Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TAKE HOME UTS PPKN

PAPER












Di susun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

Oleh:

Trie Rahmatullah ( 201010420311202 )



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
2014


A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
Sejarah perjalanan panjang perjuangan bangsa Indonesia dimulai sejak, sebelum, dan
selama penjajahan. Kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai dengan era pengisian kemerdekaan, kejadian tersebut menimbulkan
kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Dalam kaitannya dengan
semangat perjuangan bangsa, maka perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi
masing-masing memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia
pada umumnya.
Selain itu juga bagi mahasiswa sebagai calon cendekiawan pada khususnya yaitu melalui
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Masyarakat dan pemerintah suatu negara berupaya
untuk menjamin kelangsungan hidup serta kehidupan generasi penerusnya secara berguna.
Hal ini tentunya sesuai dengan kemampuan spiritual dan berkaitan dengan kemampuan
kognitif dan psikomotorik. Generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi
hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.
Jadi, hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk memberikan kesadaran
bernegara untuk bela negara dan memiliki polapikir, sikap, dan perilaku sebagai pola tindak
kecintaan pada tanah air berdasarkan Pancasila. Selain itu, pendidikan nasional bertujuan
untuk meningkatkan kualitas Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertawa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudiluhur, kepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani.
Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik,mempertebal cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa
dan sikap menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi kepada masa depan. Hal tersebut
tentunya dipupuk melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Karakteristik Pancasila serta Konsep Kewarganegaraan
Karakteristik yang dimaksud di sini adalah ciri khas yang dimiliki oleh Pancasila sebagai
ideologi negara, yang membedakannya dengan ideologi-ideologi yang lain. Karakteristik ini
berhubungan engan sikap positif bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila. Adapun
karakteristik tersebut adalah:
1. Pertama: Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi
Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagai kausaprima. Oleh
karena itu sebagai umat yang berTuhan, adalah dengan sendirinya harus taat kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kedua ialah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan
bahasanya. Sebagai umat manusia kita adalah sama dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan beradab. Adil dan beradab berarti
bahwa adil adalah perlakuan yang sama terhadap sesama manusia, dan beradab berarti
perlakuan yang sama itu sesuai dengan derajat kemanusiaan. Atas dasar perlakuan ini
maka kita menghargai akan hak-hak asasi manusia seimbang dengan kewajiban-
kewajibannya. Dengan demikian harmoni antara hak dan kewajiban adalah penjelmaan
dari kemanusaiaan yang adil dan beradab. Adil dalam hal ini adalah seimbang antara hak
dan kewajiban. Dapat dikatakan hak timbul karena adanya kewajiban.
3. Ketiga, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Di dalam persatuan itulah
dapat dibina kerja sama yang harmonis. Dalam hubungan ini, maka persatuan Indonesia
kita tempatkan di atas kepentingan sendiri. Pengorbanan untuk kepentingan bangsa, lebih
ditempatkan dari pada pengorbanan untuk kepentingan pribadi. Ini idak berarti kehidupan
pribadi itu diingkari. Sebagai umat yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka
kehidupan pribadi adalah utama. Namun demikian tidak berarti bahwa demi kepentingan
pribadi itu kepentingan bangsa dikorbankan.
4. Keempat adalah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan
atas sistem demokrasi. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi Pancasila. Hal ini sesuai
dengan sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh nikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan dalam
kemakmuran adalah cita-cita bangsa kita sejak masa lampau. Sistem pemerintahan yang
kita anut bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. itulah sebabnya
disarankan agar seluruh masyarakat kita bekerja keras dan menghargai prestasi kerja
sebagai suatu sikap hidup yang diutamakan. Demikian secara pokok karakteristik dari
Pancasila. Karakteristik yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, karena Pancasila
itu merupakan suatu kesatuan,keutuhan yang saling berkaitan.

Sedangkan konsep kewarganegaraan menunjuk pada seperangkat karakteristik seorang
warga. Krakteristik atau atribut kewarganegaraan itu mencakup :
Perasaan akan identitas
Pemilikkan hak-hak tertentu
Pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai
Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik
Penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar
Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas atau status dalam
lingkup nasional. Memiliki kewargnegaraan berarti didapatkannya sejumlah hak dan
kewajiban yang berlaku timbal balik dengan negara. Ia berhak dan berkewajiban atas negara,
sebaliknya negara memilki hak dan kewajiban atas orang tersebut. Terkait dengan hak dan
kewajiban ini sahabat, maka seseorang menjadikan ia turut terlibat atau berpartisipasi dalam
kehidupan negaranya. Kewarganegaraan seseorang juga menjadikan orang tersebut
berpartisipasi dengan warga negara lainnya sehingga tumbuh penerimaan atas nilai-nilai
sosial bersama yang ada di negara tersebut.
Pendapat lain menyatakan kewarganegaraan adalah bentuk identias yang memungkinkan
individu-individu merasakan makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam komunitas
politik(negara). Dalam kamus maya Wikipedia juga diutarakan bahwa Kewarganegaraan
merupakan keanggotaan dalam komunitas politik (yang dalam sejarah perkembangannya
diawali pada negara kota, namun sekarang ini telah berkembang pada keanggotaan suatu
negara) yang membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik.

Pengertian Kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosilogis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan negara atau kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya ikatan
hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang tersebut berada di
bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum seperti
akte kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan adanya ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, dan lain-
lain. Dengan kata lain ikatan ini lahir dari penghayatan orang yang bersangkutan.
b. Kewarganegaran dalam arti formal dan material
Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada tempat kewarganegaraan dalam
sistematika hukum. Masalah kewarganegaraan atau ha ikhwat mengenai warga negara
berada pada hukum publik. Hal ini karena kaidah-kaidah mengenai negara dan warga
negara semata-mata bersifat publik.
Kewarganegaraan dalam arti material menujuk pada akibat dari status kewarganegaraan,
yaitu adanya hak dan kewajiban serta partisipasi warga negara. Kedudukan seseorang
sebagai warga negara akan berbeda dengan kedudukan seseorag sebagai orang asing.

Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum
serta tunduk pada hukum negara yang bersangutan Orang yang sudah memiiki
kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara lain. Negara lain tidak
berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.

C. Konsep Bela Negara dan Identitas Nasional
Bela Negara secara umum adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau
seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara
tersebut.
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik
atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara
Nonfisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan
bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan
orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah
tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau
sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya israel
dan iran) dan singapura memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat
(kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis
perekrutan selama masa perang.
Adapun penjelasan mengenai identitas nasional adalah:
Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi
sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komonitas sendiri, atau Negara sendiri. Mengacu
kepada pengertian ini, identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada
suatu kelompok.
Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok
yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik pisik seperti budaya, agama dan
bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-
kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas
nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang
diwujutkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut
nasional.
Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut
maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan
keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula dengan hal ini
sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya
nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas
nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah
mereka bernegara. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan bila
dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu
secara askriptif. Sebelum memiliki identitas nasional, warga bangsa telah memiliki identitas
primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat
banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan
tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai
agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah
agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi
dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia
dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut : Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa,
Dasar Negara, dan Ideologi Negara Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.
Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara
Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh para
pendiri negara Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang menunjukkan
jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
Identitas Nasional Indonesia :
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Contoh dari Implementasi Identitas nasional yaitu
- Kewajiban diadakanya upacara bendera setiap hari senin pada seluruh instansi sekolah
maupun non sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas
negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
menyanyikan lagu nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada
penutup di akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat SD
hingga SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan Upacara Bendera.
- Merealisasikan dasar negara indonesia yaitu pancasila, atau menjadikan pancasila sebagai
pandangan hidup.


D. Krisis Sosial Budaya
Sejak jatuhnya Presiden Soeharto dari kekuasaannya yang kemudian diikuti dengan masa
yang disebut sebagai era reformasi kebudayaan Indonesia cenderung mengalami disintegrasi.
Krisis moneter, ekonomi dan politik yang bermula sejak akhir 1997, pada gilirannya juga
telah mengakibatkan terjadinya krisis sosio-kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara.
Jalinan tenun masyarakat (fabric of society) kelihatan tercabik-cabik akibat berbagai krisis
yang melanda masyarakat.
Krisis sosial budaya yang meluas itu dapat disaksikan dalam berbagai bentuk disorientasi dan
dislokasi banyak kalangan masyarakat kita, misalnya; disintegrasi sosial-politik yang
bersumber dari euforia kebebasan yang nyaris kebablasan; lenyapnya kesabaran sosial (social
temper) dalam menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah
mengamuk dan melakukan berbagai tindakan kekerasan dan anarki; merosotnya penghargaan
dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial; semakin meluasnya
penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial lainnya; berlanjutnya konflik dan
kekerasan yang bersumber atau sedikitnya bernuansa politis, etnis dan agama seperti terjadi
di berbagai wilayah Aceh, Kalimantan Barat dan Tengah, Maluku Sulawesi Tengah, dan lain-
lain.
Disorientasi, dislokasi atau krisis sosial-budaya di kalangan masyarakat kita semakin
merebak dengan kian meningkatnya penetrasi dan ekspansi budaya Barat khususnya Amerika
sebagai akibat proses globalisasi yang terus tidak terbendung. Berbagai ekspresi sosial
budaya yang tidak memiliki basis dan preseden kulturalnya dalam masyarakat kita, semakin
menyebar pula dalam masyarakat kita sehingga memunculkan kecenderungan-kecenderungan
gaya hidup baru yang tidak selalu sesuai, positif dan kondusif bagi kehidupan sosial budaya
masyarakat dan bangsa (cf. al-Roubaie 2002). Hal ini misalnya bisa dilihat dari semakin
merebaknya budaya McDonald, makanan instan lainnya dan, dengan demikian, budaya serba
instan; meluasnya budaya telenovela, yang menyebarkan permissivisme, kekerasan, dan
hedonisme; mewabahnya MTVisasi, Valentines day, dan kini juga proms night di kalangan
remaja. Meminjam ungkapan Edward Said, gejala ini tidak lain daripada cultural
imperialisme baru, menggantikan imperialisme klasik yang terkandung dalam Orientalisme.
Dari berbagai kecenderungan ini, maka orang bisa menyaksikan kemunculan kultur hybrid,
budaya gado-gado tanpa identitas, di Indonesia dewasa ini. Pada satu segi, kemunculan
budaya hybrid nampaknya tidak terelakkan, khususnya karena proses globalisasi yang
semakin sulit dihindari. Tetapi pada segi lain, budaya hybrid apalagi yang bersumber dari dan
didominasi budaya luar, karena dominasi dan hegemoni politik, ekonomi dan informasi
mereka dapat mengakibatkan krisis budaya nasional dan lokal lebih lanjut. Tidak hanya itu,
budaya hybrid dapat mengakibatkan lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal; padahal
identitas nasional dan lokal tersebut sangat mutlak bagi terwujudnya integrasi sosial, kultural
dan politik masyarakat dan negara-bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai