Anda di halaman 1dari 7

MIOMA UTERI

Definisi


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel
otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila
membesar akan menekan otot uterus normal.
1,3


Etiologi
Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa
faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain :
4

1. Faktor hormonal
Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma
jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami
regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas
dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri.
2. Faktor genetik
Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara
kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12
3. Faktor pertumbuhan
Faktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos
dan fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma.

Faktor Risiko
Ada beberapa faktor resiko terjadinya mioma uteri, antara lain :
4,5

1. Umur
Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.
2. Menarche dini
Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali.
3. Ras
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko
2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.
4. Riwayat keluarga
Jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko
2,5 kali lebih besar.
5. Berat badan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang
memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh.
6. Kehamilan
Semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan angka kejadian mioma uteri.
8


Klasifikasi
Menurut letaknya, mioma uteri dapat di klasifikasikan sebagai :
1,3,6

1. Mioma submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai, kemudian dilahirkan
melalui saluran servik (mioma geburt).
2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum: mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu
mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
disebut wandering/parasitic fibroid.
4. Mioma pedunkulata : mioma yang melekat ke dinding uterus dengan tangkai yang
bisa masuk ke peritoneal atau cavum uteri.


Gambar 1. Klasifikasi mioma uteri
7


Diagnosis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung
pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Seringkali penderita sendiri mengeluh akan
rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan
mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke
samping. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan
pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadangkala dapat teraba dengan jari
yang masuk ke dalam kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
1,2

Keluhan yang dirasakan penderita mioma uteri sebagai keluhan utama pada umumnya
adalah:
1,2

1. Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi keluhan utama
penderita mioma uteri. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragi dan dapat juga terjadi metroragia. Hal ini sering menyebabkan penderita juga
mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus.
2. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, juga
pertumbuhannya yang mempersempit kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore.
Selain itu, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma utreri adalah karena proses
degenerasi ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa
menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.
3. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma uteri
pada vesika urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan
frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma
uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena
di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai.
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis dari
mioma uteri. Sonografi akan menunjukkan gambaran mioma yang berbeda-beda. Namun
kebanyakan akan memperlihatkan gambaran simetris, dapat dikenali dengan baik,
hiperechoic, dan massa yang heterogen. Selain USG terdapat juga pemeriksaan histeroskopi,
yaitu menggunakan alat histeroskop berupa teleskop yang tipis yang dimasukkan melalui
serviks ke dalam uterus.
1,2,7



Gambar 2. Histeroskopi
7


Perubahan Sekunder
1,2

1. Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga
terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu
kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia
lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam
kapur pada sarang mioma, maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
Rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena
suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai.
6. Degenerasi lemak : Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi
1,2

1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus
mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai
jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika
dijumpai pada penderita yang sudah menopause.
2. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan pervaginam
yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan anemia
defisiensi besi.
3. Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual,
muntah dan shock.
4. Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis
tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah
mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.

Penatalaksanaan
Pemilihan penatalaksanaan mioma uteri tergantung pada usia penderita, paritas, status
kehamilan, ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan. Tidak semua mioma uteri memerlukan
terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan
suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak
menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun demikian pada penderita-penderita ini tetap
memerlukan pengawasan yang ketat sampai 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya
dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
1,2

Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uteri dengan GnRH agonist
(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma uteri terdiri atas sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di
hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi mioma uteri. Pemberian
GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi
hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi
setelah pemberian GnRHa dihentikan, mioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah
pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopause yang terlambat.
1,2

Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi :
1,2

1. Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
2. Ukuran tumor yang besar
3. Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran
tumor setelah menopause
4. Retensio urin
5. Tumor yang menghalangi proses persalinan
6. Adanya torsi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan uterus,
miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya
penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan
keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah
miomektomi berkisar 30% sampai 50%. Selain alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan
pada kasus mioma yang mengganggu proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah
dengan ekstirpasi yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma
geburt dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina.
1,2

Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan yang jelas mengganggu.
Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran tumor yang kecil. Tetapi pada
umumnya histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih mudah dan pengangkatan sarang
mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti. Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak
berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.

Anda mungkin juga menyukai