Anda di halaman 1dari 11

5

BAB II. TIN1AUAN PUSTAKA



2.1. Biogas.
Energi merupakan salah satu permasalahan utama dunia. Kebutuhan
energi di dunia hingga saat ini cenderung bergantung pada bahan bakar
Iosil. Faktor pendorong konsumsi bahan bakar Iosil yang makin tinggi dapat
dilihat dari banyaknya penggunaan mesin industri dan transportasi penunjang
perekonomian dunia yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar
penggeraknya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi
persoalan energi yang serius akibat ketergantungan yang sangat besar
terhadap bahan bakar Iosil. Pengembangan energi alternatiI masih kurang
mendapat perhatian, sementara Indonesia memiliki potensi untuk melakukan
pengembangan energi alternatiI. Sebagai contoh, dengan memanIaatkan limbah
biomassa yang sangat melimpah dari sektor pertanian dan peternakan untuk
dijadikan bioenergi.
Biogas merupakan salah satu bahan bakar non Iosil bersiIat
renewable (dapat diperbaharui) yang dapat dijadikan bioenergi alternatiI.
Biogas diperoleh dari proses Iermentasi biomassa yang mengandung
karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Kandungan utama biogas yang
berIungsi sebagai bahan bakar (bioIuel) adalah gas metana (CH
4
) atau
disebut biometana. Hasil Iermentasi menunjukkan bahwa gas karbon
dioksida (CO
2
) dalam biogas yang terbentuk memiliki konsentrasi yang
hampir sama dengan konsentrasi gas metana yaitu 50 75 gas CH
4
, 25
50 gas CO
2
, Nitrogen (N
2
) 0.5 - 3 , Karbon Monoksida (CO) 0., Oksigen
(O2) 0.1 dan Hidrogen SulIida (H
2
S) sedikit sekali, (Hambali, 2007).
Gas CO
2
dalam reaksi pembakaran memiliki karakteristik dapat
menurunkan nilai kalor pembakaran, sehingga adanya gas CO
2
dalam biogas
menjadi masalah utama dalam pemanIaatan biogas sebagai bioIuel. Oleh
karena itu, perlu adanya perlakuan lanjutan (post treatment) setelah biogas
diproduksi yaitu berupa pemisahan gas CO
2
dari kandungan biogas
(http://en.wikipedia.org, 2009).
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6
Komposisi biogas dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Komposisi biogas ( Wahono, dkk., 2009).

Designation Unit CH
4
CO
2
H
2
H
2
S Biogas mixture
OI 60 CH
4
40 CO
2


Volume (part) 55-77 27-44 1 3 100
Net caloriIic value (n.c.v) kJ/Nm
3
35800 - 10800 22800 21500
Limit oI inIlamability Vol. 5-15 - 4-80 4-4,5 6-12
InIlamation point
o
C 650-750 - 585 - 650-750
Density (normal) g/l 0,72 1,98 0,09 1,54 1,20
Density ratio to air - 0,55 2,5 0,07 1,2 0,83


Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter
yaitu: menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida
(CO
2
).

2.2. Pemurnian Biogas
Kendala dalam mengaplikasikan biogas sebagai bahan bakar non Iosil
yaitu tingginya kandungan gas CO
2
dalam biogas sehingga diperlukan proses
pemurnian. Salah satu cara pemurniannya dapat dilakukan dengan cara adsorpsi.
Adsorpsi termasuk salah satu siIat dasar benda, dimana benda mempunyai gaya
tarik antar molekul. Adsorpsi terdiri dari 2 macam proses, yaitu :

Adsorpsi fisik
Adsorpsi Iisik merupakan absorpsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya
interaksi Iisik yaitu proses perpindahan massa yang terjadi antara gas yang
diadsorbsi dan larutan pengadsorpsi, proses tersebut karena gaya van aer waals.
Berdasarkan Interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan adsorbat,
adsorpsi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu penyerapan secara Iisika (adsorpsi)
dan penyera-pan secara kimia (absorpsi).
Proses adsorpsi Iisik terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi, sehingga
membentuk lapisan jamak (multilayers) pada permukaan adsorben.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7

Adsorpsi kimia.
Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi dimana gas terlarut dalam larutan
penyerap disertai dengan reaksi kimia, contoh adsorpsi ini adalah adsorpsi gas
CO
2
dengan larutan NaOH, K
2
CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari adsorpsi kimia
dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO
2
pada pabrik Amonia. Penyerapan
ini terjadi karena adanya proses perpindahan massa yang terjadi antara gas yang
diadsorpsi dan larutan pengadsorpsi yang disertai dengan reaksi kimia. Perbedaan
sistem adsorpsi Iisika dan kimia disajikan pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2. Parameter Adsorpsi Fisik dan Kimia (Orthmer, 4
th
ed, Vol.1)

Parameter Adsorpsi Iisika Adsorpsi kimia

Panas adsorpsi rendah, kurang dari 2 atau 3 kali tinggi, lebih dari 2
panas penguapan. kali panas penguapan.
Kekhususan tidak spesiIik sangat spesiIik
Fase terjerap satu atau multi lapis, tidak ada hanya satu lapis,
pemisahan Iase terjerap mungkin ada pemisa-
han.
Temperatur suhu relatiI rendah memungkinkan pada
suhu tinggi.
Gaya adsorpsi tidak ada perpindahan elektron ada perpidahan elek-
tron.
Reversibilitas cepat dan reversibel mungkin lambat dan
ireversibel.

2.3. Zeolit.
Kata 'zeolit berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu zeo yang berarti
mendidih dan litos yang berarti batu (Setyawan dkk., 2002). Zeolit merupakan
kelompok mineral yang mempunyai siIat dapat menjerap air dan melepaskannya
lagi tanpa mengalami perubahan struktur yang signiIikan, sehingga zeolit masuk
dalam kelompok zat adsorben. Dalam kelompok adsorben, zeolit termasuk
adsorben yang mempunyai ukuran pori mikro (micropori).
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
8
Zeolit merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi dengan kation dari
kelompok alkali atau alkali tanah yang terdiri dari struktur kristal tiga dimensi Si
dan Al tetrahedra dan dihubungkan dengan atom oksigen.
2.4. Struktur Zeolit.
Struktur zeolit terdiri dari dua jenis bangunan, yaitu primer dan sekunder.
Unit primer terdiri dari tetrahedron 4 ion oksigen yang mengelilingi ion pusat Si
4

atau Al
3
. Unit primer ini saling berhubungan membentuk kerangka tiga dimensi
dengan satu atom oksigen yang dipakai bersama oleh dua tetrahedra. Untuk
struktur yang murni silikous, susunan akan menjadi SiO
2
, yang merupakan
padatan tidak bermuatan. Akan tetapi jika terdapat Al dalam susunan kerangka,
muatan Al yang 3 akan menyebabkan kerangka bermuatan negatiI. Untuk
mempertahankan kerangka dalam kondisi netral, maka dibutuhkan kation pada
bagian ekstraIramework. Kation pada bagian extraframework ini merupakan
kation yang bisa dipertukarkan, sehingga komposisi zeolit dapat dijabarkan terdiri
dari tiga komponen, yaitu framework (kerangka), extraframework dan bahan
terjerap. jumlah Al dalam kerangka zeolit dapat bervariasi, dengan perbandingan
Si/Al 1 sampai tak terhingga. Batas bawah perbandingan Si/Al zeolite menurut
Lowenstein sama dengan 1. Hal ini disebabkan batas tetrahedra yang berupa
AlO
4
-
tidak disukai karena adanya gaya tolak menolak elektrostatik antar muatan-
muatan negatiI (Payra, dkk., 2003)
Unit sekunder struktur zeolit terbentuk dari ikatan-ikatan unit primer,
dimana mereka terdiri dari satu atau dua cincin tetrahedral, membentuk struktur
tiga dimensi pada zeolit. Unit sekunder ini dapat pula tersusun dengan berbagai
cara sehingga akan dihasilkan pula berbagai tipe kerangka zeolit. Contoh
kerangka zeolit dapat dilihat pada gambar 2.1.
Menurut Atlas of Zeolite Framework Type, saat ini terdapat kurang lebih
133 struktur kerangka zeolit, baik zeolit alam maupun zeolit sintetis. Struktur ini,
oleh The Structure Commission of The International Zeolite Association
diidentiIikasi dengan kode mnemonic yang terdiri dari tiga huruI. Contohnya,
untuk kerangka Iaujasite mempunyai kode FAU, ERI untuk erionit dan MOR
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9
untuk mordenite. Stabilitas termal zeolit bervariasi dengan kisaran suhu yang
cukup besar.


Gambar 2.1. Konstruksi empat kerangka zeolit yang berbeda dari soaalite atau
cage (Payra dan Dutta, 2003)

Untuk zeolit dengan kadar silika rendah, proses dekomposisi akan mulai
terjadi pada suhu + 700
0
C, sementara untuk zeolit dengan kadar silika tinggi
relatiI stabil sampai suhu 1300
0
C. Zeolit berkadar silika rendah bersiIat hidroIilik,
sedangkan zeolit berkadar silika tinggi bersiIat hidroIobik. Peralihan dari siIat
hidroIilik menjadi hidroIobik terjadi pada rasio Si/Al sekitar 10.

2.4.1. Zeolit sintetis.
Zeolit sintetis ada dua macam, yaitu : A ; X dan Y.
Zeolit A
Zeolit sintetis yang paling sederhana adalah zeolit A dengan rasio molekul satu
silika alumina untuk satu ke satu kation natrium. Sintesis zeolit A menghasilkan
beberapa unit soaalite yang memiliki ruang terbuka 47 , natrium ion tukar, air
hidrasi dan mempunyai pori-pori elektronik.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
10

Gambar 2.2. Kerangka Zeolit type A
(Sumber . Hanabook of Zeolite Science ana Technology, P. Payra dkk., 2003)
Kerangka aluminosilikat zeolit A dapat digambarkan dalam bentuk dua jenis
polyhedra, salah adalah pengaturan kubik sederhana dari delapan tetrahedra dan
lainnya adalah segi delapan dipotong dari 24 tetrahedra atau .
Pengaturan ini menghasilkan oktahedral berpusat di sudut-sudut kubus. Setiap
sudut kubus adalah ditempati oleh sebuah segi delapan dipotong () melampirkan
rongga dengan diameter sebesar 6,6 A.

Zeolit X dan Y
Zeolit Iaujasit tipe semua memiliki struktur rangka yang sama seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Kerangaka Zeolit X dan Y ( A. Ertan, 2004)
Komposisi umum dari sel satuan Iaujasit adalah (Na2, Ca, Mg) 29
|Al58Si134O384| .240 H2O. SBU adalah cincin ganda enam dan FD 12,7 nm-3.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
11
Sel satuan berisi delapan rongga, masing-masing diameter - 13 A. tiga dimensi
saluran yang berjalan sejajar dengan |110|, memiliki 12 jendela ring dengan
lubang sekitar 7,4 A. Perbedaan antara zeolit X dan Y berada pada rasio Si / Al
adalah 1-1,5 dan 1,5-3. (Aguado, dkk., 2009).

2.5. Kegunaan Zeolit
Secara umum, zeolit mempunyai tiga Iungsi utama yaitu sebagai: adsorben,
katalis dan ion exchange. Struktur Kerangka zeolit terdiri dari kumpulan
tetrahedra inti sederhana 4-cincin untuk polyhedra besar (Caro, J., dkk., 2000).
Pada proses adsorpsi, penggunaan zeolit diIokuskan pada penghilangan molekul-
molekul polar atau sedikit polar dengan menggunakan zeolit berkadar Al tinggi.
Sementara ion exchange umumnya digunakan pada proses pelunakan air di
industri detergent.
Zeolit digunakan untuk pengeringan dan pemisahan hidrokarbon, zeolit memiliki
kemampuan adsorpsi tinggi karena zeolit mempunyai porositas yang tinggi.
Fungsi zeolit sebagai adsorben dapat ditinjau dari Iungsinya :
a. Kapasitas Tukar Kation (Cation Exchange Capacity)
Kapasitas tukar kation adalah jumlah pasangan ion yang tersedia tiap satuan
berat atau volume zeolit dan menunjukkan jumlah kation yang tersedia untuk
dipertukarkan. Kapasitas ini merupakan Iungsi dari derajat substitusi Al
terhadap Si dalam struktur kerangka zeolit. Semakin besar derajat substitusi,
maka kekurangan muatan positiI zeolit semakin besar, sehingga jumlah kation
alkali atau alkali tanah yang diperlukan untuk netralisasi juga semakin
banyak. Secara umum, kapasitas tukar kation pada zeolit tergantung pada tipe
dan volume tempat adsorpsi, serta jenis, jari-jari ion dan muatan kation.
b. Kemampuan Adsorpsi
Struktur bagian dalam zeolit yang membentuk lubang dan sambungan dapat
diisi dengan molekul-molekul lain, termasuk molekul air. Molekul yang dapat
masuk ke dalam struktur zeolit hanyalah molekul yang memiliki ukuran yang
sama atau lebih kecil dari ukuran lubang zeolit, sehingga molekul yang
berukuran lebih besar dari ukuran lubang zeolit tidak dapat masuk. Karena hal
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
12
inilah, maka zeolit sering juga disebut sebagai bahan yang memiliki siIat
molekular sieve. Ada beberapa Iaktor yang mempengaruhi kemampuan
adsorpsi zeolit. Faktor-Iaktor itu adalah perbandingan Si/Al zeolit, ukuran
dan jumlah pori, tipe tempat adsorpsi serta ukuran dan bentuk lubang pada
struktur zeolit.

2.6. Karbondioksida ( CO
2
)
Karbondioksida (CO
2
) merupakan persenyawaan antara karbon (27,3 wt
) dengan oksigen (72,7 wt ) (Tatang, 2009). Kondisi tekanan dan temperatur
atmosIir, karbondioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Karbondioksida juga merupakan gas tidak reaktiI dan tidak beracun. Gas tersebut
tidak mudah terbakar (nonIlammable) dan tidak dapat memicu terjadinya
pembakaran (Coulson, dkk., 2002 ).

2.7. Adsorpsi.
Adsorpsi adalah Ienomena Iisik yang terjadi saat molekul-molekul gas
atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari
molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut.
Asorpsi adalah proses dimana molekul Iluida mengalami kontak dan melekat
pada permukaan suatu material padat. Proses adsorpsi dapat terjadi pada padatan
yang berpori (pores) yang menghisap (aasorp) dan melepaskan (aesorp) suatu
Iluida adsorben. Molekul Iluida yang dihisap tetapi tidak terakumulasi atau
melekat adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang terakumulasi disebut
adsorbat. Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu adsorpsi kimia dan
adsorpsi Iisika. Pengelompokan adsorpsi ini didasarkan pada gaya permukaan
yang terjadi selama proses adsorpsi tersebut. Pada adsorpsi Iisik, gaya yang utama
bekerja adalah gaya Van der Waals yang relatiI lemah. Sementara pada adsorpsi
kimia, terdapat proses perpindahan elektron yang sama dengan pembentukan
ikatan kimia antara permukaan padatan dengan zat terjerap. Adsorpsi kimia
biasanya terjadi pada proses-proses katalitik heterogen. Sedangkan dalam proses-
proses pemisahan atau pemurnian, adsorpsi yang umumnya terjadi adalah adsorpsi
Iisis. Agar bahan berpori mempunyai kapasitas adsorpsi yang besar, maka bahan
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
13
tersebut harus mempunyai luas area spesiIik yang besar, yang menunjukkan
struktur berpori dengan adanya mikropori. Beberapa bahan adsorben yang telah
banyak digunakan diantaranya adalah silika gel, alumina, karbon dan karbon aktiI
serta zeolit. Silika gel, alumina dan karbon aktiI termasuk dalam kelompok
adsorben amorp (amorphous aasorbent), sementara zeolit merupakan adsorben
kristal (crystalline aasorbent).
Kelompok absorben amorph mempunyai range luas area yang cukup besar, antara
200-1000 m
2
/gr. Luas area yang terlalu besar ini akan menyebabkan berkurangnya
kekuatan Iisik bahan, sehingga membatasi pemanIaatannya. Luas area yang besar
juga menyebabkan banyaknya mikropori, dimana mikropori ini akan menghambat
adsorpsi molekul-molekul berukuran besar. Distribusi ukuran pori kelompok
adsorben ini juga sangat luas, dari ukuran nanometer hingga micrometer.

2.7.1. Adsorben.
Material penyerap atau adsorben adalah suatu zat yang mempunyai
kemampuan untuk mengikat dan mempertahankan cairan atau gas .
Adsorben yang digunakan secara komersial adalah kelompok polar atau disebut
hydrophilic, seperti silica gel, alumina aktiI dan zeolit.
Adsorben kelompok non polar disebut hydrophpbic contohnya seperti polimer dan
karbon aktiI. SiIat siIat adsorben yang digunakan sebagai adsorpsi harus
mempunyai :
1. Luas permukaan besar sehingga kapasitas adsorpsinya tinggi.
2. Memiliki aktiIitas terhadap komponen yang diadsorpsi.
3. Memiliki daya tahan yang baik.
4. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama peristiwa adsorpsi dan
desorpsi.

2.7.2. Kesetimbangan Adsorpsi.
Adsorpsi dan desorpsi merupakan proses kesetimbangan. Dan seperti
proses kesetimbangan yang lain, maka distribusi sorbat di dalam Iluida dan
padatan dipengaruhi oleh sistem termodinamika. Data kesetimbangan umumnya
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
14
disajikan dalam bentuk isotherm, yaitu diagram yang menunjukkan perubahan
kesetimbangan antara konsentrasi yang terjerap dengan konsentrasi di Iase Iluida
atau tekanan parsial pada suhu tertentu. Secara umum, untuk adsorbsi Iisis di
permukaan homogen pada konsentrasi rendah maka kurva isotherm mendekati
bentuk linear dan kemiringan/slopenya dikenal sebagai konstanta Henry.
Konstanta Henry merupakan konstanta kesetimbangan termodinamika dan
ketergantungannya terhadap suhu mengikuti persamaan Van`t HoII :

/RT AH
0
T
0 p
0
e K' K'
p
q
lim

= =
|
|
.
|

\
|
c
c
..... (1)
dimana -AH
0
merupakan panas adsorbsi pada kondisi standar. Proses adsorbsi,
khususnya pada Iase uap, umumnya bersiIat eksotermis, sehingga AH
0
bernilai
positiI dan oleh karenanya harga K` akan menurun dengan kenaikan suhu.
Hukum Henry berlaku dengan anggapan bahwa Iase terjerap sangat encer
sehingga tidak ada persaingan terhadap permukaan adsorben serta tidak ada pula
interaksi antara molekul terjerap. Pada konsentrasi yang tinggi, kedua hal tersebut
akan memberikan pengaruh yang cukup besar sehingga bentuk kurva isotherm
menjadi lebih kompleks.
Kurva isotherm menurut BET diklasiIikasikan menjadi lima tipe. Kurva
isotherm untuk kelompok adsorben mikropori umumnya termasuk ke dalam tipe I,
sedangkan kurva yang lebih kompleks biasanya berhubungan dengan adsorpsi
berlapis dan kondensasi kapiler. Kurva isotherm tipe I umumnya dinyatakan
dengan model Langmuir, yaitu persamaan (Coulson dkk., 2002) :

KP 1
KP
C
C
SM
S
+
= ...... (2)
dengan C
S
adalah konsentrasi pada Iase terjerap, C
SM
adalah konsentrasi maksimal
pada Iase terjerap, K adalah konstanta dan P adalah tekanan partial adsorbat pada
Iase gas.
Model Langmuir diturunkan dengan asumsi bahwa adsorbsi terjadi pada
jumlah site yang telah tertentu, semua site sama, tiap site dapat menampung satu
molekul sorbate dan tidak ada interaksi antara molekul sorbate di permukaan
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
15
adsorben. Model Langmuir merupakan model yang digunakan secara luas, dan
dapat pula digunakan pada sistem adsorpsi dimana molekul terjerapnya bergerak.
Model lain yang juga sering digunakan pada sistem adsorbsi gas adalah
persamaan Freunlich. Persamaan ini sering disebut sebagai persamaan empiris.
Akan tetapi model ini tidak memiliki batas kemampuan adsorbsi, sehingga jumlah
yang terjerap dapat menjadi tak terhingga jika konsentrasi terus dinaikkan. Oleh
karena itu, persamaan Freunlich hanya berlaku pada kondisi dibawah konsentrasi
jenuh (Kamarudin dkk., 2004). Adapun persamaan Freunlich pada Iase gas
dinyatakan dengan persamaan berikut (Smith, 2005) :
V k` p
n`
..... (3)
dengan V adalah volume gas terjerap, p adalah partial pressure serta k dan n
adalah konstanta yang ditentukan secara eksperimantal.

2.7.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi.
1. Temperatur.
Semakin tinggi temperaturnya, peristiwa adsorpsinya semakin baik.
2. Tekanan.
Semakin tinggi tekanan, semakin baik pula peristiwa adsorbsinya.
3. Jenis adsorbent.
Adsorbent adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap zat lain yang
terjadi pada permukaan adsorbent.adsorpsi makin baik bila adsorbent yang
digunakan mudah menyerap zat lain.
4. Jenis zat yang diabsorpsi.
Bila zat yang diadsorpsi bersiIat elektrolit maka zat tersebut mudah
mengion , sehingga menimbulkan gaya tarik menarik antara ionnya.
5. Konsentrasi.
Untuk menyerap adsorbent yang luas permukaan dan beratnya tertentu maka
zat yang diadsorpsi tergantung pada konsentrasi solute. Makin tinggi
konsentrasi solute, makin besar pula zat yang dapat di adsorpsi.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Anda mungkin juga menyukai