Anda di halaman 1dari 28

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Penyakit Kusta
Penyakit kusta adalah merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae (M.leprae) yang dapat menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa, saluran pernafasan bagian atas,
system tretikulo endothelial, mata, otot, tulang, dan testis, terkecuali pada susum
dan saraf pusat. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi dapat bersifat
asimtomatik, namun pada sebagian kecil memperlihatkan gejala dan mempunyai
kecenderungan untuk menjadi cacat, khususnya pada tangan dan kaki (Amiruddin
et al, 2!).
2.2 Epidemioloi Kusta
"umlah penderita kasus kusta yang didunia ini sulit untuk dipastikan karena
hal ini disebabkan oleh kriteria dari suatu diganosis yang tidak selalu konsisten,
ditambah dengan pencatatan yang biasa tidak lengkap dan diperkirakan pada
tahun 1##$ ada sekitar %,5 juta penderita kusta didunia yang adapun kurang lebih
$ juta penderita yang cacat akibat kusta dan sisanya sekitar 2,5 juta penderita
kusta masih dalam tahap pengobatan. (&oorden '.(, 1##$).
)pidemiologi dalam hal ini mempelajari tentang distribusi frekuenasi dan
faktor*faktor yang menentukan kejadian penyakit yang berhubungan dengan
masalah kesehatan pada masyarakat dan aplikasinya dengan pengendalian
masalah tersebut.
1%
2.2.1 Dist!i"usi #enu!ut $eo!afis
+istribusi angka penemun kasus baru kusta yang terlaporkan di ,-.
adalah pada a/al tahun 212 terlihat bah/a jumlah kasus baru kusta didunia pada
tahun 211 terdapat sekitar 21#.05 dari jumlah kasus baru yang paling banyak
terdapat di regional Asia 1enggara sebanyak 1%.1!2 kasus dan diikuti oleh
regional Amerika sebanyak !%.2!2 kasus, regional Afrika sebanyak 12.%0! kasus.
+an lain sebagainya beberapa pada negara di regional lain didunia (+epkes 34,
212).
2.2.2 Dist!i"usi #enu!ut %aktu
5enurut laporan dari organisasi dunia dari /aktu ke /aktu data yang
diperoleh dari tahun 2$ hingga tahun 211. Ada 10 negara yang melaporkan
1 atau lebih kasus baru selama tahun 211 dan secara global ada terjadi
penurunan kasus baru, akan tetapi beberapa negara yang masih ada yang
mengalami peningkatan kasus, seperti negara 4ndia, 4ndonesia, 5yanmar,
'rilangka.
2.2.& Dist!i"usi #enu!ut 'akto! #anusia
2.2.&.1 )tnik atau 'uku
+alam satu negara atau /ilayah yang sama kondisi lingkungannya,
didapatkan bah/a faktor etnik mempengaruhi distribusi tipe kusta. +i 5yanmar
kejadian kusta lepromatosa lebih sering terjadi dinegara pada etnik 6urma
dibandingkan dengan etnik 4ndia. 'ituasinya juga sama dengan di 5alaysia juga
mengidentifikasikan hal yang sama, kejadian kusta tipe 7epromatosa lebih banyak
pada etnik 8hina dibandingkan dengan 5elayu.
10
2.2.&.2 9aktor 'osial )konomi
9aktor sosial ekonomi berperan penting dalam kejadian kusta, hal ini
terbukti pada negara*negara di )ropa. +engan adanya peningkatan sosial
ekonomi, maka kejadian kusta sangat cepat menurun bahkan hilang. (asus kusta
yang masuk dari negara lain ternyata tidak menularkan kepada orang yang sosial
ekonominya tinggi.
2.2.&.& +istribusi 5enurut :mur
(ebanyakan dari berbagai penelitian melaporkan distribusi penyakit kusta
menurut umur berdasarkan pre;alensi, hanya saja jarang yang berdasarkan insiden
karena pada timbulnya penyakit ini sangat sulit diketahui, dengan kata lain
kejadian penyakit kusta sering dikaitkan dengan umur saat ditemukan dari pada
saat timbulnya penyakit. Pada penyakit kusta seperti ini angka pre;alensi penyakit
penyakit berdasarkan kelompok umur tidak menggambarkan risiko kelompok
umur tertentu untuk terkena penyakit. (usta dalam hal ini sering terjadi pada
semua umur berkisar antara bayi sampai usia lanjut, namun terbanyak pada usia
yang masih produktif.
'ebuah studi penelitian di 4ndia yang insidennya tinggi sebagai daerah
endemisitas tinggi dapat menyerang penderita sebagian besar pada usia 1 < 1$
tahun dan usia ! < % tahun, yang menunjukkan adanya bimodal curve.
(eadaan tersebut mungkin dapat terjadi karena reinfeksi=superinfeksi pada
indi;idu yang respon imun yang menurun karena faktor usia semakin tua. 1etapi
beberapa jumlah penderita menurun pada kelompok usia sangat tua (&oorden '(,
8. -asting, 1##$).
12
2.2.&.( +istribusi 5enurut "enis (elamin
Penyakit kusta apabia dilihat dari distribusi menurut jenis kelamin, kusta ini
dapat mengenai pada laki*laki dan perempuan. 6erdasarkan laporan, sebagian
besar negara yang ada dunia kecuali dibeberapa negara di Afrika menunjukkan
bah/a laki*laki lebih banyak terserang dari pada perempuan (&oorden '(,1##$).
5enurut &eil et al dalam &oorden '( mengemukakan dalam suatu
penelitian di 4ndia 'elatan yang penelitiannya bersifat longitudinal selama 5 *%
tahun menunjukkan bah/a insiden pria lebih besar dari pada /anita ini dapat
dikarenakan adanya perbedaan sistem hormonal, atau ada beberapa hal yang
bersifat tradisi setempat yang menyebabkan karena /anita lebih sulit untuk diteliti
dari pada /anita, maka dari hal tersebut penderita pada kelompok /anita tidak
diketahui dan dilaporkan.
1imbulnya penyakit kusta ini merupakan suatu interaksi antara berbagai
faktor penyabab yaitu> penjemu (Host), (uman (Agent), dan 7ingkungan
(Environment), dari konsep tersebut dikenal dengan suatu proses rantai penularan
yang terdiri dari % komponen, yaitu> penyebab, sumber penularan, cara keluar dari
sumber penularan, cara penularan, cara masuk ke penjemu dan penjemu (host).
6erikut ini adalah gambar mata rantai penularan penyakit kusta.
1#
'umber > +itjen PP ? P7, +epkes 34, 212
@ambar 2.1 > 3antai Penularan penyakit kusta
2.& Etiloi
5enurut 3ees (1#25) dalam panigoro (uman M.leprae pertama kali
ditemukan oleh Armauer -ansen -ansen pada tahun 120!. (uman ini berbentuk
batang dengan ukuran anjang 1*2 mikron, lebar ,2 < ,5 mikron dan biasanya,
kuman ini berkelompok dan ada yang tersebar satu*satu, hidup dalam sel terutama
pada yang suhu dingin dan tidak dapat dikulturkan dalam media buatan, dan
kuman bakteri ini bersifat tahan asam (61A).
5enjadi 'akit dan
tubuh menjadi tempat
perkembangan
Mycobacterium Leprae
(asus kusta
menjadi
sumber
penularan
8
a
r
a

k
e
l
u
a
r
>
+
a
r
i

s
a
l
u
r
a
n

n
a
f
a
s
1
u
a
n

r
u
m
a
h

(
H
o
s
t
)
>

y
a
n
g

k
e
k
e
b
a
l
a
n
n
y
a

k
u
r
a
n
g
8ara masuk ke
Host:dari
saluran nafas dan kontak
langsung
8ara penularan
utama> 5elalui
percikan droplet
Pengobatan
5+1
(Multi Drug Therapy)
Aaksinasi
(emoprofilaksis
(masih dalam
pengembangan)
2
(arena penyakit kusta ini bersifat menahun karena bakteri kusta
memerlukan /aktu 12*21 hari untuk membelah diri dan masa tunasnya adalah
rata*rata 2 < 5 tahun. Penyakit kusta ini dapat ditularkan kepada orang lain melalui
saluran pernapasan dan kontak kulit, bakteri M. Leprae banyak terdapat pada kulit
tangan, daun telinga dan mukosa hidung (,idoyono, 211).
5asa inkubasi kusta ini ber;ariatif antara # bulan sampai dengan 2 tahunan
dengan rerata $ tahun, sedangkan untuk kasus kusta tersebut ini jarang ditemukan
pada anak dengan rerata usia diba/ah ! tahun. 5asa inkubasi dengan masa belah
diri sel yang diperlukan untuk berkembang biak dapat membutuhkan /aktu
berkisar 12 hari menyelesaikan proses membelah diri dan kuman kusta ini dapat
bertahan hidup ditanah sampai sekitar $ hari (Agusni, 2!).
2.( )a!a Penula!an
5eskipun cara penularan dari penderita kusta tipe 56 (Multi asiler)
kepada orang lain dengan cara penularan langsung. 8ara penularannya yang pasti
belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bah/a penyakit kusta
dapat ditularkan melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan bersentuhan langsung
dengan kulit. Akan tetapi proses penularan pada kusta ini berlangsung dalam
jangka /aktu panjang.
1imbulnya penyakit kusta bagi kepada orang lain itu tidak mudah, dan tidak
perlu di perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain>
2.(.1 'akto! Sum"e! Penula!an>
'umber penularan adalah ini hanya terjadi bagi penderita kusta tipe 56
sedangkan untuk penderita kusta tipe P6 (!ausi asiler) tidak dapat ditularkan.
21
Penderita kusta tidak akan dapat menularkan lagi kuman bakteri M. Leprae
apabila penderita kusta tersebut berobat secara teratur.
2.(.2 'akto! Kuman>
(uman dari bakteri M. Leprae ini dapat hidup diluar tubuh manusia antara
sekitar 1 < # hari yang tergantung kepada suhu dan cuaca serta dapat diketahui
hanya bakteri M. Leprae ini yang utuh (solid) dapat menimbulkan penularan.
2.(.& 'akto! Daya Ta*an Tu"u*>
'edangkan untuk faktor daya tahan tubuh (imunitas) sebagian manusia kebal
terhadap penyakit kusta. +ari hasil penelitian dideskripsikan yaitu > dari 1
orang yang terpapar, #5 orang tidak menjadi sakit, ! orang dengan sendirinya
sembuh tanpa obat, 2 orang menjadi sakit, pada gambaran yang ada diatas tersebut
ini tidak temasuk dalam perhitungan pengaruh pengobatan (+epkes 34, 212).
2.+ Dianosis
+alam diri pada penderita kusta ini ini mempunyai tanda*tanda satu atau
lebih tanda gejala utama ("ardinal #ign) yang ditemukan pada /aktu pemeriksaan
klinis. Adapun tanda pasti pada kusta ("ardinal #ign) adalah>
a. Adanya atau munculnya hipopigmentasi dan anastesi pada kulit.
b. (erusakan saraf perifer.
c. -asil penmeriksaan laboratorium dari kerokan kulit menunjukkan basil tahan
asam (61A).
5anifestasi klinis dari penyakit ini sangat ber;ariasi dengan spektrum yang
berada diantara dua bentuk klinis dari leprae yaitu bentuk 7epromatosa dan
1uberkuloid>
22
a. Pada kusta bentuk 7epromatosa>
1. (elainan kulit berbentuk nodula, papula, dan infilrate yang yang difusi
tersebar simetris bilateral, dan biasanya ekstensif dan dalam jumlah
banyak. 1erkenanya daerah hidung dapat membentuk kusta, tersumbatnya
jalan nafas dan dapat terjadi epistaksis.
2. 5ata dapat menimbulkanB 4ritasi dan (eratitis.
b. Pada kusta tipe tuberkuloid>
1. 7esi kulit biasanya tunggal dan jarang, batang lesi tegas, mati rasa atau
hipoetesi asminitris bilateral.
2. 'yaraf biasanya cenderung menjadi semakin berat.
(usta bentuk 6orderline mempunyai gambaran dari 5acula -ipopigmentasi
dengan batas lesi yang tegas dan dapat bekembang menjadi bentuk Tuber$uoid,
orderline, atau bentuk Lepromatosa. @ejala klinis dari kusta dapat juga berupa
C3eaksi (ustaC yaitu dengan episode akut dan berat. 3eaksi kusta ini disebutkan
dengan nama Erythema %odosum Leprosum pada penderita tipe Lepromatosa dan
disebut dengan reaksi terbalik pada kusta orderline. Pada diagnosa klinis ini
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan kulit secara lengkap dengan
menemukan tanda*tanda saraf tepi berupa gejala Hipestasia& Anesthesia&
!aralysis& pada otot dan 'l$us Tropi$um.
2., Klasifikasi Kusta
'etelah seseorang yang telah didiagnosis menderita kusta, maka tahap
selanjutnya adalah harus ditetapkan tipe dan klasifikasinya. Penyakit kusta ini
dapat diklasifikasikan berdasarkan manifesitasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit,
2!
jumlah saraf yang tergangu dan hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit (61A)
positif atau negatif.
Pengklasifikasian kusta ini bertujuan untuk menentukan cara pengobatan
(sesuai dengan "enis dan 7ama pengobatannya)B yaitu menentukan rencana (elase
)rom Traetment (391) dan (elease )rom "ontrol (398), menentukan prioritas
berobat dan penga/asan, pengantisipasi komplikasi atau adanya reaksi dan cacat
serta perencanaan logistik.
"enis klasifikasi penyakit kusta ini. Ada banyak jenisnya klasifikasinya
yaitu> klasifikasi 5adrid, klasifikasi 3idley*"opling, klasifikasi 4ndia dan
klasifikasi ,-.. Penetuan klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kekebalan
tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah kuman.
2.,.1 Kalsifikasi #ad!id
(lasifikasi madrid ini meriupakan kasifikasi yang paling sederhana yang
didasarkan atas kriteria klinik, bakteriologi, hispatologi, sesuai dengan
rekomendasi dari *nternational Leprosy Association di 5adrid tahun 1#5! (,-.,
1#5!). +alam pengklasifikasian penyakit kusta ini dibagi menjadi $ tipe yaitu>
a. 1ipe 4ndeterminate (4)
b. 1ipe 1uberculoid (1)
c. 1ipe 6orderline = +inouphaus (6)
d. 1ipe 7epromatosa (7)
2.,.2 Klasifikasi -idley.Joplin
+alam pengklasifikasian penyakit kusta berdasakan klasifikasi 3idley*
"opling secara substansialnya hampir sama dengan klasifikasi 5adrid, hanya saja
2$
yang membedakan nya adalah dibedakan dari suatu spectrum dari spectrum klinik
yang terbentang dari daya tahan atau kekebalan tubuh rendah sampai pada tahap
daya tahan tubuh tinggi terhadap kekebalan kuman kusta. +an juga 3idley dan
"poling membedakan klasifikasi ini menjadi 5 jenis yaitu>
a. 1ipe 11 (!olar Tubercuoid)
b. 1ipe 61 (erderline Tuberculoid)
c. 1ipe 66 (Mid orderline)
d. 1ipe 67 (orderline Lepromatous)
e. 1ipe 77 (!olar Lepromatous)
5anifestasi klinik penyakit kusta pada seseorang penderita mencerminkan
tingkat kekebalan selular penderita tersebut.
2.,.& Klasifikasi %/0
Pada tahun 1#2 sekelompok ahli dari ,-. mengembangkan klasifikasi
untuk memudahkan pengobatan dilapangan. +alam klasifikasi ini seluruh pasien
kusta hanya dibagi dengan 2 tipe yaitu Pausi 6asiler (P6) dan tipe 5ulit 6asiler
(56).
a. Pausi 6asiler (P6)> 1ipe P6 ini dalam klasifikasi 3idley*"opling sama dengan
tipe 11 dan 61 dan pada klasifikasi 5adrid ini sama dengan tipe 1. +engan
hasil analisis laboratoriumnya dikatakan 61A < (&egatif).
b. 5ulti 6asiler (56)> 1ipe 5ulti 6asiler (56) dalam klasifikasi 3idley*"opling
ini sama dengan tipe 66, tipe 67, dan tipe 77. (emudian dalam klasifikasi
5adrid sama dengan tipe 7epromatousa.
25
+asar dari klasifikasi ,-. ini adalah gambaran klinisnya dan hasil
pemeriksan 61A melalui pemeriksaan kerokan jaringan kulit. Adapun pedoman
utama untuk menentukan klasifikasi penyakit kusta menurut ,-. adalah sebagai
berikut>
1abel 2.1 > (lasifikasi Penyakit (usta 5enurut ,-.
Kelainan Kulit dan *asil
peme!iksaan Bakte!iolois
PB #B
1. 6ercak (makula)
a. "umlah 1 < 5 6anyak
b. :kuran (ecil dan besar (ecil*kecil
c. +istribusi :nilateral dan
6ilateral asimetris
6eateral, 'imetris
d. (onsistensi (ering dan kasar -alus, berkilat
e. 6atas 1egas (urang tegas
f. (ehilangan sensai rasa
pada area bercak
'elalu ada dan jelas
6iasanya tidak jelasB
jika ada terjadi pada
yang sudah lanjut.
g. (ehilangan kemampuan
berkeringat, bulu rontok,
pada area bercak
6ercak tidak
berkeringat, bulu
rontok pada area
bercak.
6ercak masih
berkeringat, bulu tidak
rontok
2. 4nfiltrat
a. (ulit 1idak ada
Ada, kadang*kadang
tidak ada
b. 5embran mukosa
(hidung tersumbat,
perdarahan di hidung)
1idak pernah ada
Ada, kadang*kadang
tidak ada
!. 8iri*ciri khusus
Dcentral healingD
(penyembuhan
ditengah)
1. 7esi Dpunched outD
2. 5adarosis
!. @inekomastia
$. -idung Pelana
5. 'uara 'engau
$. &odulu 1idak Ada (adang*kadang ada
5. Penebalan saraf perifer
7ebih 'ering terjadi
dini, Asimetris
1erjadi pada penyakit
lanjut biasanya lebih
dari satu dan simetris
%. +eformitas (cacat) 6iasanya asimetris, 1erjadi pada stadium
2%
terjadi dini lanjut
0. Apusan 61A negatif 61A positif
'umber> +itjen PP ? P7, +epkes 34, 1##2
2.1 Peme!iksaan Klinis
Pemeriksaan klinis yang teliti dan lengkap selain dari Anamnase adalah sangat
penting dalam menegakkan diagnosa kusta.
2.1.1 Peme!iksaan Bakte!iolois
1ujuan pemeriksaan secara bakteriologis adalah menentukan diagnosa
penyakit kusta dalam hal ini pemeriksaan bakteriologis bertujuan untuk
menentukan klasifikasi penyakit kusta dan menilai hasil pengobatan. 6eberapa
ketentuan dalam lokasi pengambilan sediaan yaitu lokasi sediaan darah yang
diambil dari kelainan kulit yang paling aktf. Pada pemeriksaan ulang dilakukan
ditempat kelainan kulit yang sama dan kalau perlu ditambahkan dengan lesi yang
baru timbul. 'ebaliknya petugas yang mengambil dan memeriksa sediaan apusan
dilakukan oleh orang yang berlainan. -al ini untuk menjaga pengaruh gambaran
klinis terhadap pemeriksaan bakterioskopis.
2.1.2 Peme!iksaan Se!olois
Pemeriksaan serologis kusta ini didasarkan atas terbentuknya antibodi pada
tubuh seseorang yang terinfeksi M.Leprae. jenis antibodi yang terbentuk terdapat
berbagai jenis antigen, misalnya antigen golongan lipopolisakarida yang berasal
dan kapsel kuman, antigen protein ini berasal dari inti sel dan lain*lain. Antibodi
yang bersifat spesifik untuk M.Leprae. antibodi anti phenolic glycolipid+1 (P@7*
1) dan antibodi anti protein 43+,!5k+. 'edangkan anti bodi yang tidak spesifik
20
antara lain antibodi anti lipoarabinomanam (7A5), yang juga dihasikan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis.
Pada pemeriksaan serologis kusta kini banyak dilakukan karena cukup
banyak manfaatnya, khususnya dalam segi seroepidemiologi kusta didaerah
endemik. 'elain itu juga juga pemeriksaan ini dapat juga membantu diagnosis
kusta pada keaadaan yang meragukan, karena tanda*tanda klinik dan bakteriologis
tidak jelas dan yang diperiksa adalah antibodi spesifik terhadap basil kusta, maka
bila ditemukan antibodi dalam titer yang cukup tinggi pada seseorang,
sepantasnya orang tersebut merupakan suspek yang terinfeksi oleh kuman
M.Leprae. Adapun beberapa jenis pemeriksaan serologis kusta yang banyak
digunakan yaitu>
2.1.2.1 U2i #3PA 4Mycobaterium Leprae Particle Agglutination5
1eknik ini dikembangkan oleh 4Eumi dkk, yaitu dengan dasar reaksi
antigen antibodi yang menyebabkan aglutinasi (terjadi pengendapan) partikel
yang terkait akibat reaksi tersebut. Antigen yang digunakan adalah antigen
polisakarida sinteteik yang sesuai dengan phenolic glycolipid *1 (P@7*1) suatu
antigen yang spesifik dari dinding kapsul M.Leprae. antigen ini akan berkaitan
dengan antibodi anti P@7*1 kelas 4g5 didalam serum pasien kusta apabila
dikatakan hasil positif bila terjadi aglutinasi pada sumur ke*! (pengeceran 1=!2)
pada pemeriksaan ini hanya melihat hasi positif atau negatif. Pemeriksaan tersebut
dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan semi*kuantitatif untuk melihat kadar
antibodi 4g5 anti P@7*1. -asil dari pemeriksaan semi kuantitatif ini dinyatakan
dalam titer 1>!2, 1>%$ 1>122 dan seterusnya, yang menunjukkan derajad
22
pengeceran serum. 'emakin besar pengeceran berarti semakin tinggi kadar
antibodi tersebut dalam darah. :ji 57PA telah terbukti setar dengan uji )74'A
yang sifatnya lebih sensitif, sehingga uji ini dapat diakui sebagai uji lapangan
yang cukup baik.
2.1.2.2 U2i E3ISA 4Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay5
:ji ini merupakan uji laboratorium yang memerlukan peralatan khusus
serta keterapilan tinggi, sehingga dalam penyakit kusta hanya dilakukan untuk
keperluan khusus misalnya untuk penelitian atau kasus tertentu. (euntungan
dalam uji )74'A ini adalah sangat sensitif, sehingga dapat mendeteksi antibodi
dalam jumah yang sangat sedikit. 6erbagai antigen yang dapat digunakan
sehingga dapat bermacam*macam antibodi yang dapat diukur dengan pemeriksaan
dan begitu pula dapat ditentukan kelas antibodi (4g@, 4g5, 4gA, dll) yang ingin
diperiksa.
Pada prinsipnya uji )74'A ini adalah dapat mengukur banyaknya ikatan
antigen*antobodi yang terbentuk dengan memberi lebel pada ikatan tersebut.
4katan antigen antibodi yang telah diberi lebel (biasanya berupa enEim) dan dapat
diukur dengan alat spektrofotometer menggunakan panjang gelombang tertentu.
Pada umumnya uji ini menggunakan palt mikro (micro )74'A) yang
memiliki sumur*sumur untuk tempat terjadinya reaksi. A/al mulanya antigen
yang telah diketahui, selanjutnya sampel serum dengan antibodi teretentu yang
ingin dierpiksa dan terakhir dimasukkan Eat untuk melebel ikatan antigen*antibodi
ini. 'etelah terjadi perubahan /arna, selanjutnya dilakukan pengukuran kepadatan
2#
optik (,ptical Density) dengan spektrofotometer. -asil ini di dinyatakan dalam
.+ atau unit=ml, bergantung pada kit yang dipakai.
6ila uji )74'A ini digunakan untuk memantau hasil pengobatan penyakit
kusta. Penurunan antibodi spesifik bisa terlihat jelas dengan memeriksa, serum
penderita secara berkala setiap ! bulan sekali. (enaikan titer antibodi P@7*1 akan
terlihat pada kekambuhan, sedangkan titer yang tinggi pada seseorang tampaknya
sehat perlu di/aspadai adanya kusta yang sifatnya subklinis.
2.1.2.& U2i Mycobacterium Leprae Dipsti6k
5enurut Agusni 4 (2!) dalam 5uttaFin pemeriksaan serologik dengan
menggunakan Mycobacterium Leprae Dipstic$ -57 +ipstick) ditujukan untuk
mendeteksi antobodi 4g5 yang spesifik terhadap M.Leprae. +ipstick terdiri atas 2
pita horisontal, satu pita yang terletak diba/ah mengandung epitop
imunodominan M.leprae yang spesifik yaitu P@7*1 dan pita kedua berada diatas
sebagai kontrol. Pengukuran ini berdasarkan ikatan antara antibodi 4g5 dapat
dideteksi secaraspesifik terhadap antigen M.Leprae 4katan antibodi 4g5 dapat
dideteksi secara spesifik dengan suatu anti human dye con.ugate. +ipstick yang
mengandung antigen dicelupkan dalam serum yang diencerkan 1>5 dan
dicampuri dengan reagens, kemudian diinkubasi selama ! jam. Pe/arnaan pada
pita antigen menunjukkan adanya antibodi 4g5 spesifik terhadap M.Leprae. Pita
kontrol untuk melihat integritas reagens.
Pemeriksaan serologis ini dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
terutama untuk kusta stadium a/al, pemantauan hasil pengobatan, dan deteksi
adanya relaps serta membedakannya dengan reaksi re;ersal.
!
2.7 Penemuan pende!ita
Penemuan pasien kusta ini secara garis besar ini terdiri dari penemuan secara pasif
dan aktif antara lain>
2.7.1 Penemuan Pasien Se6a!a Pasif 4Suka!ela5
Adalah merupakan pasien yang ditemukan karena datang ke
puskesmas=sarana kesehatan lainnya atas kemauan dari diri penderita sendiri atau
saran dari orang lain. Adapun beberapa aspek yang menyebabkan pasien terlambat
berobat disebabkan oleh dua aspek yakni>
2.7.1.1 Aspek da!i pasien
Aspek ini dilihat dari pasien yang tidak mengerti tanda*tanda*gejala dini
kusta, tidak tahu ada obat tersedia secara gratis di puskesmas, jarak rumah pasien
ke puskesmas=sarana kesehatan lainnya terlalu jauh, dll. 'edangkan
2.7.1.2 Aspek da!i pelayanan kese*atan
(etidakmampuan mengenali tanda kusta dan mendiagnosis, pelayanan
yang tidak mengakomodir pelayanan pasien, dll.
2.7.2 Penemuan Pasien Se6a!a Aktif8
Pasien yang di temukan secara aktif ini dilakukan melalui kegiatan*
kegiatan seperti diba/ah ini>
2.7.2.1 Peme!iksaan Kontak
(egiatan penemuan pasien dengan mendeteksi kunjungan ke rumah pasien
yang baru di temukan (ksusus indeks). Pada kegiatan ini memerlukan efektifitas
yang tinggi sehingga /ajib dilakukan oleh petugas.
!1
(egiatan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat meningkatnya kesadaran dan
dukungan anggota keluarga agar pengobatan berjalan baik dan tidak ada
diskriminasi dan ditemukanya pasien sedini mungkin. 'asaran dari pemeriksaan
kontak ini adalah semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien
dan tetangga disekitar rumah. (egiatan yang dilakukan adalah meliputi pemberian
konseling sederhana dan pemeriksaan fisik dan tak lupa pula saat petugas
melakukan kunjungan ke rumah di/ajibkan memba/a kartu pasien dan alat*alat
pemeriksaan dan obat 5+1.
2.7.2.2 Rapid Village Survey 4-9S5
(egiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat,
meningkatknya pengetahuan dan partisipasi petugas puskesmas dan ditemukan
kasus baru dalam lingkup kecil=desa. +an sasaran dari kegiatan ini adalah
keompok potensial masyarakat desa=keluarahan atau unit yang lebih kecil yakni
dusun.
Pelaksanaan dari kegiatan ini dilakukan didalam desa atau dusun dengan
tujuan untuk mencari suspek yang dijaring oleh kelompok kerja (target suspek
adalah minimum 1G dari populasi umum) pada pagi harinya pemeriksaan
difokuskan kepada suspek dari anak sekolah dan siang hari dilanjutkan pada
suspek pada masyarakat umum. Apabila pada saat pemeriksaan ditemukan
penderita baru, dibuatkan kartu pasien dan diberikan pengobatan serta penyuluhan
yang mendalam. 'uspek ini dicatat dan dijad/alkan untuk periksa ulang
dipuskesmas dalam kurun /aktu !*% bulan setelah pertemuan.
!2
!"!!# $%ase Survey
8hase sur;ey ini adalah kegiatan penemuan pasien kusta secara aktif
dengan mengunjungi /ilayah tertentu berdasarkan informasi dari berbagai sumber
tentang keberadaan suspek kusta di/ilayah tersebut. (egiatan yang dilakukan
adalah pemeriksaan suspek dan penyuluhan kepada masyarakt dilokasi tersebut.
2.7.2.( Peme!iksaan anak sekola* SD sede!a2at
Pemeriksaan ini difokuskan dan diprioritaskan pada /ilayah yang terdapat
kasus anak. 'upaya lebih efisien sebaiknya kegiatan ini diintegrasikan dengan
usaha kesehatan sekolah (:('). (egiatan ini dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran guru dan murid tentang penyakit kusta serta
ditemukannya pasien baru secara dini.
Pelaksanaan dari kegiatan ini dilakukan kepada seluruh murid*murid. "ika
ada yang dicurigai kusta maka perlu dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan
lebih lanjut. "umlah anak yang diperikas dan kasus baru yang ditemukan cacat.
Akan tetapi sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut dilakukan terlebih dahulu
diberikan penyuluhan tentang kusta kepada murid*murid dan guru*guru.
2.7.2.+ Leprosy Elimination $ampaign 43E)5
(egiatan ini dilakukan dengan tujuan agar meningkatnya komitment
politisi dan dukungan dari pemangku kepentingan di/ilayah setempat,
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian penyakit kusta,
meningkatnya kemampuan petugas kesehatan dipuskesmas dan bidan desa dalam
pengendalian penyakit kusta.
!!
2.7.2., Special Action Program &or Elimination Leprosy 4SAPE35
'AP)7 merupakan proyek khusus untuk mencapai tujuan eliminasi kusta
dan dilaksanakan pada daerah yang mempunyai geografis yang sulit. Pada
kegiatan ini obat 5+1 ini berikan sekaligus 1 (satu) paket diba/ah penga/asan
kader atau keluarga.
2.: Peno"atan Penyakit Kusta
Pengobatan kusta a/alnya hanya merupakan pengobatan yang monoterapi
++'. ++' ini harus diminum oleh penderita kusta selama !<5 tahun untuk
penderita tipe P6, sedangkan untuk penderita 56 diminum dalam jangka /aktu
5<1 tahun serta bahkan sampai seumur hidup. (ekurangan pengobatan
monoterapi ++' ini dapat terjadinya resitensi kemudian timbul kuman persister
serta terjadinya pasien de/aulter, oleh sebab itu ,-. merekomendasikan
pengobatan kusta dengan Multi Drug Therapy (5+1) untuk tipe P6 dan 56.
Pengobatan 5+1 pada pendeita kusta ini dilakukan dengan tujuan untuk
memutuskan mata rantai penularan, mencegah resistensi obat, memperpendek
masa pengobatan, meningkatkan keteraturan berobat dan mencegah terjadinya
cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.
Penderita kusta yang tidak minum obatnya secara teratur maka kuman kusta
dapat kembali menjadi aktif, sehingga dapat timbul gejala*gejala baru pada kulit
dan saraf yang dapat memperburuk keadaan, disinilah pentingnya pengobatan
sedini mungkin dan teratur.
Pengobatan 5+1 ini disesuaikan dengan klasifikasi kusta tersebut, bila
penderita kusta tipe P6 obat yang diberikan adalah 3ifamicin dan ++' sebanyak
!$
% dosis (% bulan), sedangkan untuk penderita kusta tipe 56 obat yang diberikan
adalah 3ifampicin, lamprene dan ++' sebanyak 2$ dosis atau selama 2 tahun
(+epkes 34,1###). .bat yang diberikan kepada penderita kusta ini +apson (++'>
Diamino diphenyl sulphone), 3ifampicin dan 7ampren (0lo/asimin). program
pengobatan kusta ini dapat dijelaskan sebagai berikut
2.:.1 Dapson atau DDS 4'iamino dip%enyl sulp%one5
.bat dapson ini dapat menghambat enEim dihidrofolat sintetase karena
obat ini bersifat bakteriostatik. +apson ini biasanya diberikan sebagai dosis
tunggal, yaitu 5 < 1 mg=hari untuk dosis de/asa atau 2 mg=kg berat badan
untuk anak setiap hari pada penderita kusta. 4ndeH morfologi kuman penderita
kusta tipe 77 yang diobati dengan +apson biasanya menadi nol setelah 5 hingga %
bulan. .bat ini memang sangat efektif dan relatif lebih aman serta obat juga ini
sangat murah, adapun efek samping yang timbul yakni> erupsi obat, anemia
hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia, nekrolisis, epidermal toksik,
hepatitis dan methemoglobinnemia.
2.:.2 -ifampi6in
.bat ini merupakan obat yang paling ampuh saat ini untuk penderita kusta
dan bersifat bakterisidal kuat pada dosis laEim. .bat ini juga sama fungsinya
dengan dapson yaitu dapat menghambat enEim polmerase 3&A yang berkaitan
secara ire;ersible. +osis untuk obat ini adalah obat tunggal % mg=hari atau 5<15
mg=kg berat badan, serta obat ini mampu membunuh kuman sekitar ##,#G hanya
dalam /aktu beberapa hari. )fek samping yang dapat menimbulkan obat ini
adalah hepatoto$si$, ne/roto$i$, gejala gastrointestinal dan erupsi pada kulit. 'aat
!5
ini telah dilaporkan adanya resistensi dan harganya pun mahal dibandingkan
dengan +apson.
2.:.& 3amp!en 4klofa;imin5
.bat ini merupakan turunan dari Eat /arna iminofenaEin serta mempunyai
efek bakteriostatik yang setara dengan +apson. )fek samping dari konsumsi obat
ini adalah efek anti inflamasi sehingga berguna untuk pengobatan reaksi kusta,
khususnya eritema nodosum leprosum ()&7). 'edangkan untuk dosis pada
penderita kusta ini adalah 5 mg=hari atau 1 mg diminum tiga kali seminggu
sedangkan untuk dosis anak*anak 1 mg=kg berat badan=hari. 'elain itu juga untuk
dosis bulanan ! mg juga diberikan setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe 1
dan tipe 2. (ekurangan dari obat ini adalah adalah harganya yang mahal dan
disamping itu pula sering dapat menyebabkan pigmentasi pada kulit. )fek
samping terjadi pada dosis tinggi, berupa gangguan gastrointestinal (nyeri
abdomen, diare, anoreksia dan ;omitus). 6erikut ini adalah tabel obat dan regimen
5+1 pada penderita kusta tipe P6 dan 56.
1abel 2.2 .bat dan regimen 5+1 penderita kusta tipe P6 dan 56
0"at
De<asa Anak
BB = &+ k BB > &+ k 1? @ 1( ta*un
Kusta Tipe PB
3ifampicin $5 mg=bln
(di a/asi)
% mg=bln
(di a/asi)
$5 mg=bln
(12<15 mg=kg 66=bln)
(di a/asi)
+apson
s/akelola
5 mg=hr
(1<2 mg=kg 66=bln)
1 mg=hari 5 mg=bln
(1<2 mg=kg 66=bln)
"umlah .bat % 6lister
,aktu 6erobat % sampai dengan # bulan
Kusta Tipe #B
3ifampicin $5 mg=bln
(di a/asi)
% mg=bln
(di a/asi)
$5 mg=bln
(12<15 mg=kg 66=bln)
(di a/asi)
+apson 5 mg=hr 1 mg=hari 5 mg=bln
!%
s/akelola (1<2 mg=kg 66=bln) (1<2 mg=kg 66=bln)
(lofaEimin atau
7amprene
! mg=bln dia/asi dan diteruskan
5 mg=hari s/akelola
2 mg=bln dia/asi
diteruskan 5 mg selang
sahari
"umlah .bat 12 6lister
,aktu 6erobat 12 sampai dengan 12 bulan
'umber> +epkes 34, 2
:ntuk penderita kusta tipe P6 di/ajibkan meminum obat dalam jangka
/aktu yang telah ditentukan yakni jumlah obat yang diminum adalah sebanyak %
blister dalam jangka /aktu pengobatan adalah % hingga # bulan. .bat untuk
penderita 56 sebanyak 12 blister dalam jangka /aktu minum obat selama 12
hingga 12 bulan.
2.1? #onito!in Dan EAaluasi Peno"atan
Pada penderita yang telah menjalani pengobatan 5+1, sebaiknya dilakukan
monitoring dan e;aluasi pada pengobatan 5+1. Ada beberapa hal yang harus
dilakukan adalah setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat,
apabila pasien yang terlambat mengambil obat, paling lambat dalam sebulan harus
petugas melakukan pelacakan, pasien kusta dinyatakan 391 ((elease )rom
Treatment) bila dosis dipenuhi tanpa diperlukan lagi pemeriksaan laboratorium.
Pasien yang sudah dinyatakan 391 dikeluarkan dari buku register kohort.
Pada pasien P6 yang telah mendapatkan pengobatan % bliser (dosis) dalam
/aktu % hingga # bulan dinyatakan 391, sedangkan untuk pasien tipe 56 yang
telah mendapatkan pengobatan 5+1 12 bliser (dosis) dalam /aktu selam 12
hingga 12 bulan dinyatakan 391, sedangkan untuk de/ault dalam hal ini adalah
seorang pasien tipe P6 tidak mengambil=minum obatnya lebih dari ! bulan dan
pasien 56 lebih dari % bulan secara kumulatif (tidak mungkin baginya untuk
!0
menyelesaikan pengobatan sesuai dengan /aktu yang telah ditetapkan) maka yang
bersangkutan dinyatakan de/aulter.
Pasien yang telah dinyatakan relaps atau kambuh bila setelah 391 timbul
lesi baru pada kulit. Pasien yang dinyatakan relaps harus segera dikonfirmasikan
kepada /asor atau dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis dalam
mendiagnosis relaps. Pasien tersangka relaps sebaiknya dikonsultasikan atau
dirujuk untuk mendapatkan pengobatan diagnosis sebelum diobati (+epkes 34,
212).
2.11 'akto! yan mempena!u*i peno"atan #DT
2.11.1 )akupan Peno"atan
6eberapa faktor dari cakupan pengobatan pasien kusta tergantung pada
penemuan penyakit dan pengobatan secara dini, faktor karakteristik pribadi
penderita kusta (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan), faktor
pengetahuan pasien tentang penyakit kusta, kepatuhan pasien kusta minum obat
5+1, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar, dan akses tempat ke tempat
pelayanan (puskesmas) serta peranan petugas dalam upaya pencegahan kecacatan.
+engan adanya pengobatan segera dan pasien kusta menelan obat dengan patuh
sampai pada /aktu yang telah ditetapkan, maka dapat dinyatakan (elease )rom
Treatment (319). +engan upaya deteksi dini kecacatan dan upaya*upaya
pencegahan yang dilakukan oleh petugas yang mera/at dan pasien kusta, maka
diharapkan dapat mencegah dari kecacatan karena kusta ('etia/an I, 212)

2.11.2 Ka!akte!istik Pende!ita Kusta
!2
9aktor dari karakteristik dari pada penderita ini juga dapat mempengaruhi
suatu cakupan pengobatan 5+1 yang dimana karakteristik responden meliputi
adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan.
2.11.& Peneta*uan Pende!ita
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai aspek hal
tertentu dan merupakan suatu /ahana untuk mendasari seseorang berperilaku
secara ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan ini dapat melalui pendidikan
formal dan nonformal. 5elalui pengetahuanlah yang diperoleh dapat menjadi
dasar seseorang untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang rasional dan
efektif. 'ehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dapat
mengadaptasi dirinya dalam sebuah lingkungan yang baru (&otoatmodjo, 2!).
2.11.( Kepatu*an #inum 0"at
5enurut sacket et al (1#25) dalam Panigoro tingkat kepatuhan diartikan
sebagai tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk
pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat. (epatuhan
ini merupakan suatu perbuatan untuk bersedia melaksanakan aturan dalam
pengambilan obat sesuai dengan jad/al yang telah ditetapkan oleh petugas
kesehatan. (epatuhan dalam hal ini aritnya sadar tentang risiko kesehatan bagi
indi;idu dan berusaha mengikuti tentang kepatuhan dan mau serta mampu
melaksanakan kegiatan*kegiatan untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan oleh
penyakit (@ochman, 1#2#).
2.11.+ Dukunan Kelua!a
!#
+ukungan keluarga dalam hal ini merupakan sistem*sistem yang
memberikan dukungan pemeliharaan dan emosional bagi anggota keluarga
sehingga dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologi anggota keluarga.
'istem*sistem dukungan keluarga ini juga dapat berhubungan dengan moral dan
kesejahteraan anggota keluarga sebagai kelompok dalam sistem ini akan berkerja
memperbaiki moral kelompok dan moti;asi bagi anggota keluarga (9riedman,
1##2).
+ukungan (eluarga merupakan salah satu faktor yang penguat atau faktor
mendorong terjadinya suatu perubahan perilaku responden dalam hal ini adalah
dukungan keluarga dalam upaya dapat meningkatkan pengobatan kusta dimana
dari bagannya dapat di lihat adalah sebagai berikut>
@ambar 2.2 > @ambar (erangka 1eori 5odifikasi 9ishbein dan AjEen (1#05),teori
@reen 7., ? (reuter, 5., (1##1) dalam &ugraheni (25).
5enurut &otoatmodjo (1##!) mengatakan bah/a komponen yang
memungkinkan terjadinya perilaku yaitu adanya dukungan keluarga seperti
(arakteristik >
:mur
"enis (elamin
Pendapatan
Pendidikan
&iat untuk
melakukan sesuatu
Pengetahuan 'ikap
+ukungan
(eluarga
5elakukan
Pengobatan
$
sarana dalam keluarga yaitu sumber daya ekonomi (besarnya pendapatan
keluarga, tabungan, dll).
2.11., Akses Pelayanan Kese*atan
Akses pelayanan kesehatan dalam artian adalah jarak ke tempat pelayanan
kesehatan. "arak yang jauh dari tempat tinggal ke tempat pengambilan obat yaitu
puskesmas=3' dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan. 'emakin dekatnya
tempat pelayanan kesehatan akan semakin memudahkan akses pelayanan terhadap
penderita kusta dan begitu juga sebaliknya.
5enurut 5anik et al (1#2#) menyatakan bah/a pemberian pengobatan 5+1
pada penderita yang bertempat tinggal jauh dan diluar jangkauan petugas akan
menghasilkan kegagalan yang cukup tinggi.
2.11.1 Pe!an Petuas Kese*atan
'alah satu dari aspek pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi
berhasil tidaknya pengobatan 5+1 yakni adalah peran dari petugas kesehatan
yang ada di puskesmas=klinik. Peran petugas kesehatan ini adalah pemahaman
kognitif dan kerampilan dari petugas kesehatan dalam melakukan pemberian
informasi tentang penyakit kusta melalui penyuluhan kepada penderita dan
kunjungan rumah penderita kusta serta memonitoring pasien kusta yang datang
berobat. Pada pemberian informasi antara lain adalah penyakit kusta dapat
disembuhkan dengan berobat secara teratur, kusta di sebabkan oleh kuman kusta,
dan bukan karena kutukan tuhan atau bukan dari penyakit keturunan (+epkes
34,25).
2.11.7 Kete!sediaan 0"at
$1
(etersediaan obat merupakan bagian dari tujuan utama pada pengelolaan
5+1 dengan tujuan adalah memastikan ketesediaan obat bagi pasien kusta tepat
/aktu di :P( (:nit Pelayanan (esehatan). 5+1 yang diberikan secara gratis
oleh ,-. disediakan dalam kemasan blister. Perkiraan kebutuhan 5+1 suatu
negara dihitung berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan melalui standart
format tahunan.
Persediaan obat 5+1 yang cukup, tidak terputus dan tepat /aktu di fasilitas
kesehatan diperlukan untuk melayani pasien kusta agar tidak putus berobat. Pada
kondisi ini seluruhnya tergantung kepada efisiensi dalam pengelolaah 5+1.
'elain itu pengelolaan yang efisin juga dapat mencegah obat terbuang karena
rusak atau kadaluarsa. Adapun secara umum proses pengelolan obat untuk
program pengendalian kusta dapat digambarkan sebagai berikut>
'umber > +itjen PP ? P7, +epkes 34, 212.
@ambar 2.! Proses Pengelolan .bat
2.12 #odel
5odel adalah sesuatu realitas dalam skala kecil yang dikon;ersi kedalam
suatu bentuk yang dipahami secara konprehensif. 5odel ini merupakan sebuah
Penyimpanan dan
Pendistribusian
Penggunaan di
:P(
Perencanaan
(ebutuhan
(etersediaan .bat
5+1
5onitoring dan
);aluasi
$2
formulasi yang dapat memberikan sebuah gambaran mengenai keadaan yang
sebenarnya, dengan kata lain bah/a model ini disebut sebagai penyederhanaan
dari suatu sistem yang bersifat kompleks (5eyer, 1##).
5odel ini dapat diklasifikasikan ke dalam jenis model yakni model
kuantitatif dan model kualitatif. Pada model kuantitatif adalah serangkaian asumsi
yang dinyatakan melalui hasil dari matematis. 'edangkan untuk pada model
kualitatif adalah model yang didasarkan pada asumsi serta ciri*cirinya dapat
digambarkan melalui kombinasi deduksi dan induksi.
5embuat suatu model hal yang utama perlu dilakukan terlebih dahulu
adalah menetapkan sistem dari objek dan subsistem yang menyusunnya. 'istem
ini dapat diperspektifkan secara deskriptif yang berupa pernyatan yang dapat
dirumuskan dalam bentuk kata atau kalimat. Ada beberapa cara dalam
menyampaikan sebuah model yaitu dengan cara ;erbal atau menggunakan
kalimat, dengan cara grafis ini berupa melalui diagram atau grafik dan yang
terakhir dengan cara matematis yaitu dengan penggunaan sebuah persamaan dan
rumus matematis.

Anda mungkin juga menyukai