Anda di halaman 1dari 8

Bahasa IndonesiA

MENULIS CERPEN
















Dibuat oleh:
Fikri Firmansyah Akbar
( X.4/13 )

PERJALANAN MENULIS CERPEN
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00, tetapi aku masih belum tahu cerpen apa yang harus
kubuat. Berbagai cara telah aku lakukan untuk dapat menulis cerpen dengan baik, tetpi masih saja
stuck. Tiba tiba, terpikir olehku mengapa hal ini tidak dibuat cerpen saja. Oleh karena itu, kali ini
aku membuat cerpen tentang susahnya menulis cerpen.
Saat aku ketik paragraf kedua cerpen ini, tiba tiba terjadi getaran, seperti ada gempa.
Kemudian aku menuju kamar ayah, ibuku, serta adikku. Mereka semua menghilang. Aku segera
menuju ke luar rumah dan dunia berubah menjadi kebru- biruan seperti di masa depan. Pada saat
itu pula ada sebuah benda terbang besar yang menghampiriku. Benda itu menyedot diriku masuk ke
dalamnya. Di dalam benda itu, terdapat 2 prajurit yang berpakaian seperti robot. Aneh sekali. Apa
salahku sehingga bisa tersesat ke sini. Kemudian, mereka mewawancaraiku seperti ini.
Prajurit: Siapa kamu?
Aku : Aku adalah Firman
Prajurit : Firman, apa yang ingin kamu lakukan di sini! Jawab dengan jujur atau saya siksa kamu!
Aku : Saya tidak mengeri apa apa. Beberapa menit yang lalu, saya hanya mengerjakan cerpen
dan kemudian dunia berubah seperti ini
Prajurit : Alah, jangan banyak alasan! Saya sudah sering bertemu orang seperti kamu. Kamu pasti
ingin mencuri resep rahasia cerpen terbaik kami
Aku : Beneran pak, saya tidak tahu apa- apa. Di mana saya sekarang?
Prajurit : Sekarang kamu berada di wilayah kerajaan kami, tepatnya di wilayah terlarang. Karena
kamu sudah melanggar, ayo ikut saya ke kantor.
Aku : Lho, pak. Saya mohon jangan diapa-apain. Beneran deh saya gak ngapa-ngapain. Pulangin
saya dong, pak. Saya Cuma kepingin pulang. Huuuhuuuhuuu....
Prajurit : Sudah, diam. Jelaskan semuanya di kantor pengadilan nanti.
Aku : Ya udah lah, Pak. Terserah sampeyan mau ngapain. Saya ikut aja deh. Saya kan nggak
salah.
Setelah sampai di pengadilan, prajurit ini segera menyerahku kepada Sang hakim. Sang
hakim meminta penjelaskan dari ku. Kemudian aku jelaskan bahwa aku datang ke sini secara tidak
sengaja, bahkan tidak berharap ada di sini. Kemudian ia menjelaskan bahwa seseorang yang
memasuki wilayah terlarang, apapun alasannya, harus diberi hukuman yang berupa menulis cerpen
sebanyak 7.500 kata.
Tapi Pak, menemukan ide menulis cerpen aja sulit. Apalagi membuat cerpen 7.500 kata.,
diriku membela. Ya itu urusanmu, menulis cerpen aja kok susah. Di sini, setiap orang dapat
menghasilkan 1 cerpen per hari. Tapi jangan coba coba mencuri resep rahasia cerpen kami. Ada
satu saja orang asing mengetahui resepnya, tidak segan segan kami bunuh orang itu. Berusahalah,
jangan cuma mengeluh. Mengeluh tidak akan membuatmu lebih baik. Apalagi mencuri. Itu hanya
membuatmu malas berpikir. Mendingan kamu sekarang jalan- jalan di sekitar sini, cari inspirasi biar
cerpenmu cepat jalan., ujar Sang Hakim. Baiklah, Pak. Akan saya coba. Tapi, bagaimana dengan
daerah terlarang? Saya tidak mengetahui daerah mana yang menjadi daerah terlarang., ucapku.
Sang Hakim membalas, Tenang saja, di perbatasan daerah itu ada prajurit yang mengamankan
setiap saat.
Mengikuti saran Sang Hakim, aku berjalan- jalan di sekitar daerah tersebut. Orang orang di
daerah itu morfologinya aneh-aneh. Ada yang jari tangannya 7, berhidung 2, berkaki 3, dan lain
sebagainya, pokoknya aneh aneh. Pakaian yang dikenakan pun unik, seperti pakaian orang- orang
dalam film Tron Legacy. Pakaian berwarna biru tua dengan garis yang menyala di sekeliling
pakaiannya, serta terdapat piringan di belakang punggungnya sebaga alat pertahanan dirinya.
Tidak hanya manusia di daerah itu yang aneh, melainkan segalanya aneh. Tanahnya seperti
tanah di game-game yang pernah kulihat, serta lampunya berupa prisma yang memancarkan cahaya
biru ke segala arah. Melihat hal itu, akhirnya kudapatkan ide untuk membuat sebuah cerpen. Cerpen
yang agak konyol berjudul Dunia Ajaib. Walapun di dunia itu tidak ada yang ajaib, tapi biarlah.
Sekali- kali memasang judul yang aneh. Karena apabila aku menggunakan judul Dunia Apa Ini, yang
punya daerah pasti marah-marah. Lagipula itu judul yang tidak bagus.
Setelah itu, aku lapor kepada Sang Hakim Pak, saya sudah dapat ide cerpennya. Cerpen itu
menggambarkan keanehan dunia ini yang tidak bisa terjadi pada dunia asal saya Pak. Dan cerpen itu
saya beri judul Dunia Aneh . Wah, hebat sekali kamu bisa membuat cerpen tentang ini, belum
pernah ada orang yang membuat cerpen dengan isi seperi itu. Segera lanjutkan pekerjaaanmu itu.,
kata Sang Hakim dengan bangga. Oke Pak, beres. Asalkan saya diberi kelancaran dan kemudahan,
Insya Allah saya bisa membuatnya 7.500 kata Pak, walaupun kelihatannya berat., ucapku.
Yak, enggak di dunia normal enggak di dunia ginian tetap aja disuruh buat cerpen. Malah di
sini dapetnya lebih banyak, 7.500 kata. Hal itu memang berat, mengingat aku jarang menulis cerpen.
Akhirnya kucoba melawan perasaan berat itu dan aku telah dapat menuliskan paragraf pertama dari
cerpen Dunia Ajaib Betapa bahagianya aku, karena sebelumnya menuliskan paragraf pertama
merupakan hal yang cukup rumit. Sekarang, mari kita lanjutkan. Paragraf 2, gimana ya, isinya?
Aku tadi memang telah membaca beberapa langkah membuat cerpen. Salah satunya yaitu
merangkaikan alur dan plot. Tapi kalau gitu apambuatnya jadi tambah lama? Daripada bingung, aku
mencoba cara itu. Aku susun alurnya, plot - plotnya, mulai paragraf pertama tadi, sampai konfliknya,
yaitu apabila ada banyak orang asing datang dengan masuknya aku, lalu pada akhirnya dunia ini
kembali damai karena mereka membuat cerpen, yang membuat penghuni dunia ini menganalisis
dan menelaah cerpen itu, sehingga bisa menambah pengetahuan mereka tentang cerpen.
Tentang konfliknya, sebenarnya aku tidak yakin konfliknya dapat terjadi hanya satu. Karena
memang ceritanya cukup panjang, yaitu 7.500 kata. Aku mencoba untuk merenungkannya sejenak.
Hemm, nanti yang ada malah konflik gunung kembar. Apabila, dibuat hanya seperti satu gunung, itu
sepertinya bisa deh. Di lereng gunung tersebut bisa disisipi oleh hel-hal yang menarik, sehingga
dapat memperpanjang jalan cerita.
Ok, pembuatan cerita dimulai. Paragraf demi paragraf aku buat, ide ide terus bermunculan.
Tetapi cerpen ini masih memuat 942 kata. Ahh, betapa panjangnya jalan hidupku. Tetapi, dengan
semangat perjuangan 45, aku terus berusaha menambahkan cerpen tersebut dengan khayalan
khayalan yang ada di benakku, walaupun teradang itu tidak jelas. Semua yang ada di pikiranku aku
tuliskan dalam cerpen itu, mulai dari tugas- tugasku yang memberatkan, kecintaanku pada
seseorang, dan bahkan beberapa kisah spongebob yang pernah kulihat di televisi aku maskukkan ke
dalamnya.
Di tengah proses pengerjaan cerpen tersebut, aku ingat bahwa aku belum ulangan susulan
PAI dan biologi. Tugas PLHku belum juga aku kerjakan sama sekali. Biarkan sajalah, nikmati
pembuatan cerpen ini dulu sampai selesai. Daripada memikirkan itu terus, akhirnya aku masukkan
juga ke cerpenku. Kira kira paragrafnya seperti ini :
Dunia yang kutemukan ini keanekaragaman hayatinya terlalu rendah. Ah, hal tersebut
sangat jauh berbeda dengan negeriku berasal. Negeriku lebih hebat, keanekaragaman hayatinya
kira-kira mencapai 1.000 kali dari keanekaragaman hayati yang ada di sini. Negeriku juga memiliki
banyak bioindikator yang bisa digunakan. Sedangkan di sini? Tumbuhan aja hanya satu, itu saja
terletak di wilayah terlarang dan tanaman itu sangat tinggi dan ramping, diameternya hanya sebesar
diameter botol air mineral 600 ml yang kubeli kemarin di kopsis. Hadehh, apa yang bisa
dibanggakan?
Di sini orang- orangnya misterius. Ketika orang dunia ini mau pipis saja, mereka akan loncat-
loncat selama 43 detik, kemudian menghilang entah kemana. Tetapi, 5 detik kemudian orang itu
muncul kembali dalam keadaan lega. Benar- benar hebat, tetapi sangat aneh dan misterius.
Bagaimana mereka bisa pipis hanya dngan loncat loncat? Itu memang suatu msteri yang
membingungkan
KRUUK, perutku berbunyi dengan kerasnya. Tinggalkan cerpen, saaatnya makan dulu. Aku
segera menemui Sang Hakim untuk meminta makanan.
Aku : Pak, perut saya berbunyi nih, boleh nggak saya minta makanan?
Sang Hakim : Kok minta makanan, cerpenmu udah selesai belum?
Aku : Belum selesai, Pak. Masih 1236 kata. Tapi saya lapar banget, Pak. Kruuuuk. Tuh kan
Pak,perut saya bunyi.
Sang Hakim : Baiklah, nanti Kamu akan saya beri makan. Tetapi ada 1 syarat yang harus kamu
penuhi.
Aku : Apa syaratnya, Pak?
Sang Hakim : Kasih tahu nggak ya?
Aku : Plisss Pak. Saya udah laper banget nih.
Sang Hakim : Syaratnya ini sedikit susah. Selama ini belum ada yang mampu menemukan jawaban
dari soal ini, kecuali saya. Kamu harus bisa menyelesaikan soal ini, atau kamu tidak
dapat makan.
Aku : Oke Pak, saya terima syaratnya. Apa soalnya?
Sang Hakim : Bentar ya saya cari dulu hehe :D
Aku : Waduh Pak, lama.
Sang Hakim : Sudah, diam. Kalau bawel terus kamu tidak akan saya beri makanan.
Sang Hakim mencari-cari soalnya, Di laci meja kantornya tidak ada, di atas meja tidak
ada, di bawah meja juga tidak ada. Kemudian aku menemukan kertas di belakangku.
Aku : Pak, inikah soalnya?
Sang Hakim : Sayang sekali, bukan. Soal itu sudah pernah ada yang menjawab. Penjelasannya juga
ada di belakangnya.
Sambil menunggu Sang Hakim mencari soalnya, aku mempelajari soal itu. Rasanya itu soal
yang kutemui di OMITS 2013 beberapa waktu yang lalu. Soalnya berbunyi seperti ini :
Dalam sebuah rumah, sepasang tikus dapat berkembang biak menjadi dua kali lipat dalam
sehari. 75% tikus akan mati ketika berumur tepat 5 hari, dan sisanya akan mati ketika berumur tepat
7 hari. Berapa banyak tikus yang masih hidup pada hari ke-13 jika pada hari pertama terdapat satu
tikus?
Pada awalnya aku memperhitungkan soal itu menggunakan cara- cara yang agak rumit.
Setelah aku baca lagi, dalam kalimat terakhir disebutkan bahwa yang ada pada hari pertama hanya
satu tikus, bukan sepasang tikus. Jadi, tikus tersebut tidak dapat berkembang biak dan sudah mati
pada hari kelima. Berarti tikus yang hidup pada hari ke-13 berjumlah 0. Terkadang, memang dalam
hidup ini seperti banyak masalah rumit yang harus dihadapi. Namun, apabila kita meninjaunya
secara keseluruhan dan menyikapinya secara sederhana, semua masalah itu bisa teratasi dengan
mudah dan cepat. Tak lama kemudian Sang Hakim menemukan soalnya.
Sang Hakim : Soalnya sudah ketemu nih.
Aku : NGGAK USAH BASA-BASI LAGI, PAK! SAYA SUDAH SANGAT LAPAR!
Sang Hakim : Ada suatu kata yang dapat menjawab tiga pertanyaan. Pertanyaan yang pertama,
apa yang kamu lakukan di kamar mandi? Yang kedua, apa yang kamu lihat di hutan?
Pertanyaan ketiga, apa yang terjadi dengan kakimu? Satu kata tersebut dapat berubah
menjadi dua kata pada dua dari tiga pertanyaan tersebut, tergantung caramu
membaca
Aku : Oh, pertanyaan ini pernah saya dapat dari teman saya. Tapi apa ya? Saya lupa pak.
Ya sudah, saya cioba-coba Pak. Apakah jawabannya sikat gigi?
Sang Hakim : Dari mana kok bisa sikat gigi. Itu hanya bisa menjawab satu dari ketiga pertanyaan
tersebut.
Aku : Kalau rusa?
Sang Hakim : Itu juga hanya bisa menjawab satu pertanyaaan. Jangan tanya-tanya terus. Coba
pikirkan lagi, kalau sudah menemukan jawabannya lapor ke saya.
Aku : Siap, Pak!
Kemudian aku jalan- jalan dan berdiskusi dengan slah satu prajurit disana.
Aku : Pak, sampeyan apa gak bisa menjawab pertanyaan ini. (sambil menyodorkan pertanyaan
ke prajurit itu.
Prajurit : Maaf, Mas. Saya dan penduduk di sini memang pernah diberi pertanyaan itu, tetapi saya
tidak mengetahui jawabannya. Apa mungkin karena kami tidak punya rambut? Apa yang
biasanya dilakukan orang orang di daerah Anda terhadap rambut saat di kamar mandi?
Aku : Itu dia, Pak. Keramas jawabannya. Makasihya, Pak.
Prajurit : Apa keramas itu, Mas?
Aku : Oh, jadi di sini belum ada yang tahu apa itu keramas. Keramas itu kegiatan yang biasa
dilakukan saat mandi untuk membersihkan rambut. Biasanya menggunakan suatu cairan
kental bernama shampo untuk meningkatkan kualitas rambut penggunanya.
Prajurit : Ooooo, jadi gitu ya,Mas. Kami tidak pernah pergi ke mana-mana Mas. Jadi kami tidak tahu
apa arti dari keramas. Makasih ya, Mas. Ngomong- ngomong, bagaimana kata itu bisa
menjawab dua pertanyaan lainnya?
Aku : Sama-sama, Pak. Tetapi, jawabannya cari sendiri ya Pak. Makannya, jangan hanya berdiam
diri di tempat. Coba sekali-kali berkunjung ke daerah lain.
Kemudian aku melapor kepada Sang Hakim, bahwa jawabannya adalah keramas. Dan
ternyata jawabannya benar, Alhamdulillah.
Sang Hakim : Jawabannya kok bisa keramas hayo?
Aku : Keramas merupakan jawaban dari pertanyaan pertama, yaitu apa yang kamu
lakukan di kamar mandi. Untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, diperlukan
cara membaca yang berbeda. Sehingga keramas dibaca kera, Mas untuk menjawab
pertanyaan kedua yg menunjukkan bahwa kita melihat kera di hutan. Dan yang
terakhir keramas dibaca keram, Mas. Karena mungkin kaki Anda sedang kram.
Sang Hakim : Wah, hebat sekali kamu, Nak. Sekarang saya beri kamu makan. Karena tempat
makannya jauh, ayo sekarang kita naik kendaraan saya.
Kemudian aku dan Sang Hakim masuk ke kendaraan Sang Hakim. Kendaraannya begitu unik.
Seperti botol air mineral yang diletakkan mendatar, dengan 2 roda yang terletak di depan dan
belakang kendaraan itu. Ada 2 sayap di kanan kirinya, serta ada lubang angin di sepanjang pinggir
bagian bawah kendaraan itu. Sang Hakim menamainya dengan sebutan BOTOL. Oh iya, bahan
bakar kendaraan tersebut ternyata hanyalah kayu bakar yang biasa digunakan saat api unggun.
Saat aku masuk ke dalamnya, interiornya begitu mewah dan antik. Perpaduan antara
barang peninggalan jaman prasejarah dengan peralatan masa depan, sungguh memikat hati. Berisi 3
kursi panjang yang dapat menampung 4 orang setiap kursinya, jadi dapat menampung 12 orang.
Ditambah dengan garasi belakang yang luas, seperti garasi yang pernah aku lihat pada acara televisi
Pimp My Ride, tetapi lebih futuristik.
Mesin dinyalakan oleh Sang Hakim, dan botol melaju kencang. Botol juga dapat melayang di
udara, karena memiliki fungsi anti gravitasi. Jarak tempat makanannya memang jauh, yaitu 999.10
999

km. Tetapi dengan botol, jarak sejauh itu bisa ditempuh kira- kira hanya dalam waktu 10 menit.
Waw, hebat sekali! Coba di Malang ada kendaraan seperti ini, aku pasti bisa bolak-balik ke Jakarta.
Di tengah perjalanan, kendaraan kehabisan bahan bakar sehingga kami jatuh ke laut. Untung
botol mempunyai fitur pelampung darurat, sehingga kami mendarat dengan selamat di tengah
lautan lepas. Sang Hakim menyalahkanku atas kejadian ini.
Sang Hakim : Gara-gara kamu, kita mendarat di sini. Coba kalau kamu tidak meminta makanan,
pasti aku tidak akan berada di sini sekarang!
Aku : Maaf, Pak. Saya kan tidak tahu apa- apa. Saya hanya orang yang tersesat di dunia
ini, Pak.
Sang Hakim : Errrgh, dari tadi yang kamu keluhkan ituuu aja. Seperti orang yang suka menyerah
aja.
Aku : Ya sudah, maaf ya Pak. Sekarang daripada begini terus lebih baik kita mancing
dulu. Di mana alat pancingnya, Pak?
Sang Hakim : Seperti biasa, di garasi. Alat pancingnya berada di balik bantal hijau.
Aku : Makasih Pak. Nanti Bapak juga saya ambilkan ikan.
1 jam berlalu, tetapi belum satu pun ikan yang aku dapat. Kemudian, terjadi badai dan
ombak besar. Dan sekali lagi, botol bisa berubah menjadi kapal selam. Canggih, kan? Kami pun
bersyukur masih dapat selamat. Kami tetap berada dalam kapal selam, hingga pada akhirnya kami
melihat ikan berukuran sangat besar yang ingin memakan kami. Akhirnya aku ingat aku menyimpan
beberapa kayu di kantongku. Segera kuserahkan kayu itu kepada Sang Hakim dan botol dapat melaju
kembali. Tetapi, tanpa disangka sangka, ada naga air misterius yang tiba tiba menyergap kami.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA,teriakku. Tiba tiba aku berada di
depan komputer. Hoammm, mimpi apa aku barusan, benar- benar mimpi yang aneh. Ketika kulihat
layar komputer, aku baru ingat. Aku harus menyelesaikan cerpenku dengan segera. Dan kuberanikan
untuk melihat jam. Wah, sudah jam 5!. Aku juga belum belajar, belum ngerjakan PR, belum
ngerjakan ini dan itu, dsb.
Waduh, kok masih satu paragraf, padahal aku ingin membuat cerpen 5.000 kata. Ya
sudahlah, membuat 2.500 kata aja cukup. Tapi nanti nggak dapat nilai plus. Tidak apa- apalah, yang
penting sudah mengerjakan dengan semaksimal mungkin. Coba kalau aku ngerjakannya nyicil dari
kemarin- kemarin pasti tidak akan seperti ini.
Satu paragraf cerpen itu segera aku lanjutkan secepatnya. Tadi malam kan aku punya mimpi
panang, aku buat cerpen aja.Mulai bertemu prajurit itu, sampai tenggelam dimakan ikan.
Menurutku, sungguh menarik untuk diceritakan. Pararaf, demi paragraf aku tulis, walaupun kadang
kadang aku kehabisan ide aku terus berdoa dan berharap agar cerpen ini dapat aku kerjakan dengan
baik dan lancar. Alhamdulillah, akhirnya aku dapat menyelesaikan cerpen ini, walaupun tidak sampai
5.000 kata. Meskipiun ada banyak kesalahan dan tidak menarik, cerpen ini menambah
pengalamanku dan memberikan pelajaran berharga bagiku.

Anda mungkin juga menyukai