Anda di halaman 1dari 42

Dokter Pembimbing :

dr. Susan, Sp An.



Disusun oleh :
-Cynthia Cristiviane / 11.2012.181
-Devy Winata Chandra / 11.2012.182
Nama : Ny. IF
Usia : 21 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Sinar Laga RK 5, Tanjung Raya, Mesuji
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP

Masuk
tanggal 26
April 2014
Autoanamnesis tanggal 29 April 2014
Keluhan
Utama
Kejang sejak 8 jam SMRS
Keluhan
Tambahan
Pasien sedang hamil, pusing (+), muntah
(+), demam (+)
Pasien G1P0A0 gravida 39-40 minggu, datang dengan keluhan
kejang sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit (jam 02.00
WIB tanggal 26 April 2014). Kejang sebanyak 5x dengan lama
tiap kejang 5 menit. Pasien mengaku tidak sadar saat kejang.
Pasien mengeluh muntah sebanyak > 5x, kepala pusing,
demam. Keluhan seperti mules, keluar air-air, keluar darah dan
lendir, nyeri ulu hati dan pandangan kabur disangkal pasien. Tidak
ada keluhan bengkak pada kedua tungkai maupun seluruh tubuh.
Pasien mengatakan masih dapat merasakan pergerakan janin.
HPHT tanggal 20 Juli 2013. TP tanggal 27 April 2014
Pasien datang dalam kondisi terpasang selang kencing,
sebelumnya pasien sempat datang ke bidan untuk mendapatkan
pertolongan pertama. BAK dan BAB dalam batas normal. Tidak
ada riwayat kencing manis, darah tinggi, dan alergi obat. Pasien
biasa memeriksakan kehamilannya di Bidan. Pasien mengaku
tekanan darah dirasakan tinggi sejak usia kehamilan 8 bulan.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
Riwayat pernikahan
Menikah 1x saat usia 20 tahun
Riwayat kehamilan
Saat ini kehamilan I, riwayat keguguran disangkal
Riwayat KB
Pasien tidak pernah menggunakan KB sebelumnya
Riwayat operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi apapun
Riwayat antenatal care
Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan
Tampak sakit sedang
Keadaan
Umum
TD : 140/100
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36.6C
Pernapasan : 22x/menit
Tanda Vital
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Dada : tampak simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheexing (-/-)
Abdomen : membuncit sesuai usia kehamilan, tegang,
striae gravidarum (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-
Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : 52 kg
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+)
Palpasi :
Leopold I : teraba massa tidak bulat, tidak keras, tidak melenting
Leopold II : teraba tahanan lebih besar di sebelah kanan (pu-ka)
Leopold III : teraba massa bulat, keras dan melenting
Leopold IV : konvergen, bagian terendah belum masuk PAP
TFU : 30 cm, TBJ : 2945 gram
DJJ : 128x/menit
His : -
Pemeriksaan dalam
Inspeksi : vulva vagina tidak ada kelainan,
VT : ostium tertutup
ASA II
Pasien dengan penyakit sistemik ringan-sedang
Tanggal 26 April 2014 (Laboratorium)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 10.6 12.0 16.0 g/dl
Leukosit 20200 5000-10000 /uL
Hematokrit 31.8 38 - 47 %
Trombosit 366000 150000 - 450000 /uL
GDS 237 mg/dl
Ureum 15 10-50 mg%
Kreatinin 0.8 < 1 mg%
SGOT 33 < 31 u/L
SGPT 29 < 31 u/L
Tanggal 26 April 2014 (urinalisa)
Warna : kuning
Kejernihan : keruh
Leukosit : -
pH : 6.0
Protein : ++
Glukosa : -
Keton : ++
Bilirubin : -
Eritrosit : +++
Nitrit : -
Urobilinogen : normal
Tanggal 28 April 2014 (foto rontgen thorax AP)
Cardiomegali dengan edema paru
Elongatio aorta
Aorta sclerosis
Terpasang NGT, ujung NGT diproyeksi gaster

Ny. IF, usia 21 tahun, G1P0A0 datang dengan rujukan bidan,
dengan keluhan kejang sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit
(jam 02.00 WIB tanggal 26 April 2014). Kejang sebanyak 5x,
dengan lama tiap kejang 5 menit. Pasien mengaku tidak sadar saat
kejang. Pasien mengeluh muntah sebanyak > 5x, kepala pusing,
demam. Pasien mengatakan masih dapat merasakan pergerakan
janin. HPHT 20 Juli 2013, TP 27 April 2014. Pasien datang dalam
kondisi terpasang selang kencing, sebelumnya pasien sempat
datang ke bidan untuk mendapatkan pertolongan pertama. BAK
dan BAB dalam batas normal. Pasien mengaku tekanan darah
dirasakan tinggi sejak usia kehamilan 8 bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Tanda vital
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36.6
Pernapasan : 22x/menit
Status fisik (ASA) : ASA II
Pemeriksaan luar
LI : bokong, L2 : puka, L3 : kepala, L4 : belum masuk PAP
TFU : 30 cm, TBJ : 2945 gram
DJJ : 128x/menit
His : -

Pemeriksaan dalam
VT : ostium tertutup
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan GDS 237
mg/dl, proteinuria +2, foto rontgen thorax AP dengan
hasil :
Cardiomegali dengan edema paru
Elongatio aorta
Aorta sclerosis
Terpasang NGT, ujung NGT diproyeksi gaster
Ibu : G1P0A0 gravida 39-40 minggu dengan eklampsia
Janin : tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala
Rawat ICU
Oksigen 5L/menit
Infus NaCl / 24 jam
Inj. MgSO4 4 x 10 cc IM
Inj. Cefotaxime 2 x 1 gram
Nifedipin tab 3 x 10 mg
Furosemid IV 3 x 20 mg
Pembedahan : sectio sesarea
Anestesi
Teknik anestesi :
SAB SP L4-5 paramedian 25 LCS (+) jernih
Induksi : Bupivakain 10 mg
Pemeliharaan : Oksigen 3L/menit
Cairan : NaCl 0.9%
Obat-obatan : Oxytocin IV 0.5 ml (5 IU)
Post op
Head up 30 bed rest
Boleh makan dan minum, diet
rendah garam
Meloxicam supp 3 x 1
IVFD NaCl 0.9% / 24 jam
Inj. Cefotaxime 3 x 1 gram





Metronidazole 3 x 500 mg IV
As. Traneksamat tab 3 x 500 mg
Ranitidin IV 2 x 1 amp
Furosemid IV 3 x 1 amp
Captopril tab 3 x 12.5 mg
Observasi
Cek Hb per 12 jam post SCTP
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
Tanggal 27 April 2014





Tanggal 28 April 2014
S O A
Nyeri perut bawah (+) TD : 150/100 mmHg
HR : 100x/menit
RR : 22x/menit
S : 37C
His : (-)
DJJ : 130x/menit
G1P0A0 gravida
39-40 minggu
dengan eklampsia
S O A
Nyeri perut bawah (+) TD : 150/100 mmHg
HR : 83x/menit
RR : 19x/menit
S : 37C
His : (-)
DJJ : 132x/menit
G1P0A0 gravida
39-40 minggu
dengan eklampsia
Tanggal 29 April 2014





Tanggal 30 April 2014
S O A P
Nyeri luka
bekas
operasi (+)
TD : 138/90
mmHg
HR : 95x/menit
RR : 23x/menit
S : 37C
GDS : 106 mg/dl
P1A0 post
SCTP hari
I
-Spironolakton tab1 x 25 mg
-KSR tab 1 x 1
-Tramadol tab 3 x 100 mg
-Terapi lain lanjut, meloxicam
supp stop
-Pindah ruang rawat
S O A P
Nyeri luka
bekas op (+)
berkurang,
pusing (+),
batuk (+)
TD : 150/90 mmHg
HR : 86x/menit
RR : 20x/menit
S : 35C
P1A0 post
SCTP hari
II
-Ambroxol syr 3 x 1 C
-Sulfas ferosus tab 1 x 1 tab
-Terapi lain lanjut,
cefotaxime inj dan
metronidazol stop
-Cefadroxil tab 3 x 500 mg
Tanggal 1 Mei 2014
S O A P
Nyeri luka
bekas operasi
(+) berkurang,
masih batuk
TD : 130/90 mmHg
HR : 85x/menit
RR : 19x/menit
S : 36.5C
P1A0 post
SCTP hari III
Boleh pulang,
terapi
teruskan
Diagnosis Eklampsia
Eklampsia adalah kondisi preeklampsia yang disertai
dengan kejang atau koma. Preeklampsia adalah
kondisi tekanan darah yang tinggi dimulai pada usia
kehamilan > 20 minggu disertai dengan proteinuria.
Pada pasien ini, didiagnosis eklampia dengan dasar diagnosis :
- Tekanan darah tinggi 140/90 yaitu 140/100 mmHg sejak usia
kehamilan 8 bulan
- Proteinuria +2
- Pasien kejang sebanyak 5x
Primigravida
Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes melitus, hidrop fetalis, bayi besar
Usia < 18 tahun atau > 35 tahun
Riwayat keluarga pernah eklampsi atau preeklampsi
Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Obesitas
APS (Antifosfolipid syndrome)
Gemeli

Rawat ICU
Pada pasien termasuk prioritas 1 untuk masuk ICU,
dikarenakan kondisi eklampsia yang relatif tidak stabil karena
sewaktu-waktu masih bisa terjadi kejang berulang, memerlukan
pemantauan intensif berupa observasi tanda vital secara ketat,
observasi kejang, pemantauan produksi urin sebagai syarat
pemberian obat antikejang (MgSO4) yaitu sebanyak 30ml/jam.
Pada pemeriksaan selanjutnya, ditemukan komplikasi berupa
edema paru pada pasien ini, yang juga menjadi salah satu
indikasi rawat ICU.

Oksigen 5L/menit
Pada pasien diberikan oksigen 5L/menit untuk menjaga perfusi
oksigen yang optimal pada jaringan ibu dan juga untuk resusitasi
janin intrauterine agar sirkulasi uteroplasenta berjalan dengan baik.

Infus NaCl / 24 jam
Pada pasien ini diberikan infus NaCl untuk keperluan resusitasi
cairan pada ibu dan resusitasi janin intrauterine.

Injeksi MgSO4 4 x 10 cc IM
Mekanisme kerjanya menghambat asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular, transmisi neuromuskular membutuhkan
kalsium pada sinaps.
Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan
menggeser kalsium sehingga aliran rangsangan tidak terjadi
(terjadi kompetitif inhibition antara ion magnesium dan ion
kalsium).
Pemberian MgSO4

Loading dose : 4 gram MgSO4
IV (40% dalam 10 cc) selama 15
menit

Maintanance dose : Infus 6 gram
dalam RL selama 6 jam atau 4-5
gram IM tiap 4-6 jam, diberikan
selama 24-48 jam.

Syarat pemberian MgSO4

-Sediakan antidotum MgSO4
yaitu kalsium glukonas 10% =
1gram (10% dalam 10 cc) IV 3
menit
-Reflex patella kuat
-RR > 16 x/menit
-Urin output > 30cc/jam


MgSO4 dihentikan bila :
Tanda-tanda intoksikasi :
Rasa panas di wajah dan dada
Reflex tendon menurun
EKG : PR memanjang, QRS
melebar
Paralisis respirasi
Cardiac arrest
Setelah 24 jam pasca persalinan
atau 24 jam bebas kejang

Injeksi cefotaxime 2x1 gr
Pada pasien diberikan injeksi cefotaxime untuk profilaksis sebelum
dilakukan operasi sectio sesarea.

Nifedipin 3x10 mg
Nifedipin termasuk kalsium channel blocker, dengan menghambat ion
kalsium masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi
otot polos tergantung pada ion kalsium ekstraelular maka dengan
adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif
dan kronotropik negatif yang pada akhirnya menurunkan kebutuhan
oksigen otot jantung dan beban jantung.

Furosemid 3x1 gr IV
Pada pasien ditemukan tekanan darah tinggi yaitu 140/100
pada waktu masuk rumah sakit sehingga diberikan furosemid,
dimana efeknya meningkatkan ekskresi natrium klorida dan
air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.
Merupakan diuretik kuat, mula kerja lebih cepat dan efek
diuretik lebih kuat daripada tiazid. Pada pemeriksaan
selanjutnya ditemukan kondisi edema paru sehingga pada
pasien diberikan terapi furosemid.

TEKNIK ANESTESI
Pada pasien ini dilakukan anestesi regional yaitu
subarachnoid bloker (spinal).
Anestesi regional lebih dipilih dibandingkan general anestesi
dengan alasan anestesi regional akan memberikan hasil neonatal
terpapar lebih sedikit obat anestesi (terutama saat digunakan
teknik spinal) dan pasien dalam keadaan sadar sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi.
Secara anatomis dipilih segmen L2 ke bawah pada penusukan
karena ujung bawah dari medula spinalis setinggi L2 dan ruang
intersegmental lumbal ini relatif lebih lebar dan lebih datar.

Pada pasien diberikan induksi berupa bupivakain 10 mg.
Bupivakain merupakan anestesi lokal golongan amida yang
mekanismenya adalah mencegah terjadinya depolarisasi pada
membran sel saraf pada tempat suntikan obat sehingga membran
akson tidak dapat bereaksi dengan asetilkolin sehingga membran
tetap semipermiabel dan tidak terjadi perubahan potensial.
Mula kerja lambat, lama kerja 4 8 jam, toksisitas rendah. Untuk
anestesi spinal 0.5% volum antara 2-4 ml (10-20 mg) iso atau
hiperbarik.

Pada pasien diberikan oxytocin 0.5 ml (5 IU) segera setelah bayi
lahir, tujuannya yaitu untuk membantu menghasilkan kontraksi
uterus pada kala III persalinan, sehingga dapat mengontrol
perdarahan postpartum.

Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil
Tidak terjadi kejang selama 24 jam post partum
Terapi MgSO4 sudah selesai sehingga tidak diperlukan lagi
pemantauan produksi urin.
Tidak ada tanda-tanda klinis edema pulmo pada pasien.
Tidak terjadi komplikasi selama operasi berjalan.

Pada pasien ini didapatkan indikasi untuk rawat ICU. Selama di ICU,
pasien mendapatkan terapi berupa oksigen 5L/menit, infus NaCl 0.9%/ 24
jam, injeksi MgSO4 4 x 10 cc IM, injeksi cefotaxime 2x1 gr, nifedipin
3x10 mg, furosemid 3x1 gr IV. Pada pasien dilakukan operasi sectio
sesarea dengan status fisik ASA II dengan teknik anestesi regional yaitu
subarachnoid block. Kondisi pasien post partum dalam keadaan stabil,
tidak lagi memerlukan pemantauan intensif, sehingga pasien
diindikasikan untuk rawat inap biasa.
THANK YOU,,,

Anda mungkin juga menyukai