Ny A 27 tahun dan Tn B 30 tahun, pasutri, datang ke klinik bersalin untuk berkonsultasi tentang kontrasepsi. Saat ini mereka memiliki dua orang anak yang berusia 1 bulan dan 18 bulan. Ibu Anissa ingin menggunakan alat kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui, mudah digunakan, dan tidak merusak penampilan. Sedangkan Bapak Ali hanya ingin alat kontrasepsi yang sifatnya hanya sementara, karena masih ingin memiliki anak perempuan, tetapi tidak dalam waktu dekat ini. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan tanda vital dan fisik lainnya untuk menentukan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan pasangan ini.
ANALISIS Kontrasepsi adalah Usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, dapat bersifat sementara dan permanen. Adapun tujuan penggunaan kontrasepsi adalah 1. Menunda kehamilan 2. Memperpanjang jarak antar kehamilan 3. Menghentikan kesuburan
Pada kasus diskenario, ibu dalam keadaan menyusui anaknya yang berumur 1 bulan dan mungkin juga masih menyusui anaknya yang berusia 18 bulan. Ada beberapa hal yang diinginkan oleh pasutri antara lain: Sang istri menginginkan alat kontrasepsi yang mudah digunakan, tidak merusak penampilan, dan tentunya yang aman bagi ibu yang sedang menyusui. Masalah mudah digunakanrelatif, sehingga dibutuhkan edukasi pasien dan tergantung social budaya dan tingkat pendidikan sang pasien; tidak merusak penampilan yang dimaksud tidak menimbulkan kenaikan berat-badan, tidak timbul acne, tidak terdapat efek hiperpigmentasi pada wajah. Sang suami menginginkan agar alat kontrasepsi yang dipakai adalah yang dapat menunda kehamilan sementara karena ia ingin memiliki anak lagi tetapi tidak dalam waktu dekat. Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien terkait dengan kontraindikasi beberapa kontrasepsi yang akan dibahas kemudian. Penggunaan kontrasepsi dapat bersifat sementara dan permanen dan juga dapat diaplikasikan pada pria maupun wanita. Pilihan kontrasepsi pada pasutri diskenario dapat berupa metode-metode sederhana, dengan alat maupun obat oral maupun injeksi. Pilihan tersebut antara lain (difokuskan pada kasus diskenario): 1. Koitus interuptus Metode ini dapat saja dilakukan tetapi butuh control kuat dari pria saat melakukan koitus. Metode ini juga memiliki tingkat kegagalan yang mash cukup tinggi dan akan lebih dibahas selanjutnya secara terperinci dalam laporan ini. 2. Natural Family Planning Metode ini didasarkan pada metode kalender, metode mucus servikal, dan metode symptothermal. Jika hal ini ditawarkan pada pasien, butuh beberapa hal yang terpenuhi seperti siklus menstruasi yang teratur dan kedisiplinan yang tinggi dari pasangan itu sendiri. Metode-metode ini dianggap kurang efektif karena pada prakteknya sulit untuk diaplikasikan karena sulitnya memprediksi masa subur seorang wanita. 3. Metode amenore laktasi (MAL) Metode ini sebenarnya adalah metode yang lebih efektif dari pilihan-pilihan yang ada. Hal tersebut dikarenakan istri sedang dalam masa menyusui. Banyak keuntungan yang didapatkan dengan metode ini selain sesuai dengan kemauan istri(tidak ingin kontrasepsi yang mengganggu penampilan) yaitu mempercepat involusi uterus terkait hormone oksitosin yang keluar saat bayi menghisap ASI. Walaupun metode ini cocok untuk pasien, ada beberapa hal yang perlu digali terkait pilihan dengan metode ini yaitu intensitas pemberian ASI tersebut. Metode MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi bila ASI yang diberikan ekslusif yaitu memberikan ASI sekitar 2-3 jam sekali dengan tidak diberikan makanan tambahan apapun. Karena pasien memiliki anak yang berumur 1 bulan, metode ini kemungkinan cocok/dapat digunakan pasien asalkan si bayi tidak diberikan makanan apapun selain ASI dan intensitas pemberian ASI sering dan kontinyu. 4. Penggunaan kondom pria Penggunaan kondom pada pria dapat membantu pasutri diskenario untuk menunda memiliki anak. Pasien perlu diedukasi tentang cara pemakaiannya dan hal-hal yang dapat dilakukan jika kondom rusak/bocor. Sesuai dengan keinginan pasien, penggunaan kondom baik pada pria tidak merusak penampilan, bersifat sementara dan juga aman bagi ibu menyusui.
Metode kontrasepsi hormonal dapat juga dipertimbangkan untuk pasien dalam scenario ini. Ada beberapa metode hormonal yang aman bagi ibu menyusui seperti implant, kontrasepsi oral (progestin-only), tetapi metode kontrasepsi hormonal sangat dikaitkan dengan efek samping berupa peningkatan berat badan, timbulnya acne dan hiperpigmentasi pada kulit sehingga tidak sesuai dengan keinginan pasien. Pada kesimpulannya, pasutri pada scenario dianjurkan untuk menggunakan metode MAL (jika syarat terpenuhi) karena alas an pasien sedang dalam masa nifas (keuntukan involusi uterus yang cepat), tidak mengganggu penampilan ibu dan tentunya aman bagi ibu menyusui. Oleh karena itu, sebaiknya pasien mendapatkan edukasi detail penggunaan metode MAL tersebut dan juga diperkenalkan dengan metode-metode diatas, sehingga baik dari pasutri dan indikasi medis, pemilihan kontrasepsi menjadi tepat.