Author: DG Jain, SN Gosavi, Dhruv D. Jain JIACM 2008; 9(1) : 42-50 Definisi Istilah pneumothorax berarti adanya udara dalam ruang antar pleura, ruang antara dinding dada dan paru. Ruang ini merupakan ruang yang potensial dan sebenarnya bukan merupakan ruang yang sebenarnya hal ini karena antara pleura visceral dan pleura parietal ditahan oleh suatu tekanan permukaan masing-masing pleura. Pada tension pneumothorax, tekanan udara intrapleural melebihi tekanan atmosfer pada saat fase ekspirasi dan seringkali selama fase inspirasi. Mekanisme terjadinya tension pneumothorax dapat diumpakan seperti mekanisme sebuah katup satu arah dimana katup tersebut dapat terbuka lalu menutup. Sama halnya dengan tension pneumothorax dimana udara dapat masuk namun tidak dapat keluar karena katup tertutup. Selama inspirasi, otot-otot pernapasan berkontraksi, tekanan pleura menjadi negatif dan udara berpindah dari alveoli menuju ke ruang pleura. Kemudian selama ekspirasi terjadi relaksasi otot-otot pernapasan, sehingga tekanan dalam pleura menjadi positif. Faktor predisposisi Berbagai penyakit paru obstruksi maupun interstitial. Klasifikasi pneumothorax Pneumothorax diklasifikasikan menurut A. Etiologinya B. Luasnya C. Mekanisme terjadinya D. Lamanya
2
A. Klasifikasi berdasarkan etiologinya i. Pneumothorax spontan Merupakan bentuk klinis pneumothorax yang umum ditemukan di masyarakat dan selalu merupakan sekunder dari penyakit paru atau pleura. Tidak ada penyebab yang jelas atau trauma yang mendahului. Seringkali terjadi pada pasien kelompok usia 20-40 tahun dan terjadi secara akut, nyeri dada bersifat tajam serta sesak napas. Pada pasien bronkitis kronis dan emfisema diatas usia 40 tahun, terjadi destruksi yang progresif dari dinding alveoli dan peningkatan tekanan intrapulmonal sebagai akibat dari proses batuk pada pneumothorax spontan. a. Pneumothorax spontan primer Terjadi pada individu yang sehat akibat adanya kebocoran udara melalui defek pada pleura. Hal ini di dahului oleh perubahan pada tekanan intra thoracic, seperti pada : - Pesawat yang naik hingga mencapai tekanan sub atmosfer - Dekompresi yang terlalu cepat dari tekanan atmosfer, misalnya pada para penyelam dan pekerja tambang bawah tanah - Pilot pesawat tempur yang secara tiba-tiba dilontarkan ke ketinggian Sering terdapat pada para perokok b. Pneumothorax spontan sekunder Terdapat pada kasus-kasus dimana penyakit paru merupakan underlying disease nya, seperti pada COPD Keadaan pasien akan semakin lama semakin parah karena penyakit paru ini akan semakin mengurangi fungsi optimal paru. ii. Traumatic pneumothorax Penyebabnya adalah trauma dinding thorax baik yang langsung atau tidak langsung, seperti kecelakaan lalu lintas, luka tusuk, cedera perang. iii. Pneumothorax iatrogenik Merupakan pneumothorax yang terjadi akibat komplikasi dari prosedur diagnostik maupun terapetik.
3
B. Klasifikasi berdasarkan luasnya i. Pneumothorax lokal Jika pleura parietalis dan viseralis melekat sehingga melokalisir pneumothorax yang terjadi. ii. Pneumothorax generalisata Jika udara memenuhi seluruh cavum pleura.
C. Klasifikasi berdasarkan mekanismenya i. Open pneumothorax Kondisi ini terjadi jika udara dapat keluar masuk rongga pleura tanpa hambatan. Karena adanya hubungan antara rongga pleura dengan saluran napas, mungkin menyebabkan terjadinya fistula bronko-pleural. Tetapi jika aliran udara yang kecil melewati lubang tersebut, tekanan intrapleura selama respirasi dapat berubah-ubah. ii. Closed pneumothorax Pneumothorax ini terjadi ketika tidak ada jalan keluar dari udara, udara akan terperangkap dalam rongga pleura karena lubang tempat udara masuk hilang/ tertutup. iii. Valvular pneumothorax Pneumothorax ini terjadi ketika udara dapat masuk selama inspirasi, tetapi tidak dapat keluar selama ekspirasi. Pneumothorax tipe ini merupakan bentuk kegawatdaruratan medis karena tekanan udara dalam rongga pleura akan meningkat bertahap, dan paru akan makin mengempis, menyebabkan tekanan pada mediastinum dan vena cava. Sebagai akibatnya, mediastinum akan terdorong dan vena cava menjadi tertekuk, yang menyebabkan venous return ke jantung menurun. Hal ini menyebabkan meningkatnya beban jantung dan respiratory. Pada tahap ini biasanya disebut sebagai 'tension pneumothorax' karena peningkatan tekanan yang semakin menumpuk di rongga pleura. D. Klasifikasi berdasarkan lamanya i. Akut ii. Kronis
4
Faktor etiologi 1. Sering Iatrogenik, misalnya pada pemasangan kateter vena sentral selama penanganan pasien shock Emfisema mediastinum Spontan (ruptur bulla) Trauma 2. Jarang Fistula bronko-pleural akibat abses paru atau granuloma Penyakit fibrokistik pankreas Bronkiektasis Penyakit membran hyalin Keracunan oksigen, Wilson-Mikity syndrome Perforasi esofagus Pneumonia Pneumoperitonium yang menembus diafragma Neoplasma primer maupun metastase Infark pulmonal Pathofisiologi Mengacu pada tekanan atmosfer, rongga pleura normalnya memiliki tekanan negatif selama siklus respirasi. Tekanan negatif ini dihasilkan dari dinding dada yang cenderung mengembang, dan paru yang cenderung mengempis. Dengan demikian tekanan alveolar akan lebih tinggi dari tekanan pleura. Akibatnya, jika terjadi kebocoran antara alveolus dan rongga pleura, udara akan bergerak dari alveolus ke ruang pleura sampai tekanan seimbang di kedua sisi. Akibatnya, volume paru-paru menurun, dan volume rongga thorax meningkat. Pneumothorax akan mengakibatkan penurunan kapasitas vital paru dan juga penurunan PaO 2 . Pada individu yang sehat mungkin mudah mengatasi penurunan fungsi paru-paru ini. Tetapi pada pasien yang sebelumnya sudah memiliki penyakit paru, penurunan kapasitas fungsi paru akan berkembang menjadi isufisiensi pernapasan dengan hipoventilation dan asidosis respiratorik sebagai akibat penurunan PaO 2 dan peningkatan perbedaan alveolar-arterial oksigen.
5
Manifestasi klinis tension pneumothorax Gejala pneumothorax tergantung pada jenis dan lamanya proses berlangsung. Biasanya, pasien tampak sakit parah. Seringkali, pneumotoraks yang tidak luas asimtomatik. Tetapi ketika ada sesak progresif dengan rasa sakit dan sesak pada sisi dada yang terkena, kemungkinan pneumothorax harus dipikirkan. Pada pemeriksaan akan tampak: 1. Deviasi dari trakea dan denyut apex berpindah pada sisi sebaliknya 2. Hipersonor pada perkusi dinding dada 3. Udara yang masuk paru sedikit 4. anvil-clink terdengar dengan mengetukkan dua koin pada dinding dada 5. Krepitasi Semua temuan klinis ini dapat mengarahkan kita pada adanya tekanan positif intrapleural. Seringkali pneumothorax spontan berkembang menjadi tension pneumothorax. Di rumah sakit, kondisi ini seringkali terjadi pada : 1. Pemakain ventilator 2. Resusitasi cardio-pulmo 3. Pneumothorax sekunder karena trauma atau infeksi Tanda-tanda klinis yang berbahaya : 1. Pasien tampak cemas dan gelisah, kelelahan dengan napas cepat (distress napas) 2. Nadi lemah cepat, akral dingin, kulit tampak pucat dan tanda-tanda shock sebagai akibat penigkatan tekanan intrapleura yang selanjutnya akan menyebabkan penurunan venous return ke jantung. 3. Sianosis- hal ini tidak biasa ditemukan pada pasien muda, kecuali jika tension pneumothorax parah. Tetapi pada pasien yang lebih tua dengan bronkitis kronis dan emfisema, mungkin terjadi sianosis meskipun pada pneumothorax yang kecil. 4. Diaphoresis profus. 5. Takikardia Tanda-tanda fisik pada thorax tergantung pada derajat kolapsnya paru, dan disertai efusi pleura atau tidak. Nyeri dada dan sesak, keduanya didapatkan pada sekitar 64% pasien
6
dengan pneumothorax spontan primer. Nyeri dada didapatkan pada sekitar 90% pasien. Onsetnya akut dan terbatas pada sisi paru yang terkena. Operasi emfisema diatas leher dan dinding dada seringkali menyebabkan pneumothorax akibat trauma atau ruptur dari esofagus. Pemeriksaan fisik Sering didapatkan pada pneumothorax yang besar 1. Pada pneumothorak spotan primer, didapatkan moderat takikardia dan tanda-tanda vital biasanya normal 2. Pada tension pneumothorax : Denyut nadi 140 Hipotensi Sianosis Sisi dada yang sakit tampak lebih mengembang dibanding sisi kontralateral Deviasi trakea ke arah kontralateral sisi sakit Intercostal space tampak melebar dan tampak menonjol pada sisi sakit Pergerakan dinding dada sisi sakit tampak menurun Fremitus raba tidak ada Suara napas menurun atau tidak ada akibat berkurangnya udara yang masuk Hipersonor pada perkusi Anvil-clink (terdengar ketika kita mengetukkan dua koin pada dinding dada) Jika pneumothorax sisi kiri, suara denting logam mungkin seirama dengan kontraksi jantung (clicking pneumothorax) Pada pneumothorax kanan, batas bawah hepar akan bergeser lebih inferior. Semua tanda-tanda diatas menunjukkan adanya tekanan positif intrapleural. 3. Emfisema kutis, sejumlah udara masuk dalam jaringan lunak dinding dada setelah terjadinya cedera pada dada akibat trauma atau operasi, tetapi biasanya tidak luas dan
7
cepat diserap. Kondisi ini berbeda dengan emfisema mediastinum yang cepat meningkat, dan memerlukan eksplorasi intra thoracal segera, proses ini merupakan akibat dari penetrasi luka pada bronkus atau trakea. Gambaran EKG Pada pneumothorax spontan sisi kiri: Pergesaran sumbu QRS komplek Penurunan amplitudo QRS Pada sandapan prekordial tampak gelombang T inversi Gambaran Radiologi Pada foto thorax standar, secara klasik pneumothorax ditandai dengan tidak adanya gambaran paru antara cavum thorax dan tepi paru. 1. Dengan foto thorax standar, secara sepintas pneumoothorax sudah dapat diketahui, bisa juga di konfirmasi dengan foto thorax dengan ekspirasi penuh serta lateral dekubitus dengan sisi paru yang sakit di atas. 2. Pada kolaps yang besar, paru tampak sebagai gambaran massa globular pada hilus, densitas sebanding dengan derajat kolaps, dan mungkin terdapat adanya pergeseran mediastinum ke sisi yang berlawanan. Tension pneumothorax seringkali menyebabkan mediastinum bergeser ke sisi berlawanan. Kolaps derajat berat pada satu paru seringkali merupakan hasil dari peningkatan aliran darah dan kongesti yang dapat terlihat menyerupai pneumonia lobular. 3. Mengenali tension pneumothorax seringkali mudah karena adanya tanda-tanda kompresi pada paru. Paru cenderung mempertahankan bentuknya pada pneumothorax karena adanya sifat elastis dan tarikan oleh ligament pulmonal. Pneumothorax tekanan tinggi karena sekunder akibat adanya katup yang menghubungkan pleura dengan paru atau sampai dinding dada, menyebabkan paru terjepit dan pada gambaran radiologis akan tampak sebagai bayangan tak berbentuk sepanjang spina dan seringkali menyebabkan garis tengah tergeser. 4. Efusi pleura yang terjadi bersama pneumothorax pada sisi yang sama tampak sebagai gambaran opaque dengan air fluid level dan kadang tampak sinus costophrenicus yang tumpul.
8
5. Seringkali, gambaran udara pada foto thorax terlihat jelas pada film, tetapi hal ini perlu di bedakan dari kista paru besar, dimana akan tampak bayangan opaque disekeliling bayangan udara.
Diagnosis Penegakan diagnosa dini dari tension pneumothorax sangatlah penting karena thoracosintesis segera merupakan satu-satunya terapi untuk menyelamatkan jiwa pasien. Dalam penatalaksanaan tension pneumothorax tidaklah bijak jika kita membuang-buang waktu untuk menunggu diagnosa secara radiologis, karena klinis dan tanda-tanda fisik saja sudah cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Jika pasien dalam keadaan hipoxia, segera berikan terapi oksigen. Pikirkan selalu kemungkinan tension pneumothorax pada : 1. Pasien yang menggunakan ventilator 2. Pasien yang diketahui menderita pneumothorax 3. Pasien yang tiba-tiba kondisinya memburuk setelah dilakukan tindakan yang dapat menyebabkan pneumothorax 4. Pasien yang mengalami penyulit selama resusitasi jantung paru.
9
Konfirmasi Diagnosis Klinis Ambil jarum besar. Pasangkan ke three-way kemudian hubungkan dengan spuit 50 cc, yang sebagian diisi dengan larutan fisiologis steril. Lalu masukkan jarum ke cavum pleura melalui celah intercostal anterior kedua dan sedot menggunakan spuit. Pada kasus tension pneumothorax, udara akan segera keluar melalui cairan dalam spuit. Jika positif tension pneumothorax, jarum harus tetap dibiarkan sampai udara berhenti keluar. Penambahan udara ke dalam cavum pleura menggunakan spuit dan kran three way dapat dilakukan. Namun, insersi menggunakan tabung dada harus segera disiapkan. Jika tidak ada gelembung pada spuit, dan pasien tidak ada tension pneumothorax, jarum harus ditarik dari cavum pleura. Diagnosis Banding 1. Nyeri dada dan sesak yang akut dapat menyerupai : Infark myokard Emboli paru Infark pulmonal Perforasi peptic ulcer 2. Emfisema bulosa yang luas 3. Pneumomediastinum 4. Pneumopericardium Untuk diagnosis definitif pneumothorax, wajib melakukan foto lateral dekubitus dengan sisi paru yang terkena diatas, maka secara praktis udara akan terlihat dalam film. Penatalaksanaan Penatalaksanaan tergantug dari besar/kecilnya pneumothorax. Jika kecil, cukup dilakukan observasi , jika besar, drainase tertutup dengan tabung dada harus dilakukan. Prinsip Penanganan Tension Pneumothorax 1. Pastikan jalan napas bebas 2. Maintenance ventilasi yang adekuat 3. Terapi oksigen
10
4. Terapi kausatif, mengevakuasi udara dari pneumothorax 5. Gunakan ventilasi terkontrol, jika, selama terapi berjalan, ventilasi tetap tidak adekuat, pemakain alat ventilasi buatan diperlukan, baik melalui endotrakeal tube atau trakeostomi. Tujuan pengobatan 1. Untuk mengevakuasi udara dari cavum pleura 2. Untuk mencegah kekambuhan Jika tidak ada hubungan antara cavum pleura dan paru/ jalan napas, udara akan diserap sekitar 1.25% dari total volume yang terlihat dalam gambaran radiografi per hari. Dengan demikian kolapsnya 50% paru membutuhkan waktu 40 hari untuk diresorbsi sepenuhnya sampai pneumothorax tertutup, dan tidak ada kebocoran udara. Pilihan Terapi 1. Pneumothorax yang kecil (kurang dari 20% kolaps) biasanya dapat diresorbsi secara spontan dan membutuhkan waktu sekitar sebulan. Istirahat beberapa hari atau pembatasan aktivitas diperlukan, dan udara akan diserap lebih cepat. 2. Beberapa tipe pneumothorax besar (lebih dari 20% kolaps disertai dyspneu) memerlukan aspirasi menggunakan jarum ukur yang cocok, spuit besar, dan penekan 2 arah. Kadang peralatan pneumothorax buatan juga digunakan untuk membuat tekanan intra torakal dari minus 5 ke minus 15. Tipe aspirasi ini dapat diulang sesuai kebutuhan. 3. Pada kasus dengan kebocoran terus menerus Plastik atau kateter karet dimasukkan pada bagian anterior sela iga kedua kira-kira 5 cm dari perbatasan sternum. Kateter harus terhubung ke botol tersegel, ini membantu mengevakuasi udara. Dengan anestesi lokal, kateter jenis Malecot (ukuran 22 - 28) dimasukkan melalui cannula dalam ruang interkostal ke-4 dan ke-5 tepat di belakang garis aksilaris anterior, karena tidak ada perlekatan dengan dinding dada pada area ini. Tabung interkostal biasanya dibiarkan in situ selama 24 jam setelah pengembangan paru maksimal telah dicapai, yaitu, sekitar total 3 - 4 hari pada sebagian besar kasus. Tabung dalam dada biasanya menimbulkan nyeri, untuk itu diperlukan pemberian antibiotika dan analgesik jika tidak ada kontraindikasi seperti asma, bronkitis yang parah, emfisema yang bertujuan membuat pasien nyaman.
11
4. Pada kasus tension pneumothorax,disini, kelemahan paru adalah adanya katup. Tekanan udara positif terjadi pada pneumothorax sehingga jantung dan mediastinum perlahan-lahan akan tergeser ke sisi yang berlawanan dan pasien semakin sulit bernapas dan sianosis. Kondisi ini akan segera teratasi dengan insersi jarum besar, jarum tumpul atau jarum apapun yang tersedia yang dihubungkan dengan drainase bawah air atau toa finger cot slip yang akan berfungsi sebagai katup satu arah atau katup pengaman dan sesegera mungkin mengeluarkan udara yang tersisa. Selanjutnya jarum harus diganti dengan jarum tipe Foster-Carter atau kateter intercostal (Malecoat type) yang dihubungkan dengan water sealed suction (WSD) sampai paru mengembang kembali dan defek tertutup. 5. Bila kebocoran udara besar dan aspirasi tidak memberikan hasil, disini tindakan thoracotomy dengan penjahitan paru atau bronkus yang rusak diperlukan.
NB : Dalam semua kasus di mana tabung dada telah dipasang, tabung tidak boleh dilepas sampai gelembung pada tabung tidak ada lagi, dan paru-paru telah mengembang kembali. Selain itu, tabung tidak boleh dibiarkan dalam satu posisi selama lebih dari tujuh hari, namun jika tabung masih diperlukan, tabung harus diganti dengan yang baru, dan tusukan yang baru pula.
Tabung thoracostomi Hampir setiap pasien dengan sekunder pneumothorax spontan memerlukan pemasangan tabung thoracostomi sebagai terapi awal. Bahkan pada pneumothorax minimal, pemasangan tabung thoracostomi memberikan hasil yang baik. Arterial blood gases biasanya membaik dalam 24 jam setelah pemasangan tabung thoracostomi. Jika pasien mengalami gagal napas yang mengharuskan pasien menggunakan ventilator mekanis, tabung thoracostomi mutlak harus dipasang, karena pneumothorax dapat semakin membesar dengan pemakaian ventilator mekanik. Tabung thoracostomi kurang bermanfaat pada pneumothorax sekunder dibandingkan pada pneumothorax primer. Pada primer pneumothorax spontan paru biasanya mengembang dan kebocoran udara berhenti dalam waktu 3 hari. Pada sekunder pneumothorax spontan yang disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik rata-rata paru dapat mengembang kembali dalam waktu 5 hari.
12
Thoracotomy Terbuka Bila spontan pneumothorax disebabkan karena pecahnya bulla emfisematous, open thoracotomy terpaksa dilakukan, dan bula di angkat dengan pembedahan.
Pneumothorax pada pasien dengan ventilator mekanik Terjadinya tension pneumothorax selama pemakaian ventilator mekanik dapat membahayakan jiwa pasien. Hal ini disebabkan karena setiap kali bernapas, tekanan dalam paru semakin besar, menyebabkan gangguan pada fungsi ventilasi dan kardiovaskular. Kebanyakan dokter dapat dengan mudah mengenali tanda-tanda tension pneumothorax selama pemakaian ventilator volume, karena terjadi peningkatan dari PIP (peak inspiratory pressure). Dengan volume ventilasi, perubahan bisa tak terlihat. Karena PIP selalu spontan, volume tidal terus menurun seiring dengan pneumothorax yang semakin meluas, namun penurunan ini terbatas pada tekanan thorax dan saluran napas. Artinya, pneumothorax tidak akan meluas sampai derajat dimana ventilator volume dapat terlihat. Dengan ventilator volume, indikasi awal bahwa telah terjadi masalah adalah perubahan pada gas darah. Dengan ventilator volume, efek dari tension pneumothorax langsung, cepat dan parah. Namun dengan ventilator tekanan respon kurang cepat dan biasanya kurang dramatis. Pengamatan yang cermat terhadap tanda- tanda fisik, data gas darah dan foto thorax dada diperlukan untuk mengidentifikasi pneumothorax.
13
Kekambuhan Sering terjadi kekambuhan dari pneumothorax dan onset pneumothorax tidak dapat diperkirakan. Sekitar 20 persen dari kasus spontan Pneumothorax dapat kambuh, sebagian besar dari mereka kambuh dalam satu tahun pertama. Beberapa kasus To atmosphere atau suction pump To patient
14
menjadi kronis dan dapat bertahan selama 3 bulan atau lebih, karena komplikasi fistula broncho-pleural.
Pencegahan Kekambuhan Mencegah kekambuhan sangatlah penting, karena kekambuhan dapat menyebabkan efek yang serius terhadap kualitas hidup pasien dan dapat membahayakan jiwa. Pada kasus dimana kekambuhan telah terjadi sampai tiga kali, pasien disarankan untuk melakukan pleurodesis, sebagai contoh dengan menempelkan paru ke dinding dada dengan cara buatan. Untuk itu terdapat dua cara: 1. Pembedahan : a. Metode pembedahan adalah dengan melakukan pleurectomy , dimana pleura parietalis dikelupas. Setelah itu kista pleura yang lebih besar dari kelerang di potong dan di jahit. b. Jika kebocoran dari paru-paru besar dan pengobatan dengan intercostal tube tidak efektif, maka torakotomi dilakukan dengan tujuan penjahitan atau eksisi kista yang pecah. Dalam beberapa kasus tindakan lobektomi diperlukan. 2. Medikamentosa : Metode ini terpaksa dilakukan pada kasus pneumothorax yang berulang-ulang. Hal ini disebabkan paparan yang berulang-ulang dari zat iritan kedalam rongga paru yang menyebabkan pleuritis dan perlengketan pleura. Silver nitrat, talk teriodinasi dan kaolin digunakan sebagai bahan pleurodesis. Pemakaian silver nitrate diketahui sangat menyakitkan, oleh sebab itu talk dan kaolin lebih dipilih oleh sebagian orang untuk pengobatan pneumothorax. Pemberian talk atau kaolin diatas permukaan pleura dilakukan dengan bantuan thoracoscopy dengan general anastesi. Pada banyak kasus, kekambuhan pertama dan kedua selanjutnya diterapi dengan intercostal tube.
Penatalaksanaan komplikasi lain 1. Perdarahan hebat, perdarahan dalam cavum pleura terjadi karena a. Traumatik pneumothorax b. Pneumothorax spontan karena ruptur dari perlengketan pleura (haemopneumo- thorax) Hal ini merupakan keadaan yang emergency dan harus segera ditangani dengan thoracotomy untuk mengevakuasi gumpalan darah dan mencari sumber perdarahan. Transfusi darah harus dilakukan. 2. Infeksi cavum pleura Biasa disebabkan oleh karena traumatic pneumothorax atau pneumothorax spontan yang akan menyebabkan terjadinya empyema (pyopneumothorax). Bisa terjadi infeksi tuberkulous maupun non tuberkulous, dimana bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi non tuberkulous adalah Staphylococcus. Hal ini diterapi dengan aspirasi pus dan pemberian antibiotik yang sesuai. 3. Atelektasis Mungkin merupakan komplikasi dari beberapa tipe pneumothorax dan juga pengembangan paru yang terlambat, hal ini diterapi dengan : a. Fisioterapi, tindakan ini akan membantu membuang sekret. b. Bronkoskopi dan pengembangan kembali lobus yang kolaps dengan tekanan positif menggunakan endotrakeal tubedengan cuffed. c. Pemberian antibiotika diperlukan karena lobus yang kolaps akan menyebabkan terjadinya bronkiektasis jika tidak segera dikembangkan, dan selama paru yang kolaps tetap bertahan, pemberian antibiotika harus dilanjutkan. 4. Gagal napas dapat terjadi pada mereka yang sebelumnya memiliki penyakit paru sebelum terjadinya pneumothorax. Terapi pilihan terbaik adalah dengan segera mengembangkan paru yang kolaps. 5. Emphysema subkutis, hal ini bisa terjadi akibat tulang rusuk yang menembus pleura dan merusak jaringan paru. Jika rongga pleura tidak melekat, pneumothorax terjadi dan udara akan menembus ke jaringan sekitar fraktur, dan sebagainya sampai ke fascia, leher, wajah, lengan, perut, scrotum dan kaki melalui pleura yang robek. Kelopak mata menutup dan tampilan pasien menjadi aneh. Krepitasi halus jaringan akibat adanya udara mudah dikenali dengan perabaan dan terasa nyeri. Terapi
16
tergantung pneumothorax yang mendasari. Udara dapat dikeluarkan dari jaringan dengan cara mengeluarkannya dengan jarum yang ditusukkan dalam jaringan subkutan. Komplikasi ini tampak menakutkan bagi pasien dan keluarganya, namun jika penyebabnya diatasi, hal ini tidak akan menjadi serius dan edukasi harus diberikan.
Follow Up Sangat penting untuk melakukan follow up pada setiap kasus pneumothorax dengan foto thorax selama paling tidak 1 tahun, dan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
17
REFERENSI :
1. Crofton J, Douglas A. Pneumothorax and Mediastinal Emphysema. Respiratory Diseases. Oxford. Blackwell Scientific Publications, 1981; 5: 541-550. 2. Light RW. Pneumothorax. Pleural Diseases. Philadelphia. Lea and Febiger 1983; 187-204. 3. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL (eds). Harrisons Manual of Medicine. New York. McGraw-Hill, 2002; 15th edition: 7. 4. Holter HV, Horwitz O. Spontaneous pneumothorax produced by ascent in an airplane. JAMA 1945; 127: 519. 5. Strauss RH. Diving medicine. Am Rev Resp Dis 1979; 119: 1001. 6. Felson B. The Pleura. Chest Roentgenology. Philadelphia. W.B. Saunders Company, 1973; 350-79. 7. Edwards FR. Diseases of the Pleura. Foundations of Thoracic Surgery. Edinburgh and London. E. and S. Livingstone Ltd., 1966; 8-14. 8. Ogilvie C (ed). The Respiratory System. Chamberlains Symptoms and Signs in Clinical Medicine. Bristol. The English Language Book Society and John Wright and Sons Ltd., 1980; 200-201. 9. Flavell G. Pulmonary Resections. An Introduction to Chest Surgery. London. Oxford University Press, 1957; 37-65. 10. Fleischner FG. Atypical arrangement of free pleural effusion. Radiol Clin N Amer 1963; 1: 347. 11. Rabinowitz JG, Wolf BS. Roentgen significance of the pulmonary ligament. Radiology 1966; 87: 1013. 12. Udwadia F. Principles of Management. Diagnosis and Management of Acute Respiratory Failure. Delhi. Oxford University Press, 1979; 115-6. 13. Kumar PJ, Clark ML. Disorders of Chest Wall and Pleura. Clinical Medicine. London. Bailliere Tindall, 1990; 702-3. 14. Kjaergaard H. Spontaneous pneumothorax in the apparently healthy. Acta Med Scand (Suppl.) 1932; 43: 1. 15. Kircher LT Jr, Swartzel RL. Spontaneous pneumothorax and its treatment. JAMA. 1954; 155: 24.
18
16. Hess DR, Kacmarek, RM. Essentials of Mechanical Ventilation.New York. McGraw-Hill, 1996; 46-47, 215-9. 17. Jain DG. Diseases of the Pleura, Mediastinum and Diaphragm. In: Shah SN, Ed. API Textbook of Medicine, 8th ed. Mumbai: Association of Physicians of India, 2008.