Disusun guna memenuhi tugas Matakuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu Dr. Mimi Mulyani, M.Hum M. Badrus Siroj, S.Pd., M.Pd. Oleh: Mei Anjar Kumalasari !"!#!""$! Agus Mulyono !"!#!!"%! &ayati 'sriatin !"!#!!!() Seto Anjar Su*ekti !"!#!!!#" Kelompok + ,om*el ) FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa adalah suatu sistem sim*ol lisan yang ar*itrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat *ahasa untuk *erkomunikasi dan *erinteraksi antar sesamanya, *erlandaskan pada *udaya yang mereka miliki *ersama. -Dardjo.idjojo ""): !$/. Menurut 0e1elt ada ( *idang kajian utama psikolinguistik, yaitu: psikolinguistik umum, psikolinguistik perkem*angan dan psikolinguistik terapan. Psikolinguistik umum merupakan studi tentang *agaimana pengamatan2persepsi orang de.asa terhadap *ahasa dan *agaimana ia memproduksi *ahasa. Mengenai proses kogniti3 yang mendasari pada .aktu seseorang menggunakan *ahasa. Ada dua 4ara dalam persepsi dan produksi *ahasa ini,yakni: se4ara auditi3 dan 1isual. Persepsi *ahasa se4ara auditi3 adalah mendengarkan dan persepsi *ahasa se4ara 1isual adalah mem*a4a. Dalam produksi *ahasa kegiatannya adalah *er*i4ara -auditi3/ dan menulis -1isual/. Proses kogniti3 yang terjadi pada .aktu seseorang *er*i4ara dan mendengarkan antara lain mengingat apa yang *aru didengar, mengenal kem*ali apa yang *aru didengar itu se*agai kata5kata yang ada artinya, *erpikir, mengu4apkan apa yang telah tersimpan dalam ingatan. Di samping itu dalam *er*ahasa peranan intuisi linguistik tidak *oleh dia*aikan, maksudnya intuisi atau perasaan mengenai pemakaian kata5kata yang tepat dalam suatu kalimat, sehingga kalimat terse*ut *enar, tidak *ermakna ganda. 1.2 RUMUSAN MASALAH Masalah yang dapat dirumuskan dari latar *elakang di atas, adalah: !..! Bagaimanakah konsep pemahaman *ahasa6 !.. Bagaimanakah konsep produksi *ahasa6 !..( Bagaimanakah konsep pemrosesan *ahasa6 !..# Bagaimanakah konsep *ahasa dan pikiran6 1.3 TUJUAN 7ujuan yang ingin di4apai dari rumusan masalah, di antaranya: !.(.! 8ntuk menjelaskan konsep pemahaman *ahasa. !.(. 8ntuk menjelaskan konsep produksi *ahasa. !.(.( 8ntuk menjelaskan pemrosesan *ahasa. !.(.# 8ntuk menjelaskan konsep *ahasa dan pikiran. BAB II PEMBAHASAN 2.1. PEMAHAMAN BAHASA Pemahaman merupakan suatu proses konstrukti1itis sosial dalam memahami *er*agai teks, tidak hanya semata5mata memahami makna kata5kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi juga peman3aatan pengetahuan pem*a4a yang *erhu*ungan dengan teks yang di*a4anya. Pemahaman yang e3esien mempersyaratkan kemampuan pem*a4a menghu*ungkan materi teks dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Perlunya disadari *ah.a kegiatan pemahaman tidak harus menunggu sampai anak lan4ar mem*a4a. 7idak seperti halnya pem*a4a lanjut yang memahami pesan melalui *arang 4etak, anak dalam mem*a4a memahami pesan melalui *ahasa lisan dan gam*ar. 'ni artinya, peranan *ahasa -lisan/ guru sangat penting dalam mengem*angkan pemahaman anak terhadap pesan yang dihadapinya. Pemahaman *ahasa tidak hanya ditransmisi dari kata5kata9 tapi *utuh in3erensi tentang tujuan dan asumsi5asumsi dari pem*i4ara dan tentang konteks interaksi implementasi dari program pemahaman *ahasa alami mem*utuhkan representasi sejumlah *esar pengetahuan dan alasan5alasan. 2.2. PRODUKSI BAHASA 2.2.1 Language Production (Pro!"#$ B%&%#%' Se4ara etimologis kata language production terdiri dari dua kata yaitu language yang se4ara leksikal -Kamus Bahasa 'nggris/ *erarti :*ahasa -;4hols dan Shadily, !%++: (#+/ sedangkan *ahasa dalam Kamus Bahasa 'ndonesia mengandung arti, sarana komunikasi untuk *er*i4ara agar kita dapat saling mengerti apa yang kita maksudkan9 sistem lam*ang *unyi *erartikulasi -yang dihasilkan alat5alat u4ap/ yang *ersi3at se.enang5.enang -ar*itrer/ dan kon1ensional yang dipakai se*agai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran9 perkataan5perkataan yang dipakai oleh suatu *angsa -suku *angsa, negara, daerah, ds*./9 per4akapan -perkataan/ yang *aik9 sopan santun9 tingkah laku yang *aik -Santoso dan Priyanto, !%%): ()/. Adapun production sudah menjadi *ahasa kita dengan *eda penulisan yaitu produksi yang dalam Kamus 'lmiah *erarti hal yang menghasilkan *arang5*arang pem*uatan9 penghasilan9 apa yang dihasilkan -diper*uat/ -Partanto dan Al Barry, !%%#: $$/. <amun, mengenai pengertian produksi *ahasa se4ara terminologi ada *e*erapa 1arian de3inisi seperti: !. Se*agaimana Suherman -""): !#/ dalam *ukunya *ah.a produksi *ahasa ialah *agaimanakah kita meren4anakan pengungkapan *ahasa se4ara lisan maupun tulisan -masalah produksi 2 the production of vocal sounds/. . Sedangkan yang dikemukakan oleh Sri 8tari Su*yakto adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikiran sendiri melalui alat 1okal maupun melalui tulisan -!%++: )/. (. Kemudian Samsunu.iyati Mar=at dalam *ukunya mengungkapkannya dengan *agaimana manusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata5kata -produksi *ahasa/ -""): ()/. #. 0e1elt -!%+%/ mengatakan >events from intention to articulation -7n.""?: ?%/ yang artinya adalah -proses/ *erlangsungnya maksud menjadi artikulasi. Dari keempat de3inisi di atas kita *isa menyimpulkan *ah.a yang dimaksud language production atau produksi *ahasa adalah (ro#)# *)+,&%#$-"%+ .%&%#%. 2.2.2 Pro#)# Pro!"#$ B%&%#% %-%* O/%" Dalam proses produksi *ahasa ini ada tiga *agian otak yang *erperan penting yaitu daerah @erni4k yang *ertanggung ja.a* pada >leAi4al meaningB atau makna arti, daerah Bro4a *ertanggung ja.a* pada >grammati4al planningB atau peren4anaan tata *ahasanya -7n.""?: +/, dan daerah Motor Suplementer -supplementary motor area/ yang *ertanggung ja.a* >monitoringB atau menga.asi dan mengendalikan hasil u4apan -Cahyono, !%%): )%/. 7ahapan prosesnya *isa kita lihat pada gam*ar di atas, namun singkatnya proses itu seperti yang diungkapkan Cahyono yaitu, Berdasarkan tugas ketiga daerah itu, alur penerimaan dan penghasilan *alasan ujaran -u4apan/ dapat disederhanakan se*agai *erikut: ujaran didengar dan dipahami melalui daerah @erni4k, isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah Bro4a untuk mempersiapkan penghasilan *alasan ujaran itu. Kemudian se*uah isyarat tanggapan ujaran itu dikirim ke daerah motor untuk menghasilkan ujaran se4ara 3isik. 7entunya penyederhanaan itu menga*aikan penye*utan hu*ungan rumit system sara3 dalam memasok darah ke otak dan si3at keterkaitan 3ungsi53ungsi otak -!%%): )%/. 2.2.3 B%&%#% V)r.%- %+ B%&%#% No+ V)r.%- Ber*i4ara proses produksi *ahasa maka kita akan *er*i4ara pula hasil dari produksi itu, hasil dari itu sendiri adalah *ahasa dan *ahasa sendiri se4ara umum *isa kita klasi3ikasikan menjadi dua ma4am yaitu *ahasa 1er*al dan non 1er*al. Makna sederhana dari 1er*al adalah lisan sehingga *ahasa 1er*al adalah *ahasa lisan dan se*aliknya *ahasa yang tidak menggunakan lisan adalah *ahasa non1er*al. Pada pem*ahasan selanjutnya kita akan menjelaskan *e*erapa ma4am *ahasa ditinjau dari konteks 1er*al dan non 1er*al. 2.2.3.1 B%&%#% L$#%+ Se*agaimana yang telah dise*utkan *ah.a *ahasa lisan adalah *ahasa 1er*al, karena melihat pengertian *ahasa di atas *ah.a pada dasarnya *ahasa ialah sistem lam*ang *unyi *erartikulasi -yang dihasilkan alat5alat u4ap/, sehingga *ahasa itu ialah apa yang dilisankan, dise*utkan juga *ah.a linguistik melihat *ahasa itu adalah *ahasa lisan, *ahasa yang diu4apkan, *ukan yang dituliskan, *agi linguistik *ahasa lisan adalah primer, sedangkan *ahasa tulis sekunder. Bahasa lisan le*ih dahulu dari *ahasa tulis -Chaer, ""(: +/. 2.2.3.2 B%&%#% T!-$#%+ Ada yang mengatakan *ah.a *ahasa itu *ukan tulisan, tulisan hanyalah gam*aran dari ujaran -u4apan/. 7ulisan adalah kurang le*ih satu usaha yang kurang mantap untuk se4ara gra3is -tulisan/ melukiskan ujaran dengan sim*ul5sim*ol yang dipilih dan tersusun se4ara mana suka saja -ar*itrer/ -Al.asilah,!%+(: !+/. Dika kita menga4u pada pendapat Durgen ,ues4h dia mengklasi3ikasikan isyarat non 1er*al menjadi tiga *agian yaitu, Pertama, *ahasa tanda -sign language/ seperti a4ungan jempol untuk numpang mo*il se4ara gratis dan *ahasa isyarat tuna rungu9 kedua, *ahasa tindakan -action language/, semua gerakan tu*uh yang tidak digunakan se4ara eksklusi3 untuk mem*erikan sinyal, misalnya, *erjalan9 dan ketiga, *ahasa o*jek -object language/, pertunjukan *enda, pakaian, dan lam*ang non1er*al *ersi3at pu*lik lainnya seperti ukuran ruangan, *endera, gam*ar -lukisan/, musik -misalnya marching band/, dan se*againya, *aik disengaja ataupun tidak -Mulyana, ""): (!?/. Maka, kita *isa *erkesimpulan *ah.a *ahasa tulisan adalah *ahasa non1er*al karena pada hakekatnya tulisan itu merupakan gam*ar yang disengaja. 2.2.3.3 B%&%#% T!.!& ( Body Language ' Salah satu *ahasa non 1er*al adalah *ahasa tu*uh atau body language, se*agaimana yang dikutip Mulyana -""): (!?/ *ah.a Samo1ar dan Porter menjelaskan, Bidang yang menelaah *ahasa tu*uh adalah kinesika -kinesics/, suatu istilah yang di4iptakan seorang perintis studi *ahasa non 1er*al, ,ay 0. Bird .histell. Setiap anggota tu*uh seperti .ajah -termasuk senyuman dan pandangan mata/, tangan, kepala, kaki dan *ahkan tu*uh se4ara keseluruhan dapat digunakan se*agai isyarat sim*olik. Karena kita hidup, semua anggota *adan kita senantiasa *ergerak. 0e*ih dari dua a*ad yang lalu Blaise Pas4al menulis *ah.a ta*iat kita adalah *ergerak9 istirahat sempurna adalah kematian. Eang termasuk *ahasa tu*uh ini seperti isyarat tangan, gerakan kepala, postur tu*uh dan posisi kaki, juga ekspresi .ajah dan tatapan mata. Bahasa tu*uh *isa kita simpulkan juga se*agai *ahasa isyarat -tuna rungu/ karena menggunakan gerak anggota tu*uh juga namun se4ara alamiah dan tidak hanya digunakan oleh penderita tuna rungu. 8ntuk le*ih jelasnya kita akan menjelaskan *ahasa isyarat pada pem*ahasan selanjutnya. 2.2.3.4 B%&%#% I#0%r%/ Komunikasi tanpa kata5kata ialah *ahasa non 1er*al seperti halnya *ahasa isyarat. Bahasa isyarat ini pun dise*ut kinesika -kinesics/ juga karena menggunakan gerak tu*uh. Bahasa isyarat itu memiliki 1ariasi, salah satu 1ariasi *ahasa isyarat adalah em*lem. ;m*lem merupakan tindakan sengaja untuk mem*uat *ahasa isyarat yang memiliki padanan pesan dalam *ahasa 1er*al. Makna em*lem *iasanya sudah diketahui se4ara kon1ensional dalam *udaya tertentu. ;m*lem sering digunakan untuk menggantikan *ahasa 1er*al apa*ila *ahasa 1er*al tidak *isa disampaikan karena 3a4tor53aktor tertentu -Cahyono, !%%):((/. Simpulannya *ah.a per*edaan antara *ahasa tu*uh dan *ahasa isyarat adalah *ahasa isyarat mempunyai 1ariasi em*lem -tindakan sengaja/ tidak alamiah. 2.3. PEMROSESAN BAHASA 2.3.1 P)*ro#)#%+ B%&%#% A-%*$ Menurut ,i4h, pemrosesan *ahasa alami dapat di*agi atas *e*erapa proses: !. Morphological analysis, dimana kata se4ara indi1idu dianalisis ke dalam komponen5 komponennya dan yang *ukan kata-seperti tanda *a4a/ dipisahkan darikata . Syntactic analysis, urutan linier dari kata ditrans3ormasikan ke dalam struktur yang menunjukkan *agaimana kata saling *erhu*ungan. 8rutan kata yang melanggar aturan *ahasa dalam pengkom*inasian kata, akan ditolak (. Semantic analysis, di*uat mapping antara struktur sintaksis F o*jek dalam domain kerja. Struktur dimana tidak ada mapping yang memungkinkan, akan ditolak #. Discourse integration, dimana arti dari kalmiat se4ara indi1idu *ergantung pada kalimat5kalimat yg mendahului F mungkin dapat mempengaruhi arti dari kalimat5 kalimat yang mengikutinya ). Pragmatic analysis, dimana struktur yang merepresentasikan apa yang diu4apkan, diinterpretasikan kem*ali untuk menentukan apa arti se*enarnya. 2.4 BAHASA DAN PIKIRAN 2.4.1 Ko+#)( B).)r%(% A&-$ /)+/%+, B%&%#% %+ P$"$r%+ Be*erapa ahli men4o*a memaparkan hu*ungan antara *ahasa dan pikiran, atau le*ih sempit lagi, *ahasa mempengaruhi pikiran. Be*erapa ahli terse*ut antara lain Gon Hum*olt, ;d.ard Saphir, Benyamin @hor3 dan ;rnst Cassier. Dari keempat tokoh terse*ut hanya ;d.ard Saphir dan Benyamin @hor3 yang *anyak dikutip oleh *er*agai peneliti: Saphir dan @or3 mengatakan *ah.a tidak ada dua *ahasa yang memiliki kesamaan untuk dipertim*angkan se*agai realitas sosial yang sama. Sapir dan @or3 menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara *ahasa dan pikiran. !. Hipotesis pertama adalah linguisti4 relati1ity hypothesis yang menyatakan *ah.a per*edaan struktur *ahasa se4ara umum parallel dengan per*edaan kogniti3 non*ahasa -nonlinguisti4 4ogniti1e/. Per*edaan *ahasa menye*a*kan per*edaan pikiran orang yang menggunakan *ahasa terse*ut. . Hipotesis kedua adalah linguisti4s determinism yang menyatakan *ah.a stuktur *ahasa mempengaruhi 4ara indi1idu mempersepsi dan menalar dunia per4eptual. Dengan kata lain, struktur kogjiisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam *ahasa. Pengaruh *ahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui ha*ituasi dan melalui aspek 3ormal *ahasa, misalnya grammar dan leksikon. @hor3 mengatakan >grammati4al and leAi4on resour4es o3 indi1idual languages hea1ily 4onstrain the 4on4eptual representations a1aila*le to their speakerB. Hrammar dan leksikon dalam se*uah *ahasa menjadi penentu representasi konseptual yang ada dalam pengguna *ahasa terse*ut. Selain ha*ituasi dan aspek 3ormal *ahasa, salah satu aspek yang dominan dalam konsep @hor3 dan Sapir adalah masalah *ahasa mempengaruhi kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan menjadi premis dalam *erpikir, seperti apa yang dikatakan oleh @hor3 *erikut ini : >Kita mem*elah alam dengan garis yang di*uat oleh *ahasa nati1e kita. Kategori dan tipe yang kita isolasi dan dunia 3enomena tidak dapat kita 7emui karena semua 3enomena terse*ut tertangkap oleh tiap o*ser1er. Se4ara kontras, dunia mempresentasikan se*uah kaleidos4opi4 3luA yang penuh impresi yang dikategorikan oleh pikiran kita, dan ini adalah system *ahasa yang ada di pikiran kita. Kita mem*elah alam, mengorganisasikannya ke dalam konsep, memilah unsur5unsur yang penting... -@hor3 dalam Chander, """/. 8ntuk memperkuat hipotesisnya, .hor3 dan Sapir memaparkan *e*erapa 4ontoh. Salah satu 4ontoh yang diam*il adalah kata salju. @hor3 mengatakan *ah.a se*agian *esar manusia memiliki kata yang sama untuk menggam*arkan salju. Salju yang *aru saja turun dari langit, salju yang sudah mengeras atau salju yang meleleh, semua o*jek salju terse*ut tetap dinamakan salju. Ber*eda dengan ke*anyakan masyarakat, orang ;skimo mem*er la*el yang *er*eda pada o*jek salju terse*ut. 8raian terse*ut kemudian disanggah oleh Pinker -dalam S4lenker,""#/ yang mengatakan *ah.a pikiran orang ;skimo tidak *er*eda dengan pikiran orang. Bahasa *agi @hor3 pemandu realitas sosial .@alaupun *ahasa *iasanya tidak diminati oleh ilmuan sosial, *ahasa se4ara kuat mengkondisikan pikiran indi1idu tentang se*uah masalah dan proses sosial. 'ndi1idu tidak hidup dalam dunia o*jekti3, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang *iasa dipahaminya, tetapi sangat ditentukan oleh *ahasa tertentu yang menjadi medium pernyataan *agi rnasyarakatnya. 7idak ada dua *ahasa yang 4ukup sama untuk me.akili realitas yang sama. Dunia tempat tinggal *er*agai masyarakat dinilai oleh @hor3 se*agat dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang *er*eda. Singkat kata, dapat disimpulkan *ah.a pandangan manusia tentang dunia di*entuk oleh *ahasa sehingga karena *ahasa *er*eda maka pandangan tentang duniapun *er*eda. Se4ara selekti3 indi1idu menyaring sensori yag masuk seperti yang diprogramkan oleh *ahasa yang dipakainya. Dengan *egitu, masyarakat yang menggunakan *ahasa yang *er*eda memiliki per*edaan sensori pula -,ahmat,!%%%/. 2.4.2 B).)r%(% Ko+#)( 0%+, M)+!"!+, Hipotesis Sapir dan @hor3 didukung oleh *e*erapa temuan *idang terutama dalam *idang antropologi. Seorang antropologis *ernama 0u4y menulis mengenai per*edaan *ahasa yang *erkaitan dengan akti3itas perseptua. Se*agai 4ontoh, dua indi1idu yang memiliki kosa kata tentang .arna dasar -basic color/ yang *er*eda, akan mengurutkan .arna sekunder dengan 4ara yang *er*eda. Language relativistic melihat *ah.a kategori yang ada dalam *ahasa menjadi dasar dan akti3itas mental, seperti kategorisasi, ingatan dan pengam*ilan keputusan. Dika asumsi ini *enar maka studi tentang *ahasa mengarah pada per*edaan pikiran yang diaki*atkan system terse*ut. Di samping *ahasa mere3leksikan perkem*angan kogniti3 *ahasa mempengaruhi akuisis *ahasa dan juga memiliki pem*erian potensi pada trans3ormasi kogniti3. 0u4y juga men4o*a menengahi pertentangan yang ada dengan mem*erikan *e*erapa petunjuk apa*ila seseoang peneliti hendak mengkaji relati1itas *ahasa. Peneliti harus mengidenti3ikasi per3ormansi kogniti3 indi1idu yang *eriringan dengan konteks 1er*al se4ara ekspli4it -explicitly verbal context/ dan menekankan pada struktur kogniti3 indi1idu yang dideteksi yang ditunjukkan dalam perilaku keseharian. Melalui pandangan ini se4ara tidak langsung, 0u4y telah melihat *ah.a kognisi adalah sekumpulan konsep dan prosedur yang hadir dalam akti3itas indi1idu yang *erkaitan dengan perilaku 1er*al seperti *erkata, mendengar dan *erpikir se4ara 1er*al. Penggunaan konteks dalam pengkajian *ahasa ini mendapat dukungan dari HumperI dan 0e1inson, yang melalui tulisannya dengan judul rethinking linguistic relativity men4atat pentingnya theories of use in context yang mem*uat teori semanti4 3ormal yang *erkaitan dengan situasi semanti4 3ormal yang *erkaitan dengan situasi semanti4, dis4ourse representation theory dan theory pragmatis yang memuat relevance theory dan gricean theories. Hipotesis @hor3 juga didukung oleh Olson -!%+(/ yang melihat *ah.a kategori per4eptual dan struktual kogniti3 indi1idu mere3leksikan dunia pengalaman. Se*uah peristi.a selalu dipersepsi dan dikategonisasi se4ara relati3 tergantung pada konteksnya. @hor3 mem*andingkan ke*udayaan Hopi -'ndian/ dengan ke*udayaan ;ropa. Ke*udayaan Hopi diorganisasi menurut peristi.a5penisti.a atau kejadian5kejadian, sedangkan ke*udayaan ;ropa menurut ruang dan .aktu. Menurut ke*udayaan Hopi, kalau se*uah *i*it ditanam, *i*it itu akan tum*uh. Dangka .aktu yang *erlalu di antara menanam *i*it dan tum*uhnya *i*it tidaklah penting *agi ke*udayaan Hopi. Eang penting, ialah 4ara peristi.a menanam diikuti oleh peristi.a tum*uh. Bagi ke*udayaan ;ropa jangka .aktu itulah yang penting. 'nilah penting, menurut @hor3, *ah.a *ahasa5*ahasa mereka telah rnenggariskan realitas dunia dengan 4ara54ara yang *erlainan. Bah.a ke*iasaan5ke*iasaan *ahasa telah menyuguhkan kepalsuan 3akta kepada manusia penuturnya, telah di*uktikan oleh @hor3 dengan se*uah 4ontoh lain dalam *ahasa 'nggris - juga dalam *ahasa lain termasuk *ahasa 'ndonesia/. Contoh itu adalah kalimat >See that .a1eB - lihat om*ak itu/, yang mempunyai pola yang sama sepertiB See that houseB - lihat rumah itu/. Se*enarnya, menurut @hor3, *elum ada seseorang manusia yang pernah melihat se*uah om*ak. Eang kita lihat se*enamya adalah permukaan air yang terus menerus *eru*ah5u*ah dengan gerak naik turun dan *ukan apa yang dinamakan > a .a1eB - se*uah om*ak/. Dadi seolah5 olah kita melihat >se*uah om*akB karena *ahasa telah memprojeksikannya demikian kepada kita. 'ni adalah se*uah kepalsuan 3akta yang disuguhkan *ahasa kepada kita, menurut @hor3. Seseorang tidak sadar, *ah.a dia telah disuguhkan se*uah organisasi dunia seperti ini, dan dia tidak sadar, *ah.a pandangan dunianya telah dikungkung oleh ikatan5ikatan *ahasa yang tidak dapat ditanggalkan. -Simanjuntak !?",""+/. Berkaitan dengan kata5kata emosi ., 0e1i -!%?(, dalam @ierI*i4ka, !%%)/ melalui studinya di 7ahiti menjelaskan *ah.a tidak ada kesamaan antara perasaan *uruk -bad feeling/ dalam pemahaman orang 7ahiti dengan kata sedih - sad/ dalam kosa kata Bahasa 'nggris. Orang 7ahiti telah menonjolkan perasaan mo emo e -se*uah perasaan kesepian dan kesendirian/ daripada rasa sedih yang oleh kosa kata 'nggris dinamakan dengan sad. 0e1i juga menam*ahkan *ah.a hal ini tidak menandakan *ah.a orang 'nggris tidak dapat merasakan mo emo e dan juga se*aliknya, orang 7ahiti tidak *isa merasakan sad tetapi menandakan *ah.a kedua perasaan itu mempunyai status yang *er*eda sehingga tidak dapat dipararelkan. Dika perasaan *uruk -bad feeling/ *agi orang 'nggris adalah sad, maka *agi orang 7ahiti adalah mo emo e! Manusia hanya akan dapat *erkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata5kata yang ter*ahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak5anak *ukanlah *ahasa yang netral dalam mengkoding realitas o*jekti3. Bahasa memiliki orientasi yang su*jekti3 dalam menggam*arkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi *agaimana manusia *erpikir dan *erkata. Melalui paparan di muka dapat diuraikan *e*erapa deri1asi dari pengaruh *ahasa terhadap pikiran manusia. Deri1asi terse*ut ter4ermin dari *e*erapa pernyataan *e*erapa ahli antara lain: !. Language creates a"areness -Ma4phail,, Dennet/ . Language creates self#consciousness - ;ldemen/ (. Language creates structures of thought and symbolic representation -Gygotsky. 7omasello/ #. Language serves as one possible cue for memory - 0u4y, Pedersen/ ). Language provides $%hinking for Speaking -Slo*in,""(/. 2.4.3 B).)r%(% K).)r%/%+ /)r&%%( Ko+#)( 0%+, A% Konsep Sapir dan @hor3 mengundang *e*erapa ke*eratan di kalangan ahli *ahasa dan peneliti psikolinguistik. Dasar yang dipakai se*agai *entuk ke*eratan terse*ut adalah *ah.a pikiran yang sama dapat diekspresikan dalam *e*erapa 4ara. Manusia dapat mengatakan apa saja yang dimauinya dalam se*uah *ahasa sehingga antara *ahasa dengan *ahasa lainnya memiliki karakter yang pararel. Salah satu 3akta yang dipaparkan untuk menunjukkan ke*eratan ini adalah dalam *idang perkem*angan. Be*erapa kasus di kehidupan sehari5hari menunjukkan *ah.a *ayi yang *elum memiliki *ahasa se4ara optimal sudah mampu menalar le*ih dan hal5hal yang menarik *agi mereka. Misalnya usia (5# *ulan *ayi dapat memahami jarak dan menyelesaikan masalah yang *erkaitan dengan jarak. 8sia ) *ulan *ayi sudah menalar aritmatika sederhana. Bukti kedua yang menunjukkan *ah.a manusia dapat *erpikir meski tanpa menggunakan *ahasa adalah kasus anak5anak tuna runggu yang tidak mampu memahami struktur sym*ol *ahasa. Anak5anak ini dapat menemukan isayarat dan gerak mereka sendiri untuk mengkomunikasikan pikiran dan keinginan mereka. Bukti ketiga adalah kasus penggunaan mental image yang diperagakan oleh *e*erapa indi1idu. Seniman dalam *idang 1isual memiliki kemampuan menalar yang dapat disejajarkan dengan penulis ataupun ilmuan . &ran4is Cri4ks dengan *erpikir se4ara 1isual mampu menemukan struktur double helix D<A, Al*ert ;instein yang terkenal dengan penalar 1isual - visual thinker/ mampu menelurkan rumus5rumus 3isika yang spektakulpar. Kontro1ersi tentang pendapat @hor3 juga diarahkan pada 4ontoh yang dikemukakan, misalnya salju. Orang ;skimo hidup di tengah5tengah salju sehingga mereka memiliki *anyak kata tentang salju. 8nta sangat penting *agi orang Ara* sehingga mereka memiliki *anyak 4adangan kosa kata dalam menggam*arkan unta. Bahasa dikem*angkan sesuai dengan tantangan 4ultural dan tidak *enar *ah.a manusia tidak dapat mem*edakan *e*erapa o*jek persepsi karena tidak ada kata yang mampu menggam*arkannya. @alaupun dalam *ahasa ada hanya menggunakan kata =diaJ akan tetapi orang 'ndonesia juga memahami arti =heJ danJsheJ dalam Bahasa 'nggris -,akhrnat !%%%/. Manusia dapat *erpikir tanpa menggunakan *ahasa, tetapi *ahasa mempermudah kemampuan *elajar dan mengingat, meme4ahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan indi1idu menyandi peristi.a dan o*jek dalam *entuk kata5kata. Dengan *ahasa indi1idu mampu menga*straksikan pengalamannya dan mengkomunkasikannya pada orang lain karena *ahasa merupakan system lam*ing yang tidak ter*atas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran. Sementara se*agian *esar ilmuan *erpendapat *ah.a *ahasa adalah o*jek sosial yang *erdiri di atas kesepakatan untuk memudahkan adanya komunikasi, Chomsky -dalam 0udlo., """/ memiliki konsep yang *er*eda. Menurutnya *ahasa $a natural objek that is part of human biological endo"ment! Bahasa adalah o*jek natural yang merupakan *agian dari kele*ihan yang dimiliki manusia. Bahasa *agi Chomsky adalah 4erminan dari pikiran, produk dari ke4erdasan manusia. Dengan memahami property *ahasa alami seperti struktur, organisasi, dan tata 4ara penggunaannya peneliti akan dapat memahami karakteristik manusia se4ara alami -human nature/. Pandangan Chomsky ini selain *ertentangan dengan pandangan Skinner mengenai proses akuisisi *ahasa pada anak, juga *erse*erangan dengan konsep Sapirn dan @hor3. Dengan adanya hal5hal yang *ersi3at *a.aan maka se4ara tidak langsung dapat disimpulkan *ah.a *ahasa tidak memiliki keterkaitan dengan pikiran. Konsep Paul Kay mengenai *ahasa se4ara tidak langsung juga *erse*erangan dengan konsep Sapir dan @hor3. Dikatakannya *ah.a per*edaan mengekspresikan 3enomena dan o*jek dalam *ahasa yang *er*eda tidak *erarti menunjukkan per*edaan dalam konsep. 8ntuk memahami relati3itas *ahasa, indi1idu menyadari layaknya menerjemahkan *ahasa *ah.a ada *e*erap skema alternati1e yang ada di dalam *ahasa dan indi1idu pemakai *ahasa terse*ut.- DasI4Iolt,""!/. Be*erapa ahli melihat *ah.a language relati1isti4s kurang memiliki dukungan se4ara ilmiah, karena *elum ada penelitian yang mem*uktikan keterkaitan terse*ut -S4hlengker,""#/. Menurut S4hlenker -""#/, manusia tidak se4ara eksak menggunakan kata5kata dalam *erpikir - think in "orld/, karena jika manusia *erpikir dengan menggunakan kata5kata maka pasien yang memiliki keter*atasan *ahasa -language deficits/ otomatis akan mengalami ham*atan dalam *erpikir. Bahasa 1er*al dan pikiran memilik per*edaan se4ara prinsip. <amun demikian ini tidak *erarti *ah.a pikiran *ukan system yang memanupulasi sym*ol dalam *ahasa. Se*agai 4ontoh, konsep computational model of the mind memperlihatkan *ah.a pikiran dapat dianalogikan dengan 4omputer yang mampu memanipulasi sym*ol a*strak. 2.4.4 T$+1%!%+ /)r&%%( Ko+#)( 0%+, A% Hipotesis @hor3 dan Sapir tidak dapat dilepaskan dan apa yang diartikan oleh mereka se*agai *ahasa. Melalui struktur terke4il dan *ahasa yaitu kata5kata akan dapat diketahui *ah.a *ahasa dapat mempengaruhi pikiran indi1idu. Berikut ini akan dipaparkan *e*erapa pengertian dari kata yang memungkinkan kata dapat *erkaitan dengan pikiran manusia. Pertama, kata se*agai sym*ol - .ords as sym*ols/. Kata se*agai sim*ol *erarti kata le*ih me.akili suatu o*jek daripada dirinya sendiri. Hu*ungan antara kata dan sym*ol ini di*angun oleh kon1ensi sosial dalam se*uah *udaya. Kedua, kata se*agai atri*ut o*jek - .ords as attri*ute/. Kata dan o*jek adalah suatu *agian yang tidak dapat dipisahkan. Piaget dan Gigotsky melaporkan *ah.a penerimaan anak5anak terhadap nama se*uah o*jek tidak dapat di*edakan lagi. Bagi mereka nama meja atau kursi adalah *agian dan o*jek meja. Kata dan o*jek yang diatri*usikan adalah suatu *agian. Kata meja menjadi milik se*uah meja. Ketiga, kata se*agai o*jek - .ords as o*je4k/. Kata5kata adalah *agian dari dunia manusia. Kata diterima se*agai sesuatu yang didalam pikiran. Ketika indi1idu mendengar se*uah kata teru4ap, ia akan mereaksi u4apan ini dengan *erpikir o*jek itu ada didalam dunia nyatanya. Kata5kata adalah *agian *ahasa yang digunakan manusia untuk menerima, mengolah, serta menyampaikan in3ormasi. Segala sesuatu yang *erkaitan dengan manusia selalu menggunakan media *ahasa. Manusia tidak mungkin melakukan apa5 apa tanpa menggunakan *ahasa dalam hal ini direpresentasikan dalam kata5kata -Sumaryono, !%%(/. Pikiran ,*ahasa, dan *udaya memiliki keterkaitan yang sangat erat, masing5 masing kontrak terse*ut men4erminkan satu konstrak yang lain - &ra.ley dalam &orrester,!%%$/. Keterkaitan antara *ahasa dan *udaya terletak pada asumsi *ah.a setiap *udaya telah memilih jalannya sendiri5sendiri dalam menentukan apa yang harus dipisahkan dan apa yan harus diperhatikan dalam mem*eri nama pada realitas -Holds4hmidt,!%$"/. Di sisi yang lain, keterkaitan antara *ahasa dan pikiran terletak pada asumsi *ah.a *ahasa mempengaruhi 4ara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pikiran indi1idu pemakai *ahasa terse*ut -@hor3 dalam ,ahkmat,"""/. Keterkaitan antara *ahasa dan pikiran di mungkinkan karena *erpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan melalui media *ahasa. Be*erapa uraian para ahli mengenai keterkaitan antara *ahasa dan pikiran antara lain: .#.#.! Bahasa mempengaruhi pikiran. Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang manusia gunakan. 7okoh yang mendukung hu*ungan ini adalah Benyamin @hor3 dan gurunya, ;d.ard Sapir, @hor3 mengam*il 4ontoh *angsa Depang. Orang Depang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Depang mempunyai *anyak kosa kata dalam menjelaskan se*uah realitas . Hal ini mem*uktikan *ah.a mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas. .#.#. Pikiran mempengaruhi *ahasa, Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kogniti3 yang tak asing *agi manusia, yaitu Dean Piaget. Melalui o*ser1asi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkem*angan aspek kogniti3 anak. 'a melihat *ah.a perkem*angan aspek kogniti3 anak akan mempengaruhi *ahasa yang digunakannya. semakin tinggi aspek terse*ut semakin tinggi *ahasa yang digunakannya. .#.#.( Bahasa dan pikiran sa!ing mempengaruhi. Hu*ungan tim*al *alik antara kata5kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Gigotsky, seorang ahli semanti4 *erke*angsaan ,usia yang teorinya dikenal se*agai pem*aharu teori Piaget mengatakan *ah.a *ahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Pengga*ungan Gigotsky terhadap kedua pendapat di atas *anyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kogniti3. Kata5kata adalah *entuk pem*erian pakaian pada realita 3a4tual yang terjadi se4ara nyata. Pem*erian ini dipengaruhi oleh 3a4tor su*jekti3itas ke*udayaan dan indi1idu. Su*jekti3itas ini terlihat ketika manusia dari latar *elakang yang *er*eda memotong realita menurut kehendaknya sendiri. Manusia memotong dunia realitas dan mengklasi3ikasikan ke dalam kategori yang sama sekali lagi *er*eda *erdasarkan prinsip yang sama sekali *er*eda dalam tiap *udaya. Kata 'nggris, misalnya ta*le -meja/, meskipun *entuknya *undar atau persegi, di dalam pikiran orang 'nggris menyatakan *ah.a kedua *enda terse*ut esensinya merupakan satu dan sama karena melayani 3ungsi yang sama. Orang non 'ndo5;ropa tidaklah memotong realitas *erdasarkan 3ungsinya, melainkan pada *entuk dasarnya : *undar, persegi,padat, atau 4air. Bagi orang non 'ndo5;ropa kriteria tentang *entuk dan rupa adalah pasti, dalam menentukan apakah se*uah *enda itu menjadi milik kategori ini atau kategori lain. Di mata masyarakat ini, meja *undar dan meja persegi adalah dua *enda yang sama sekali *er*eda sehingga harus ditunjukkan dengan nama yang *er*eda pula. Bahasa yang di.ujudkan dalam kata5kata adalah representasi realitas. 8ntuk menyim*olkannya dalam *entuk kata5kata manusia memotong dunia realitas dan mengklasi3ikasikannya ke dalam kategori yang *er*eda antara satu *udaya dengan *udaya lainnya. Cara yang digunakan oleh tiap *udaya dalam memotong realitas adalah dengan su*jekti3 - arbitrary/ seperti halnya memotong se*uah kue sehingga 3enomena ini terkenal dengan nama cookie cutter effect - Al*re4ht, !%+$/. Seorang ahli antropologi yang sedang men4o*a men4a4ah jumlah penduduk se*uah suku di pedalaman A3rika. 'a *ertanya kepada salah seorang penduduk di sana. >Berapa anak laki5laki i*u6B. >DuaB ja.a* sang i*u. Sang antropolog itu kemudian terkejut karena se*elumnya ia *ertanya kepada suaminya. yang menja.a* *ah.a anaknya *erjumlah tiga orang. Peneliti menemukan *ah.a anak *agi penduduk disana, adalah keturunan mereka yang *erjenis kelamin sama dengan mereka. Ketika sang antropolog mengumpulkan mereka *erdua kemudian *ertanya *erapa jumlah anak laki5laki dan jumlah anak perempuan mereka, mereka menja.a* Sem*ilan. 7ak kalah dengan keterkejutan yang pertama, antropolog itu menemukan *ah.a *agi suku terse*ut, anak mereka yang telah meninggal dunia juga mereka masukkan dalam hitungan. Anak mereka yang telah meninggal harus tetap diperkenalkan kepada orang yang *ertanya jumlah anak mereka - Al*re4ht, !tu !%+$/. Peristi.a di atas merupakan salah satu *ukti *ah.a se*uah ke*udayaan mempunyai 4ara sendiri dalam mengkategorisasikan realitas. Setiap *udaya memiliki 4ara tersendiri dalam memilih satu .ilayah tertentu dan keseluruhan realitas untuk di.ujudkan dalam se*uah kata5kata. Akti3itas ini kemudian pararel dengan konsep kategorisasi yang dili*atkan dalam hipotesis linguistic determinism melalui apa yang dinamakan dengan frame of reference! &rame of reference adalah se*uah system yang mem*antu manusia mengklasi3ikasikan o*jek. BAB III PENUTUP 3.1 S$*(!-%+ Pada dasarnya pemahaman *ahasa itu mem*utuhkan interaksi yang dapat menerapkan pemahaman *ahasa alami mem*utuhkan merepresentasi sejumlah *esar pengetahuan dan alasan5alasan yang ada. Pada produksi *ahasa dapat di*agi menjadi produksi *ahasa dalam otak serta *ahasa 1er*al dan non 1er*al. Bahasa 1er*al dapat di*agi menjadi *ahasa lisan dan *ahasa tulisan, sedangkan *ahasa non 1er*al dapat di*agi menjadi *ahasa tu*uh dan *ahasa isyarat. Produksi *ahasa ada kaitannya dengan pemrosesan *ahasa se4ara alami. Sesuai dengan proses yang dikemukakan ,i4h mulai Morphological analysis sampai pragmatic analysis. Pada konsep tentang *ahasa dan pikiran *e*erapa ahli sudah mengemukakan hu*ungan keduanya se4ara sempit, yaitu *ahasa mempengaruhi pikiran. Artinya, kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur *ahasa yang sudah ada. 8raian terse*ut adalah hipotesis dari @hor3 dan Sapir. Selain itu hipotesis @hor3 dan Sapir *anyak mendapat dukungan seperti dari seorang antropologis yang menulis tentang per*edaan *ahasa yang *erkaitan dengan akti3itas perseptua. <amun, ada juga *e*erapa yang menyanggah konsep yang dikemukakan @hor3 dan Sapir di kalangan ahli *ahasa dan peneliti psikolinguistik, karena dasar yang dipakai dinilai kurang tepat karena tidak sesuai dengan teori perkem*angan. 3.2 S%r%+ Adanya *anyak teori yang dipaparkan tentang pemahaman, produksi, dan pemrosesan *ahasa perlu diperhatikan agar dapat dipahami ketika *erhadapan dengan sesorang atau anak5anak. Sedangkan, konsep tentang *ahasa dan pikiran disikapi dengan 4ara kita masing5masing karena *anyak sekali teori dan konsep yang menghu*ungkan *ahasa dan pikiran kita. DAFTAR PUSTAKA Chaer, A*dul. ""%. Psikolinguistik 'ajian %eoretik. Dakarta: ,ineka Cipta. Darjo.idjojo, Soenjono. ""(. Psikolinguistik( Pengantar Pemahaman )ahasa Manusia. Dakarta: Eayasan O*or 'ndonesia. Su*yakto, Sri 8tari. !%%+. Psikolinguistik( Suatu Pengantar! Dakarta: Depdik*ud. ,akhmat, Dalaluddin. !%%$. Psikologi 'omunikasi. Bandung. ,emaja ,osdakarya. ,i3aJi, A4hmad dan Chatarina 7ri Anni. "!!. Psikologi Pendidikan. Semarang: 8nnes Press.