Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS CONTEXTUAL

TEACHI NG AND LEARNI NG (CTL) MATERI ELASTISITAS DAN


GETARAN PENUNJANG PEMBELAJARAN BERMAKNA SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 1 TUMPANG TAHUN 2012/2013

Muhamad Zaenal Arifin, Dwi Haryoto, dan Supriyono Koes Handayanto
Universitas Negeri Malang
E-mail: arifbety@gmail.com; dwiharyoto@um.ac.id; suprikoes@yahoo.com

ABSTRAK: Bahan ajar merupakan sarana belajar yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan
pembagian angket tentang bahan ajar terhadap siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Tumpang, siswa menggunakan bahan ajar yang
konvensional. Pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan modifikasi model prosedural deskriptif Borg dan Gall
(2003). Di dalam penelitian ini ditetapkan lima langkah dengan
pertimbangan pengembangan ini terbatas pada pengembangan
produk yang layak. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan
yang dilakukan adalah (1) Observasi awal dan pengumpulan data
informasi dilakukan dengan observasi dan pembagian angket serta
kajian teoritik (2) Pengembangan bentuk produk (3) Validasi dari
validator, yaitu dua orang dosen fisika dan satu orang guru fisika
kelas XI (4) Revisi produk berdasarkan validasi tim ahli (5) Kegiatan
uji coba produk skala terbatas yang hanya dilakukan dengan
melibatkan 12 siswa. Jenis data penelitian terdiri dari data kuantitatif
berupa penilaian dari validator dan data kualitatif berupa komentar
dan saran dari validator. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
teknik analisis data persentase. Berdasarkan hasil validasi, bahan ajar
siswa memperoleh presentase 95,45% dan bahan ajar guru
memperoleh presentase 93,30%. Berdasarkan hasil ujicoba terbatas
pada siswa, bahan ajar siswa memperoleh nilai presentase 84,33%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sudah
memenuhi kriteria layak/valid menurut validator dan pengguna.
Kata Kunci: pengembangan bahan ajar, contextual teaching and
learning, bahan ajar kontekstual, pembelajaran bermakna.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak
pernah berhenti dilakukan oleh pemerintah. Beragam program inovatif ikut
memajukan reformasi pendidikan ini. Menurut Murphy (dalam Majid, 2011:3)
reformasi pendidikan adalah upaya memperbaiki pola hubungan sekolah dengan
lingkungannya juga sekolah dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan
serta manajerialnya, juga pemberdayaan guru dan restruksi model-model
pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa
yang terjadi di lingkungan dan situasi yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Pengertian pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan
siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas No 20
Tahun 2003 pasal 1 ayat 20). Suasana belajar dan pembelajaran yang kondusif
merupakan hal yang diharapkan ada di dalam lingkungan belajar. Menciptakan
suasana belajar dan pembelajaran ini tentunya bukanlah perkara yang mudah
dilakukan oleh guru. Untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran yang
kondusif dituntut kemampuan, kesadaran, dan kesabaran dari dalam diri seorang
guru (Arifin, 2009:40). Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki
kemampuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik di dalam suatu
pembelajaran. Selain itu seorang guru harus mempunyai kesadaran tentang
pentingnya suasana belajar yang kondusif bagi siswa dan kesabaran diri dalam
menciptakannya.
Suasana belajar dan pembelajaran yang kondusif perlu diciptakan dalam
pembelajaran. Maksud kalimat di atas adalah suasana yang kondusif harus
diciptakan mulai tahap awal hingga akhir pembelajaran, termasuk dalam
pemilihan dan penggunaan bahan ajar. Pemilihan dan penggunaan bahan ajar
sangat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Mutu pendidikan
menjadi rendah jika pendidik hanya terpaku pada bahan ajar yang konvensional
tanpa ada kreativitas untuk mengembangkan bahan ajar tersebut secara inovatif
(Prastowo, 2011:19). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan terhadap penggunaan bahan ajar
konvensional dengan bahan ajar inovatif. Namun, berbeda halnya jika guru
berupaya secara kreatif untuk menciptakan bahan ajar sendiri yang lebih menarik,
lebih variatif dan sesuai dengan konteks peserta didik, maka hal itu akan menjadi
upaya yang cukup baik untuk memajukan kualitas pendidikan.
Bahan ajar merupakan suatu unsur yang ada dalam pembelajaran.
Lavoridge (dalam Muslich, 2009:56) menyatakan tentang fungsi bahan ajar yaitu
bahan ajar merupakan pembimbing dan penunjang guru dalam mengajar dan
bahan ajar bertugas sebagai dasar untuk belajar sistematis untuk memperteguh,
mengulang, dan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Berdasarkan pernyataan
tersebut, bahan ajar merupakan unsur yang penting dalam pembelajaran untuk
menciptakan suasana yang kondusif siswa untuk belajar.
Sementara itu dengan bahan ajar, pembelajaran siswa di kelas tidak
berhenti pada pengetahuan teoritis belaka melainkan pengetahuan siswa harus
berkembang dan bermanfaat. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
sendiri apa yang dipelajari, bukan mengetahuinya (Nurhadi dan Senduk, 2009:4).
Dengan demikian pembelajaran di sekolah sangat relevan dengan kehidupan.
Salah satu pendekatan dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran tersebut adalah
pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan
dalam proses belajar agar kelas menjadi hidup dan lebih bermakana karena siswa
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya (Nurhadi dan Senduk, 2009:5). Dari
pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan pendekatan kontekstual siswa
dapat mendapatkan pengalaman belajar dari apa yang dilakukan dan juga peran
perangkat pembelajaran serta bahan ajar guru sangat penting dalam pendekatan
kontekstual.
Dalam realita pendidikan di lapangan, banyak guru yang masih
menggunakan bahan ajar konvensional. Bahan ajar konvensional merupakan
bahan ajar yang tinggal pakai, tinggal beli, instan dan tanpa upaya merencanakan,
menyiapkan dan menyusunnya sendiri (Prastowo, 2011:18). Dengan demikian
resiko yang dimungkinkan dari bahan ajar yang dipakai tidak kontekstual
menjadikan siswa merasa tidak tertarik dengan bahan ajar, menjadi monoton, dan
tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk mengungkap hal tersebut, dilakukan
observasi awal dan pembagian angket terhadap siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Tumpang. Berdasarkan hasil obeservasi dan pembagian angket yang dilakukan,
siswa menggunakan bahan ajar yang konvensional. Bahan ajar yang dimiliki
siswa kelas XI IPA berasal dari fotokopi buku guru dan hanya berisi dengan
rangkuman rumus, contoh soal dan latihan soal. Siswa masih merasa sulit
memahami materi dalam bahan ajar yang mereka gunakan dan membantu sekedar
untuk mengetahui rumus-rumus fisika ketika mengerjakan latihan soal.
Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas juga hanya berdasarkan pada bahan
ajar yang dimiliki siswa. Siswa hanya menghafal materi baru tanpa
menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya. Padahal belajar tidak hanya sebagai proses menghafal saja tetapi
lebih pada memberikan makna kepada siswa.
Pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien membutuhkan bahan ajar
yang tidak cukup hanya seperti itu. Analisis kebutuhan awal siswa, 87% siswa
menginginkan bahan ajar yang memuat gambar (ilustrasi) dengan desain menarik,
dengan bahan ajar yang mudah dipahami, materinya sangat jelas dan cukup rinci,
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memuat semua sub materi getaran
dan elastisitas. Sedangkan cara pembelajaran guru, siswa menginginkan
pembelajaran di kelas dilakukan dengan demonstrasi, percobaan dan latihan soal
serta sedikit ceramah.
Dari permasalahan itulah dicoba untuk mencari jalan keluarnya, yaitu
membuat siswa di SMA Negeri 1 Tumpang tertarik dengan mata pelajaran fisika
dan membantu guru untuk melangsungkan pembelajaran dengan baik melalui
pengembangan bahan ajar. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul
Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Contextual Teaching And Learning
(CTL) Materi Elastisitas dan Getaran Penunjang Pembelajaran Bermakna Siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang Tahun 2012/2013. Bahan ajar yang
dikembangkan berbasis pendekatan kontekstual ini mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, disajikan dengan desain yang menarik, bahasa yang mudah
dipahami serta soal-soal untuk siswa. Adanya bahan ajar tersebut diharapkan
dapat mengatasi masalah-masalah pembelajaran siswa kelas XI IPA dan guru
mata pelajaran fisika sehingga tujuan pembelajaran yang sebenarnya dapat dicapai
secara optimal.

METODE
Pengembangan ini dirancang untuk memperoleh suatu produk. Produk
yang dimaksud adalah bahan ajar berupa buku ajar fisika berbasis CTL materi
elastisitas dan getaran kelas XI. Pengembangan yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan model prosedural deskriptif Borg dan Gall (1992). Akan tetapi,
tidak seluruh langkah-langkah penelitian ini dan pengembangan dari Borg dan
Gall diterapkan dalam pengembangan ini. Di dalam penelitian ini ditetapkan enam
langkah dengan pertimbangan pengembangan ini terbatas pada pengembangan
produk yang layak (Ardhana, 2009:2). Langkah-langkah penelitian dan
pengembangan yang dilakukan adalah (1) Observasi awal dan pengumpulan data
informasi dilakukan dengan observasi dan pembegian angket serta kajian teoritik,
(2) Pengembangan bentuk produk, (3) Validasi dari validator, yaitu dua dosen
Jurusan Fisika dan satu guru mata pelajaran Fisika SMA, (4) Revisi produk
berdasarkan validasi validator, dan (5) Kegiatan uji coba produk skala terbatas
yang hanya dilakukan dengan melibatkan 12 siswa.
Jenis data yang terdapat di dalam penelitian dan pengembangan ini berupa
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh berdasarkan masukan,
tanggapan, kritik, dan saran perbaikan dari para validator. Data kuantitatif
diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang berupa skor penilaian produk dengan
format skala linkert. Data kuantitatif yang dihimpun berdasarkan angket atau
kuesioner merupakan hasil penilaian dari validator.
Teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian dan
pengembangan ini yaitu teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Penilaian secara kualitatif terhadap produk yang dikembangkan, diberikan oleh
validator. Pada tahap ini validator memberikan skor, kritik, dan saran perbaikan
serta memberikan kesimpulan tentang kevalidan produk yang dikembangkan
dengan kualifikasi layak tanpa revisi, layak perlu revisi, atau tidak layak untuk
diproduksi. Hasil pemberian skor, masukan, tanggapan, kritik, dan saran
perbaikan kemudian dianalisis secara deskriptif dan digunakan sebagai
pertimbangan dalam melakukan revisi produk.
Teknik analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif yaitu teknik
analisis data persentase. Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah (a) data
hasil validasi subjek coba per item pertanyaan dan (b) data hasil validasi subjek
coba keseluruhan item pertanyaan sebagai berikut.
a. Rumus untuk mengolah data hasil validasi subyek uji coba per item pertanyaan


Keterangan:
P : Persentase hasil evaluasi subyek uji coba
X : Jumlah jawaban skor oleh subyek uji coba
Xi : Jumlah jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji
coba
100% : Konstanta
b. Rumus untuk mengolah data hasil validasi subyek uji coba keseluruhan


Keterangan:
P : Persentase hasil keseluruhan evaluasi subyek uji coba
: Jumlah keseluruhan jawaban subyek uji coba dalam keseluruhan
aspek
penilaian
: Jumlah keseluruhan skor maksimal subyek uji coba dalam
keseluruhan aspek
penilaian
100% : Konstanta
Hasil analisis data yang berupa persentase tersebut kemudian
diinterpretasikan dengan kualifikasi penilaian atau kriteria kelayakan yang
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Analisis Persentase

Persentase (%) Kategori Keterangan
75,01 - 100,00 Valid Dapat digunakan tanpa revisi
50,01 - 75,00 Cukup valid Dapat digunakan dengan revisi kecil
25,01- 50,00 Tidak valid Tidak dapat digunakan
0 - 25,00 Sangat tidak valid Terlarang


HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil validasi isi diperoleh dari dua dosen Fisika FMIPA UM serta
satu orang guru Fisika. Data yang diperoleh terdiri atas data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil penilaian angket sedangkan data kualitatif
berupa komentar dan saran dari validator. Data hasil validasi dari dosen dan guru
dihitung dengan teknik analisis persentase. Nilai dari setiap aspek dihitung dengan
cara nilai total tiap aspek dibagi dengan nilai maksimal tiap aspek dan dikalikan
seratus persen. Hasil penilaian bahan ajar fisika pada setiap aspek dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Hasil Validasi Isi Bahan Ajar Fisika Berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) Materi Elastisitas dan Getaran

No Aspek yang dinilai
Validator
PA (%)
V1 (%) V2 (%) V3 (%)
1
2
3
4
5
6
7


8


9
10
11
12
13
14
15
16
17
Halaman muka (cover)
Kata pengantar
Daftar isi
Indikator hasil belajar
Peta konsep
Kelayakan isi
Penyajian isi berbasis ciri kontekstual
KD 1.3 pengaruh gaya pada sifat
elastisitas bahan)
Penyajian isi berbasis ciri kontekstual
KD 1.4 Menganalisis hubungan antara
gaya dan getaran)
Kegiatan percobaan
Rangkuman
Soal Evaluasi
Glosarium
Daftar pustaka
Indeks
Desain buku
Kesesuaian ukuran buku dan tulisan
Tata letak
95,83
100,00
87,50
100,00
100,00
100,00
93,75


95,31


100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
75,00
87,50
83,33
95,83
91,67
75,00
100,00
87,50
90,00
90,63


90,63


93,75
75,00
87,50
100,00
100,00
100,00
91,67
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
97,50
98,44


96,88


93,75
100,00
93,75
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
97,22
97,22
87,50
100,00
95,83
95,83
94,27


94,27


95,83
91,67
93,75
100,00
100,00
100,00
88,89
95,83
94,44


Data kualitatif berupa saran dan kritik yang telah diberikan oleh validator
disajikan pada Tabel 3. Saran dan kritik dari validator akan dipertimbangkan
sebagai bahan revisi agar bahan ajar hasil pengembangan lebih baik dan menarik.

Tabel 3 Data Komentar dan Saran oleh Dosen dan Guru

Validator Komentar dan Saran
Validator 1 a. Jarak batas tepi cover terlalu sempit.
b. Daftar isi terlalu variatif membuat tidak begitu jelas.
c. Kontruksi peta konsep diperbaiki dan masyarakat belajar belum terlihat.
Validator 2 a. Peta konsep diperluas dibuat sendiri-sendiri.
b. Komposisi gambar dipertegas dan penulisan gambar harus jelas.
c. Perintah dalam percobaan sebaiknya dipertegas.
Validator 3 a. Gambar dalam materi harus jelas merujuk ke Gambar yang mana.
b. Peta konsep lebih dijabarkan lagi.

Data hasil uji coba terbatas siswa diperoleh dari 12 orang siswa kelas XI
IPA-2 SMA Negeri 1 Tumpang. Data hasil uji coba terbata pada setiap aspek
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data Hasil Uji Coba Terbatas Bahan Ajar Fisika Berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) Materi Elastisitas dan Getaran

Aspek yang
dinilai
Siswa
PA
(%)
S1
(%)
S2
(%)
S3
(%)
S4
(%)
S5
(%)
S6
(%)
S7
(%)
S8
(%)
S9
(%)
S10
(%)
S11
(%)
S12
(%)
1.Halaman
Muka
(Cover)
75,0 83,3 91,7 75,0 91,7 83,3 83,3 91,7 83,3 91,7 91,7 83,3 85,42
2.Petunjuk
Penggunaan
Buku
75,0 100 75,0 75,0 75,0 75,0 75,0 75,0 75,0 100 75,0 100 81,25
3.Isi Buku 81,3 87,5 91,7 75,0 87,5 81,3 87,5 91,7 81,3 85,4 85,4 95,8 85,94
4.Kegrafikan
Buku
83,3 100 91,7 75,0 83,3 83,3 91,7 75,0 75,0 83,3 75,0 100 84,72

Data kualitatif berupa saran dan kritik yang telah diberikan oleh siswa
disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Komentar dan Saran oleh Siswa

Siswa ke- Komentar dan Saran
1 Gambar background agak diburamkan.
2 Bahasa sangat jelas.
Gambar sangat mendukung.
3 Materi lengkap.
Contoh diperbanyak lagi.
4 Materi bukunya disajikan dengan jelas dan mudah.
Gambar lebih banyak untuk memahami materi.
5 Menarik dan mudah untuk dipahami.
Banyak Gambar dan tidak monoton.
6 Penyajian materi dan Gambar mudah dipahami.
7 Lebih banyak contoh soal hitungan dan pembahasan.
8 Menarik dan sangat bagus utuk belajar fisika.
9 Dapat memberikan motivasi kepada pembaca.
10 Bukunya menarik dan dapat membuat tertarik pada fisika.
Perpaduan warnanya agak berlebihan.
11 Menjadikan mudah untuk memahami fisika.
Materi cukup lengkap.
12 Lebih diutamakan ke rumus.

Data dari guru saat mengajar dengan menggunakan bahan ajar siswa
berupa data kualitatif. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Data Guru Mengajar dengan Bahan Ajar Siswa

No Komentar
1 Siswa mengalami kebingungan pada saat membaca materi yang menerangkan Gambar 1.6.
2 Gambar pada percobaan hukum Hooke pada halaman 6 kurang begitu jelas, sehingga siswa
masih bertanya bagaimana merangkai alatnya.
Lanjutan Tabel 6 Data Guru Mengajar dengan Bahan Ajar Siswa
3 Gambar susunan seri dan paralel pada Gambar 1.8 dan Gambar 1.9 kurang jelas dan siswa
masih kebingungan bagaimana gambarnya tersebut.

Data hasil validasi isi buku guru diperoleh dari dua dosen Fisika FMIPA
UM serta satu orang guru Fisika. Hasil penilaian buku guru fisika berbasis
Contextual Teaching and Learning (CTL) materi elastisitas dan getaran penunjang
pembelajaran bermakna pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Data Hasil Validasi Isi Bahan Ajar Fisika Berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) Materi Elastisitas dan Getaran

No Aspek yang dinilai
Validator
PA (%)
V1 (%) V2 (%) V3 (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
Halaman muka (cover)
Kata pengantar
Daftar isi
RPP
Kunci Jawaban
Penilaian
Kelayakan Isi
Kelayakan Bahasa
91,67
83,33
100,00
93,42
91,67
91,67
100,00
87,50
87,50
91,67
100,00
92,11
91,67
83,33
100,00
93,75
100,00
91,67
100,00
97,37
91,67
91,67
100,00
87,50
93,06
88,89
100,00
94,30
91,67
88,89
100,00
89,58

Data kualitatif berupa saran dan kritik yang telah diberikan oleh validator
disajikan pada Tabel 8. Saran dan kritik dari validator akan dipertimbangkan
sebagai bahan revisi agar bahan ajar hasil pengembangan lebih baik dan menarik.

Tabel 8 Data Komentar dan Saran oleh Dosen dan Guru

Validator Komentar dan Saran
Validator 1 a. Kunci jawaban lebih dirinci lagi.
b. Kegiatan pembelajaran diperjelas.
Validator 2 a. Pengaturan waktu RPP ada yang tidak cocok.
b. Silabus dan RPP harus searah.
Validator 3 a. Kunci jawaban dijabarkan lagi.

PENUTUP
Kesimpulan
Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar berbasis Contextual
Teaching and Learning (CTL), dimana isi bahan ajar memuat karakteristik-
karakteristik pembelajaran CTL. Materi yang dipilih adalah materi elastisitas dan
getaran yang terdiri dari standar kompetensi (SK) 1. Menganalisis gejala alam dan
keteraturannya dalam cakupan benda titik dan kompetensi dasar (KD) 1.3
Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan dan 1.4 Menganalisis
hubungan antara gaya dengan getaran dengan sub materi elastisitas dan getaran.
Pengembangan bahan ajar ini disesuaikan dengan langkah pengembangan yang
digunakan dalam penelitian, yakni menggunakan model prosedural deskriptif
Borg dan Gall (2003).
Produk yang dihasilkan mencakup semua komponen CTL. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurhadi dan Senduk (2009:37) yang menyatakan bahwa ada 7
komponen utama dalam pembelajaran kontekstual, yaitu konstruktivistik, inkuiri,
bertanya, masyarakat belajar, pemodelan refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.
Hasil validasi yang dilakukan sebelum revisi, bahan ajar siswa mendapat
skor 95,44%. Bagian yang perlu direvisi adalah aspek halaman muka (cover),
daftar isi, peta konsep, masyarakat belajar dan komposisi gambar. Sedangkan
buku guru mendapat skor 93,30%. Bagian yang perlu direvisi adalah aspek kunci
jawaban, kegiatan pembelajaran, RPP dan silabus dibuat lebih rinci dan lebih
jelas. Berdasarkan hasil uji coba terbatas pada siswa, bahan ajar siswa mendapat
skor 84,22%. Revisi juga dilakukan berdasar angket yang diberikan pada siswa
meliputi gambar background dan paduan warna dalam bahan ajar.
Bahan ajar yang telah dikembangkan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dalam bahan ajar yang dikembangkan adalah: (1) Disesuaikan dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; (2) Bahan ajar yang dihasilkan
merupakan buku ajar fisika berupa buku teks dengan materi elastisitas dan getaran
berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Diawali dengan judul bab
pada buku yang merupakan gambaran materi dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya sistem suspensi dan shock absorber. Siswa dapat mengkonstruk materi
dengan adanya video pembelajaran dan juga gambar yang telah disediakan pada
awal materi. Hal ini akan membuat siswa menghubungkan informasi baru dengan
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya serta akan mendorong
siswa untuk mengetahui informasi baru; (3) Bahan ajar yang dihasilkan memuat
LKS percobaan yang disusun dengan metode inkuiri, yaitu siswa menemukan
konsep melalui percobaan. Dalam melakukan percobaan, siswa dituntut untuk
dapat belajar berkelompok; (4) Bahan ajar yang dihasilkan terdapat ruang diskusi
yang digunakan siswa untuk mendiskusikan materi secara individu maupun
berkelompok; (5) Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar merupakan bahasa
yang mudah dipahami dan berisi pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat
mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi baru, dan (6) Bahan ajar yang
dihasilkan juga dapat menguji pemahaman siswa melalui soal-soal latihan yang
tersedia dalam bahan ajar. Sedangkan kekurangan pada bahan ajar ini adalah: (1)
bahan ajar yang dikembangkan hanya pada materi elastisitas dan getaran, tidak
keseluruhan materi dalam satu semester atau satu tahun; (2) hanya diajarkan satu
pertemuan pada satu kelas sehingga efisiensi waktu seluruhnya tidak dapat
diketahui.

Saran
Berdasarkan hasil validasi ahli dan uji coba terbatas kepada siswa, bahan
ajar yang dikembangkan dinilai valid dan layak sehingga bahan ajar fisika
berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) materi elastisitas dan getaran
penunjang pembelajaran bermakna kelas XI dapat diujicobakan untuk
pembelajaran fisika. Saran yang diberikan untuk pemanfaatan produk adalah
digunakan sebagai salah satu buku penunjang pelajaran bagi siswa di dalam kelas.
Selain itu, produk yang dikembangkan dapat digunakan oleh guru sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran.
Saran yang diberikan untuk diseminasi produk adalah dengan
menyebarkan kepada guru fisika dan siswa yang berkenan atau membutuhkan
bahan ajar yang dikembangkan. Diseminasi juga bisa dilakukan dengan uji coba
berkelanjutan di sekolah-sekolah lain. Saran untuk pengembangan lebih lanjut
bisa melanjutkan pengembangan ini pada tahap uji empiris agar diketahui
efektifitas produk yang diharapkan karena pengembangan hanya berhenti pada
tahap uji coba kelompok yang lebih kecil (skala terbatas). Kemudian dengan
memperhatikan kelemahankelemahan bahan ajar yang dikembangkan,
hendaknya diperbaiki kekurangan tersebut sebelum melanjutkan pada tahap yang
lebih luas.


DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. dan Sriwiyana, H. 2011. Pembelajaran Kurikulum dan Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang Cipta Media.

Ardhana, W. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan
dan Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Lokakarya Nasional
Angkatan II, Jurusan Ilmu Keolahragaan FIK UM, Malang, 22-24 Maret
2002.

Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Belawati, T. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat penerbitan
Universitas Terbuka.

Borg, W. dan Gall, M.D. 1992. Educational Research An Introduction. London:
Logman.

Ismail. 2004. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai
Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Majid, A. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: remaja Rosda Karya

Muslich, M. 2009. Text Book Writing. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurhadi & Senduk, A.G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Malang: PT. Jepe
Press Media Utama.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005. Buku Teks
pelajaran. (Online), (http://ftp.unm.ac.id), diakses 4 Maret 2013.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:
Diva Press .

Sukmadinata, N.S. 2005. Metode Penelelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.

Tim Penyusun Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Edisi Kelima. Malang: UM Press.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah/Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: BSNP.

Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. (Online), (http://unpad.ac.id), diakses tanggal 5 April 2013.

Winarno. 2011. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang:
Media Cakrawala Utama.

Young, H. D. dan Freedman, R. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi Kesepuluh.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai