Pembimbing: dr. Dewa Made Artika,Sp.P (K) Tuberkulosis (TB): penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex dan terutama mengenai parenkim paru.
Indonesia merupakan negara dengan penderita TB terbanyak ke-4 di dunia.
Jumlah penderita TB di Indonesia 5,7% dari total TB dunia, dengan 450.000 kasus baru dan 65.000 kematian setiap tahunnya Tahun 2012 di US 9951 kasus TB aktif 21% TB ekstra paru. TB ekstra paru adalah kasus TB yang terjadi pada organ selain paru Pleura KGB Abdomen Genito urinarius Kulit Tulang Sendi Meningen TB ekstra paru 10-11% mengenai tulang dan sendi (1-3% dari seluruh kasus TB).
Artritis TB sering kali ditemukan berupa monoartritis pada sendi penopang tubuh. Nama : SDN Umur : 38 tahun Suku : Bali Agama : Hindu Pendidikan: SMP Pekerjaan : - MRS : 16-11-13 Keluhan utama: keluhan keluar cairan dari lutut kiri.
Keluar cairan dari lutut kirinya secara terus menerus. Cairan tersebut berwarna keputihan, tidak berbau, dan keluar sekitar 10-15cc setiap harinya, kadang disertai dengan rasa nyeri.
Penderita juga tidak bisa berjalan.
Sejak 2 tahun: Mulai sering merasa nyeri pada lutut kirinya. 6 bulan kemudian lutut kiri mulai membengkak, keterbatasan dalam bergerak, tetapi penderita masih bisa berjalan. Keringat pada malam hari, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun 3 kg dalam 1 tahun.
8 bulan yang lalu: Mengalami KLL lutut kiri penderita patah. RS Kapal di Badung dirawat 10 hari, dikeluarkan darah dari lututnya. Sejak saat itu, cairan terus keluar dari tempat dilakukannya prosedur pengeluaran darah dari lutut, dan luka tersebut tidak pernah menutup Kesan sakit : sedang Tensi : 110/70 mmHg Nadi : 92x/menit Napas : 18x/menit Suhu : 37 0 C
Kepala dan leher: A (-), I (-), S (-), D(-) Pembesaran KGB coli (-) Toraks: Jantung: S1, S2 tunggal, gallop (-), murmur (-). Paru: Inspeksi/Palpasi: simetris. Perkusi:
Auskultasi: Rh: Wh: So So So So So So Ve s Ve s Ve s Ve s Ve s Ve s - - - - - - - - - - - - Abdomen: Datar, tympani, hepar/lien tidak teraba, bising usus normal
Ekstremitas genu sinistra: Look: valgus deformity, massa (+), pus (+), atrofi cruris sinistra Feel: nyeri tekan (+), massa (+) diameter 15 cm di medial genu Movement: ROM genu (-), ankle (+) Parameter 18-11- 13 26-11- 13 22-01- 14 04-02- 14 WBC Hb Hct Platelet Neutrofil Limfosit LDH CRP ALP SGOT SGPT Glukosa aPTT PT 6,08 12,3 38,3% 470000 67% 20,1%
30,3 13,1 7,78 12,3 40 369000 72,9% 16,8% 376 100,1 94 FNAB genu sinistra (26-11- 13): Hasil yang inconclusive dan hanya ditemukan beberapa sel spindle benign.
Kultur dan sensitivitas pus dari genu sinistra (04-02- 14): Tidak ada pertumbuhan.
PCR TB cairan sinovial genu sinistra (17-02-14): Positif Tidak ditemukan adanya kelainan Pada genu sinistra ditemukan fraktur lama comminutiva os patella kiri dengan soft tissue swelling di sekitarnya, dislokasi femurotibial joint kiri, ostheoartritis femuropatellar joint kanan grade I, kalsifikasi ligamentum patellar dan ligamentum quadriceps femoris dislokasi os tibia kiri ke anterior, neglected fraktur communitif margo superior et inferior os patella kiri dan neglected fraktur avulsi pada os tibia kiri 1/3 proksimal, soft tissue swelling regio genu kiri, dan post-trauma osteoarthritis
Keluar cairan dari lutut kirinya secara terus menerus. Cairan berwarna keputihan, tidak berbau, dan keluar sekitar 10-15cc setiap harinya. Tidak bisa berjalan. Sejak 2 tahun mulai sering merasa nyeri pada lutut kirinya. 1 tahun lalu lutut kiri mulai membengkak, keterbatasan dalam bergerak, tetapi masih bisa berjalan. Keringat pada malam hari, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun 3 kg dalam 1 tahun. 8 bulan yang lalu KLL lutut kiri penderita patah. RS Kapal di Badung dirawat 10 hari, dikeluarkan darah dari lututnya cairan terus keluar dari luka tersebut.
Genu sinistra: Look: valgus deformity, massa (+), pus (+), atrofi cruris sinistra Feel: nyeri tekan (+), massa (+) diameter 15 cm di medial genu Movement: ROM genu (-), ankle (+) CRP meningkat (100,1). PCR TB: positif. Foto genu sinistra: fraktur lama comminutiva os patella kiri dengan soft tissue swelling di sekitarnya, dislokasi femurotibial joint kiri, ostheoartritis femuropatellar joint kanan grade I, kalsifikasi ligamentum patellar dan ligamentum quadriceps femoris
CT-scan ekstremitas: dislokasi os tibia kiri ke anterior, neglected fraktur communitif margo superior et inferior os patella kiri dan neglected fraktur avulsi pada os tibia kiri 1/3 proksimal, soft tissue swelling regio genu kiri, dan post-trauma osteoarthritis
1. Keluar cairan dari genu sinistra. 2. Artritis TB a/r genu sinistra. 3. Neglected fraktur communitif margo superior et inferior os patella kiri dan neglected fraktur avulsi pada os tibia kiri 1/3 proksimal. Terapi analgetik (paracetamol 3x500 mg) dan antibiotik (clindamycin 2x300 mg) tidak membaik. PCR TB cairan sinovial OAT kategori 1, 3 tablet 4 FDC (mulai 13-03-14). Setelah 1 bulan cairan sudah tidak keluar lagi, nyeri berkurang, serta luka menutup. Saat ini fase lanjutan OAT kategori 1. Rencana knee arthrodesis setelah terapi OAT komplit dilaksanakan.
Tuberkulosis (TB): penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex dan terutama mengenai parenkim paru.
TB ekstra paru: TB yang terjadi pada organ selain paru. Lebih jarang terjadi dibandingkan TB paru. Secara umum tidak menular, tetapi dapat bersifat fatal. Yun Amril. Rapid diagnostic of extrapulmonary tuberculosis. Pekan Ilmiah Respirologi Bandung. 2012 Malnutrisi (terutama protein). Kondisi lingkungan dan standard hidup seperti sanitasi yang buruk dan kepadatan penduduk yang tinggi. Diabetes mellitus. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) Yun Amril. Rapid diagnostic of extrapulmonary tuberculosis. Pekan Ilmiah Respirologi Bandung. 2012 From inhalation to
penyebaran hematogen dimulai sebagai osteomyelitis pada growth plates difagositosis oleh sel MN berkumpul menjadi sel-sel epitheloid tuberkuloma sinovium sendi berespons dengan reaksi inflamasi yang diikuti dengan terbentuknya jaringan granulasi erosi serta kerusakkan kartilago TB bukan suatu infeksi piogenik, enzim proteolitik, tidak dihasilkan ruang sendi akan terjaga progresi menyebar ke seluruh sendi dari perifer menuju sentral kerusakan kartilago sendi serta erosi tulang yang lebih jauh. Gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala sistemik: Demam Malaise Keringat malam Anoreksia Berat badan menurun Gejala lokal tergantung dari organ yang terinfeksi. Keadaan dicurigai terjadi TB ekstra paru: 1. Limfadenopati kronis (terutama servikal). 2. Efusi pleura eksudatif dengan limfosit sebagai sel yang dominan, kultur bakteri negatif, dan penebalan pleura. 3. Inflamasi sendi (monoartikular) dengan kultur bakteri negatif. 4. Osteomyelitis vertebra yang mengenai thoracic spine. 5. Pyuria steril yang persisten. 6. Pleositosis dominan limfosit pada cairan serebrospinal dengan peningkatan protein dan glukosa yang rendah. 7. Asites dengan limfosit sebagai sel yang dominan dan kultur bakteri negatif. 8. Efusi perikard yang tidak dapat dijelaskan, perikarditis konstriktif, atau kalsifikasi perikard. 9. Infeksi HIV. 10. Diagnosis banding Crohns disease dan amebiasis. 11. Berada di negara endemis TB
Artritis TB monoartikular pada 90% kasus. Sendi tersering sendi penopang tubuh, seperti coxae, genu, bahu, atau siku. Gejala klinis berupa onset yang perlahan, nyeri, dan bengkak sendi, disertai keterbatasan dalam kemampuan gerak. Nyeri yang terlokalisasi menjadi gejala pertama yang mendahului gejala lain selama berminggu- minggu/berbulan-bulan sebelum terjadi perubahan radiologis ISTC Standard 3: pada semua penderita yang diduga menderita TB ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopis, biakan, dan histopatologi.
Kamboj et al: sensitivitas pewarnaan BTA pada spesimen ekstra paru adalah 0-75%.
Merchant et al: sensitivitas pewarnaan BTA dengan ZN adalah 0-6% dan kultur < 20% pada spesimen ekstra paru. Miyazaki et al: sensitivitas menggunakan PCR adalah 10 fg ~ 2 sel M.tuberculosis.
Kesarwani et al: sensitivitas, spesifitas, PPV dan NPV dari PCR adalah 97,87%, 100%, 100 % dan 97,36.
Metode yang lebih baru, yaitu PCR menjanjikan dalam mendiagnosis artritis TB, khususnya pada awal diagnosis.
Gold standard kultur M.tuberculosis dari jaringan tulang atau cairan sinovial. Gambaran radiologi: Bisa normal atau tidak spesifik pada stadium awal. Pembengkakkan jaringan lunak dengan reaksi periosteal, osteopenia, penyempitan ruang sendi (pada stadium berikutnya), dan erosi subkondral pada sendi. Radiologi paru dapat menunjukkan kelainan paru pada 50% penderita dengan TB osteoartikular MRI imaging yang lebih dipilih mampu membedakan jaringan granulasi dan abses, mengidentifikasi massa jaringan lunak, serta menilai derajat destruksi tulang.
Anatomi dan abnormalitas tulang, termasuk kalsifikasi dan sekuester terlihat lebih baik pada CT-scan. Diagnosis pada sendi dan tulang sulit karena lokasinya.
Suatu pemeriksaan yang cepat dan benar penting oleh karena morbiditasnya yang tinggi.
PCR spesifitas yang tinggi (92-98%) dalam mengidentifikasi mikobakteria pada berbagai spesimen, termasuk cairan sinovial.
PCR tetap positif setalah terapi OAT dan menjadi negatif setelah 4-6 bulan terapi.
Kombinasi berbagai teknik diagnosis mendapat hasil yang conclusive TB paru dan TB ekstra paru diobati dengan regimen obat yang sama.
Gunakan obat KDT.
Pengobatan untuk TB tulang dan sendi diberikan selama 9-12 bulan (dengan 2 bulan fase intensif) penetrasi obat yang lemah ke dalam jaringan tersebut.
Respons klinis indikator klinis, seperti nyeri, gejala konstitusional, mobilitas, dan tanda neurologia Indikasi bedah pada TB tulang dan sendi antara lain: Komplikasi neurologis yang tidak respons terhadap terapi konservatif. Destruksi tulang progresif. Tidak respons terhadap terapi konservatif. Pencegahan kifosis berat pada anak dengan lesi dorsal ekstensif (kifosis > 40 0 pada awitan penyakit). Penderita dengan abses dingin pada dada. Diagnosis yang tidak jelas. TB tulang dan sendi dapat diagnosis dan diterapi pada stadium awal 90-95% penyembuhan komplit dan memiliki fungsi tulang dan sendi yang normal.
Intervensi operatif diperlukan jika penderita tidak menunjukkan respons setelah 4-5 bulan terapi OAT.
Telah dilaporkan kasus seorang laki-laki usia 39 tahun dengan artritis TB a/r genu sinistra. Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis pada sendi dan tulang seringkali mengalami kesulitan oleh karena lokasinya pemeriksaan yang cepat dan benar penting oleh karena morbiditasnya yang tinggi. TB ekstra paru diobati dengan regimen obat yang sama selama 9-12 bulan.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis