PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1 DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 3 B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4 C. Ruang Lingkup .......................................................................................... 4 D. Metode Penulisan .................................................................................... 4 E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi ........................................................................................................ 6 B. Etiologi ........................................................................................................ 6 C. Faktor Predisposisi ..................................................................................... 7 D. Rentang Respon Marah ............................................................................... 8 E. Faktor Presipitasi .................................................................................... 8 F. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 8 G. Asuhan Keperawatan.................................................................................... 9 H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prikalu Kekerasan ........................ 18 Bab III TINJAUAN KASUS ................................................................................... 22 Bab IV PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................... 43 B. Saran .............................................................................................................. 43 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah- marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan. Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira
2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum : Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan Asuhan Keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan. 2. Tujuan Khusus : a. Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian, etiologi, hingga dapat membuat Asuhan Keperawatan yang sesuai. b. Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN JIWA
C. Ruang Lingkup Penulisan Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Prilaku Kekerasan.
D. Metode Penulisan Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data dan informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar 1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikosologis (Budianna Kelliat, 2004). Prilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995). Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami prilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998). Suatu keadaan dimana klien mengalami prilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 1998). Prilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua menjadi prilaku kekerasan secara verbal dan fisik (Ketner et al, 1995). Jadi, sesuai dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prilaku kekerasan adalah suatu bentuk prilaku yang dapat melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis dan dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan yang dapat dilakukan secara verbal maupun secara fisik.
Asertif Prioritas Pasif Agresif Prilaku Kekerasan Keterangan : 1. Asertif Individu dapat mengungkapkan prilaku kekerasanan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan 2. Frustasi Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif 3. Pasif Individu tidak dapat mengungkaprilaku kekerasanan perasaannya 4. Agresif Perilaku yang tidak menyertai marah, terdapat dorongan untuk menunut tapi masih terkontrol. 5. Prilaku kekerasan Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol
3. Faktor Penyebab 1. Psikologis Kegagalan dapat menimbulkan frustasi yang kemudian menimbulkan agresif atau amuk atau masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau menyaksikan penganiayaan. 2. Prilaku Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan. Sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah sehingga menstimulasi individu untuk menghadapi perilaku kekerasan 3. Sosial budaya Kontrol masyarakat yang rendah dan cenderung menerima prilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya prilaku kekerasan. 4. Bioreurologis Pengaruh system neurologis mempunyai implikasi dalam mempasilitasi dan menghamba impuls agresif. System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbunya prilaku bermusuhan dan respo agresif (Townsen, 1996) 5. Klien a) Kelemahan fisik : penyakit fisik b) Keputusasaan c) Ketidakberdayaan
d) Percaya diri yang kurang 6. Lingkungan a) Situasi lingkungan yang rebut dan padat b) Kritikan yang mengarah pada penghinaan c) Kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan 7. Interaksi dengan orang lain Interaksi sosial yang provokatif dan konfik (Sundeen, 1996) 4. Proses Terjadinya Banyak hal yang dapat menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR pada individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat diungkapkan melalui 3 cara: a. Mengungkapkan marah secara verbal b. Menekan/ mengingkari rasa marah c. Menentang perasaan marah Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila cara ini berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan kekerasan disertai tindakan melempar yang menimbulkan perasaan marah tersebut. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal berupa perilaku dekruktif maupun agresif . Sedangkan secara internal dapat berupa perilaku yang merusak diri.
Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti orang lain, serta memberikan perasaan lega. 5. Mekanisme koping Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat menimbulkan respon asertif. Respon menyelesaikan dana menyesuaikan merupakan respon adatif kemarahan atau rasa tidak setuju akan dinyatakan atau diungkapkan prilaku kekerasan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif kekerasan. 6. Penatalaksanaan a. Medis 1) Psikofarmakologi Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari penemuan neurobilogi. Obat-obatan tersebut mempengaruhi system saraf pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya mempengaruhi prilaku, persepsi, pemikiran dan emosi. Menurut Stuart dan Laraia (2005), beberapa kategori obat yang digunakan untuk mengatasi prilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
a) Antianxiety dan Sedative Hipnotics Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut, Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenagkan perlawanan klien. Tapi bat ini direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala depresi. Lorazepam adalah pilihan yang baik digunakan untuk mengobati pasien dengan agitasi dan prilaku kekerasan secara khusus apabila etiologi belum jelas. Obat ini aman dan efektif. Obat ini adalah satu-satunya obat Benzodiazepine yang diserap dengan baik apabila diberikan melalui intramuscular. Lorazepam juga dapat diberikan secara oral, sublingual, atau intravascular. Pemberian obat ini harus hati-hati karena dapat menimbulkan depresi pernafasan. Pemberian Lorazepam juga dapat menimbulkan reaksi paradoksial. b) Antidepressant Antidepresant dapat mengurangi ketakutan, irribilitas, dan kecemasan. Emosi ini memiliki spectrum yang sama dengan agitasi. Penemuan sekarang menunjukkan bahwa obat ini dapat menurunkan mood yang negative dan prilaku kekerasan seperti juga perubahan positif pada kepribadian. Pasien dengan angguan kepribadian yang diberikan obat anidepresan serotonin ini dapat berkurang irritabilitas dan prilaku
kekerasannya. Pasien dengan agitasi posttraumatik memiliki respon terhadap pemberian Amitriptilin. c) Mood Stabilizers Mood stabilizers digunakan untuk menangani pasien dengan gangguan bipolar ddan sebagai terapi tambahan pada skizoferenia. Obat-obat ini digunakan juga untuk mengatasi prilaku kekerasan meskipun bukan protitipe untuk tujuan ini. Valproate (depakene) banyak diguankan pada beberapa keadaan seperti demensia, gangguan kepribadian ambang, sindrom mood organik, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan retardasi mental. Divalproex (depakote) dan Carmabazepine digunakan secara luasuntuk menangani impulsitas dan prilaku kekerasan. Sayangnya carmabazepine mempunyai efek seperti pusing, ataksia, kebingungan, agranulositsis dan hepatoksis seghingga penggunaannya terbatas. Devalproex memilki sedikit efek samping dan interaksi obat yang sidikit sehingga banyak digunakan sebagai mood stabilizer pada pasien demensia. Berkurangnya prilaku kekerasan pada episode maiak merupakan peran yang penting dari Lithium Carbonate. Lithium juga digunakan untuk mengatasi prilaku kekerasan pada pasien dengan retardasi mental. Lithium juga digunakan untuk mengurangi prilaku kekerasan pada tahanan yang
mengamuk. Meskipun efektif tetapi karena masalah torelabilitasnya maka penggunaannya terbatas d) Antipsychotic Obat neuropletik menyebabkan efek sedasi ketika diberikan dengan dosis yang tinggi. Haloperidol dapat diberikan secara intramuscular untuk mengatasi agitasi agitasi dan prilaku kekerasan pada pasien dengan variasi penyebab yang luas. Haloperidol tidak terlalu menyebabkan hipotensi dan hanya memilki efek antiklonergik yang kecil dibaningkan dengan neuroletik yang kecil dibandingkan dengan neuroleptik yang low ptoency seperti Chlorpomazine. Tetapi kadang-kadang neuroleptik low potency kadang-kadang digunakan karena dokter menginginkan efek sedasinya. Dengan mengobati psikosis yang menjadi penyabnya, neuroleptik dapat memberikan efek yang panjang tehadap agitasi dan prilaku kekerasannya. Mania akut dapat dengan cepat dan efektif datasi dengan obat neuroleptik dosis tinggi dapat menyebabkan efek samping seperti akatisia (tidak dapat duduk dengan tenang). Generasi kedua atau obat antipsikotik atipikal. Obat ini sekarang menjadi pilihan yang penting dalam penanganan prilaku kekerasan pada pasien psikosis. Obat-obat ini mempunyai efek samping yang lebih rendah dalam efek ekstrapiramidal, akatisia, dan terdive diskinesia (repetitive, purposeless, involuntary movement), dan obat-
obat ini memiliki efek antipsikotik yang digunakan termasuk Ziprasidone, Clozapine, Risperidone, dan Olanzapine. Antipsikotik tidak dianjuran diberikan pada pasien tanpa gangguan psikotik atau bipolar. Dalam hal ini Lorazepame dan obat sedative non spesifik lain dapat diberikan. Suatu studi oleh Doskoh tahun 2001 menunjukkan bahwa Clozapine dapat mengurangi prilaku kekerasan dan pencederaan diri sendiri pada pasien dengan retardasi mental. e) Medikasi lainnya Banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian Naltrexone (anatagonis opiate), dapat menurunkan prilaku mencedarai diri. Beta adrenergic blocker khususnya Propranolol digunakan untuk mengatasi prilaku kekerasan pada banyak diagnosis termasuk retardasi mental, autism, syndrome otak posttraumatic, demensia, Huntington disease, Wilson disease, psikosis postensefalitis, disfungsi sitem saraf pusat kronik yang ditandai soft neurologic sign, EEG abnormal atau epilepsy. Propranolol juga digunakan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi gejala prilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Masalah utama yang timbul pada penggunaan propranolol untuk prilaku kekerasan adalah terjadinya gangguan kardiovaskular yang sering. Beta Blocker yang lain digunakan untuk terapi prilaku kekerasan adalah Pindolol, Metoprolol, dan Nadolol.
2) ECT (Elektro Convulsive Thrapy) Elektro Convulsive Teraphy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan dua elektroda yang ditempatkan dibagian temporal kepala pelipis kiri dan kanan). Arus menimbulkan kejang grand mall yag berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listrik diotak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak. http://www.koranplus.com/forum/therapimedical-info/13562.html b. Keperawatan a) Terapi lingkungan Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan bagi semua klien ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu, menonton, dan mediskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu ketika klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses terapeutik dan meminimalkan kebosanan. Penjadwalan interaksi satu- satu dengan klien menunjukkan perhatian perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk mendengarkan masalah, pikiran serta perasaan klien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman klien (Videbeck, 2001).
b) Terapi kelompok Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan member kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan juga mendapatkan bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien dapat, mempelajari cara baru memandang masalah atatu cara koping atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari ketrampilan intrapersonal yang penting (Videbeck, 2001). c) Terapi keluarga Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana dinamika keluarga mempengaruhi psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional keluarga, mresrukturisasi gaya prilaku keluarga yang maladaptive, dan menguatkan prilaku penyelesaian masalah keluarga (Steinglass, 1995 dalam Videbeck, 2001) d) Terapi individual Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan individu dengan cara pengkajian perasaan, sikap, cara pikir, dan prilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi
dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri dan prilaku mereka sendiri, membuat hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau ketidakbahagiaan (Videbeck, 2001).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian 1. Identitas Nama, umur, jenis kelamn, No MR, tanggal masuk, tangal pengkajian 2. Alasan masuk Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab, memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara teratur(Budiana Keliat,2004) 3. Faktor predisposisi a. Gangguan jiwa dimasa lalu Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa(Sunden,1996) b. Pengobatan sebelumnya Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai alternatif serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa ke rumah sakit jiwa c. Trauma Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan
d. Herediter Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan. e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan dari llingkungan 4. Fisik Pengkajian fisik a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat b. Ukur tinggi badan dan berat badan c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah) d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus) 5. Psikososial 1. Genogram Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupun keluarga pada saat pengkajian.
2. Konsep diri a. Citra tubuh Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut. b. Identitas Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat ia tinggal c. Harga diri Biasanya klien dengan prilaku kekerasan hubungan dengan orang lain akan terlihat baik, harmonis atau terdapat penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan keluarga. d. Peran diri Biasanya klien memiliki masalah dengan peran atau tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa tidak berguna.
e. Ideal diri Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat. f. Harga diri Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu mengarah pada penghinaan dan penolakan. 3. Hubungan sosial a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara b. Peran serta dalam kegiatan kelompok Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan aktif dalam kelompok tersebut c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat 4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan jiwa. b. Kegiatan ibadah Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah. 5. Status mental a. Penampilan Biasanya penampilan klien kotor.
b. Pembicaraan Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian bicara cepat, keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung. c. Aktivitas motorik Biasanya aktivitas motorik klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat. d. Alam perasaan Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan e. Efek Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab f. Interaksi selama wawancara Biasanya klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan mudah tersinggung. g. Persepsi Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab pertanyaan dengan jelas h. Isi fikir Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja i. Tingkat kesadaran Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j. Memori Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang. k. Kemampuan penilaian Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan l. Daya fikir diri Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya 6. Kebutuhan persiapan pulang a. Makan Biasanya klien tidak mengalami perubahan b. BAB/BAK Biasanya klien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan c. Mandi Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh. d. Berpakaian/berhias Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dank lien tidak mengenakan alas kaki
e. Istirahat dan tidur Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti: menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur. f. Penggunaan obat Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dank klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat. g. Pemeliharaan kesehatan Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya. h. Aktifitas didalam rumah Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari. 7. Mekanisme koping Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah tangga. 8. Masalah psikologis dan lingkungan Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan lingkungan
9. Pengetahuan Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang penyakitnya, dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi dari obat yang diminumnya.
3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 1. Prilaku kekerasan 2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 3. Harga diri rendah
NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI TUJUAN KRITERIA EVALUASI 1.
Perilaku kekerasan TUM: - Pasien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai tanggung jawab. TUK: 1. PPasien dapat Membina Hubungan saling percaya Setelah dilakukan ...x20 menit interaksi diharapkan klien menunjukkan tanda- tanda
a. Pasien mau membalas salam. b. Pasien mau jabatan c. Pasien menyebutkan Nama d. Pasien tersenyum e. Pasien ada kontak Mata f. Pasien tahu nama Perawat Pasien menyediakan waktu untuk kontrak Beri salam / panggil nama pasien. Sebut nama perawat sambil Salaman Jelaskan maksud hubungan Interaksi Beri rasa nyaman dan sikap Empatis Lakukan kontrak singkat tapi sering TUK: 2. PPasien dapat mengidentifikasi penyebab marah / amuk
a. Pasien dapat Mengungkapkan perasaannya. b. Pasien dapat menyebutkan perasaan marah / jengkel Beri kesempatan untuk Mengungkapkan perasaannya. Bantu pasien untuk mengungkapkan marah atau jengkel. TUK: 3. PPasien dapat mengidentifikasi tanda marah
a. Pasien dapat mengungkapkan perasaan saat marah /jengkel. b. Pasien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel / kesal Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan saat marah /jengkel. Observasi tanda perilaku kekerasan pada pasien
TUK: 4. PPasien dapat mengungkapkan perilaku marah yang sering dilakukan a. Pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan b. Pasien dapat bermain peran dengan perilaku marah yang dilakukan c. Pasien dapat mengetahui cara marah yang dilakukan menyelesaikan masalah atau tidak Anjurkan pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan pasien apa dengan cara itu bisa menyelesaikan masalah TUK: 5. PPasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku Kekerasan
a. Pasien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
Bicarakan akibat / kerugian cara yang dilakukan Bersama pasien menyimpulkan cara yang digunkana pasien. Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah yang sehat TUK: 6. PPasien mengidentifikasi cara construksi dalam berespon terhadap perilaku kekerasan
a. Pasien dapat melakukan berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu cara baru yang sehat Beri pujian jika pasien engetahui cara lain yang ehat Diskusikan cara marah yang sehat dengan pasien.
a) Pukul bantal untuk melampiaskan marah b) Tarik nafas dalam c) Mengatakan pada teman saat ingin marah Anjurkan pasien sholat atau berdoa TUK: 7. PPasien dapat mendemonstrasika n cara mengontrol marah
a. Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan a) Tarik nafas dalam b) Mengatakan secara langsung tanpa menyakiti c) Dengan sholat/berdoa Pasien dapat memilih cara yang paling tepat. Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang terpilih Bantu pasien menstimulasi cara tersebut. Beri reinforcement positif atas keberhasilan. Anjurkan pasien menggunakan cara yang telah dipelajari. 2. RPK (Resiko Perilaku Kekerasan) TUK: 8. PPasien dapat dukungan keluarga mengontrol marah
a. Keluarga pasien dapat : Menyebutkan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat pasien Identifikasi kemampuan keluarga merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien.
Jelaskan cara-cara merawat pasien. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat pasien. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi. TUK: 9. PPasien dapat menggunakan obat dengan benar
a. Pasien dapat menggunakan obat-obat yang diminum dengan kegunaannya. b. Pasien dapat minum obat sesuai program pengobatan Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien dan oeluarga. Diskusikan manfaat minum obat. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat Anjurkan pasien minum obat tepat waktu TUK: 10. PPasien dapat dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah
a. Lingkungan mengetahui bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan.
Jelaskan peran serta lingkungan terhadap kondisi pasien Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
3. Harga Diri Rendah (HDR) TUM: Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain TUK : 1. PPasien dapat membina hubungan saling percaya a. Ekspresi Wajah bersahabat , menunjukkan rasa scaang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapeutik Sapa pasien dengan ramah laik verbal maupun non verbal a. Perkenalkan diri dengan sopan b. Tanyakan nama iengkap pasien dan nama panggilan disukai pasien c. Jelaskan tujuan pertemuan d. Jujur dan menepati janji e. Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien apa adanya f. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien TUK : 2. Pasien dapat mengidentifikasi a. Daftar kemampuan yang dimiliki pasien di rumah sakit, rumah, sekolah dan tempat kerja Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki buat daftarnya Setiap bertemu pasien
kemampuan dan aspek positif yang dimilik b. Daftar positif keluarga pasien c. Daftar positif lingkungan pasien dihindarknn dari metnberi penilni; negatif Utamakan memberi pujian yang realistic pada kemampuan dan aspek positif pasien TUK 3. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan a. Pasien menilai kemampuan yang digunakan b. Pasien memiliki kemampuan yang dapat digunakan di rumah Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguna di rumah sakit Berikan pujian TUK : 4. Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki a. Pasien menilai kemampuan yang akan . dilatih b. Pasien mencoba Susunan jadwal harian Meminta pasien untuk:memilih satu kcgiatan yang mau dilakukan di rumah sakit Bantu pasien melakukannya jika perlu beri contoh Beri pujian atas keberhasilan pasien. Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih
Catatan : Ulangi untuk kemampuan lain sampai semua selesai TUK: 5. PPasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dari kemampuannya a. Pasien melakukan kegiatan yang telah di latih (mandiri, dengan bantuan atau tergantung) b. Pasien marnpu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kcgiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasian pasien Diskusikan kemungkinan penaksiiran di rumah TUK : 6. Pasien dapat memanfatka n system pendukung yang ada a. Keluarga memberi dakungan dan pujian b. Keluarga memahami jadwal kegiatan harian pasien Beri pendidikan kcschatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rcndah Bantu keluarga memberikan dukungnn selama pasien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan pasien di rumah Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap berhasil
6. Implementasi Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanankan berbagai strategi kegiatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam tindakan keperawatan 7. Evaluasi Evaluasi pada pasien Evaluasi pada keluarga Pasien mampu 1. Menyebutkan penyebab, tanda gejala prilaku kekerasan, jenis prilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan akibat dari prilaku kekerasan 2. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol prilaku kekerasan secara fisik 1 yaitu tarik nafas dalam 3. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol prilaku kekerasan secara fisik 2 yaitu memukul bantal dan kasur 4. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol prilaku kekerasan secara verbal
Keluarga mampu 1. Mencegah terjadinya prilaku kekerasan 2. Menunjukan sikap medukung dan menghargai 3. Memotivasi dalam mengontrol prilaku kekerasan 4. Mengidentifikasi prilaku yang harus segera di laporkan ke perawat
5. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual 6. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol prilaku kekerasan dengan patuh minum obat
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta. Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta. Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I. Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta. Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta. Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta. Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta. Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta. WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.