Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan merupakan upaya manusia dalam mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan
dan peningkatan kesejahteraan hidup manusia itu sendiri. Dengan mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan
datang. Dalam arti bahwa pemanfaatan sumber daya alam bagi kebutuhan
generasi sekarang juga mempertimbangkan dan memperhatikan generasi
mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, diantaranya sebagai prasaranan dalam bidang perindustrian,
pemukiman, dan juga sebagai mata pencaharian sebagian masyarakat yang
mencari nafkah melalui usaha pertanian dan perkebunan. Sehingga dalam
mempergunakan dan memanfaatkan tanah harus dengan sebaik-baiknya.
Tanah merupakan salah satu sarana kebutuhan yang amat penting.
Dalam pembangunan nasional khususnya pembangunan berbagai fasilitas
untuk kepentingan umum, memerlukan tanah yang cukup luas, namun untuk
memenuhi kebutuhan tersebut berbatasan dengan ketersediaan tanah yang
semakin terbatas, sehingga menyulitkan pengadaan tanah untuk kepentingan
umum.
1
2
Pemerintah dalam hal membutuhkan tanah untuk pembangunan
kepentingan umum, seringkali menghadapi berbagai masalah, diantaranya
mengenai Pembebasan atau Penyerahan Hak Atas Tanah dan Pencabutan Hak
Atas Tanah, karena dalam hal ini menyangkut dua kepentingan yaitu
kepentingan pemerintah dan kepentingan pemilik tanah.
Hal tersebut sering terjadi biasanya disebabkan oleh faktor tarik
menarik kepentingan dalam masyarakat, untuk menentukan siapa yang lebih
berhak memanfaatkan tanah. Kepentingan pemilik tanah yang merupakan
kepentingan pribadi atau golongan sering kali bertabrakan dengan kepentingan
pemerintah yang merupakan kepentingan umum/bersama, sudah pasti secara
yuridis yang akan diutamakan adalah kepentingan umum. Hal ini bukan
berarti mengutamakan kepentingan umum dengan menelantarkan kepentingan
pribadi atau golongan, termasuk dalam pengadaan lahan untuk pembangunan
kepentingan umum harus memperhatikan dua unsur kepentingan, yaitu
kepentingan pribadi dan kepentingan umum, dan tidak hanya satu
kepentingan saja.1
Proses pengadaan tanah tidak akan pernah lepas dengan adanya
masalah ganti rugi, maka perlu diadakan penelitian terlebih dahulu terhadap
segala keterangan dan data-data yang diajukan dalam mengadakan taksiran
pemberian ganti rugi terhadap tanah-tanah yang terkena pembebasan tanah.
Sehingga apabila telah tercapai suatu kesepakatan mengenai bentuk dan
besarnya ganti rugi, maka baru dilakukan pembayaran ganti rugi kemudian
1 Mudakir Iskandar Syah, Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum,
(Jakarta:Jala Permata Aksara,2010),hlm 17.
3
dilanjutkan dengan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang
bersangkutan.
Pada dasarnya secara filosofis tanah sejak awalnya tidak diberikan
kepada perorangan. Jadi tidak benar apabila seseorang yang menjual tanah
berarti menjual miliknya, yang benar adalah dia hanya menjual jasa
memelihara dan menjaga tanah selama tanah tersebut dikuasainya.2
Dewasa ini banyak terjadi pembebasan tanah milik masyarakat yang
dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta, baik untuk pengadaan tanah
dalam pembangunan berbagai fasilitas kepentingan umum maupun untuk
bisnis semata, diantaranya pengadaan tanah untuk pembangunan ruas jalan tol
Cikampek-Palimanan yang akan dibuat sepanjang 116 Kilometer sebagai
upaya Pemerintah Pusat dan Propinsi Jawa Barat untuk pengembangan
wilayah Jawa Barat bagian tengah dan timur.
Rencana pembangunan ruas jalan tol Cikampek-Palimanan melibatkan
pembebasan lahan di sekitar 24 Desa di Kabupaten Majalengka, yaitu Desa
Mekarjaya;Desa Palasah;Desa Kertawinangun;Desa PakuBereum;Desa
Babakan; Desa Sukawana; Desa Pasir Malati;Desa Karanganyar;Desa
Mandapa;Desa Balida;Desa Salawana;Desa Jatiwangi;Desa Surawangi;Desa
Jatisura;Desa Sutawangi;Desa Beusi; Desa Tegalaren;Desa Cisambeng; Desa
Majasuka;Desa Bongas Kulon;Desa Bongas Wetan;Desa Garawangi; Desa
Panjalin Lor, dan Desa Panjalin Kidul.
Rencana pembangunan jalan tol ini, dimaksudkan untuk
mempermudah masyarakat dalam mengurangi waktu tempuh serta jarak
2 Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pengelolaan Tanah, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), hlm 82.
4
perjalanan. Begitu jalan tol ini beroperasi, masyarakat dapat menempuh rute
Cikampek-Palimanan dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan jalur Pantura yang biasanya memakan waktu lebih lama dalam
kondisi normal.Selain itu, jalan tol ini akan membuka akses yang lebih luas
kepada daerah-daerah potensial di Jawa Barat seperti Cikopo, Kalijati,
Subang, Cikedung, Kertajati dan Sumberjaya. Diharapkan jalan tol itu akan
memberikan manfaat bagi masyarakat setempat terutama dalam meningkatkan
taraf hidup serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Namun pembangunan ruas jalan tol Cikampek-Palimanan hingga saat
ini masih belum terlaksana, proses pengadaan tanah dan pemberian ganti rugi
di wilayah Kabupaten Majalengka masih belum selesai sepenuhnya, karena
tidak semua sepaham dan menerima ganti kerugian yang di berikan oleh
Pemerintah Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis berkeinginan mengkaji
permasalahan tersebut dalam Skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis
Pengadaan Tanah Dalam Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-
Palimanan Pada Perspektif Kepentingan Umum (Study Kasus Di Desa
Kertawinangun Kabupaten Majalengka).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan
diatas, maka penulis ingin mengetengahkan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakan pelaksanaan pengadaan tanah dan ganti rugi dalam
Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan?
5
2. Hambatan-hambatan apa yang timbul pada pelaksanaan Pembebasan
Tanah dalam Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan serta
bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasinya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam hal ini mengenai Pembebasan Tanah
Dalam Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan, sesuai dengan
yang penulis rumuskan maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pengadaan Tanah dan ganti rugi dalam
Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan di Desa
Kertawinangun Kabupaten Majalengka;
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang timbul pada pelaksanaan
Pengadaan Tanah Dalam Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-
Palimanan serta upaya yang dilakukan untuk menyelesaikannya.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1. Secara Teoritis
a. Memberikan tambahan wawasan dan masukan terhadap perkembangan
di bidang Hukum Agraria khususnya Hukum Pertanahan tentang
pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum.
b. Menambah pengetahuan di bidang hukum perdata secara khususnya.
6
2. Secara Praktis
a. Untuk dapat menambah pengetahuan secara praktis mengenai
pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam lingkup hukum
agraria.
b. Agar digunakan sebagai bahan bacaan bagi yang membutuhkan.
E. Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa
Indonesia yang dikuasai oleh Negara untuk kepentingan hajat hidup orang
banyak dan sebesar-besarnya untuk kemakmuan rakyat, baik yang telah
dikuasai atau dimiliki oleh orang perorang, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat dan atau badan hukum maupun yang belum diatur
dalam hubungan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi yang
disebut sebagai permukaan bumi. Tanah yang dimaksud disini bukan tanah
dalam segala aspek, namun hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah
dalam pengertian yuridis yang disebut hak.3
Penguasaan tanah oleh Negara didasari oleh pasal 33 ayat 3 Undangundang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang menjelaskan :
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kemudian dalam pasal 33 ayat 4 UUD 1945, menjelaskan :
perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan,
3 Urip Susanto, Hukum Agraria & Hak-hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana,2009),hlm 10
7
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
dan kesatuan ekonomi nasional.
Sebagaimana diatur dalam pasal 2 Undang-undang Pokok Agraria
(UUPA) Hak menguasai Negara yaitu;
a) mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan, persediaan
dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;
b) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria menyebutkan
atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang disebutkan dalam pasal 2
UUPA ditentukan macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut
tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan hukum.
Segala pemanfaatan tanah digunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan
dalam masyarakat dan Negara hukum di Indonesia yang merdeka, adil, dan
makmur serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan prinsip tersebut maka para pemilik tanah tidak dapat
sepenuhnya atau sesukanya sendiri mempergunakan tanahnya serta tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Tanah yang
dimilikinya tidak boleh ditelantarkan, tanah yang akan dipergunakan untuk
kepentingan umum harus dilepaskan sebagai hak menguasai oleh Negara, dan
8
tanah yang mengandung kekayaan hidup rakyat merupakan kekuasaan dari
Negara. Seseorang atau badan hukum yang memiliki hak atas tanah
berkewajiban untuk mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif,
memelihara dan menambah kesuburan tanah serta mencegah kerusakan pada
tanah tersebut.
Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang berisikan
serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya
untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. sesuatu yang boleh,
wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan
itulah yang menjadi kriterium atau tolak pembeda di antara hak-hak
penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah.4
Pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menguasai,
mempergunakan dan memanfaatkan tanah yang dimiliki, namun
kewenangannya itu dibatasi oleh negara dengan adanya pasal 6 UUPA yang
menyebutkan semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, dalam
penjelasan UUPA dijelaskan bahwa seseorang tidak boleh semata-mata
mempergunakan tanah untuk pribadinya, pemakai atau tidak dipakai tanah
yang menyebabkan kerugian masyarakat. Maka dari itu antara kepentingan
pribadi atau golongan dengan kepentingan umum harus saling mengimbangi,
yang akhirnya mencapai tujuan pokok yaitu kemakmuran, keadilan dan
kebahagian bagi rakyat seluruhnya.
4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agraria, ( Jakarta : Djambatan, 2003), Hal. 24
9
Dalam pasal 4 ayat (1) UUPA dijelaskan bahwa terdapat macammacam
hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh perorangan ataupun badan
hukum. Macam-macam hak atas tanah kemudian dijelaskan dalam pasal 16
ayat (1) UUPA, yaitu :
a. Hak Milik yaitu hak turun temurun, terkuat dan terpenuh.
b. Hak Guna Usaha, yaitu hak untuk mengusahakan tanah Negara minimal 5
hektar dalam jangka waktu yang terbatas dan tertentu,yaitu maksimal 25
tahun atau 35 tahun yang dapat diperpanjang dengan maksimal 25 tahun di
bidang pertanian, perikanan atau peternakan (Pasal 28)
c. Hak Guna Bangunan, yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan diatas tanah yang bukan miliknya sendiri(tanah
Negara dalam tanah milik orang lain) yang jangka waktunya juga terbatas
dan tertentu, yaitu maksimal 30 tahun dan dapat diperpanjang maksimal
20 tahun (Pasal 35)
d. Hak Pakai, yaitu hak untuk menggunakan dan memungut hasil dari tanah
atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang
ditentukan dalam putusan atau perjanjian pemberiannya (Pasal 41) tetapi
tidak bersumber pada hubungan menyewa atau perjanjian pengolahan
tanah.
e. Hak Sewa, yaitu hak mempergunakan tanah milik orang lain untuk suatu
keperluan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai
sewa (Pasal 44)
f. Hak Membuka Tanah.
g. Hak Memungut Hasil Hutan.
10
Di samping itu UUPA mengenal pula hak-hak yang bersifat sementara
yang sampai saat ini belum ada pengaturannya lebih lanjut. Hak-hak yang
bersifat sementara disebut dalam Pasal 53, yaitu;
a. Hak Gadai
b. Hak Usaha Bagi Hasil.
c. Hak Menumpang.
d. Hak Sewa Tanah Pertanian.
Dengan meningkatnya pembangunan guna kepentingan umum yang
memerlukan tanah yang luas, maka pengadaannya perlu dilakukan secara
cepat dan transparan dengan tetap memperhatikan prinsip penghormatan
terhadap hak-hak yang sah atas tanah dan penghormatan bagi para pemilik
tanah.
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum telah diatur sejak dalam
tahun 1993 yaitu dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum yang kemudian dalam
perkembangannya sudah tidak sesuai lagi dengan kehidupan masyarakat
sehingga diperbaharui dengan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 dan kemudian
diubah kembali dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Munculnya Perpres tersebut mengacu kepada pasal 18 UUPA, yaitu:
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan
memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.
Dalam pelaksanaannya pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
11
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum. Dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, disebutkan :
Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan
cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau yang menyerahkan
tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.
Keberadaan tanah bagi pembangunan tidak terlepas dari adanya
pengadaan tanah. Pada hakikatnya dari pengertian pembebasan atau
pengadaan hak atas tanah adalah seseorang yang melepaskan haknya kepada
kepentingan lain dengan cara memberikan ganti rugi.5
Pengadaan tanah untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum dapat dilakukan dengan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah,
dengan mentiadakan pencabutan hak atas tanah hal itu dilakukan dengan
menghormati hak-hak yang sah atas tanah.Pengadaan tanah selain bagi
pelaksanaan kepentingan umum yaitu diantaranya pengadaan tanah untuk
kepentingan swasta dapat dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar atau
cara lain yang disepakati bersama.
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk KepentinganUmum
dilaksanakan dengan cara musyawarah yang dilakukan antar Instansi
Pemerintah yang memerlukan tanah dengan pemilik hak atastanah. Dalam
musyawarah tersebut adanya kegiatan yang mengandung proses saling
mendengar, saling memberi dan menerima pendapat, serta keinginan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi serta masalah
5 Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 75
12
lain yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan
dan kesetaraan antara pihak.
Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, menjelaskan bahwa
pembangunan guna kepentingan yang dilaksananakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah yang dimiliki atau akan dimiliki, meliputi :
a. Jalan umum, jalan tol, kereta api (diatas tanah, di ruang atas tanah,
ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih,
saluran pembuangan air dan sanitasi;
b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi, dan bangunan perairan
lainnya;
c. Pelabuhan, bandar udara,stasiun kereta api, dan terminal;
d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan
bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;
e. Tempat pembuangan sampah;
f. Cagar alam dan cagar budaya;
g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.
Bagi tanah-tanah yang dialihkan hak kepemilikannya dalam
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, harus diberikan ganti
rugi. Ganti rugi tersebut dapat berupa uang dan/atau tanah pengganti dan/atau
pemukiman kembali yang dilakukan melalui musyawarah dalam rangka
memperoleh kesepakatan. Pemberian ganti rugi tersebut diharapkan tidak akan
memberikan kemunduran taraf hidup bagi pemilik tanah atau pemegang hak
atas tanah baik dari segi ekonomi maupun sosial setelah diadakannya
pengalihan hak atas tanah yang dimilikinya.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Untuk memperoleh pembahasan dari apa yang menjadi tujuan
diadakannya penelitian ini, maka penulis menggunakan metode
13
pendekatan secara Yuridis Empiris, yaitu dengan melihat bagaimana
bekerjanya hukum di masyarakat dalam menyelesaikan suatu masalah,
dalam hal ini direalisasikan secara langsung dengan diadakannya
penelitian terhadap efektifitas hukum yang sedang berlaku.
Dalam hal ini mengenai penyelesaian masalah terhadap
pelaksanaan pembebasan tanah untuk kepentingan umum, dalam
pengadaan pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan, yang tidak
hanya melihat dari bekerjanya hukum secara otonom, namun memandang
bekerjanya hukum itu sebagai bagian dari bekerjanya segi-segi kehidupan
masyarakat lainnya, seperi dalam segi ekonomi, politik, sosial, budaya dan
lain sebagainya.
2. Spesifikasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian
deskriptif analitis. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam
meneliti atau menganalisa suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu
situasi kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang
diselidiki. Dengan menggunakan jenis penelitian ini, penulis ingin
memberi gambaran seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh
tentang masalah yang diteliti.
14
3. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya
dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh
data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisa sesuai dengan yang
diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat. Data primer, diperoleh dengan cara:
1) Wawancara, yaitu cara memperoleh informasi dengan bertanya
langsung pada pihak-pihak yang diwawancarai terutama orangorang
yang berwenang, mengetahui dan terkait dengan
Pembebasan Tanah Bagi Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-
Palimanan untuk kepentingan umum.
2) Sistem wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas terpimpin, artinya terlebih dahulu dipersiapkan
daftar pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih dimungkinkan
adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada
saat wawancara.
3) Daftar pertanyaan berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada
pihak-pihak terkait dan berhubungan dengan Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan yang
berada di Kabupaten Majalengka.
15
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau
menunjang kelengkapan data primer. Data sekunder terdiri dari :
1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi undang-undang, dan
peraturan hukum lainnya yang berkaitan dengan pembebasan dan
pengadaan tanah bagi kepentingan umum.
2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu
menganalisa dan memahami bahan hukum primer, meliputi :
a) Buku-buku yang membahas tentang hukum agraria dan
masalah pengadaan tanah untuk pembangunan.
b) Hasil karya ilmiah para sarjana tentang pengadaan/pembebasan
tanah.
c) Hasil penelitian tentang pengadaan/pembebasan tanah.
G. Metode Pengumpulan Data
1. Study Kepustakaan
Study kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan data
dengan membaca peraturan perundang-undangan,buku-buku, literaturliteratur,
makalah, dan sebagainya yang mendukung dan berhubungan
dengan apa yang akan penulis teliti.
2. Wawancara Terstruktur
Wawancara yang dilakukan dengan mempersiapkan permasalahan
dan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan dengan
16
bentuk yang bersifat formal dan terstruktur untuk mendapatkan informasi
yang mendukung penelitian ini.
3. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah dengan mengumpulkan berbagai
macam sumber data yang kemudian dianalisis guna mendapatkan hasil
untuk mendukung penelitian.
H. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini akan dilakukan di Desa
Kertawinangun Kabupaten Majalengka. Pemelihan lokasi penelitian ini
karena di desa tersebut telah diadakan pengadaan tanah yang akan digunakan
untuk pembangunan fasititas ruas jalan tol Cikampek-Palimanan.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis yang berjudul Tinjauan Yuridis
Pengadaan Tanah Dalam Pembangunan Ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan
Pada Prespektif Kepentingan Umum (Studi Di Desa Kertawinangun
Kabupaten Majalengka), penulis secara sistematis menyusunnya dalam
beberapa Bab, diantaranya yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan menguraikan permasalahan secara garis besar,
sehingga dengan membaca pendahuluan maka akan diketahui
mengenai latar belakang dan alasan pemilihan judul,
permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka
17
pemikiran, metode penelitian, lokasi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN YURIDIS
Pada Bab ini berisi teori-teori dan peraturan-peraturan sebagai
dasar hukum yang melandasi pembahasan masalah-masalah yang
akan dibahas, yaitu Pengadaan Tanah BagiPembangunan Untuk
Kepentingan Umum,Pelepasan Hak Untuk Kepentingan umum,
Ganti Rugi Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum.
BAB III : OBJEK PENELITIAN
Pada Bab ini akan diuraikan gambaran wilayah yang menjadi
objek penelitian serta gambaran umum tentang pembangunan
ruas jalan tol Cikampek-Palimanan.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan diuraikan hasil dari penelitian mengenai
proses pengadaan tanah dalam rangka pembangunan ruas jalan
tol Cikampek-Palimanan di desa Kertawinangun Kabupaten
Majalengka, hambatan-hambatan yang timbul pada proses
pengadaan tanah dan upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
hambatan tersebut.
BAB V : PENUTUP
Pada Bab mengenai simpulan dari penelitian dan penulisan
dalam permasalahan yang telah diuraikan, serta saran yang dapat
diberikan mengenai pengadaan tanah yang dilakukan untuk
pembangunan ruas jalan tol Cikampek-Palimanan.

Anda mungkin juga menyukai