina,
sehingga bayangan kabur. Dapat disebabkan oleh :
- axis terlalu panjang
- kekuatan refraksi lensa terlalu kuat
2. Hypermetropia, sinar sejajar axis pada mata yang tak berakomo- dasi akan memusat
di belakang retina, sehingga bayangan kabur. Dapat disebabkan oleh :
- axis bola mata terlalu Pendek
- kekuatan refraksi lensa kurang kuat
3. Astigmatisma, kesalahan refraksi sistem lensa mata yang biasa-nya disebabkan oleh
kornea yang berbentuk bujur sangkar atau jarang-jarang, dan lensa yang berbentuk
bujur).
b. Faktor stimulus, yang meliputi kontras (terbentuknya bayangan benda yang berwarna
komplemennya), besar kecilnya stimulus, lamanya melihat, dan intensitas cahaya.
c. Faktor Retina, yaitu makin kecil dan makin rapat conus, makin kecil minimum separable.

6. Gangguan Refraksi
Pada orang normal yang tidak mengalami kelainan disebut emetropia. Secara umum
gangguan refraksi dibagi menjadi tiga bagian yaitu.
4,5
1) Hipermetropia yaitu gangguan penglihatan dekat. Penderita hipermetropia
menggunakan lensa sferis positif (+) yang sekuat-kuatnya.
2) Miopia yaitu gangguan penglihatan jauh. Penderita miopia menggunakan lensa sferis
negatif (-) yang selemah-lemahnnya.
3) Astigmatisme (cahaya dibiaskan pada banyak titik fokus. Penderita astigmatis
menggunakan lensa silindris. Sifat-sifatnya antara lain:
Sinar dalam bidang sejajar dengan sumbu lensa tidak dibiaskan.
Sinar dalam bidang tegak lurus dengan sumbu lensa akan dibiaskan.


7. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan / Snellen Chart

Eye chart adalah tabel yang digunakan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Tabel
Chart yang digunakan berupa tabel yang tersusun mulai yang paling besar sampai yang
paling kecil atau sebaliknya. Tabel Grafik yang dimaksud merupakan bentuk objek yang
mampu dan diketahui oleh manusianya, yakni tabel yang tersusun dengan dasar parameter
yang jelas dan mampu di baca oleh manusia dan umumnya berbentuk huruf yang biasa
disebut Snellen Chart. Huruf yang cenderung dibuat dalam bentuk alfabet.
4,5
Secara teknis, uji ketajaman visual dengan grafik mata adalah pengukuran psikofisik yang
mencoba untuk menentukan batas indera penglihatan. Jenis-jenis charts tersedia untuk anak-
anak yang sangat muda (gambar bunga, binatang, dll) atau orang dewasa yang buta huruf
yang tidak memerlukan bentuk tulisan tersebut tetapi menggunakan bentuk objek yang
dicetak dengan huruf blok E terbalik dalam orientasi yang berbeda, yang disebut
Jumpalitan E.
Adapun alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai uji ketajaman penglihatan
semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan telah dikembangkan, akan tetapi
tidaklah umum. Alat yang dimaksud memiliki beberapa keunggulan, seperti pengukuran yang
lebih tepat dan akurat. Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya
dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan
tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman
penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer).



PENUTUP

Kesimpulan
Mata dapat menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada
objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinue dan system saraf
yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Pada umumnya orang yang sudah menginjak usia lanjut cenderung mengalami
kelelahan otot-otot mata disertai berkurangnya elastisitas lensa. Kelaianan ini mengenai
organ- organ refraksi antara lain mengenai kornea, lensa, vitreus . Kelenturan lensa berkurang
sehingga jumlah sinar yang jatuh pada retina tidak sepenuhnya jatuh tepat di retina melainkan
sinar datang, lewati kornea, vitreus lalu jatuh di belakang organ retina. Organ lain seperti
nervus opticus dan lobus occipitalis dapat memperngaruhi penurunan penglihatan terhadap
pasien usia lanjut. Kerusakan pada organ- organ bola mata seperti saraf-saraf dan area di
lobus occipitasis mempengaruhi perjalanan di jaras- jaras penglihatan. Kelainan pada mata
tua harus ditangani dengan lensa yang sesuai. Tujuan mengkoreksi pada kelainan ini supaya
sinar jatuh tepat di makula lutea retina. Koreksi terbaik adalah dengan memakai kacamata
positif ( lensa cembung).




DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Diterjemahkan oleh
Novrianti A, Dany F, Resmisari T, Rachman LY, Muttaqin H, Nugroho AW, at.all.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2003.h.125-40
3. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Buku ajar keperawatan perioperatif. Jakarta: EGC;
2005.h.35-57
4. Burnside JW, McGlynn TJ. Diagnosis Fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2003.h.115-
25
5. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.h.160-175

Anda mungkin juga menyukai