0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan6 halaman
Teknik penggantungan bibir atas tanpa bekas luka dilakukan dengan melakukan insisi di dalam hidung dan menjahitkan benang untuk mengangkat dan memendekkan bibir atas. Teknik ini dilakukan pada 92 pasien dan menghasilkan pemendekan bibir, peningkatan projeksi bibir, dan peningkatan keterlihatan gigi tanpa meninggalkan bekas luka yang terlihat. Teknik ini efektif untuk memodifikasi panjang bibir atas tanpa menim
Teknik penggantungan bibir atas tanpa bekas luka dilakukan dengan melakukan insisi di dalam hidung dan menjahitkan benang untuk mengangkat dan memendekkan bibir atas. Teknik ini dilakukan pada 92 pasien dan menghasilkan pemendekan bibir, peningkatan projeksi bibir, dan peningkatan keterlihatan gigi tanpa meninggalkan bekas luka yang terlihat. Teknik ini efektif untuk memodifikasi panjang bibir atas tanpa menim
Teknik penggantungan bibir atas tanpa bekas luka dilakukan dengan melakukan insisi di dalam hidung dan menjahitkan benang untuk mengangkat dan memendekkan bibir atas. Teknik ini dilakukan pada 92 pasien dan menghasilkan pemendekan bibir, peningkatan projeksi bibir, dan peningkatan keterlihatan gigi tanpa meninggalkan bekas luka yang terlihat. Teknik ini efektif untuk memodifikasi panjang bibir atas tanpa menim
Pengangkatan Bibir Tanpa Bekas Luka: Teknik Penggantungan Bibir Atas
Anthony Echo, Adeyiza Olutoyin Momoh, Eser Yuksel
Abstrak Latar belakang. Memodifikasi bibir atas yang panjang telah menjadi masalah untuk akhir- akhir ini. Beberapa metode seperti eksisi kulit subnasal dan teknik menaikkan sisi bibir (vermilion advancement) telah banyak digunakan tetapi meinggalkan bekas luka. Teknik pengangkatan bibir tanpa bekas luka sangat penting bagi pasien yang memiliki bibir atas yang panjang dan tidak menginginkan bekas luka yang terlihat. Metode. Bibir atas diperpendek melalui insisi dan jahitan penggantungan intranasal yang mengangkat bibir atas dan memfiksasinya ke spina nasalis anterior. Dilakukan tinjauan retrospektif dari 92 pasien yang telah mengalami operasi tersebut. Tiga dokter bedah plastik menilai perbedaan sebelum dan sesudah operasi dan menilai kemajuan dari empat kategori: pemendekan bibir, projeksi bibir, keterlihatan gigi seri, dan keterlihatan tepi bibir (vermilion). Hasil. Parameter tersebut meningkat, sebanyak 85% pasien menunjukkan pemendekan bibir, 79% pasien menunjukkan peningkatan projeksi sagital, 74% menunjukkan keterlihatan gigi seri, dan 25% menunjukkan peningkatan keterlihatan tepi bibir (vermilion). Dari semua pasien, setidaknya semua pasien mengalami kemajuan dari salah satu dari keempat faktor tersebut. Komplikasi yang terjadi adalah 2 orang mengalami abses jahitan luka dan 1 orang pasien mengalami jahitan yang terbuka. Simpulan. Secara keseluruhan kontur dari bibir mendapatkan kemajuan setelah dioperasi dengan teknik penggantungan bibir ini, khususnya sangat terlihat pada pemendekan bibir atas dan projeksi sagital bibir, dan tidak terlihat luka karena bekas luka tersembunyi di dalam hidung.
Bibir adalah bagian utama dari sepertiga wajah kita dan memiliki peran yang sangat penting dalam ekspresi, komunikasi dan daya tarik. Fakta ini seringkali ditunjukkan dalam berbagai media bahwa banyak sekali artis dan orang terkenal yang terkenal dengan bibirnya. Hal ini mengubah kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan estetika bibir, yang akhirnya akan meningkatkan industri jaringan lunak belakangan ini yang bernilai jutaan dollar. Industri ini memberikan kesempatan pada pasien untuk memenuhi kepuasaan mereka terhadap estetika bibir mereka dalam waktu yang singkat, walaupun untuk meningkatkan volume bibir sampai saat ini masih menjadi kesulitan yang belum terpecahkan. Gejala sisa pada operasi dalam menambahkan volume pada bibir atas adalah penampakan bibir yang terlihat seperti terjatuh akibat ekspansi jaringan, yang sulit untuk dikoreksi. Kebanyakan orang juga yang memiliki bibir panjang, seringkali menginginkan perubahan. Metode sebelumnya yang digunakan untuk memodifikasi panjang bibir atas berdasarkan kepada eksisi langsung pada kulit dasar hidung atau pelebaran pada tepi bibir. Disamping itu, masalah dengan teknik ini adalah terlihatnya bekas luka yang jelas. Selain itu eksisi langsung subnasal ini hanya baik digunakan pada orang yang tua, berkulit tipis, teknik ini biasanya tidak dapat ditoleransi pada pasie usia muda ataupun yang memiliki kondisi kosmetik yang baik. Melalui tenik insisi intranasal, kita telah mampu untuk mengangkat dan memendekkan bibir atas dengan teknik penggantungan yang difiksasi pada spina nasal anterior, yang tidak meninggalkan bekas luka yang terlihat. Bekas luka tersembunyi di dalam hidung, yang pasti dapat diterima oleh kalangan muda. Tujuan dari teknik ini adalah mencegah terlihatnya bekas luka dalam pemendekan bibir atas dan meningkatkan kontur dari bibir atas. Kami telah berhasil menerapkan teknik ini pada beragam pasien dengan bibir atas yang panjang, ptotik/jatuh, dan kami akan menyajikan hasilnya. Materi dan Metode Teknik Operasi Anestesi lokal (1% lidocaine dengan 1:100,000 epinefrin) disuntikkan ke dalam bibir bagian atas, mucosa nasal, dan kulit hidung. Mucosa diantara septum caudal dan cartilago lateral bagian bawah diberi tanda. Insisi tusukan dilakukan melalui septum nasal, memisahkan cartilago lateral inferior dengan cartilago septum. Insisi ini kemudian dibawa kearah inferior menuju lantai nasal bilateral dan diatas insisi intercartilago, memisahkan crura lateral dari cartilago lateral bagian bawah terhadap cartilago lateral bagian bawah. Melalui aspek inferior dari insisi, gunting tenotomy digunakan untuk mengidentifikasi spina nasal anterior dan memotong lurus subkutan diatas otot orbicularis oris di bibir atas. Area diseksi dibatasi oleh dasar hidung dan setengah dari jarak hidung ke bibir atas. Diseksi yang dibatasi dari ujung hidung dan punggung hidung di lanjutkan ke bagian intercartilago dari insisi yang sama. Kolumela dan cartilago lateral bagian bawah sekarang dapat bergerak sendiri sebagai bagian yang terpisah. Saat ini, sangat penting untuk menilai katup nasal eksterna, khususnya kartilago medial crura. Jika terlihat bahwa ada bagian yang menutupi hidung, maka harus dieksisi agar tidak menyebabkan obstruksi saluran nafas. Benah jahit 3-0 digunakan dengan menggunakan jarum French eye yang diameternya besar kemudian jarum tersebut dilewatkan melalui otot orbicularis oris setinggi setengah dari hubungan kolumela-labial menuju ujung bibir atas. Hal ini memberikan kemampuan untuk operator menaikkan bibir secara adekuat tanpa harus mengganggu fungsi otot orbicularis oris. Kemudian jahitan dilalui melewati jaringan lunak disekitar spina nasalis anterior atau cartilago septal tergantung arah dari penggantungan yang diinginkan. Kemudian jahitan dikencangkan perlahan sampai jarak dari pengangkatan bibir atas yang diinginkan dicapai. Jahitan kedua mungkin dibutuhkan untuk membuat posisi bibir lebih bagus. Jika ada tanda- tanda kemiringan dari kulit bibir maka jahitan ditambahkan untuk menghaluskan transisi antara bibir dengan hidung. Kolumella saat ini telah lebih mengangkat dan maju. Tahap ini menambahkan keuntungan terhadap peningkatan projeksi ujung hidung, yang mana beberapa pasien memiliki kekurangan. Untuk pasien yang memiliki ujung hidung yang terlalu maju, rhinoplasty pada hidung dilakukan sebelum prosedur penggantungan bibir untuk mengurangi projeksi hidung yang berlebihan. Untung pasien yang memiliki kolumela yang menggantung, septum caudal dapat di pendekkan untuk memperbaiki keadaan ini. Setiap kelebihan kulit dari lipatan bibir hingga vestibulum nasal harus di eksisi. Kolumela direkatkan kembali dengan septum kaudal dengan benang 4-0 PDS, dan insisi mukosa ditutup menggunakan benang plain gut 4-0. Hasil Dilakukan tinjauan retrospektif terhadap 92 pasien (89 wanita dan 3 pria) yang telah mengikuti prosedur pengangkatan bibir tanpa bekas luka antara July 2005 hingga July 2009 oleh peneliti senior. Mayoritas dari prosedur dilakukan bersamaan dengan prosedur rejuvenasi wajah lainnya didalam ruang operasi dengan pasien dibawah anestesi umum. Hanya 34 pasien yang melalui prosedur ini dengan anestesi lokal. Rentang umur pada responden berkisar antara 18-59 tahun (rata-rata 34 tahun). Rerata periode follow-up berkisar 10 bulan (2-26 bulan). Semua pasien memiliki pemikiran bahwa mereka memiliki bibir atas yang terlalu panjang dibandingkan dengan wajah mereka secara estetika sebelum operasi. Dari pasien yang ada kami mengelompokan bibir panjang dalam 4 kategori: variasi fenotype, postrhinoplasty, post-lip filler, dan kondisi senescent/ptotik. Photo sebelum dan sesudah operasi dianalisa oleh tiga ahli bedah plastik dan diamati dari faktor-faktornya: pemendekan bibir, projeksi bibir, keterlihatan gigi seri, dan keterlihatan tepi bibir (vermilion). Dalam setiap kategori, ahli bedah akan diminta menentukan bahwa apakah terdapat peningkatan atau tidak ada perubahan. Terdapat peningkatan pada: pemendekan tinggi/panjang bibir (n=78, 85%), peningkatan projeksi sagital (n=73%, 79%), peningkatan keterlihatan gigi seri (n=68%, 74%), dan peningkatan keterlihatan tepi bibir (n=23, 25%). Tak ada satupun pasien yang mengalami perburukan dari kondisi tersebut diatas. Kebanyakan pasien (88%) menunjukkan peningkatan pada dua atau tiga kategori tersebut diatas. Tak ada pasien yang meminta untuk melepas jahitan dari prosedur ini dan komplikasi yang terjadi juga sangat minimal. Terdapat dua pasien yang mengalami abses kecil pada jahitan yang memerlukan insisi kecil, dan terdapat satu pasien yang mengalami pengenduran jahitan 2 hari pasca operasi, yang membutuhkan jahitan pengganti dibawah anestesi lokal. Kebanyakan pasien merasa kesemutan dan hipokinesia pada bibir atas setelah melalui prosedur ini, dikarenakan bekas sayatan luka dan penyembuhan luka, edema. Tetapi, gejala tersebut hilang secara sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Tak ada satupun pasien yang mengalami sinekia ataupun obstruksi saluran nafas. Pembahasan Bagian atas bibir adalah bagian yang sulit untuk dimodifikasi karena seringkali meninggalkan bekas luka yang tidak dapat diterima oleh masyarakat khususnya pasien kalangan muda. Teknik sebelumnya yang dijelaskan yaitu eksisi dasar hidung dan pelebaran sisi bibir (vermilion) terbatas pada aplikasinya dan tidak bisa digunakan secara universal. Eksisi dasar hidung digunakan pada pasien tua yang telah keriput, dimana nantinya luka akan terkamuflasi. Teknik ini efektif dan memiliki kecenderungan revisi yang rendah. Saat ini, Santanche dan Bonarrigo mendeskripsikan teknik eksisi dasar hidung mereka, bahwa pembatasan eksisi dibawah nostril dan kolumela akan membentuk jembatan kulit yang akan menyembunyikan luka. Mereka memanipulasi kulit kolumela dengan mengangkatnya dari kartilago lateral bagian bawah dan menariknya ke arah atas. Selanjutnya, pelebaran tepi bibir akan mengganggu estetika pada komponen bibir atas, dan terdapat resiko transisi amorfik pada tepi bibir bagian atas. Komplikasi yang dapat terjadi pada teknik tersebut adalah asimetrisitas dari tepi bibir, luka yang hipertrofi, dan penonjolan bekas jahitan. Maka dari itu banyak yang meninggalkan prosedur ini karena hasil yang mungkin tidak memuaskan, tapi beberapa orang menganggap bahwa teknik ini berguna untuk perbaikan pada aspek lateral bibir. Teknik penggantungan bibir yang kami lakukan membantu modifikasi bibir atas tanpa meninggalkan luka yang terlihat, yang mana sangat berguna bagi pasien kosmetik yang berusia muda. Inti dari prosedur pengangkatan bibir ini adalah peningkatan pada estetika bibir atas dengan memendekkan porsi bibir atas. Asesmen awal pada bibir yaitu dengan menandai bagian bibir, seperti column phitral bilateral, cupids bow, white roll, dan vermilion kering. Hubungan antara bibir atas dengan struktur disekitarnya dapat dinilai dari posisi sagital, yang mana menunjukkan sudut nasolabial dan projeksi bibir atas. Dalam garis perpendicular yang digambar pada horizontal Frankfort, bibir atas harus berjarak 2mm anterior dari bibir bawah, dan 4mm anterior dari dagu. Dengan melakukan insisi secara intranasal, bagian tengah bibir tidak akan terganggu atau tertarik. Dari penejelasan sebelumnya tentang jahitan penggantungan, kami menemukan bahwa dengan membatasi diseksi dari setengah tinggi vertikal dari bibir atas dan menempatkan jahitan di akhir garis diseksi, tidak akan mengganggu kemampuan oral seperti yang terjadi jika jahitan dilakukan dekat dengan white roll. Hal ini memungkinkan elevasi dari bibir dan mempertahankan kemampuan oral sedangkan bentuk bibir atas berubah menjadi convex atau lurus menjadi lebih terlihat muda. Kelebihan lain juga dapat terlihat pada peningkatan posisi bukaan mulut, yang memperlihatkan sebagian gigi seri pada bibir mereka walau dalam posisi relakasasi. Tampilan sensual ini tidak mempengaruhi fungsi gerak pada bibir. Selanjutnya, perubahan signifikan terlihat pada arah lateral pada setiap pasien, yang merubah kontur bibir yang tadinya lurus menjadi konveks atau konkav, yang menimbulkan kesan penuh pada bibir. Yang paling penting adalah, semua pasien yang melalui prosedur ini senang dengan hasil yang mereka dapatkan. Kami mendapatkan 4 kategori dari pasien dengan bibir atas yang panjang. Kelompok pertama adalah kelompok bibir panjang secara fenotip. Pasien ini memiliki usia yang muda, tidak memiliki riwayat operasi plastik sebelumnya, dan memiliki proporsi wajah yang baik. Kelompok kedua adalah kelompok bibir panjang senescent dan keriput wajah. Pada pasien ini kebanyakan telah kehilangan tonus kulit, atrofi pada lemak kulit dan terdapat keriput. Bibir atas menjadi memanjang dan mendatar yang mengakibatkan kurangnya penampakan gigi seri. Kelompok ketiga adalah kelompok pasien yang pernah mengalami rhinoplasty yang mengalami gangguan hubungan kolumela dengan struktur disekitarnya, yang mengakibatkan memanjangnya bibir atas. Kelompok keempat adalah pasien yang pernah mengalami pengisian volume bibir, bukan hanya peningkatan terlihatnya vermilion tapi juga adanya pemanjangan pada bibir. Beberapa pasien terlihat memiliki volume bibir yang berlebihan yang akhirnya mengakibatkan ciri dari bibir atas menghilang, mengakibatkan timbulnya amorfi yang disebut dengan sausage-like lip (bibir seperti sosis). Setiap dari kategori tersebut mendapatkan keuntungan dengan prosedur pengangkatan bibir ini. Tinjauan kami memiliki keterbatasan pada pasien yang memiliki bibir atas penjang dan tulang wajah yang senjang. Pasien dengan kekurangan ukuran maxila secara horizontal atau vertical memiliki bibir atas yang lebih panjang akibat pertumbuhan giginya. Pasien ini paling baik dilakukan modifikasi maksila atau pemanjangan untuk mengkoreksi deformitas primernya. Meski begitu, kami percaya bahwa prosedure pemendekan bibir dapat digunakan sebagai tambahan terapi dibandingkan dengan operasi maksila yang invasif. Teknik yang dilaporkan ini memerlukan ahli bedah untuk mengevaluasi bibir atas dan hidung sebagai satu unit untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan pada bibir dan mencegah perubahan yang memperburuk bentuk bibir. Dengan menghindari tehnik eksisi langsung, pengaturan pada sepertiga hidung bawah mungkin dibutuhkan pada beberapa kasus untuk mengakomodasi pengangkatan dari kulit bibir atas yang berlebihan. Pada kebanyakan pasien, peningkatan projeksi ujung hidung dapat diterima secara keseluruhan estetika hidung. Beberapa pasien yang memiliki projeksi ujung hidung yang berlebih mungkin membutuhkan rhinoplasty untuk memodifikasi kartilago lateral bagian bawah dan mengurangi projeksi hidung. Kolumela yang menggantung dapat di modifikasi dengan mengurangi septum caudal jika pengangkatan tidak langsung mengkoreksinya secara langsung. Meski begitu, kebanyakan pasien berhasil dikoreksi ke posisi normal dengan sedikit terlihat pada ala jika dilihat dari samping. Penting pula untuk mengevaluasi bibir dari posisi depan dan samping untuk pengamatan menyeluruh setelah operasi penggantungan ini karena dari sudut depan bibir mungkin akan terlihat panjang karena reposisi dari kolumela dan ujung hidung. Disamping itu, pada sudut lateral juga bibir akan terlihat lebih pendek disertai dengan projeksi ke arah luar. Pada akhirnya, kartilago lateral bagian bawah footplates dapat di eksisi jika terlihat menarik kulit ke arah lubang hidung, yang memungkinkan obstruksi katup hidung. Dengan pengetahuan dasar mengenai anatomy hidung, teknik penggantungan bibir ini dapat dilakukan secara aman. Pengangkatan bibir ini bertujuan untuk memberikan pilihan tambahan untuk perbaikan bibir atas dan bukan untuk menggantikan pengisian bibir. Banyak pasien memerlukan volume tambahan untuk meningkatkan kontur dengan augmentasi. Meski dengan teknik pengangkatan bibir ini, pasien memerlukan lebih sedikit volume tambahan untuk mencapai kepuasan estetika yang diinginkan. Dengan prosedur operasi estetika wajah apapun, ahli bedah bekerja dalam skala milimeter, dan projeksi sagital atau tinggi vertical dapat secara drastis berubah secara umum dari segi kosmetik. Perbedaannya mungkin tidak jauh, tapi itulah yang diinginkan pasien. Bibir atas cukup terangkat agar dapat memperlihatkan gigi seri. Selanjutnya, kontur bibir yang lebih concav memberikan projeksi yang lebih baik untuk tepi bibir. Keunggulan utama dari teknik pengangkatan bibir ini adalah tidak adanya bekas luka yang terlihat, yang mana sangat penting bagi pasien usia muda dimana bekas luka tidak dapat disembunyikan dibalik kulit yang keriput. Meskipun pasien yang lebih tua dengan bibir atas yang ptotik/jatuh dapat menjadi kandidat prosedur ini, kami masih secara rutin melakukan eksisi kulit subnasal untuk pasien tua yang tidak mempermasalahkan bekas luka. Teknik yang kami laporkan ini adalah teknik yang dapat dilakukan di kantor dengan pasien dibawah anestesi lokal atau di ruang operasi bersamaan dengan prosedur rejuvenasi/pemulihan wajah lainnya. Penggantungan bibir ini dapat dilepas secara mudah bila pasien tidak merasa puas dengan hasilnya dengan cara melepaskan jahitan yang terdapat didalam hidung. Kami percaya bahwa prosedur ini dimasa yang akan datang akan meningkatkan estetika bibir atas dengan jahitan tunggal dan waktu operasi yang minimal tanpa meninggalkan bekas luka yang terlihat.