Oleh : Mutya Restu Ayu 0910311016 PRESEPTOR: Dr. Djunianto, S.PD !A"#A$ #%M& PE$'A(#T DA%AM RS&D %&!&( !AS&$" 2014 BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. DEFINISI Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, biasanya akan berujung ke gagal ginjal. Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) dan menimbulkan manifestasi klinis. Kriteria penyakit ginjal kronik antara lain : 1. Kerusakan ginjal ! bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan "#G, dengan manifestasi : Kelainan patologis $anda kelainan ginjal berupa : %bnormalitas komposisi urin, %bnormalitas pemeriksaan pen&itraan, %bnormalitas biopsi ginjal '. "#G ( )* ml+mnt+1,,! m' selama ! bulan, dengan atau tanpa gejala kerusakan ginjal 1.2 KLASIFIKASI Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan dua hal yaitu : dasar derajat (stage) dan atas dasar diagnosis etologi. Klasifikasi dasar derajat dibuat berdasarkan laju fitrasi glomerulus yang dihitung dengan menggunakan rumus Ko&k&roft-Gault sebagai berikut: "#G (ml+mnt+1,,! m') - ( 1.* / umur ) 0 11 2 ,' 0 kreatinin plasma (mg+dl) 2 3ada perempuan dikalikan *,45 Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan dasar diagnosis etiologi adalah sebagai berikut : 3enyakit $ipe 6ayor (&ontoh) 3enyakit ginjal diabetes 7iabetes tipe 1 dan tipe ' 3enyakit ginjal non diabetes 3enyakit Glomerular 3enyakit 8as&ular 3enyakit $ubulointestinal 3enyakit Kistik 3enyakit pada $ransplantasi 9ejeksi Kronik Kera&unan obat Transplant glomerulopathy $abel 1.1. Klasifikasi 3GK berdasarkan etiologi 1.3. PATOGENESIS 3atogenesis penyakit ginjal kronik pada a:alnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya., tetapi pada perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. 3engurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron sebagai kompensasi yang diperantarai sitokin dan gro:th fa&tor. ;al ini mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas renin-angiotensin-aldosteron <ntrarenal dan hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. 3roses adaptasi ini berlangsung singkat yang kemudian diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron dan terjadi penurunan fungsi nefron progresif. ;al lain yang berperan dalam progresifitas =K7 : albuminuria, hipertensi,hiperglikemia dan dislipidemia. 3ada stadium paling dini penyakit gagal hginjal kronik, terjadi kehilangan daya &adang ginjal ( "#G normal + meningkat ). Kemudian akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif ditandai dengan peningkatan urea dan kreatinin serum. 3ada "#G )*> belom terdapat gejala ang berarti (asimtomatik). 3ada "#G !*> mulai timbul keluhan seperti nokturia, lemah, mual, nafsu makan turun, dan penurunan berat badan. "#G ( !*> , gejala dan tanda uremia nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah , gangguan metabolisme #osfor?kalsium, pruritus, mual, muntah, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan air(hipo+hipervolemia), gangguan keseimbangan elektrolit(natrium?kalium). 3ada "#G ( 15> gejala komplikasi serius, perlu terapi pengganti ginjal ( dialisis atau transplantasi ginjal ). 3ada keadaan ini disebut stadium gagal ginjal. 1.4. MANIFESTASI KLINIS 3enderita =K7 stadium 1-! (G#9 !* m"+min) biasanya asimtomatik dan gejala klinis biasanya baru mun&ul pada =K7 stadium . dan 5. Kerusakan ginjal yang progresif dapat menyebabkan: 1. Kardiovaskuler : a. ;ipertensi, yang diakibatkan oleh retensi &airan dan natrium dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron. b. Gagal jantung kongestif. &. @dema pulmoner, akibat dari &airan yang berlebih. '. 7ermatologi seperti 3ruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit. !. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual sampai dengan terjadinya muntah. .. Aeuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang. 5. 3ulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan dangkal, kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal. ). 6uskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan kalsium dan pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi kolekalsi feron. ,. 3siko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat keper&ayaan diri sampai pada harga diri rendah (;79), ansietas pada penyakit dan kematian. 3emeriksaan "aboratorium : 1. Brin a) 8olume : 1iasanya kurang dari .** ml+jam (oliguria), atau urine tidak ada (anuria). b) Carna : De&ara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus + nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, :arna ke&oklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin. &) 1erat Eenis : Kurang dari 1,*15 (menetap pada 1,*1* menunjukkan kerusakan ginjal berat). d) Fsmolalitas : Kurang dari !5* mFsm+kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio urine + ureum sering 1:1. '. Kliren kreatinin mungkin agak menurun. !. Aatrium : "ebih besar dari .* @mG+" karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium. .. 3rotein : 7erajat tinggi proteinuria ( !-.H ), se&ara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus bila sel darah merah (D76) dan fregmen juga ada. 5. 7arah a) Kreatinin : 1iasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 1* mg+d" diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5). b) ;itung darah lengkap : ;ematokrit menurun pada adanya anemia. ;b biasanya kurang dari ,-4 g+d". &) D76 (Del 7arah 6erah) : Caktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti pada aIotemia. d) G7% (Gas 7arah %nalisa) : p;, penurunan asidosis metabolik (kurang dari ,,') terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksekresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. 1ikarbonat menurun 3=F' menurun. e) Aatrium serum : 6ungkin rendah, bila ginjal kehabisan natrium atau normal (menunjukkan status dilusi hipernatremia). f) Kalium : 3eningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan selular (asidosis), atau pengeluaran jaringan (hemolisis D76). 3ada tahap akhir , perubahan @KG mungkin tidak terjadi sampai kalium ),5 m@G atau lebih besar. 6agnesium terjadi peningkatan fosfat, kalsium menurun. 3rotein (khuusnya albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan &airan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial. Fsmolalitas serum lebih besar dari '45 mosm+kg, sering sama dengan urine. 3emeriksaan 9adiologi 1. Bltrasono grafi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas. '. 1iopsi Ginjal dilakukan se&ara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis. !. @ndoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal. .. @KG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. 'J 5. KB1 foto digunakan untuk menunjukkan ukuran ginjal + ureter + kandung kemih dan adanya obtruksi (batu). ). %rteriogram ginjal adalah mengkaji sirkulasi ginjal dan megidentifikasi ekstravaskuler, massa. ,. 3ielogram retrograd untuk menunjukkan abormalitas pelvis ginjal. 4. Distouretrogram adalah berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam ureter, dan retensi Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom aIotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran &erna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular. a. Kelainan hemopoeisis %nemia normokrom normositer dan normositer (6=8 ,4-J. =B), sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. %nemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 1** mg> atau bersihan kreatinin kurang dari '5 ml per menit. b. Kelainan saluran &erna 6ual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. 3atogenesis mual dan muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. %monia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran &erna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika. &. Kelainan mata 8isus hilang (aIotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian ke&il pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus &epat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. 3enimbunan atau deposit garam kalsium pada &onjun&tiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier. d. Kelainan selaput serosa Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis. e. Kelainan neuropsikiatri 1eberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental beratseperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas). f. Kelainan kardiovaskular 3atogenesis gagal jantung kongestif (GEK) pada gagal ginjal kronik sangat kompleks. 1eberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung 1.5. DIAGNOSIS 3endekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran berikut: a. 6emastikan adanya penurunan faal ginjal ("#G) b. 6engejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi &. 6engidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible fa&tors) d. 6enentukan strategi terapi rasional e. 6eramalkan prognosis 3endekatan diagnosis men&apai sasaran yang diharapkan bila dilakukan pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus 1.6. PENATALAKSANAAN a. $erapi konservatif $ujuan dari terapi konservatif adalah men&egah memburuknya faal ginjal se&ara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin aIotemia, memperbaiki metabolisme se&ara optimal dan memelihara keseimbangan &airan dan elektrolit 1) 3eranan diet $erapi diet rendah protein (793) menguntungkan untuk men&egah atau mengurangi toksin aIotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen. ') Kebutuhan jumlah kalori Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status giIi. !) Kebutuhan &airan 1ila ureum serum 15* mg> kebutuhan &airan harus adekuat supaya jumlah diuresis men&apai ' " per hari. .) Kebutuhan elektrolit dan mineral Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari "#G dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease). b. $erapi simtomatik 1) %sidosis metabolik %sidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Bntuk men&egah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali. $erapi alkali (sodium bi&arbonat) harus segera diberikan intravena bila p; . ,,!5 atau serum bikarbonat . '* m@G+". ') %nemia $ransfusi darah misalnya 3aked 9ed =ell (39=) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. $erapi pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak. !) Keluhan gastrointestinal %noreksi, &egukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (&hief &omplaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. $indakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik. .) Kelainan kulit $indakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit. 5) Kelainan neuromuskular 1eberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi. )) ;ipertensi 3emberian obat-obatan anti hipertensi. ,) Kelainan sistem kardiovaskular $indakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita. &. $erapi pengganti ginjal $erapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada "#G kurang dari 15 ml+menit. $erapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal 1) ;emodialisis $indakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk men&egah gejala toksik aIotemia, dan malnutrisi. $etapi terapi dialisis tidak boleh terlalu &epat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal ("#G). <ndikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. 1eberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati+neuropati aIotemik, bendungan paru dan kelebihan &airan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan 1lood Bremi& Aitrogen (1BA) 1'* mg> dan kreatinin 1* mg>. <ndikasi elektif, yaitu "#G antara 5 dan 4 m"+menit+1,,!mK, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat ;emodialisis di <ndonesia dimulai pada tahun 1J,* dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Bmumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollo: fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh &ukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 1. tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal ') 7ialisis peritoneal (73) %khir-akhir ini sudah populer =ontinuous %mbulatory 3eritoneal 7ialysis (=%37) di pusat ginjal di luar negeri dan di <ndonesia. <ndikasi medik =%37, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari )5 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang &enderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan %8 shunting, pasien dengan stroke, pasien GG$ (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih &ukup, dan pasien nefropati diabetik disertai &o- morbidity dan &o-mortality. <ndikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal !) $ransplantasi ginjal $ransplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). 3ertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu: a) =angkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (1**>) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih ,*-4*> faal ginjal alamiah b) Kualitas hidup normal kembali &) 6asa hidup (survival rate) lebih lama d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif untuk men&egah reaksi penolakan e) 1iaya lebih murah dan dapat dibatasi BAB II La!"a# Ka$%$ I&'#()(a$ Pa$)'# Aama : Ay. 9 Bmur : 51 tahun Eenis Kelamin : 3erempuan $anggal masuk: 1! Euni '*1. K'*%+a# U(a,a- Ayeri di seluruh lapangan perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (D69D) R).a/a( P'#/a0)( S'0a"a#1- - Ayeri di seluruh lapangan perut hingga menjalar ke punggung sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (D69D) - 6ual ada, muntah ada, sejak L 1 hari D69D. #rekuensi 1* kali, yang keluar air :arna kekuningan - 6en&ret sejak L ' hari D69D, frekuensi . kali + hari, lebih banyak air dibandingkan ampas. FD diba:a berobat ke puskesmas dan mendapat kotrimoksaIol ' 0 J)* mg, 3ara&etamol, spasminal dan oralit - 3enurunan nafsu makan sejak ' hari D69D, minum tidak ada sejak 1 hari D69D - #latus tidak ada sejak 1 hari D69D - 1%K tidak ada sejak 1 hari D69D - Ayeri ulu hati ada - Dakit kepala ada, tidak berputar dan tidak terus menerus - FD dikenal menderita sakit maag sejak L ' $ahun yang lalu - 7emam tidak ada - 1atuk $idak %da R).a/a( P'#/a0)( Da+%*%- - 9i:ayat hipertensi , 76, sakit paru, Eantung, Ginjal di sangkal R).a/a( P'#/a0)( K'*%a"1a- - $idak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini R).a/a( '0'"2aa# $!$)a*3 K'4)a$aa#3 &a# E0!#!,) - 3asien bekerja sebagai petani sa:it P','")0$aa# F)$)0 - Kesadaran : =omposmentis &ooperative Kesan sakit : Dakit sedang $ekanan darah : 11*+,* mm;g Aadi : ,* 0+menit 9espirasi : '' 0+menit Duhu : !),5 * 1erat 1adan : )* kg $inggi 1adan : 154 &m K'a*a Aormo&ephal Ra,4%( ;itam beruban, tidak mudah di&abut Ma(a Konjungtiva : tidak anemis Dklera : tidak ikterik T'*)#1a $idak ada kelainan H)&%#1 $idak ada kelainan M%*%( =aries dentis (H) K'*'#2a" 1'(a+ 4'#)#1 $idak ada pembesaran KG1 L'+'" - E83 : 5 - ' &m; ' F - 3embesaran tiroid tidak ada - 7eviasi trakea tidak ada K%*)( $urgor kulit baik Da&a Pa"%5a"% <nspeksi : 1entuk dada simetris 3alpasi : $aktil fremitus kanan sama dengan kiri 3erkusi : sonor di seluruh lapangan paru %uskultasi: vesikuler, 9h -+- , Ch -+- Ja#(%#1 <nspeksi : iktus kordis tidak terlihat 3alpasi : iktus kordis teraba 1 jari lateral "6=D 9<= 8, tidak kuat angkat 3erkusi : batas kiri jantung 1 jari lateral "6=D 9<= 8 batas kanan jantung "D7 batas atas jantung 9<= << %uskultasi: irama jantung teratur, bising (-) A4&!,'# <nspeksi : perut tidak tampak membun&it 3alpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba Ayeri tekan di seluruh lapangan abdomen , nyeri lepas (-) 3erkusi : timpani %uskultasi: 1ising usus (H) P%#11%#1 Ayeri ketok dan tekan =8% (H) A*a( K'*a,)# $idak diperiksa A#%$ $idak diperiksa E0$("',)(a$ %kral hangat, perfusi baik Bdem (-) 9efleks fisiologis (H), refleks patologis (-) Ha$)* P','")0$aa# Da"a+ ;b : 1',! gr+d" "eukosit : 1..!**+M" ;t : !J> $rombosit: '45.*** G7D : J) mg+dl Breum + kreatinin : 1!) mg+dl! + .,* mg+dl "#G : 15,, m"+menit DGF$ + DG3$ : 1* mg+dl + 15mg+dl U")#a*)$a 3rotein HH R!#(1'# T+!"a6 Kesan &or dan pulmo dalam batas normal BNO Kesan nefrolithiasis de0tra 7!"0)#1 D)a1#!$)$ =oli& renal e& nefrolithiasis de0tra %&ute on =K7 stage <8 e& Aefrolithiasis de0tra P'#1!4a(a# F' '"+i <8#7 9" 1' jam+kolf 3asang kateter =eftria0on 10' gr (iv) ketorola& 1 amp lansopraIol 1 0 !* mg p.o A#2%"a# 3emeriksaan <83 BDG ginjal