Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS MATA

KERATITIS SUBEPITEL




Pembimbing :
dr. Rossa Septiana, Sp.M

Disusun oleh:
Hugo Dwiputra Wiradarma
40611762


KEPANITRAAN ILMU MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
PERIODE 8 OKTOBER 2012 10 NOVEMBER 2012
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membrana protektif dan sebagai jendela dimana cahaya akan
dibiaskan sehingga titik fokus cahaya bisa dapat jatuh tepat sampai ke retina. Kornea mempunyai
kekuatan refraksi sebesar 43 dioptri, hal ini membuat kornea merupakan salah satu media
refraksi yang penting untuk pembiasan.
Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut
sulkus skleralis. Ketebalan rata-rata kornea adalah berkisar antara 550 m pada bagian sentral,
dengan rata-rata kornea berkisar 11.5mm (vertikal) dan 12mm (horisontal). Kornea terdiri dari
berbagai macam lapisan, yaitu dari yang paling luar; lapisan epitel, membrana bowman, stroma,
membrana descementum dan lapisan endothel. Lapisan epitel kornea mempunyai 5 6 lapisan
sel, lapisan ini dapat dengan cepat melakukan regenerasi, sehingga bila terjadi luka pada daerah
ini, maka akan cepat sembuh. Membrana bowman merupakan suatu lapisan aselular dan
merupakan modifikasi bagian dari stroma, tidak dapat melakukan regenerasi. 90% ketebalan
kornea berasal dari stroma. Membrana descementum merupakan lapisan yang cukup kuat,
meskipun stroma kornea mencair/ rusak membrana ini akan tetap mempertahankan bentuk dari
camera okuli anterior. Lapisan endotel merupakan suatu lapisan tunggal yang berisikan sel
hexagonal dan tak dapat melakukan regenerasi, dimana bila terjadi kerusakan di lapisan endotel,
kornea akan oedem dan menjadi tidak transparan. Lapisan epitel kornea merupakan suatu lapisan
lipofilik, sedangkan stroma kornea merupakan lapisan hidrofilik, jadi untuk memberikan obat
yang dapat melewati kornea haruslah obat yang mempunyai karakteristik hidrofilik dan lipofilik.
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 2


B. PATOFISIOLOGI
Epitel kornea merupakan pelindung yang efisien terhadap mikroorganisme. Begitu epitel
kornea terkena trauma, bagian stroma dan membrana bowman akan mudah untuk terkena infeksi
oleh berbagai macam mikroorganisme.
Kornea mempunyai banyak nociseptor, kebanyakan lesi kornea, superfisial atapun dalam
(benda asing kornea, abrasi kornea, inerstitial keratitis, phlycten) menyebabkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit akan bertambah sakit bila palpebra melakukan gerakan (terutama palpebra
superior), hal ini mempersulit penyembuhan. Karena kornea merupakan jendela yang
merefraksikan cahaya pada mata, maka bila ada lesi pada kornea akan menyebabkan gangguan
penglihatan terutama bila terletak di sentral.
Fotofobia pada kornea disebabkan oleh karena adanya kontraksi dari irisi yang meradang.
Dilatasi dari pembuluh darah iris yang disebabkan oleh reflex mata, akan menyebabkan iritasi
dari saraf kornea. Gejala fotofobia sangat hebat pada kebanyakan kasus penyakit kornea, namun
minimal pada keratitis herpetik karena adanya hypesthesia pada penyakit ini.
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 3
C. DEFINISI KERATITIS DAN KLASIFIKASI KERATITIS
Peradangan pada kornea disebut sebagai keratitis. Keratitis secara morfologinya
diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang terkena.
1. Keratitis Pungtata
Keratitis yang terjadi pada lapisan terluar kornea. Penyebab keratitis pungtata tidak spesifik
dan bisa terjadi pada moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simplesk, herpes zoster,
blefaritis neruroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma dan trauma radiasi, dry eyes,
trauma, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahn pengawet
lainnya
Keratitis pungtata dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Keratitis pungtata superficial
Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai fluoresein.
Memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea
Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan. Keratitis pungtata
superfisial dapat disebabkan sindrom dry eye, blefaritis, trauma kimia ringan,
pemakaian lensa kontak dan lain-lain

Keratitis pungtata subepitel
Merupakan keratitis yang terkumpul di daerah bowman. Biasanya terjadi bilateral dan
berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut,
biasanya terjadi pada dewasa muda.
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 4

2. Keratitis Marginal
Merupakan keratitis yang infitratnya tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat mengakibatkan keratitis kataral atau keratitis
marginal ini. Penderita akan mengeluh sakit, seperti kelilipan, lakrimasi disertai fotofobia
berat.

3. Keratitis Interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam (stroma). Penyebab
tersering dari keratitis jenis ini adalah sifilis. Seluruh konrea keruh sehingga iris sukar
dilihat. Permukaan kornea seperti permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan
serbukan pembuluh ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau apa yang
disebut salmon Patch
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 5

Selain dari pembagian berdasarkan lokasinya, keratitis juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan penyebabnya.:
1. Keratitis Bakterial
Lebih dari 90% inflamasi kornea disebabkan oleh bakteri. Setiap bakteri seperti
Streptococcus, staphylococcus, Pseudomonas, enterobactriceae, dan lain-lain, dapat
mengakibatkan keratitis bakterial. Streptococcus pneumoniae merupakan True bacterial
corneal pathogen. Patogen lainnya memerlukan inokulasi yang banyak atau adanya daya
tahan tubuh penderita yang lemah (defisiensi imun).
2. Keratitis Jamur
Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian
tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan
dianggap sebagi akibat sampingan pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat.
Pada mata akan terlihat adanya infiltrat yang berhifa, satelit bila terletak dalam stroma dan
adanya lipatan descement. Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik KOH
10% terhadap kerokan kornea dan didapatkan adanya hifa
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 6

3. Keratitis virus
Keratitis herpes zoster
Keratitis herpes zoster hanya terjadi bila cabang opthalmic nervus trigeminal yang
terkena.. Pada kelopak akan terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea.

Keratitis herpes simplex
Keratitis herpes simplex merupakan salah satu penyebab ulkus kornea terbanyak.
Keratitis herpes simplex dibagi menjadi dua bentuk yaitu dendritik (epitelial) dan
diskiformis (stroma). Keratitis dendritik merupakan keratitis superfisial yang
membentuk garis infiltrat pada permukaan kornea yang kemudain membentuk cabang.
Keratitis disiformis merupakan keratitis yang membentuk kekeruhan infiltrat bulat atau
lonjong di dalam jaringan kornea.
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 7

4. Keratokonjungitivitis epidemi
Keratitis yang terbentuk diakibatkan oleh reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8, biasanya
unilateral dan timbul sebagai suatu epidemi. Kadang didahului gejala flu like syptoms
termasuk demam, malaise, ISPA, nausea, muntah, mialgia atau diare

5. Keratitis Dimer atau keratitis Numularis
Bentuk keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan tepinya
berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo. Keratitis ini berjalan lambat yang
sering terdapat unilateral pada petani sawah



LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 8
6. Keratitis filamentosa
Keratitis yang disertai adanya ilamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada permukaan
kornea. Penyebab keratitis ini tidak diketahui. Filamen terdiri atas sel dan sisa mukoid
dngan bentuk segitiga yang menarik epitel
7. Keratitis Alergi
Keratitis ini dibagi menjadi tiga yaitu:
Keratokonjungtivitis flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh hipersensitivitas tipe
lambat (tipe IV). Pada benjolan akan terjadi penimbunan sel limfoid. Pada mata akan
terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas egas berwarna putih keabuan,
dengan atau tanpa vaskularisasi yang menuju benjolan tersebut.

Keratokonjungtivitis fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah
kornea. Keratitis fasikularis adalah suatu penampilan flikten yang berjalan (wander
phlycten) yang membawa jalur pembuluh darah bar sepanjang permukaan kornea.
Keratokonjungtivitis vernal
Merupakan penyakit rekuren, bilateral dimana mekanisme IgE dan cell mediated
immune memainkan peranan penting. Menyerang terutama anak laki-laki <14th dan
terutama pada musim panas. Pada konjungtiva tarsal superior dapat terjadi hipertrofi
papil yang kadang berbentuk cobble stone
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 9

8. Keratitis lagoftalmos
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmos, hal ini akan menyebabkan mata terpapar
sehingga terjadi trauma pada kornea dan konjungtiva.

9. Keratitis Neuroparalitik
Keratitis ini terjadi akibat kelainan saraf trigeminus sehingga menyebabkan kornea menjadi
anesthesi, sehingga hal ini akan membuat kornea kehilangan daya tahannya. Bisa
disebabkan oleh herpes zoster, tumor fosa posterior kranium dan keadaan lainnya yang
membuat kornea menjadi anestesi




LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 10
10. Keratokonjungtivitis Sika
Keratokonjungtivitas ini disebabkan oleh keringnya permukaan kornea dan konjungtiva,
hal ini disebabkan oleh karena: defisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air
mata, defisiensi komponen musin, akibat penguapan yang berlebihan atau karena adanya
parut kornea (kerusakan mikrovili kornea). Biasanya pasien mengeluh gatal, mata seperti
berpasir, silau dan penglihatan dapat kabur.
11. Keratitis Sklerotikan
Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai radang sklera atau skleritis.
Penyebabnya tidak diketahui.


D. DEFINISI KERATITIS SUBEPITEL
Keratitis punctata subepithelial adalah peradangan kornea yang terkumpul pada daerah
membrana Bowman

E. ETIOLOGI KERATITIS SUBEPITEL
Keratitis pungtata superficial biasanya diikuti dengan adanya opasitas subepitel (infiltrat
subepitel). Jadi timbulnya keratitis subepitel biasanya disebabkan oleh keratitis punctata
superficialis; yaitu seperti sindom dry eye, keratopati lagolftamus, dan lain-lain

F. TERAPI KERATITIS SUBEPITEL
Prinsip penanganan keratitis secara umum yaitu menghentikan proses penyakitnya,
menghilangkan agen infeksinya dan menjaga konea agar tidak terkena kerusakan lebih lanjut.
Mengontrol infeksi dan inflamasi
Pemberian antimikroba
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 11
Bergantung akan penyebab keratitis, bila disebabkan oleh bakteri dapat diberikan
antibiotik gentamisin atau chloramfenikol, bila disebabkan oleh virus dapat diberikan
acylovir, dan bila disebabkan oleh fungi dapat diberikan mikonasol, nistatin.
Steroid topikal
Harus diberikan dengan hati-hati karena dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba dan
menghambat reepitelisasi kornea
Obat-obatan immunosupresif Sistemik
Berguna pada penyakit yang berhubungan dengan systemic connective tissue disorders
Mempercepat proses penyembuhan (reepitelisasi)
Mengurangi eksposur kornea
Lubrikasi
Dapat diberikan air mata artifisial
Menutup palpebra superior
Berguna untuk mengurangi eksposur dan keratitis neuroparalitik
Conjungctival (Gundersen) flap
Akan menutup ulserasi kornea bila ulkus ini berjalan progresif dan tidak responsif
Menutup dengan Lensa Soft contact
Mempercepat reepitelisasi kornea dengan memberikan perlindungan terhadap gesekan
yang terus menerus oleh palpebra superior
Grafting membran amnion
Dapat berguna untuk penyakit kelainan epitel unresponsive yang persisten
Tissue adhesive (cyanoacrylate)
Lem dapat dipakai untuk menghambat ulserasi stroma dan untuk menutup perforasi yang
kecil
Transplantasi stem sel limbal
Dapat dilakukan bila terdapat defisiensi stem sel akibat berbagai macam luka, seperti
luka bakar kimia atau konjungtivitis yang membentuk sikatrik, bisa secara autograf (mata
contralateral) pada kasus yang unilateral dan bisa secara allograf
Untuk keratitis subepitel dapat diberikan air mata artifisial, kompres dingin, obat
cyclopegic untuk fotofobia, antiviral (bila penyebabnya virus) dan steroid topical. Meskipun
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 12
steroid topikal dapat menghilangkan infiltrat pada subepitel dan menghilangkan rasa sakit untuk
sementara, namun penggunaan terapi steroid dapat memperlama penyakit kornea. Oleh
karenanya penggunaan steroid topikal tidak dianjurkan.

G. DIAGNOSIS KERATITIS SUBEPITEL
Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan adanya infiltrat di daerah kornea, kemudian
dilakukan uji fluorosein akan didapatkan hasil negatif (karena infiltrat terletak di daerah
subepithelial). Selain itu biasanya pasien disertai dengan gejala lain, yaitu sesuai dengan
penyakit yang menyebabkan adanya infiltrat di subepitel.

H. DIAGNOSA BANDING
Keratokonjungtivitis epidemik
Keratitis HSV
Keratitis Herpes Zoster
Keratokonjungtivitis sicca
Abrasi kornea (trauma)
Keratitis Dimmer (Numularis)
Pemakaian soft lens (residual MiraFlow
cleanser)
Keratitis lagolftamus

I. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini bergantung akan penyebabnya. infiltrat dapat dihilangkan dengan
pemakaian steroid topikal.




LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 13
DAFTAR PUSTAKA

1. Interstisial keratitis. Dikutip dari www.emedicine.medscape.com/article/1194376-
overview. 14/10/2012
2. Epidemic Keratoconjunctivitis. Dikutip dari
www.emedicine.medscape.com/article/1192751-clinical. 14/10/2012
3. Corneal subepithelial infiltrate recurrence sine adenovirus. Dikutip dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7600819. 14/10/2012
4. Cornea & External Diseases Epidemic Keratoconjunctivitis. Dikutip dari
www.dro.hs.columbia.edu/ekc.htm. 15/10/2012
5. Corneal subepithelial opacities associated with inappropriate contact lens care. Dikutip
dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10816994. 15/10/2012
6. Vaughan & Asburys et al. General Ophthalmology. 17
th
edition. McGrawHill. Lange.
2008
7. Kansk JJ et al. Clinical ophthalmology a systemic approach. 6
th
edition. Butterworth
Heinemann Elsevier. 2007
8. Lang GK et al. Ophthalmology a short textbook. Thieme Stuttgart New York. 2000
9. Ilyas Sidarta. Ilmu penyakit Mata. FKUI. Edisi ketiga. 2008








LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 14
BAB II
LAPORAN KASUS

I. Status penderita
Identitas pasien
Nama : An. Nizar
Umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pelem Kereb

II. Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 11 Oktober 2012.

Keluhan Utama : mata kiri silau

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Kudus dengan keluhan mata kiri silau. Os mengatakan 1
bulan yang lalu mata kiri kelilipan sewaktu sedang bermain bola. Sejak satu bulan ini
mata kiri terasa gatal, sering keluar air mata dan kadang mata menjadi merah. Os sering
mengucek-ucek matanya bila matanya terasa gatal. Os mengaku tidak pernah mengalami
penyakit yang serupa, begitu juga dengan mata kanannya. Os juga tidak mendapatkan
kesulitan dalam membaca dekat maupun jauh.

Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi tidak tahu
Riwayat DM tidak tahu


LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 15
Riwayat Pengobatan
Os tidak pernah memberikan pengobatan kepada matanya ini.

III. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Respiratory Rate : 16 x/menit
Suhu : afebris
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Status Gizi : baik

Status Ophtalmologi

OD OS






Keterangan :
Infiltrat multipel, berukuran 1 2 mili tersebar sebagian di inferior kornea

Infiltrat
Infiltrat
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 16
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
6/6 Visus 6/7,5
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-)
eksoftalmus (-)
strabismus (-)
Bulbus okuli Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
Palpebra Edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
Edema (-)
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-)
infiltrat (-)
hiperemis (-)
Konjungtiva Edema (-),
injeksi konjungtiva (-)
injeksi siliar (-)
infiltrat (-),
hiperemis (-)

Putih Sklera Putih
oedem (-)
infiltrat (-)
ulkus (-)
Sikatriks (-)
Arkus senilis (-)
Eflorosensi (-)
Kornea Oedem (-)
Infiltrat (+)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)
Arkus senilis (-)
Eflorosensi (-)
Jernih
kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Camera Oculi Anterior
(COA)
Jernih
kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Kripta(-)
edema(-)
synekia (-)
Iris Kripta(-)
edema(-)
synekia (-)
Bulat diameter 3mm
refleks pupil L/TL (+/+)
Pupil Bulat diameter 3mm
refleks pupil L/TL (+/+)
Jernih Lensa Jernih
LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 17
Papil NII bulat, batas tegas
Ablatio (-)
Mikroaneurisma (-)
Eksudat (-)
Cotton wool spot (-)
Perdarahan (-)
CD ratio (0.3)
Retina Papil NII bulat, batas tegas
Ablatio (-)
Mikroaneurisma (-)
Eksudat (-)
Cotton wool spot (-)
Perdarahan (-)
CD ratio (0.3)
+ (orange) Fundus Refleks + (orange)
N TIO N
Epifora (-)
lakrimasi(-)
Sistem Lakrimasi Epifora (-)
lakrimasi(-)

IV. Resume
Subyektif
Pasien datang ke RSUD Kudus dengan keluhan mata kiri silau. Os mengatakan 1
bulan yang lalu mata kiri kelilipan sewaktu sedang bermain bola. Sejak satu bulan ini
mata kiri terasa gatal, sering keluar air mata dan kadang mata menjadi merah. Os sering
mengucek-ucek matanya bila matanya terasa gatal. Os mengaku tidak pernah mengalami
penyakit yang serupa, begitu juga dengan mata kanannya. Os juga tidak mendapatkan
kesulitan dalam membaca dekat maupun jauh.

Obyektif
OD OS
6/6 Visus 6/7,5
oedem (-)
infiltrat (-)
ulkus (-)
Sikatriks (-)
Arkus senilis (-)
Eflorosensi (-)
Kornea

Oedem (-)
Infiltrat (+)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)
Arkus senilis (-)
Eflorosensi (-)


V. Diagnosis banding
Keratitis subepitel OS
Keratitis interstisial OS
Keratic Precipitate OS
Myopia OS

LAPORAN KASUS MATA
Hugo D.W.
406117062
Keratitis subepitelial Page 18
VI. Diagnosis kerja
Keratitis subepitel OS

VII. Dasar diagnosa
Pada pemeriksaan subjektif:
Pasien mengeluh silau, gatal, berair dan mata kemerahan pada mata kirinya
Pasien mengaku adanya riwayat kelilipan benda asing
Pasien sering mengucek-ucek matanya sewaktu terasa gatal
Pada pemeriksaan objektif:
Adanya infiltrat pada OS
Visus OS menurun (6/7,5)
Tes efluorosensi negatif

VIII. Terapi
Medikamentosa
Kompres dingin
Air mata artificial
Dexametasone topikal (corticosteroid)

IX. Prognosis

Okuli dekstra Okuli sinistra
Ad visam Ad Bonam Dubia Ad Bonam
Ad sanam Ad Bonam Dubia Ad Bonam
Ad vitam Ad Bonam Ad Bonam
Ad cosmetikam Ad Bonam Dubia Ad Bonam

Anda mungkin juga menyukai