Anda di halaman 1dari 19

TRANSFER PRICING

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Akuntansi Internasional
yang dibina oleh Dr. Puji Handayati, S.E, M.Si, Ak.
Oleh
Santy Hafidha Yuanitasari 409422419911
Frida Yunas Febriana 409422419912
Novia Rathi Sabrina 409422419913
Shanti Riski Herdianawati 409422419914
Ade Imanuel Chandra 409422421107
Aftor Triawan Atmaja 409422421109
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
J URUSAN AKUNTANSI
APRIL 2012
TRANSFER PRICING
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi sistem informasi dan
komunikasi, telah mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan sistem ekonomi
global. Penyatuan sistem ekonomi global mendorong tumbuhnya perusahaan-perusaahaan
multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatu negara. Kesatuan aktivitas
perekonomian ini terlihat jelas pada aktivitas bursa saham dan perdagangan valuta asing, serta
perpajakan internasional.
Salah satu masalah yang muncul terkait cross border transaction adalah transfer
pricing. Kebutuhan akan penentuan harga transfer muncul saat barang atau jasa dialihkan
antar unit organisasi dari satu perusahaan yang sama . Harga transfer merupakan substitusi
dari harga pasar. Harga transfer digunakan saat sebuah anak perusahaan menjual sesuatu ke
anak perusahaan yang lain.
Beberapa aspek terkait dengan transfer pricing adalah perusahaan multinasional yang
berperan dalam aktivitas transfer pricing. Selain itu tujuan dan metode metode dalam
penetapan harga transfer perlu dikaji untuk memutuskan metode mana yang paling baik dan
cocok untuk menetapkan harga transfer. Praktik dan masa depan dari transfer pricing perlu
diperhatikan karena kebijakan transfer pricing dapat berubah-ubah seiring perkembangan
waktu. Berdasarkan uraian di atas maka makalah ini mengambil judul Transfer Pricing.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut.
1) Apa pengertian dari perusahaan multinasional?
2) Apa pengertian dari transfer pricing?
3) Apa tujuan dari transfer pricing?
4) Bagaimana Metode Penetapan Harga Transfer?
5) Bagaimana Praktik Penetapan Harga Transfer?
6) Bagaimana masa depan transfer pricing?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki tujuan penulisan
sebagai berikut.
1) Mengetahui pengertian dari perusahaan multinasional.
2) Mengetahui pengertian dari transfer pricing.
3) Mengetahui tujuan dari transfer pricing
4) Menjelaskan metode penetapan hargatransfer.
5) Menjelaskan praktik penetapan harag transfer.
6) Menjelaskan masa depan dari transfer pricing.
2. Pembahasan
2.1 Pengertian Perusahaan Multinasional
Pengertian perusahaan multinasional (multinasional company, multinasional
enterprise ) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut (Suandy, 2003) :
1) Frederick D.S. Choi dan Gerhard G. Mueller
Multinational corporations transfer technology all over the globe, raise capital where it is
cheapest, often produces where costsbare lowest, and develops markets wherever people will
buy its products and services.
2) Dr. Gunadi, M.sc., Ak.
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di berbagai negara dengan
membuka cabang, mengorganisasi anak perusahaan atau melakukan kontrak keagenan, dan
sebagainya.
3) Christoper Nobes dan Robert Parker
Multinational companies may be broadly as those which produce a good or service in two
or more countries.
4) Robert E. Tindall
Multinational enterprise is a combination of companies of different nationality connected by
means of shareholdings, managerial control or contract and constituting as economic unit.
5) Erly Suandy
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas-batas
negara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian
manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan,
agen dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah
pajak ( meminimalkan pajak).
2.2 Pengertian Transfer Pricing
Transfer pricing disebut juga intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional pricing, internal pricing. Pengertian transfer pricing dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pengertian yang bersifat netral dan pejoratif. Pengertian netral mengasumsikann
bahwa transfer pricing adalah murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif
pengurangan beban pajak. Sedangkan pengertian pejoratif mengasumsikan transfer pricing
sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain, menggeser laba ke
negara yang tarif pajaknya rendah. (Suandy, 2003)
Pengertian netral menurut para ahli di antaranya:
1) Dr. Gunadi, M.Sc.Ak.
Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa atau pengalihan teknologi antar- perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa.
2) Sophar Lumbantoruan
Transfer pricing atau transfer harga adalah penentuan harga balas jasa suatu transaksi
antarunit daalm suatu perusahaan atau antar unit dalam suatu perusahaan antar perusahaan
dalam suatu grup.
3) Robert N. Anthony, Glenn A. Welsch dan James S. Reece
A transfer price is a price used to measure the value of goods or services furnished by
a profit center to other responsibility centers within a company.
4) Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan thomas W. Lin
Transfer pricing adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-unit bisnis
yang berbeda di dalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. Produk produk tersebut
mungkin merupakan produk akhir yang dapat dijual pada pelanggan luar atau produk
menengah yang merupakan komponen produk akhir.
Sedangkan pengertian secara pejoratif di antaranya:
1) Charles T. Horngren Dan Gary L. Sundem
Transfer prices are the amount charged by one segment of an organization for a
product that it supplies to another segment of the same organization in multinational
companies, transfer price are used to minimize worldwide income taxes and import duties.
2) Dr. Gunadi, M.Sc, Ak
Transfer pricing adalah suatu rekayasa manipulasi hargasecara sistematis dengan
maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak
atau bea di suatu negara.
3) Prof. Dr. Rochmat soemitro, SH.
Transfer pricing adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur (invoice) pada barang
barang ( juga jasa-jasa) yang diserahkan antar bagian/ cabang suatu multinasional enterprises.
2.3 Tujuan Transfer Pricing
Kebutuhan akan penentuan harga transfer muncul saat barang atau jasa dialihkan
antarunit organisasi dari satu perusahaan yang sama . Harga transfer merupakan substitusi dari
harga pasar. Harga transfer digunakan saat sebuah anak perusahaan menjual sesuatu ke anak
perusahaan yang lain. Sistem penentuan harga transfer menempatkan nilai moneter atas
pertukaran dalam perusahaan yang terjadi antarunit operasi.Harga ini dicatat oleh penjual
sebagai pendapatan dan dicatat oleh pembeli sebagai biaya.
Mengembangkan sistem penentuan harga transfer perusahaan multinasional jauh lebih
kompleks daraipada mengembangkan sistem domestik. Sama seperti perusahaan domestik,
sistem penentuan harga transfer perusahaan multinasional seharusnya dapat mendorong
manajer untuk membuat keputusan yang mendukung tujuan kantor pusat. Menyediakan
kinerja ukuran ekonomi anak perusahaan yang masuk akal kadang merupakan suatu tujuan
penentuan harga transfer yang tidak relevan ketika berhadapan dengan perusahaan
multinasional. Sistem penentuan harga perusahaan multinasional harus memenuhi tujuan
perencanaan strategis, sistem pengendalian manajemen, dan sistem evaluasi kinerja.
Tujuan penentuan harga transfer internasional menurut (Gernon dan Meek,2007) :
1. Meminimalisasi pajak skala dunia
Sistem penentuan harga transfer dapat digunakan untuk mengalihkan laba kena pajak
dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak yang tinggi ke negara lain dengan tingkat pajak
yang lebih rendah; hasilnya, perusahaan multinasional akan mendapat laba setelah pajak yang
tinggi. J ika sistem evaluasi kinerja tidak konsisten dengan sistem penentuan harga transfer,
maka manager anak perusahaan bisa terdorong melakukan pengambilan keputusan yang tidak
dikehendaki. J ika setiap anak perusahaan dievaluasi sebagai pusat laba yang independen,
maka kebijakan penentuan harga transfer harus dipertimbangkan saat mengevaluasi kinerja
manajer. J ika tidak, maka akan timbul konflik antara tujuan anak perusahaan dengan tujuan
perusahaan multinasional.
2. Meminimalisasi bea impor skala dunia
Harga transfer dapat mengurangi tarif. Bea impor biasanya diterapkan pada transfer
interperusahaan, sama seperti pada pihak pembeli bukan afiliasi. J ika barang ditrnsfer pada
harga yang rendah, maka bea impor akan menjadi lebih rendah. Strategi yang sama
dapatdigunakan jika perusahaan menempatkan batas atas nilai barang yang boleh diimpor.
Dengan menilai rendah harga transfer, sebuah anak perusahaan dapat mengimpor barang dan
jasa dalam jumlah yang lebih banyak. Jika sebuah negara memiliki tarif impor yang rendah,
maka dapat digunakan hargatransfer yang lebih tinggi.
Tarif saling berinteraksi dengan pajak pendapatan. Bea impor yang rendah sering
dikaitkan dengan negara dengan tarif pajak pendapatan yang tinggi, dan jugaberlaku
sebaliknya. Perusahaan multinasional harus menangani administrator pajak negara
pengekspor. Tarif impor yang lebih tinggi akan menyebabkan laba yang lebih rendah untuk
menentukan besarnya pajak pendapatan. Perusahaan multinasional harus mengevaluasi
manfaat pajak pendapatan yang rendah (tinggi)dalam negara pengimpor dengan tarif impor
yang tinggi (rendah) sekaligus pajak penghasilan yang mungkin tinggi (rendah) yang harus
dibayar perusahaan multinasional dalam negara pengekspor.
3. Penghindaran restriksi finansial
J ika pemerintah memberlakukan restriksi ekonomi pada operasi perusahaan
multinasional, harga transfer dapat mengurangi dampak pengendali nasional tersebut.
Misalnya, sebuah negara membatasi jumlah kas yang keluar dalam bentuk pembayaran
deviden. Penetapan harga transfer yang tinggi atas barang yang diimpor ke dalam negara
tersebut dapat memfasilitasi aliran kas yang diharapkan karena anak perusahaan pengimpor
Hanya saja, transfer kas dalam tidak mudah dicapai dalam negara yang melakukan
pengawasan ketat terhadap harga ekspor dan impor.
Beberapa negara mengaizinkan kredit pajak atau subsidi atas dasar nilai barang yang
diekspor. Dalam kasus ini, harga transfer yang tinggi atas produk yang diekspor akan diikuti
dengan kredit pajak yang lebih besar atau subsidi yang lebih tinggi. Kredit pajak akan
mengurangi utang pajak terkait yang mesti ditanggung oleh negara induk. Subsisi biasanya
dalam bentuk pembayaran dari pemerintah ke anak perusahaan.
Restriksi terhadap perusahaan multinasional juga dapat berupa larangan terhadap anak
perusahaan asing unutuk mengurangi biaya tertentu yang disediakan oleh perusahaan induk
terhadap laba kena pajak. Biaya yang tidak boleh dikurangkan antara lain biaya penelitian dan
pengembangan, biaya umum dan administrasi , dan biaya royalti. Dengan menaikkan harga
transfer atas impor ke anak perusahaan, biaya ini dapat terkompensasi.
J ika perusahaan multinasional ingin menunjukkan profitabilitas rendah (tinggi), maka
perusahaan multinasional dapat menggunakan harga transfer tinggi (rendah) atas impor ke
anak perusahaan. Suatu perusahaan multinasional mungkin ingin menunjukkan kondisi yang
tidak terlalu menguntungkan untuk mencegah pesaing potensial memasuki pasar. Laba yang
tinggi dapat memicu karyawan anak perusahaan menuntut upah yang lebih tinggi atau bahkan
meminta rencana bagi hasil. Pengambilalihan anak perusahaan dengan profitabilitas tinggi
mungkin dapat dihindari jika anak perusahaan tersebut tampak tidak terlalu menguntungkan.
Harga transfer yang lebih rendah atas impor juga dapat meningkatkan posisi keuangan
anak perusahaan. Hal ini mungkin dikehendaki, yaitu saat perusahaan multinasional ingin
mendanai anak perusahaan asing dengan dana dari kreditur lokal, dan bukan dari modal
kantor pusat. Dalam kasus ini, kreditur mengharapkan kondisi financial yang positif. Harga
transfer yang rendah juga memungkinkan anak perusahaan menikmati posisi daya saing yang
baik selama masa pertumbuhan awal anak perusahaan tersebut.
4. Mengeelola fluktuasi nilai mata uang
Negara yang mengalami masalah dengan neraca pembayaran mungkin memutuskan
untuk menurunkan nilai mata uang negara. Kerugian akibat devaluasi mungkin dapat
dihindari dengan menggunakan harga transfer yang tinggi untuk mentransfer dana dari negara
tersebut ke negara kantor pusat atau ke afiliasi yang lain.
Masalah neraca pembayaran sering dipicu oleh lingkungan yang mengalami inflasi.
Inflasi mengerosi daya beli moneter perusahaan multinasional. Panggunaaan harga transfer
yang tinggi atas barang yang diimpor ke dalam lingkungan semacam ini akan menjadi metode
penyingkiran kas yang tepat.
5. Mendapat penghargaan dari pemerintahan negara tuan rumah
Manipulasi harga transfer buaknnya tidakterdeteksi. Pemerintah semakin peduli pada
penentuan harga antaranak perusahaan dalam satu perusahaan dan dampaknya terhadap laba
yang dilaporkan . Mengingat perusahaan multinasional harus mempertahankan eksistensinya,
maka perusahaan multinasional perlu menjaga hubungan yang positif denga pemerintah
negara tuan rumah. Terus-menerus melakukan perubahan dan manipulasi harga transfer
bukanlah satu kebijakan yang baik.
Saat ini, semakin banyak pemerintah yang sadar akan penggunaan harga transfer yang
tinggi dan rendah. Pengguanaan harga direkayasa tersebut akan menyebabkan perusahaan
kehilangan nama baik. Dalam jangka panjang, akan lebih menguntungkan jika perusahaan
multinasional menyusun kebijakan penentuan harga transfer yang memuaskan otoritas asing,
sekalipun hal ini berarti mengorbankan sebagian laba perusahaan.
Perusahaan multinasional dapat memilih dan menyusun satu set informasi keuangan
untuk pemerintah asing dan satu set informasi keuangan untuk kantor pusat yang digunakan
untuk proses pengendalian pengelolaan dan sistem evaluasi kinerja. Sayangnya, informasi
yang disajikan pada pemerintah asing seringkali digunakan untuk mengevaluasi kinerja anak
oerusahaan, sementara anak perusahaan dipesan untuk merendahkan laba agar dapat
meminimalkan pajak yang harus dibayar. Jika kantor pusat mengabaikan fakta bahwa
rendahnya laba disebabkan oleh harga transfer yang tidak menguntungkan, maka manajer
anak perusahaan bisa sakit hati pada manajer kantor pusat. Kemudian, manajer anak
perusahaan mungkin akan melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Dalam jka angka
panjang, masalah moral dapat berkembang dan merusak dampak jangka pendek
meminimalisasi pajak.
Penentuan apakahharga transfer merupakan satu bisnis sama seperti isu pajak yang
harus dipertimbangkn oleh manajer kantor pusat saat manajer menyusun rencana. Sayangnya,
penentuan harga transfer jarang dibicarakan pada tingkat rapat dewan direksi. Survei Ernst
and Young, menemukan bahwa hanya sekitar 25 persen perusahaan multinasional yang
mempertimbangkan harga transfer sebagai salah satu proses perencanaan strategi. Perusahaan
multinasional lain menempatkan penentuan harga transfer setelah pembuatan keputusan
strategi dan memperlakukan penentuan harga transfer sebagai persoalan kepatuhan
perpajakan, bukan sebagai isu strategis yang penting. Perilaku seperti ini menyebabkan
tingginya biaya pajak.
Tujuan transfer pricing menurut Suandy (2003:76) yaitu:
1) Memaksimalkan penghasilan global
2) Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar.
3) Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
4) Menghindarkan pengendalian devisa.
5) Mengatrol kredibilitas asosiasi.
6) Mengurangi risiko moneter.
7) Mengatur cashflow anak/cabang perusahaan yang memadai
8) Membinahubungan baik denagn administrasi setempat.
9) Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10) Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah
2.4 Metode Penetapan Harga Transfer
Pemilihan harga transfer merupakan masalah sulit bagi perusahaan multinasional yang
mencoba menyeimbangkan kebutuhan berbagai peraturan perpajakan dengan tuntutan anak
perusahaan mereka sendiri. Pada tahun 1968, Amerika Serikat menetapkan peraturan
formal untuk menangani masalah praktik penentuan harga transfer. Amerika merupakan
negara pertama yang menangani persoalan pilihan harga transfer. Kemudian pada tahun
1992, Amerika Serikat secara agresif mulai melakukan penegakan terhadap regulasi
tersebut, serta mengenalkan tuntutan dokumentasi penentuan harga transfer yang ekstensif
dan pinalti tanpa-negosiasi yang mahal. Sejak itu, Australia, Brasil, Kanada, Perancis,
Korea, dan Meksiko menembangkan tuntutan dokumentasi dan pinalti yang bertujuan
melindungi basis pajak mereka sendiri.
Semua perusahaan multinasional yang menjalankan bisnis di Amerika Serikat harus
memperhitungkan Internal Revenue Code(IRC) Section 482 saat menentukan harga
transfer untuk transaksi inter perusahaan (transaksi inter perusahaan dari sudut pandang
kantor pusat). Section 482 memberi otoritas kepada Internal Revenue Service (IRS) untuk
merealokasikan laba dan deduksi di antara anak perusahaan jika IRS menetapkan bahwa
realokasi tersebut perlu dilakukan untuk mencegah penghindaran pajak, penurunan pajak
secara illegal, atau untuk memperjelas penghasilan anak perusahaan. Penjualan barang
interperusahaan harus dilakukan dengan menggunakan harga pasar yang wajar. Selain itu,
IRS juga menelaah transfer jasa, aktiva tidak berwujud, dan perjanjian pembagian beban
penelitian dan pengembangan di antara entitas yang ada di bawah kendali kantor pusat.
Kewajiban menggunakan harga transfer yang wajar tidak selalu mendukung perusahaan
multinasional untuk mengejar tujuan maksimalisasi laba skaladunia. Menurut IRS, prinsip
harga wajar yang harus diterapkan adalah apakah pihak lain yng tidak memiliki hubungan
istimewa dengan level pengalaman tertentu dan memiliki pertimbangan bisnis yang baik,
bersedia sepakat dengan jangka kontrak yang sama. Prinsip ini tidak selalu mendukung
tujuan filosofi penentuan harga perusahaan multinasional.
Sebuah perusahaan multinasional yang mengejar meminimalisasi pajak harus hati-hati
menggunakan harga transfer yang tampak memenuhi prinsip harga wajar, agar terhindar
dari telaah IRS. IRC dan regulasi terkait mengijinkan penggunaan tiga metode penetapan
harga yang dianggap memenuhi prinsip harga wajar, antara lain:
1. Metode harga tidak terkendali yang dapat dibandingkan, lebih dikenal dengan istilah
harga pasar.
2. Metode harga jual kembali, harga jual dari produk yang diterima oleh distributor
dikurangi penambahan yang wajar.
3. Metode cost plus, lebih dikenal dengan istilah harga transfer berdasarkan biaya,
Ketiga metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan di seluruh dunia.
Metode lain diijinkan jika perusahaan multinasional mampu menunjukkan bahwa harga
tersebut mendekati harga wajar.
Sekalipun Amerika Serikat memiliki peraturan penentuan harga transfer yang
komprehensif, namun tetap sulit untuk menentukan metode penentuan harga yang tepat
dan ada banyak persoalan yang dapat menimbulkan ketidaksepakatan antar pembayar
pajak dengan IRS. Fakta menunjukkan bahwa semakin banyak praktik penentuan harga
transfer perusahaan multinasional yang diinvestigasi oleh otoritas pajak nasional, semakin
bertambah ketidakpastian dan resiko bagi investasi perusahaan multinasional dan
perencanaan strategis perusahaan multinasional.
Banyak perusahaan yang mempertimbangkan penggunaan Advanced Pricing
Agreements (APA) sebagai sarana untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. APA
merupakan perjanjian yang mengikat antara pembayar pajak dengan IRS mengenai metode
harga transfer untuk transaksi interenasional tertentu. Pada tahun 1998 51 APA
ditandatangani, jumlah perjanjian terbanyak dalam satu tahun sejak program tersebut
dimulai pada tahun 1991. Baru-baru ini, IRS menyederhanakan proses pembuatan APA
agar dapat diakses oleh perusahaan yang lebih kecil. Kanada juga memiliki program APA
formal.
Keuntungan APA (Gernon dan Meek, 2007):
1. Memberi perusahaan kesempatan untuk mendapatkan persetujuan awal ARS dan
otoritas perpajakan asing terkait dengan kebijakan harga transfer mereka.
2. Perjanjian ini mengikat, dan perusahaan tidak akan menjadi subyek pertanyaan lebih
lanjut.
3. Kepastian perlakuan membuat perencanaan strategis jangka panjang menjadi lebih
mudah.
4. Berguna dalam menghadapi fakta atau kondisi tidak lasim yang dapat memengaruhi
profitabilitas transaksi inter perusahaan.
5. Berguna jika perusahaan mengimplementasikan sebuah metode yang tidak diungkapkan
dalam regulasi IRS Section 482.
Manfaat APA ( advanced pricing agreement) menurut Erly suandy (2003:84) antara
lain:
1) memberikan kepastian kepada wajib pajak atas semua penghitungan mengenai harga
transaksi dengan mengguankan metode yang disetujui.
2) memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajaktermasuk kepastian mengenai
kewajiabn pajak yang berkaitan denagn transfer pricing.
3) mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlaku
harga transaksi yang telah disepakati oleh Wajib Pajak dan otoritas pajak.
4) dapat mencegah praktik transfer pricing ayng tidak benar dan semata-mata hanya
untuk menghindari pajak.
Kerugian APA (Gernon dan Meek, 2007):
1. Mendesak perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang sensitive (bersifat
rahasia).
2. Kurangnya fleksibilitas dalam penyesuaian kebijakan penentuan harga transfer.
3. Mewajibkan dokumentasi dan administrasi substansial, dan mewajibkan perusahaan
memiliki pakar profesional.
Menaati dan menjalankan perjanjian ini adalah satu hal yang mahal dan kompleks.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan APA yaitu adanya
potensi kerugian (Suandy, 2003) yaitu:
1) pengorbanan waktu dan biaya ayng dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.
2) wajib Pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia perusahaan
kepada otoritas pajak.
2.4.1 Pasar Versus Biaya
Kegunaan harga transfer yang berorientasi pasar menawarkan beberapa keuntungan.
Harga pasar menunjukkan peluang biaya dengan suatu pemindahan yang tidak menjual di luar
pasar, dan kegunaan mereka akan mendorong efisiensi kegunaan dari sumber-sumber
perusahaan yang jarang digunakan. Kegunaan mereka juga disebut-sebut konsisten dengan
orientasi pusat laba terdesentralisasi. Harga pasar membantu membedakan mana usaha yang
dapat menguntungkan dengan usaha yang tidak dapat menguntungkan, dan lebih mudah untuk
mempertahankan otoritas perpajakan sebagai rentangan harga.
Keuntungan dari pasar berbasis harga transfer harus dititikberatkankan pada beberapa
kelemahan. Salah satunya adalah penggunaan harga transfer tidak memberikan perusahaan
keleluasaan untuk menentukan harga untuk tujuan atau strategi persaingan. Masalah yang
lebih mendasar lagi adalah seringnya tidak ada pasar menengah untuk produk atau servis yang
diragukan. Multinasional andil dalam transaksi dimana perusahaan independen tidak
bertanggung jawab, seperti mengirim sebuah barang berharga, sangat mengandalkan teknik
dari cabang perusahaan. Hubungan transaksi antarcabang seperti ini sering berbeda dalam
kepentingan dan cara mendasar dari kelayakan transaksi di antara pihak yang tidak
berhubungan.
Biaya berbasis sistem penetapan biaya transfer menghasilkan banyaknya keterbatasan.
Terlebih lagi, mereka (1) mudah digunakan, (2) berdasarkan data yang sudah ada, (3) mudah
menentukan otoritas pajak, dan (4) bersifat rutin, dengan demikian membantu menghindari
keretakan internal yang sering memunculkan lebih banyak sistem arbitrari.
Tentu saja, biaya berbasis sistem penetapan biaya transfer juga tidak sempurna.
Sebagai contoh, penjualan barang atau jasa pada biaya aktual mungkin memberikan sedikit
biaya tambahan bagi penjual untuk mengendalikan biaya mereka. Produksi tidak efisien
mungkin bisa disalurkan kepada pembeli dengan harga dinaikkan. Sistem biaya sangat
menekankan pada biaya historis, yang mengabaikan hubungan penawaran dan permintaan,
dan tidak mengalokasikan biaya untuk barang atau jasa tertentu dalam hal kepuasan. Masalah
tentang penentuan biaya digabungkan secara internasional larena konsep penghitungan biaya
berbeda untuk tiap negara.
2.4.2 Prinsip Arms- Length
Ciri khas multinasional adalah sebuah usaha yang terintegrasi: cabang perusahaan
tersebut di bawah kendali dan berbagi sumber serta tujuan secara umum. Kebutuhan untuk
menentukan pemasukan yang bisa dikenakan pajak di berbagai negara yang berarti bahwa
multinasional harus mengalokasikan pendapatan dan pengeluaran di antara cabang perusahaan
dan menentukan harga transfer untuk transaksi antarperusahaan.
Otoritas pajak di seluruh dunia telah mengembangkan harga transfer yang rumit dan
regulasi alokasi pendapatan sebagai bagian dari sistem pajak penghasilan mereka.
Kebanyakan berdasar pada prinsip arms length, dimana harga transfer antarperusahaan
seolah-olah terjadi antara pihak yang tidak berhubungan dalam pasar kompetitif. OECD
menemukan beberapa metode besar dalam menetapkan harga berdasarkan arm,s price.
Merunut pada apa yang dijelaskan tentang U.S. Internal Revenue Code, adalah metode
perbandingan harga tidak terkendali, metode perbandingan transaksi tidak terkendali, metode
harga penjualan ulang, metode biaya lebih, metode perbandingan keuntungan, metode
pembagian keuntungan, dan metode lainnya.
2.4.3 Metode Perbandingan Harga Bebas
Harga transfer ditentukan dengan mengacu pada harga yang digunakan dalam
persamaan transaksiantara perusahaan independen atau antara perusahaan dan pertai ketiga
yang tidak berhubungan. Hal ini tepat ketika barang mencukupi dimana mengendalikkan
penjualan yang dapat dibandingkan dengan penjualan di pasar terbuka. Barang yang bersifat
komoditas biayanya menggunakan metode ini untuk transaksi internal.
2.4.4 Metode Perbandingan Transaksi Bebas
Metode ini menerapkan transfer aset tak berwujud. Mengidentifikasi patokan nilai
royalti dengan mengacu pada metode harga transaksi bebas dimana aset tak berwujud yang
sama atau serupa telah ditransfer. Seperti metode perbandingan harga bebas, metode ini
membahas tentang perbandingan harga.
2.4.5 Metode Harga Penjualan Ulang
Metode ini menghitung sebuah harga arms length yang diawali dengan harga
penjualan akhir dimana barang yang disebutkan dijual ke pasar bebas. Margin yang tidak
tepat untuk menutupi pengeluaran dan profil normal kemudian diambil dari harga ini untuk
memperoleh harga transfer antarperusahaan. Metode ini biasanya digunakan ketika
perusahaan yang membeli barang adalah cabang penyalur atau penjualan.
Untuk menggambarkan metode penetapan harga ini, bayangkan bahwa perusahaan
yang berupaya menetapkan harga produknya yang dijual oleh salah satu unit usaha kepada
perusahaan distribusi luar negeri. Catatan laporan pendapatan yang berhubungan dengan
fakta-fakta lain dari unit distribusi adalah sebagai berikut:
1. penjualan bersih (oleh unit distribusi)
$ 300 per unit dari 100.000 unit $ 30.000.000
2. biaya lain-lain (OE) 1.200.000
3. biaya lain-lain dalam presentase penjualan 4,0%
4. ongkos dan asuransi untuk impor $ 1,50/unit
5. biaya pengepakan (packaging cost-PC) $ 2,00/unit
6. biaya bea-impor (custom duties-CD) 5,0%
7. harga penjualan bersih (net sales price-NSP) unit distribusi $ 300/unit
Tujuannya adalah untuk menghitung harga transfer antara kedua unit distribusi
tersebut di mana unit menutupi semua biaya dan mendapatkan keuntungan normal. Metode
harga penjualan kembali adalah pendekatan pekerjaan mundur. Jika perusahaan mewajibkan
margin tambahan 5 persen untuk menutupi risiko usaha dan memberikan keuntungan yang
tepat, margin produk total akan dihitung sebagai berikut:
1. biaya lain-lain 4,0%
2. margin tambahan untuk risiko dan profit (AM) 5,0%
3. total margin (TM) 9,0%
Unit distribusi harus membayar ongkos dan biaya asuransi untuk bea impor dan
produk disamping harga transfer. Sehingga biaya impor unit distribusi berbeda dari hari harga
transfer. Kemudian, harga transfer per unit dari produk yang dikirimkan kepada unit distribusi
menjadi:
TP = {[NSP x (100% - TM) - PC] / (100 + CD)} FI
TP = {[300 x (100% - 9%) - $ 2] / (100% + 5%)} - $ 1,50
TP = $ 256,60
Perhitungan tersebut meluruskan harga jual bersih dari margin total, biaya
pengepakan, ongkos dan biaya asuransi, dan biaya impor supaya mendapatkan harga transfer.
Jelasnya, faktor 1,05 meluruskan $271 harga biaya impor sebelum bea sejumlah $258,10.
Biaya lain yang bisa dikenakan bea diambil dari jumlah ini untuk menjadikan harga transfer
$256,60. Biaya impor menyetarakan harga transfer plus dan ongkos dan asuransi, dengan bea
yang dikenakan untuk keduanya. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Biaya Unit
Harga transfer $ 256,60
+ ongkos dan asuransi 1,50
Subtotal 258,10
Bea (5%) 12,90
Biaya impor $ 271,00
Untuk kinerja harga transfer terbalik:
Harga penjualan bersih $ 300,00
Margin untuk menutupi pengeluaran lain dan profit normal (9%) -27,00
Pengepakan -2,00
Ongkos dan asuransi -1,50
Biaya bea -12,90
Harga transfer $ 256,60
2.4.6 Metode Penetapan Harga Biaya Lebih
Penetapan harga biaya lebih adalah sebuah pendekatan bekerja maju dimana kenaikan
harga ditambahkan untuk biaya transfer cabang perusahaan dalam mata uang lokal. Kenaikan
harga biasanya mencakup menghubungkan biaya keuangan yang berkaitan dengan biaya
tambahan ekspor, piutang, dan aset yang digunakan dan persentase biaya yang menutupi
produksi, distribusi, pergudangan, pengapalan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan
usaha ekspor. Sebuah penyeragaman sering dibuat untuk menggambarkan subsidi pemerintah
yang dirancang untuk membuat biaya produksi kompetitif di kancah internasional.
Metode penetapan harga ini akan sangat berguna ketika barang setengah jadi yang
ditransfer antarcabang di luar negeri, atau ketikasatu entitas adalah sebuah pemborong
bawahanuntuk yang lainnya. Masalah utama dari pengukuran melibatkan penghitungan biaya
pengiriman barang dan memastikan kenaikan harga yang tepat.
2.4.7 Metode Perbandingan Keuntungan
Metode ini mendukung ide umum di mana pembayar pajak dalam kondisi serupa
seharusnya mendapatkan pengembalian yang sama dari periode waktu yang masuk akal.
Return in capital employed ( ROCE) merupakan sebuah indikator level profit utama. Dalam
pendekatan ini , pendapatan usaha rata-rata modal menggunakan rasio dari patokan yang
dibandingkan dengan ROCE yang dipertanyakan. Aplikasi metode ini memerlukan adanya
penyeragaman atas semua perbedaan di antara perbandingan meliputi perbedaan kondisi
penjualan, perbedaan biaya modal, valuta asing dan risiko lainnya, dan perbedaan dalam
praktik pengukuran akuntansi.
2.4.8 Metode Pembagian Keuntungan
Metode pembagian keuntungan digunakan ketika tidak ada patokan produk atau
pasar, membagi keuntungan yang dihasilkan oleh transaksi perusahaan yang berkaitan
menggunakan alokasi persentase keuntungan gabungan dari perusahaan bebas dengan jenis
aktivitas dan transaksi sama.
Sebuah metode yang lebih canggih lagi, metode pembagian keuntungan residual,
menggunakan pendekatan dua langkah. Pertama, fungsi pertama yang dilakukan oleh satuan
cabang perusahaan -induk dan cabangnya- dibiayai tiap tahapan proses produksi dengan
menggunakan patokan yang relevan. Perbedaan antara total keuntungan yang diperoleh
perusahaan gabungan dan semua yang bisa disertakan dalam fungsi rutin dianggap residual
profit, utamanya profit dari fungsi nonrutin. Residual ini, yang menyerupai goodwill tak
berwujud, kemudian membagi dasar nilai relatif dari setiap kontribusi partai cabang dengan
tak berwujud. Nilai ini bisa ditentukan dengan menggunakan acuan harga pasar wajar atau
biaya modal dari pengembangan tak berwujud.
2.4.9 Metode Penetapan Harga Lainnya
Metode penetapan harga lainnya dapat diterapkan dan diizinkan apabila hasil dalam
mengukur harga arms length lebih akurat. Kutipan OECD:
Hal ini harus dikenali bahwa harga arms length dalam berbagai kasus tidak
sepenuhnya bisa dipastikan dan dalam keadaan tersebut sangatlah penting untuk menemukan
alasan perkiraan yang tepat. Sering kali, akan sanagt berguana untuk mempertimbangkan
lebih dari satu metode untuk meraih kepuasan perkiraan harga arms length pada bukti-bukti
yang jelas ada.
Bagian 482 U.S Internal Revenue Code menjelaskan sebuah metode aturan terbaik
yang menuntut pembayar pajak untuk memilih metode penetapan harga transfer yang paling
baik berdasarkan keadaan dan kenyataan dari kasus tersebut. Hampir di setiap negara yang
memiliki undang-undang penetapan harga transfer ( termasuk Belgia, J erman, J epang,
Belanda dan Inggris) lebih memilih metode berbasis transaksi (dapat dibandingkan dengan
harga dan transaksi bebas, harga penjualan kembali, dan metode cost-plus ) daripada metode
berbasis keuntungan ( metode perbandingan profit dan pembagian keuntungan) .
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menetapkan harga transfer (Saphiro
dan McClellan dalam Choi, 2010) :
1) Menganalisis risiko, fungsi yang diperankanoleh cabang perusahaan, dan ekonomis serta
penentu yang sah yang memengaruhi penentuan harga.
2) menemukan dan menganalisis patokan transaksi dan perusahaan. Mencatat alasan untuk
setiap penyesuaian yang dibuat.
3) membandingkan hasil keuangan dari perusahaan sebanding dan pelaku pajak.
4) jika transaksi sebanding tersedia,mencatat kesamaan dan perbedaan mereka dengan
transaksi pelaku pajak.
5) mencatat alasan metode penetapan harga yang dipilih adalah yang paling masuk akal dan
tidak menggunakan metode lain.
6) memperbaharui informasi sebelum mencata pengembalian pajak.
2.4.10 Perjanjian Penetapan Harga Lanjutan
Kesesuaian harga transfer dengan pemerintah merupakan perhatian utama, yaitu
melalui peningkatan pengawasan terhadap perusahaan multinasional. Adanya kompleksitas
regulasi penetapan harga menyebabkan transaksi antar perusahaan menjadi target audit
pajak. Survei terhadap perusahaan multinasional menunjukkan bahwa mereka menganggap
penetapan harga transfer adalah masalah penting utamanya pajak internasional dan
berhadapan dengan audit penetapan harga transfer suatu saat adalah kepastian. (
Ernst&Young dalam Choi, 2010)
Advance Pricing Agreements (APAs), diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun
1991 adalah sebuah mekanisme dimana sebuah otoritas perpajakan dan multinasional dengan
sukarela merumuskan metodologi penetapan harag transfer yang disepakati dan bersifat
mengikat. Di dalam perjanjian ini, risiko dapat dikurangi atau dihapus dalam audit penetapan
harga transfer, hemat waktu dan biaya.
2.5 Praktik Penetapan Harga Transfer
Perusahaan multinasional memiliki berbagai dimensi meliputi, ukuran, industri,
kebangsaan, struktur organisasi, tingkat keterlibatan internasional, teknologi, produk atau
jasa, dan persaingan. Keberagaman metode harga transfer banyak ditemukan dalam
praktiknya dibandingkan dengan metode pasar (Cravens dalam Choi, 2010). Penetapan
harga transfer internasional terlebih dahulu dengan mengidentifikasi tujuanatau sasaran
seperti mengatur beban pajak yang dipengaruhi oleh tujuan lain dalam lingkup operasional,
seperti menjaga posisi persaingan perusahaan, mempromosikan evaluasi kelayakan proforma,
dan memotivasi pegawai. Selain itu dengan mengatur inflasi, risiko valas, serta mengurangi
transfer kas. Terkait hal di atas, masalah operasional memiliki prioritas penting dibandingkan
pajak dan penetapan harga saat ini memainkan perananan yang lebih penting dalam proses
perencanaan multinasional (Ernst & Young, dalam Choi 2010).
2.6 Masa Depan Transfer Pricing
Tantangan teknologi dan ekonomi global tidak terlepas dari perpajakan internasional.
Setiap negara memiliki hak dalam memutuskan besarnya penarikan pajak dalam masyarakat
dan lingkungan bisnis yang berlaku di negara tersebut. Kemampuan menarik pajak
bergantung informasi atas WP yang harus membayar. Akses internet memudahkan
perusahaan multinasional untuk memindahkan aktivitas ke negara yang berpajak rendah
sehingga akan menyuliotkan untuk mengawasi transaksi pajak internasional.
Metode penetapan harga yang diharuskan oleh negara-negara secara global
berdasarkan prinsip arms length. Usaha multinasional di negara berbeda dikenakan pajak
apabila perusahaan tersebut independen , yang menjalankan arms length satu sama lain.
Kelemahannya adalah perhitungan kompleks dari harga arms length saat ini kurang relevan
untuk perusahaan global. Beberapa peneliti menganjurkan sebuah pajak kesatuan sebagai
alternatif dalam menggunakan harga transfer untuk menentukan pemasukan yang wajib
dikenakan pajak.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di berbagai negara
dengan membuka cabang, mengorganisasi anak perusahaan atau melakukan kontrak
keagenan, dan sebagainya. Transfer pricing dapat dibedakan dalam dua pengertian yakni
secara netral dan pejoratif. Adapun tujuan dari transfer pricing di antaranya adalah
memaksimalkan penghasilan global,mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan
dan penetrasi pasar, dan mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara
.Beberapa metode penetapan harga transfer yaitu Pasar versus biaya, Prinsip Arms Length,
metode perbandingan harga bebas, transaksi bebas, dan sebagainya.
3.2 Saran
Adapun saran yang penulis ajukan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi pemerintah agar mampu membuat kebijakan undang-undang tersendiri mengenai
transfer pricing yang sesuai dengan kondisi perusahaan-perusahaan multinasional di
Indonesia.
2) bagi perusahaan-perusahaan multinasional, agar menerapkan transfer pricing sesuai
dengan standar dan ketetapan yang berlaku secara global.
3) bagi mahasiswa, sebagai pembelajaran mengenai transfer pricing dan mampu
menerapkan transfer pricing dalam kegiatan perkuliahan.
Daftar Rujukan
Choi, Frederick D.S dan Mueller, Richard D. (Ed. Salemba Empat) 2010. Akuntansi
Internasional Edisi Enam Buku 2. J akarta: Salemba Empat.
Gernon, Helen dan Meek,Gary K . 2007. Akuntansi Perspektif Internasional Edisi 5.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suandy, Early. 2003. Perencanaan Pajak Edisi Revisi. J akarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai