Anda di halaman 1dari 63

RSUD PENAJAM PASER UTARA

KALIMANTAN-TIMUR
LATAR BELAKANG
Penyakit malaria menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.
Malaria dapat ditemui hampir diseluruh dunia, terutama
Negara-negara beriklim tropis dan subtropis.
Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria
yang mengakibatkan 1,5 - 2,7 juta kematian
Upaya penanggulangan di Indonesia telah lama
dilaksanakan, namun daerah endemis malaria
bertambah luas, bahkan pernah menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB).
DEFINISI
Kata Malaria berasal dari bahasa Italia Mala Aria
yang berarti bad air dalam bahasa Indonesia udara
buruk.
Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam
rawa.
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun
kronik, yang disebabkan oleh Protozoa genus
Plasmodium melalui perantara gigitan nyamuk
Anopheles spp.
Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753
Parasit dalam darah (Alphonse Laxeran,1880)
Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh
nyamuk (Ross dan Binagmi,1898)
Nyamuk adalah vektor penular malaria (Patrick
Manson,1900)
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae
(Giovanni Batista Grassi dan Raimondo
Feletti,1890)
Plasmodium falciparum dan ovale (William H.
Welch,1897 dan John William Watson
Stephens,1922)

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia epidemi lokal terjadi di luar pulau
Jawa dan Bali terutama di wilayah Indonesia
bagian timur
Laporan WHO (2005) dari 232 juta orang
Indonesia, populasi yang hidup di wilayah
penularan malaria adalah 94,27 juta orang
dengan kasus malaria sebanyak 433.326 orang
Terdapat beberapa KLB yang terjadi pada tahun
2005 dengan 87 kasus kematian pada 18.812
kasus malaria di 62 desa dilaporkan.

Gambar: Peta Stratifikasi Malaria 2009
ETIOLOGI

1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum masa inkubasi antara
7-14 hari.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria vivax ,masa inkubasi antara 8-14
hari.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae,
masa inkubasi antara 7-30 hari.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, menyebabkan malaria
ovale dengan masa inkubasi antara 8-14 hari.

SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA :
1. Siklus seksual dalam tubuh nyamuk

Infection Sporozoites
Liver
Asexual
cycle
Gametocytes
Merozoites
Transmission
to mosquito
3b. Sexual phase

Some merozoites
differentiate into male and
female gametocytes, the
forms of Plasmodia infective
to mosquitoes. These are
taken up by a mosquito
during another blood meal.
These fuse to form an
ookinette in the gut lumen of
the mosquito. The ookinette
invades the stomach wall to
form the oocyst. This in turn
develops and releases
sporozoites which migrate to
the salivary gland of the
mosquito. This mosquito
then goes on to infect
another human host.
Sumber
Sudoyo AW et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. 2006.
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Malaria in Hasrrisons Manual of medicine. Ed. 17th. NY: Mac Graw Hill.
2008

2. Siklus Aseksual dalam tubuh manusia

Infection Sporozoites
Liver
Asexual
cycle
Gametocytes
Merozoites
Transmission
to mosquito
3a. Asexual phase (Erythrocytic
schizogony)

Merozoites invade red blood cells.
Here they grow and mature into
trophozoites which appear as ring
forms. The trophozoites develop into
schizonts. The infected red blood cells
then rupture to release numerous
merozoites from the schizont to infect
other red cells. Merozoite release
results in fever, chills, rigours and
other symptoms of malaria infection.
Sumber
Sudoyo AW et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. 2006.
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Malaria in Hasrrisons Manual of medicine. Ed. 17th. NY: Mac Graw Hill.
2008

Tabel Perbedaan morfologis Plasmodium
Plasmodium vivax Plasmodium malariae Plasmodium ovale Plasmodium falciparum
Lama scizogoni 48 jam 72jam 49-50 jam 36-48 jam
Pigmen (hematin) Coklat
kekuningan,
granula halus
dan batang2
kecil
Coklat
kehitaman,
granula kasar
Coklat
kehitaman,
granula kasar
Coklat kehitaman,
granula kasar
Bentuk yang
ditemukan di
darah
Trofozoit,
skizon,
gametosit
Trofozoit,
skizon,
gametosit
Trofozoit, skizon,
Gametosit
Trofozoit,
Gametosit
Infeksi multipel
pd eritrosit
Sering Sangat jarang Jarang Sangat sering
Bentuk eritrosit
yang terinfeksi
Sangat
membesar,
pucat,
Schuffners dots
Tdk membesar,
nampak normal,
Ziemans dots
Agak
membesar,berbentuk
oval atau ireguler,
Schuffners dots
Ukuran normal,
warna kehijauan, tdp
basophilic Maurers
clefts and dots
Trofozoit (ring
form)
Amuboid,
bentuk cincin
besar dgn satu
butir chromatin
Bentuk cincin
besar, 1 butir
chromatin
Amuboid Amuboid, bentuk
cincin kecil, accole
form, double
chromatin
Skizon Terdiri dari 12-
24 merozoit,
Ireguler
Terdiri dari 6-12
merozoit, bentuk
reguler
(rossette)
Terdiri dari 6-12
merozoit,bentuk
reguler (rossette)
Pada umumnya tak
nampak di darah
perifer,jk nampak
terdiri dari 8-32
merozoit, bentuk
ireguler
Gametosit Bulat/oval,
cromatin tdk
tersebar dlm
sitoplasma
Bulat/oval,
cromatin tdk
tersebar dlm
sitoplasma
Bulat/oval, cromatin
tdk tersebar dlm
sitoplasma
Kidneyshaped/
banana
form, cromatin tdk
tersebar dlm
sitoplasma
Anamnesis
Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat,
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan
nyeri otot atau pegal-pegal
Riwayat berkunjung dan bermalam 1 - 4 minggu
yang lalu ke daerah endemik malaria
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
Riwayat mendapat transfusi darah
Manifestasi Klinis
Sumber
1.WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011
2.Claire L. Mackintosh JGB, Kevin Marsh. Clinical features and pathogenesis of severe malaria

Anamnesis (malaria berat)
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
Keadaan umum yang lemah (mis : tidak bisa duduk/berdiri)
Kejang-kejang
Panas sangat tinggi
Mata atau tubuh kuning
Perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna
Nafas cepat/sesak naaps
Muntah terus menerus dan tidak apat makan minum
Warna air seni seperti teh tuakehitaman
Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)
Telapak tangan sangat pucat

Manifestasi Klinis
Sumber
1.WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011
2.Claire L. Mackintosh JGB, Kevin Marsh. Clinical features and pathogenesis of severe malaria

Pemeriksaan fisis
Demam
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Splenomegali
Hepatomegali

Manifestasi Klinis
Sumber
1.WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011
2.Claire L. Mackintosh JGB, Kevin Marsh. Clinical features and pathogenesis of severe malaria

Pemeriksaan fisik (malaria berat)
Temperatur rektal >40
Nadi cepat dan lemah
Tekanan darah sistolik <70 mmHg (dewasa);
<50mmHg (anak)
Frekuensi napas >35x/menit (dewasa), >40x/menit
(balita), >50x/menit (batuta)
GCS < 11
Manifestasi perdarahan (petekie, purpura,
hematoma)


Manifestasi Klinis
Sumber
1.WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011
2.Claire L. Mackintosh JGB, Kevin Marsh. Clinical features and pathogenesis of severe malaria

Pemeriksaan fisik (malaria berat)
Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan
elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi
air seni berkurang)
Tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak
tangan pucat, lidah pucat, dll)
Sklera dan kulit ikterik
Ronki pada kedua lapang paru
Splnenomegali/hepatomegali
Acute kidney injuryoliguria/anuria
Gejala neurologi (kaku kuduk, refleks patologis +)


Manifestasi Klinis
Sumber
1.WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011
2.Claire L. Mackintosh JGB, Kevin Marsh. Clinical features and pathogenesis of severe malaria

DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAAN PENUNJANG
Anamnesis
Keluhan utama biasanya berupa demam,
menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot.
riwayat berkunjung kurang lebih 1-4 minggu
yang lalu ke daerah endemik malaria,
riwayat tinggal di daerah endemik malaria,
riwayat sakit malaria, riwayat minum obat
malaria satu bulan terakhir,
riwayat mendapat transfusi darah.


Pada tersangka penderita malaria berat, dapat
ditemukan keadaan di bawah ini :
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
Keadaan umum yang lemah.
Demam tinggi disertai kejang
Mata dan tubuh kuning.
Perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti teh pekat dan dapat sampai
kehitaman.
Telapak tangan sangat pucat
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Demam (37,5 C).
Konjunctiva atau telapak tangan pucat,
Pembesaran limpa dan Pembesaran hati.
Sementara pada penderita tersangaka malaria berat
ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut :
Suhu rectal ( 40 C)
Nadi capat dan lemah, Tekanan darah sistolik <70
mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anak-
anak
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa
atau >40 kali permenit pada balita, dan >50 kali permenit
pada anak dibawah 1tahun,
Penurunan kesadaran, Manifestasi perdarahan: ptekie,
purpura, hematom, Tanda-tanda dehidrasi, tanda-tanda
anemia berat, Sklera mata kuning, Pembesaran limpa
dan atau hepar, Gagal ginjal ditandai dengan oligouria
sampai anuria.
Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis +++


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan sediaan apus darah tebal dan darah tipis
dapat ditemukan parasit Plasmodium. Pemeriksaan ini
dapat menghitung jumlah parasit dan identifikasi jenis
parasit. Bila hasil negatif diulang 6-12 jam.

SQBC (semi quantitative buffy coat)
Prinsip tes fluoresensi: yaitu adanya protein Plasmodium
yang dapat mengikat acridine orange yang akan
mengidentifikasi eritrosit yang terinfeksi Plasmodium.
Rapid Manual Test
Tes ini mendeteksi antigen Plasmodium falciparum
dengan menggunakan dipstick. Hasilnya segera
diketahui dalam 10 menit. Sensitifitasnya 73,3% dan
spesifitasnya 82,5%.

PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan biomolekuler
digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit
Plasmodium dalam darah. Metode ini sangat efektif
untuk mendeteksi parasit walaupun tingkat
parasitemianya rendah


Sumber
1. WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011

DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Demam Tifoid : Masih bisa dibedakan dengan adanya
gejala stomatitis dengan lidah tifoid yang khas, batuk-
batuk, meterorismus, dan bradikardi relatif yang kadang-
kadang ditemukan pada demam tifoid. Kultur darah
untuk salmonella pada minggu pertama kadang-kadang
bisa membantu diagnosis. Widal bisa positif mulai
minggu kedua. Kemungkinan adanya infeksi ganda
antara malaria dan demam tifoid kadang-kadang kita
temukan juga.

Septikemia : perlu dicari sumber infeksi dari sistem
pernapasan, saluran kencing, dan genitalia, saluran
makanan dan otak.
Ensefalitis dan atau meningitis : dapat disebabkan oleh bakteri
spesifik maupun oleh virus. Kelainan dalam pemeriksaan cairan
lumbal akan membantu diagnosis.

Dengue Hemoragik Fever : pola panas yang berbentuk pelana
disertai syok dan tanda-tanda perdarahan yang khas akan
membantu diagnosis walaupun trombositopenia dapat juga terjadi
pada malaria falcifarum namun jarang sekali memberikan gejala
perdarahan. Hematokrit akan membantu diagnosis

Abses hati amuba : hepatomegali yang sangat nyeri dan jarang
sekali disertai ikterus dan kenaikan enzim SGOT dan SGPT akan
membantu diagnosis. Fosfatase alkalis dan gamma GT kadang-
kadang akan meningkat. USG akan membantu deteksi abses hati
dengan tepat.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN

1. Pengobatan suportif (perawatan umum dan pengobatan
simtomatis)

Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan keseimbangan asam
basa. Karena pada malaria terjadi gangguan hidrasi, maka sangat
penting mengatasi keadaan hipovolemi ini. Selain cairan perlu
diperhatikan oksigenisasi dengan memperlihatkan tekanan O2,
lancarkan saluran nafas dan kalau perlu dengan ventilasi bantu.
Bila suhu 40oC (hipertermia) : kompres intensif, pemberian
antipiretik untuk mencegah hipertermia dengan parasetamol
15mg/kgBB/kali diberikan setiap 4 jam.
Bila anemia diberikan transfusi darah, yaitu bila Hb<8g/dl atau
hematokrit <15%. Pada keadaan asidosis perbaikan anemi
merupakan tindakan yang utama sebelum pemberian koreksi
bikarbonat.
2. Pengobatan spesifik dengan anti malaria

Obat-obat antimalaria di Indonesia
Amodiakuin
Amodiakuin adalah senyawa 4 aminokuinolon merupakan obat
antimalaria yang bersifat Skizontisida darah dan Gametosida,
senyawa ini mempunyai efek antipiretik dan antiradang,
Artesunat
Artesunat adalah obat antimalaria kelompok seskulterpen lakton
dan besifat skizontisida darah dan gametosida, artesunat juga
digunakan sebagai bagian dari kombinasi artesunat dan
amodiakuin,
obat ini menggantikan klorokuin sebagai lini pertama untuk
malaria falciparum tanpa komplikasi, khusus artesunat injeksi
digunakan untuk pengobatan penderita malaria berat atau malaria
komplikasi terutama di rumah sakit.

KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
Kombinasi Artesunat dan Amodiakuin
Spektrum aktifitas obat
Sesuai kompinen obat kombinasi ini, spectrum
aktifitas obat ini luas yaitu :
- Skizontisida darah terhadap semua jenis
Plasmodium manusia, terutama digunakan untuk
P.falciparum resisten klorokuin
- Gametosida semua jenis Plasmodium manusia,
kecuali gametosit matang P.falciparum.


KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
Dosis kombinasi artesunat dan amodiakuin untuk
pengobatan malaria tanpa komplikasi adalah :
Artesunat dengan dosis harian tunggal 4 mg/kgBB
selama 3 hari dan Amodiakuin dengan dosis harian
tunggal 10 mg basa/kgBB selama 3 hari,
formulasi obat dikemas dalam bentuk combi pack
yaitu : Artesdiaquine , Arsuamoon.
Untuk mencapai pengobatan radikal malaria
falciparum diberikan juga dosis tunggal primaquin
0.75 mg basa/kgBB.
Untuk malaria Vivax diberikan dosis tunggal harian
primaquin 0.25 mg basa/kgBB selama 14 hari
KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
Sementara untuk pengobatan malaria berat atau dengan
komplikasi adalah diberikan loading dose artesunat pada
hari 1 dengan dosis 2 x 2,4 mg/kgBB Parenteral dengan
interval 12 jam.

Kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya dengan dosis
2,4 mg/kgBB/hari (maksimal 5 hari) artesunat dan
amodiakuin

adapun toksisitas dan efek samping obat berupa mual,
muntah, sakit kepala

KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
Primaquin
Primaquin merupakan suatu senyawa 8 aminokuinolon yang mempunyai
sifat Skizontasid jaringan, skintosida darah dan gametosida, primaquin
digunakan sebagai pelengkap pengobatan radikal P.falciparum, anti relaps
P.vivax dan P.ovale.
malaria falciparum diberikan dosis tunggal primaquin 0.75 mg basa/kgBB.
Untuk malaria Vivax diberikan dosis tunggal harian primaquin 0.25 mg
basa/kgBB selama 14 hari

Kina
Merupakan alkaloid penting yang diambil dari kulit pohon sinkona, termasuk
golongan kuinolin metanol
Dosis kina untuk malaria tanpa komplikasi 3x10 mg/KgBB selama 7 hari
Dosis kina utuk malaria dengan komplikasi atau malaria berat adalah
dengan loading dose 20 mg/KgBB dilarutkan dalam 500ml dekstrosa 5%
atau NACL 0,9%, kemudian di lanjutkan 10 mg/KgBB dalam 500 ml
dekstrosa selama 7 hari

KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
Doksisiklin
Malaria falciparum tanpa komplikasi 2 x100 mg
selama 7 hari

Tetrasiklin

Sulfadoksin-pirimetamin

Klorokuin


KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
Pencegahan
Tindakan pencegahan meliputi pencegahan Primer dan
pencegahan Sekunder

1. Pencegahan Primer
a. Tindakan terhadap manusia

b. Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)

c. Tindakan terhadap vektor
2. Pencegahan Sekunder

a. Pencarian penderita malaria
secara pasif dengan cara malakukan pencatatan dan
pelaporan kunjungan kasus malaria


b. Diagnosa dini
Keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan
nyeri otot atau pegal-pegal), dapat juga dengan
pemeriksaan dan konfirmasi diagnosis mikroskopis atau
Rapid Diagnosis Test
PROGNOSIS
Prognoasis tergantung kecepatan atau ketepatan
Diagnosis dan Pengobatan makin cepat dan tepat
dalam menegakkan diagnosis dan pengobatannya akan
memperbaiki prognosisnya serta memperkecil angka
kematiannya.
Kegagalan fungsi organ dapat terjadi pada malaria berat
terutama organ-organ vital semakin sedikit organ vital
yang terganggu dan mengalami kegagalan dalam
fungsinya, semakin baik prognosisnya.
Kepadatan Parasit pada pemeriksaan hitung parasit
(parasite count) semakin padat/banyak jumlah
parasitnya yang didapatkan bentuk skizon dalam
pemeriksaan darah tepinya.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sudoyo AW et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FKUI. 2006.
2.Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Malaria in
Hasrrisons Manual of medicine. Ed. 17th. NY: Mac Graw Hill. 2008
3.Iskandar, Zulkarnain and Setiawan, Budi. Malaria Berat . [book auth.] Aru W
Sudoyo, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006, Vol. 3, p. 1737..
4.Mubin, A Halim and S, Pain. Malaria Tropika dengan Berbagai Komplikasi.
UjungPandang : s.n., 1992, Cermin Dunia Kedokteran, Vol. 72, pp. 48-51..
5.Munthe, Celestinus Eigya.Malaria Cerebral. 2001, Cermin Dunia Kedokteran, Vol.
131, pp. 5
6.Mardjono, Mahar and Sidharta, Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Jakarta :
Dian Rakyat, 2008.
7.KEPMENKES, PENGOBATAN MALARIA, 2007
8.WHO. Guidelines for the treatment of malaria. In; 2011
9.Claire L. Mackintosh JGB, Kevin Marsh. Clinical features and pathogenesis of
severe malaria

CASE REPORT


Anamnesis autoanamnesis
Tanggal 22 Agustus 2013
Identitas
Nama : Ny D
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Batak
Alamat : Waru RT 14

Keluhan Utama : Demam 4 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Mual, Muntah, Nyeri ulu hati, nafsu makan berkurang

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien diantar oleh keluarga dengan keluhan demam 4 hari SMRS, demam
dirasakan berlangsung terus menerus, demam disertai menggigil, mual,muntah, nyeri
ulu hati, nafsu makan berkurang, riwayat mengunjungi daerah endemis malaria +
(pasien merupakan pekerja perkebunan sawit daerah Sotek), pasien mendapat
pengobatan malaria (DARPLEX) selama 3 hari di PKM namun keluhan tidak kunjung
berkurang


Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat pernah terkena malaria disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 38
o
C

Toraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan kesan sama, sonor
Auskultasi : BND vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, gallop -, murmur -
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : supel, Nyeri tekan + reg epigastrium
Perkusi : timpani, nyeri ketok -
Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik, turgor baik


RESUME
Seorang perempuan 42 tahun datang dengan keluhan
demam 4 hari SMRS, demam dirasakan berlangsung
terus menerus, demam disertai menggigil, mual,muntah,
nyeri ulu hati, nafsu makan berkurang, riwayat
mengunjungi daerah endemis malaria + (pasien
merupakan pekerja di perkebunan sawit daerah Sotek),
pasien mendapat pengobatan malaria (DARPLEX)
selama 3 hari di PKM namun keluhan tidak kunjung
berkurang Riwayat pernah terkenan malaria disangkal

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Suhu : 38
o
C

Abdomen

Palpasi : Supel, Nyeri tekan + reg epigastrium


Rencana Pemeriksaan
Tanda-tanda vital,
Darah perifer lengkap,
Gula darah,
DDR malaria,
fungsi ginjal,
fungsi hati

22-8-2013
GCS 15
TEMPRATUR 38
TD 140/100
Hb 8.0
LEUKOSIT 3000
TROMBOSIT 78000
DDR malaria + (Malaria falciparum)
GDS 160
GOT 85
GPT 90
BIL TOT 16,87
BIL DIRECT 2,16
UREUM 44
CREATININ 0,81
Diagnosis :
Observasi Febris hari ke - 4 ec Malaria
Falciparum + Anemia + Trombositopenia
Penatalaksanaan
Rawat Inap
IVFD : I RL 20 TPM
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Primaquin 1x3 tab
Kina 3X2 tab
Propepsa 3x1 C
Transfusi PRC 2 kantung


23-8-2013
S : -
IVFD : I RL 20 TPM
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Kina 3X2 tab
Propepsa 3x1 C


24-8-2013
S : -
IVFD : I RL 20 TPM
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Kina 3X2 tab
Propepsa 3x1 C


25-8-2013
S : -
IVFD : I RL 20 TPM
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Kina 3X2 tab
Propepsa 3x1 C


26-8-2013
S : -
IVFD : Protab kina
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Doxycycline 2x100
Propepsa 3x1 C


27-8-2013
S : -
IVFD : Protab kina
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Doxycycline 1x100
Propepsa 3x1 C



28-8-2013
S : -
IVFD : Protab kina
IV : Pantoprazole 2 x 1 ampul
PO : Paracetamol 3X1 tab K/P
Doxycycline 1x100
Propepsa 3x1 C



22-8-13 23-8-13 24-8-13 25-8-13 26-8-13 27-8-13 28-8-13
GCS 15 15 15 15 15 15 15
TEMPRATUR 38 36,2 36,8 36 36,5 36,5 36,5
TD 140/100 130/90 110/60 110/80 110/70 110/70 130/80
Hb 8.0 8.0 10 10,1 10,0 10,6 10,6
LEUKOSIT 3000 3900 4100 3800 5300 6870 6800
TROMBOSIT 78000 78000 100000 115000 156000 175000 185000
DDR Malaria +falciparum) +falciparum)
+falciparm) +falciparum) +falciparum) +falciparum)
-
GDS 160 85 108 100 87 126
GOT 85 36 29 27 39 38 37
GPT 90 32 27 22 33 29 24
BIL TOT 16,87 0,98 0,78 0,85 1,12 0,86 0.86
BIL DIRECT 2,16 0,25 0,12 0,15 0,21 0,12 0,17
UREUM 44 28 31 20 16 14 16
CREATININ 0,81 1,09 0,82 1,00 0,68 0,86 0,97
ANALISA KASUS
Demam terus menerus disertai menggigil.
Anemia
Trombositopenia

ANALISA KASUS
Manifestasi umum malaria seperti demam yang disertai menggigil
terdapat dalam gejala yang klasik yaitu terjadinya Trias Malaria
secara berurutan :
1. Periode dingin
Mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut
atau sarung dan saat menggigil seluruh badan bergetar dan gigi
saling terantuk yang diikuti dengan peningkatan temperatur.
2. Periode Panas
Penderita muka merah, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3. Periode berkeringat
Penderita berkeringat banyak dan temperatur turun dan penderita
merasa sehat.

Pada Plasmodium Falciparum menggigil dapat berlangsung berat
ataupun tidak ada.
ANALISA KASUS
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi
malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah :
1. Pengrusakan eritrosit oleh parasit.
2. Hambatan eritropoesis sementara.
3. Hemolisis oleh proses complement mediated immune
complex.
4. Eritrofagositosis.
5. Penghambatan pengeluaran retikulosit.
6. Pengaruh sitokin.
ANALISA KASUS
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi
malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah :
1. Pengrusakan eritrosit oleh parasit.
2. Hambatan eritropoesis sementara.
3. Hemolisis oleh proses complement mediated immune
complex.
4. Eritrofagositosis.
5. Penghambatan pengeluaran retikulosit.
6. Pengaruh sitokin.
ANALISA KASUS
Perdarahan spontan berupa perdarahan gusi, epistaksis,
perdarahan dibawah kulit dari petekie, purpura, hematoma
dapat terjadi sebagai komplikasi malaria tropika.
Perdarahan ini dapat terjadi karena trombositopenia atau
gangguan koagulasi intravaskular atau gangguan
koagulasi karena fungsi hati. Trombositopenia yang terjadi
disebabkan karena pengaruh sitokin. Gangguan koagulasi
intravaskular jarang terjadi kecuali pada stadium akhir
suatu infeks plasmodium Falciparum yang berat.

Anda mungkin juga menyukai