Anda di halaman 1dari 3

Rumus Upah Lembur, Tabu!

Oleh Usman Arifin



OPINI | 12 January 2011 | 13:58 Dibaca: 1251 Komentar: 0 0
Preposisi
Saatnya gajian adalah saat yang dinanti-nanti, biasanya kita sudah bisa memprediksi besaran
upah yang kita terima bulan ini, bagi mereka yang digaji dengan system flattentu tidaklah sulit
memprediksi nilai besaran upahnya, namun banyak juga yang mendapat upah diluar system
tersebut.
Besar kecilnya upah yang kita terima setiap bulannya ber-fluktuasi dan biasanya didasarkan atas
absensi, kondite kerja dan jumlah jam lembur. Makin tinggi jam lemburnya makin besar pula
nilai upahnya.
Manakala upah lembur yang kita terima dari perusahaan tidak sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak sesuai dengan kalkulasi kita tentulah kita kecewa.
Banyak hal yang membuat nilai upah lembur itu tidak sesuai dengan harapan kita, antara lain
memang karena upah pokok atau upah minimum kita memang kecil, selain itu juga disebabkan
karena perusahaan tidak menjalankan rumus perhitungan lembur sebagaimana yang disyaratkan
oleh peraturan perundangan. Rumusan perhitungan upah lembur pekerja oleh banyak
perusahaan masih dianggap tabu untuk diketahui oleh karyawannya. Ini adalah sebuah strategi
perusahaan agar perusahaan leluasa mengutak-atik upah lembur karyawannya dengan tujuan
untuk menekan biaya seminimal mungkin.
Ilustrasi
Seperti kebanyakan pekerja lain, dulu saya juga pernah menaruh curiga kepada perusahaan
tempat saya bekerja, saya merasa jam lembur saya sudah cukup banyak dan menurut kalkulasi
saya, upah yang akan saya terima pada saatnya gajian cukupsignifikan, saya menghitung
dengan nilai gaji bulan itu saya bisa membayar utang-utang saya kepada pemilik kontrakan dan
berencana membeli sepatu baru. Namun apa yang terjadi? Kalkulasi saya ternyata meleset dan
terpaut cukup jauh, jangankan untuk beli sepatu baru, untuk nutupi utang kepada pemilik
kontrakanpun tidak cukup. Sungguh sangat mengecewakan bagi saya saat itu.
Kekecewaan saat itu menuntun saya untuk bertindak, saya segera bertanya kepada pimpinan
serikat pekerja saya, lalu saya coba pinjam kepada aktivis serikat pekerja beberapa buku tentang
peraturan-peraturan perhitungan upah lalu saya pelajari buku tersebut. Setelah ilmu saya dapat,
lalu saya kalkulasikan upah saya sendiri dengan melihat struk gaji yang saya terima bulan
tersebut. Dan sayapun berkesimpulan bahwa memang perusahaan telah melakukan kesalahan
perhitungan terhadap upah saya. Setelah benar-benar yakin saya segera mengetuk pintu
personalia dan bertanya tentang kecilnya upah lembur yang saya terima.
Dengan ilmu dan data yang saya punya, petugas perusahaan pun tak mampu berkelit, seraya
menjawab: O, iya, upah lembur bapak ternyata kurang dan sudah dikoreksi! Nanti
kekurangannya akan dirapelkan pada gajian bulan depan! . Akhirnya, pada bulan
berikutnya sisa utang saya pada pemilik kontrakan terbayar juga(walaupun diomeli) selain itu
sepasang sepatu baru akhirnya dapat terbeli!
Tidak cukup disitu, karena upah adalah hak pekerja, saya merasa punya kewajiban moral
untuk mentransferkan ilmu yang saya dapat tersebut kepada teman-teman dilingkungan
perusahaan dan juga teman-teman dikomunitas pekerja lintas perusahaan. Dan apa yang terjadi?
Ternyata mereka juga mempunyai masalah yang sama, merekapun sibuk mengkalkulasi upah
lembur nya, alhasil teman-teman dari perusahaan yang sudah benar perhitungannya merespon
dengan dingin, namun banyak juga teman-teman yang terbelalak melihat kalkulasinya
sendiri, teman-teman yang terbelalak ini berasal dari perusahaan yang tidak menjalankan
perhitungan upah lembur dengan benar yang mayoritas berasal dari perusahaan garmen dan
perusahaan tekstil.
sharing pun berlanjut menjadi sebuah diskusi tentang bagaimana menyikapi hal tersebut,
artinya bagaimana caranya menegur dan memperingatkan perusahaan agar benar-benar
menjalankan rumusan perhitungan upah lembur sesuai aturan. Ada yang merespon dengan
berapi-api, siap untuk menegur perusahaanya, tak kenal takut di-PHK, namun adapula
yang nrimo apa adanya saja, tak mampu dan tak mau menegur perusahaanya karena takut
berdampak pada dirinya. (takut dianggap provokator, takut di-PHK).
Referensi
Berkembang pesatnya teknologi informasi juga telah membawa dampak kepada kalangan buruh
kelas menengah kebawah, rata-rata kini buruh kelas tersebut telah memiliki minimal satu
telepon genggam (HP) kalau dulu untuk mengakses internet hanya bisa lewat PC, maka saat ini
telepon genggam pun telah dilengkapi fasilitasbrowsing, dalam kaitan dengan perhitungan upah
lembur ini sebagian buruh yang telah melek informasi mencoba mencari tahu sendiri tentang
rumusan perhitungan upah lembur tsb lewat browsing di HP.
Mayoritas buruh/pekerja/karyawan yang melakukan browsing dan searching baik itu via HP
atau PC adalah mereka yang mencari tahu tentang besaran upah minimum dan tatacara
perhitungan lembur, kedua tajuk tersebut menjadi favorit bagi mereka. Ini terbukti pada blog
yang saya buat. Postingan tentang rumusan perhitungan upah lembur pada blog saya tersebut
meraih peringkat teratas most active dan paling banyak di klik.
Bagi saya ini adalah sangat wajar mengingat, perumusan perhitungan upah lembur oleh
perusahaan masih dianggap tabu/terlarang untuk diketahui karyawan (sebagaimana saya bahas
diawal)
Konklusi
Upah lembur yang harus dibayar kepada pekeja adalah sebuah konsekwensi dari tuntutan
pekerjaan, entah itu karena dikejar target produksi atau karena tidak sebandingnya jumlah
pekerjaan dengan jumlah karyawan di perusahaan tersebut. Manakala surat perintah lembur atau
ijin melaksanakan lembur dikeluarkan oleh perusahaan, maka segala dampaknya (upah lembur,
makan, transport) harus juga menjadi tanggungjawab penuh perusahaan. Tanggungjawab disini
berarti tidak asal dibayar atau seenaknya perusahaan saja, namun juga harus mengacu kepada
peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagian khalayak berkata bahwa peraturan perundangan dibuat untuk dilaksanakan, namun
sebagian lainnya berseloroh bahwa:
Peraturan perundangan dibuat untuk dilanggar, dan sekedar formalitas saja. Selama nilai
ekonomisnya lebih tinggi dan lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk melakukan
pelanggaran, kenapa juga harus tunduk pada peraturan perundangan toh saat ini tak ada
satupun peraturan perburuhan yang dianggap menguntungkan buruh/pekerja benar-benar
diawasi dan dikawal oleh pemerintah
Mungkin begitulah pola pemikiran beberapa pengusaha di negara tercinta ini. Dan saya yakin
sekali bahwa pola pikir tersebut ada dan nyata saat ini. Namun alangkah bijaksana-nya apabila
para pengusaha punya keinginan dan tekad untuk mau melaksanakan segala peraturan
perundangan yang berlaku, termasuk dalam hal ini melaksanakan perhitungan upah lembur
secara benar dan transfaran sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta diketahui
oleh karyawan.
Dampak positifnya tentu akan menjadi milik kedua belah pihak yakni karyawan dan perusahaan.
Bagi perusahaan hal ini akan memudahkan untuk mengontrol dan memudahkan peng-inputan
data kedalam sebuah system aplikasi pengupahan, karena terkadang kendala pada bagian IT
perusahaan dalam merumuskan upah lembur adalah karena ada standar perhitungan yang
berbeda antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya, selain itu energy dan waktu tidak
akan terbuang sia-sia hanya untuk sekedar menjawab dan mengklarifikasi satu persatu keluhan
karyawan terkait kesalahan perhitungan upah lembur tersebut.
Bagi karyawan tentu saja berdampak positif, lembur jadi lebih fokus pada pekerjaan tanpa
berprasangka negatip upah lemburnya akan di-akali oleh perusahaan, karyawan lebih yakin
akan besaran upah yang diterima sehingga akan mudah mengatur cashflow kantongnya bulan
depan.
Bagi perusahaan dan karyawan, teknik dan tatalaksana perumusan upah lembur yang mendetil
harus bisa dituangkan kedalam sebuah kesepakatan tertulis yang bisa saja dimuat kedalam
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) / Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan,
atau Surat Kesepakatan Kontrak Kerja dll, yang penting hal tersebut harus mendapat persetujuan
kedua belah pihak agar mudah dikontrol dalam pelaksanaannya.
http://sosbud.kompasiana.com/2011/01/12/rumus-upah-lembur-tabu-332469.html

Anda mungkin juga menyukai