Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK FERTILISASI IN VITRO DAN TRANSPLANTASI EMBRIO

Secara teknis, IVF dibagi menjadi 4 (empat) tahap berikut:


Tahap pertama, yaitu tahap induksi ovulasi.
Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur sebanyak mungkin yang dilakukan
dengan pemberian Follicle Stimulating Hormone (FSH)[7]. Saat ini, FSH telah dimurnikan dan diperbanyak
dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya nama dagang Gonal-f, sehingga dapat digunakan untuk membantu
stimulasi pertumbuhan sel telur pada perempuan yang kekurangan hormon FSH[8]. Setelah dihasilkan cukup
banyak sel telur, diberikan hormon human Chorion Gonadotropin (hCG)[9] untuk menstimulasi pelepasan sel telur
yang matang. Seperti halnya FSH, hCG juga telah diproduksi dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya
Ovidrel yang dapat diinjeksikan langsung ke jaringan di bawah kulit[10]. Jika tidak terdapat sel telur
yang matang, maturasi satu atau lebih sel telur dapat dilakukan dengan menggunakan
metode OS (Ovarian Stimulation).
Tahap kedua, yaitu tahap pengambilan sel telur.
Pada tahap ini, hasil pematangan sel telur dari ovarium[11] diamati, misalnya dengan
menggunakan metode laparoskopi[12] atau metode vaginal ultrasonik[13]. Sel telur yang
telah matang akan diambil dari ovarium dengan menggunakan jarum yang runcing,
kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan.
Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur.
Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metode swim-up[14] (Henkel
dan Schill, 2003) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel telur, kemudian
disimpan di dalam inkubator. Pemeriksaan gamet dilakukan pada interval waktu antara
fertilisasi dan maturasi[15]. Setelah terjadi fertilisasi, embrio dibiarkan di dalam inkubator
selama 3 5 hari.
Tahap keempat, yaitu transfer embrio[16].
Tahap ini merupakan tahap akhir, berupa pengembalian embrio hasil fertilisasi yang telah mencapai
tahap blastula[17]. Embrio ditransplantasikan ke dalam rahim melalui kateter Teflon[18]
tanpa pembiusan. Dengan cara ini pasien dapat kembali ke rumah segera setelah transfer
embrio. Untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, maka beberapa embrio
ditransplantasikan ke dalam rahim (Corabian, 1997).

Dalam aplikasinya, teknik IVF perlu mempertimbangkan tingkat kesuksesan. Definisi tingkat
kesuksesan dalam IVF adalah jumlah kehamilan yang diperoleh setelah aplikasi IVF dibagi
dengan jumlah aplikasi IVF yang telah dilakukan untuk mendapatkan kehamilan. Ada
beberapa variasi dalam perhitungan ini. Jumlah kehamilan yang diperoleh setelah aplikasi
IVF dapat dihitung yang menghasilkan kelahiran hidup saja, maupun jumlah keseluruhan
termasuk kelahiran mati. Sedangkan jumlah aplikasi IVF yang telah dilakukan biasanya
ditentukan berdasarkan siklus IVF-ET termasuk teknik IVF itu sendiri sampai pemindahan
embrio ke dalam rahim.
Secara statistik, teknik IVF-ET dapat meningkatkan angka kehamilan pada pasien yang
mengalami masalah infertilitas penyumbatan saluran Fallopi secara signifikan jika
dibandingkan dengan teknik perawatan konvensional yang lainnya. Kehamilan spontan yang
terjadi pada pasien dengan penyumbatan saluran Fallopi memiliki tingkat kelahiran hidup
1,4%, sedangkan dengan teknik IVF sekitar 8% - 12% per siklus perawatan (Corabian,
1997).

MASALAH MASALAH YANG MUNCUL DALAM PENERAPANTEKNIK IVF - ET
Masalah utama dalam kehamilan yang berasal dari teknik IVF adalah peningkatan
kemungkinan kehamilan kembar yang disebabkan oleh penggunaan hormon yang
merangsang ovarium, serta transplantasi lebih dari satu embrio yang dimaksudkan untuk
meningkatkan peluang terjadinya kehamilan. Tingkat kehamilan kembar berkisar antara
17,3% - 38%. Angka tersebut lebih besar secara signifikan jika dibandingkan dengan
tingkat kehamilan kembar yang terjadi pada kehamilan spontan yaitu sebesar 1%
(Corabian, 1997).
Menurut Koivurova, dkk. (2002), kehamilan kembar merupakan faktor risiko penting yang
memicu kelahiran prematur[19], kelahiran dengan berat badan yang rendah, dan masa
kehamilan yang singkat. Bayi yang lahir dengan kondisi tersebut memerlukan perawatan
medis intensif yang lebih lama jika dibandingkan dengan bayi dari proses kehamilan
spontan. Selain peningkatan angka kehamilan kembar, teknik IVF juga berakibat pada
kelahiran dengan penyakit tertentu (misalnya infeksi kelahiran, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, gangguan pernapasan, pertumbuhan paru-paru yang tidak normal, dan
pendarahan pada otak), serta kelahiran bayi dengan kelainan organ tubuh bawaan.
Di Finlandia, teknik IVF dipantau melalui metode MBR (Medical Birth Register), yang dikelola
oleh STAKES, suatu badan yang bergerak dalam bidang pengembangan kesejahteraan dan
kesehatan nasional, sejak tahun 1987. MBR mendata angka kelahiran bayi yang berhasil
dilahirkan dengan bantuan teknik IVF. Dari hasil penelitian Gissler, dkk. (2004), diperoleh
data bahwa kelahiran prematur sebesar 17%, insiden kelahiran dengan berat badan rendah
sebesar 19% dan kelahiran dengan masa kehamilan yang singkat sebesar 6,9%, masing-
masing untuk kehamilan tunggal. Selain kelahiran hidup, Gissler, dkk. (2004) juga
mengemukakan bahwa teknik IVF juga membawa risiko kematian janin pada sekitar masa
kelahiran (perinatal mortality), yaitu sebesar 12 kasus dalam 1000 kehamilan tunggal.
Sedangkan untuk kehamilan kembar, persentase kasus kelahiran prematur sebesar 49%,
dan insiden kelahiran dengan berat badan rendah sebesar 46%. Tingginya angka ini antara
lain disebabkan karena terjadinya kasus kembar tiga (triplet), kembar empat (quadruplet),
dan seterusnya.
Kelainan organ tubuh bawaan yang tercatat oleh MBR dalam penelitian Gissler, dkk. (2004)
adalah sebesar 422 kasus dalam 10.000 kelahiran. Angka tersebut lebih besar secara
signifikan jika dibandingkan dengan tingkat cacat organ tubuh bawaan pada populasi secara
umum yaitu sebesar 288 kasus dalam 10.000 kelahiran. Cacat bawaan yang mungkin
terjadi misalnya trisomi 21, bibir sumbing, dan kerusakan sel-sel saraf.
Dari hasil penelitiannya, Koivurova, dkk. (2002) menyimpulkan bahwa risiko kelahiran
prematur pada kehamilan dengan teknik IVF hampir enam kali lipat lebih besar daripada
yang terjadi pada populasi secara umum, kelahiran dengan berat badan rendah hampir
sepuluh kali lipat lebih tinggi, dan kelahiran dengan penyakit tertentu lebih dari dua kali
lipat dari kondisi yang terjadi pada populasi secara umum. Dengan demikian, jumlah embrio
yang ditransplantasikan kembali ke dalam rahim harus dibatasi agar risiko terjadinya
kehamilan kembar pun dapat dikurangi.
Teknik standar IVF dapat dimodifikasi dalam bentuk kriopreservasi[20], yang
memungkinkan kelebihan embrio dapat disimpan dalam suhu yang rendah dan dipindahkan
pada siklus IVF berikutnya, sehingga dapat dilakukan lebih dari satu kali transfer embrio
dari proses stimulasi ovarium yang sama. Kriopreservasi ini dimaksudkan untuk
meminimalisasi risiko pembelahan ganda yang dapat memicu kehamilan kembar jika
digunakan lebih dari empat embrio (Dulioust, dkk. 1999).
Dari hasil penelitian, kriopreservasi tidak memicu kelainan mayor maupun penyakit pada
embrio yang dibekukan, bahkan ketika embrio tersebut ditransplantasikan kembali ke
dalam rahim, dilahirkan dan menjadi dewasa. Hal ini dikemukakan pula oleh ESHRE
(European Society of Human Reproduction and Embriology) 2001, suatu lembaga yang
bergerak di bidang yang berhubungan dengan reproduksi manusia dan embriologi, bahwa
tidak ada bukti-bukti konkrit yang menunjukkan bahwa kriopreservasi merupakan prosedur
yang membahayakan untuk masa depan embrio tersebut.

PANDANGAN ETIS TERHADAP IVF - ET
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang biologi yang berkembang sangat cepat ternyata
menimbulkan berbagai tanggapan di kalangan masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang
setuju namun ada sebagian pula yang menentang hal itu. Kesan pro dan kontra merupakan
tanggapan dari munculnya teknologi-teknologi baru. Berbagai perkembangan teknologi
inilah yang mengakibatkan banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia.
Masalah etis suatu perkembangan teknologi merupakan dampak dari perkembangan
teknologi itu sendiri. Pertanyaan mengenai etis atau tidaknya suatu masalah akan muncul
pada saat kita dihadapkan pada situasi-situasi khusus. Dalam bidang bioteknologi tidak ada
batasan-batasan yang jelas mengenai etis atau tidaknya suatu masalah. Dua golongan
pendapat ini tidak bisa hanya dijawab dengan jawaban singkat, bahwa salah satu dari
keduanya adalah benar. Bisa saja golongan pro dapat dianggap etis dan golongan kontra
dianggap tidak etis, demikian pula sebaliknya, tergantung dipandang dari sudut pandang
apa? Memang kedua pilihan tersebut di atas tidak ada yang sempurna, masing-masing pasti
memiliki kelebihan dan kekuranggan. Dalam menyikapi masalah tesebut kita perlu
membuat rumusan-rumusan atau batasan-batasan tentang posisi etis atau tidaknya.
Batasan etis ini diharapkan membantu memudahkan dalam pengambilan keputusan.
Dari pembahasan diatas, muncul beberapa permasalahan yang akan kami bahas dipandang
dari sudut etis.

1. Tujuan pelaksanaan teknik IVF ET
Secara mendasar, teknik IVF dikembangkan untuk menolong pasutri yang mengalami
infertilitas agar dapat memperoleh keturunan. Namun pada perkembangannya, teknik IVF
memungkinkan manusia untuk memanipulasi sifat-sifat genetik bahkan menentukan jenis
kelamin keturunannya.
Sejauh teknik IVF dilaksanakan hanya untuk menolong pasutri yang sungguh-sungguh
membutuhkan pertolongan dalam masalah reproduksinya, teknik ini dapat diterima secara
etis. Dengan memperoleh keturunan, sisi kemanusiaan pasutri yang bersangkutan akan
meningkat dan teknik tersebut sama sekali tidak mengurangi nilai kemanusiaan anak yang
akan dilahirkan karena proses yang terjadi di luar tubuh hanyalah pembuahan sel telur oleh
sel sperma, sedangkan proses selanjutnya terjadi di dalam tubuh ibu seperti halnya
kehamilan normal.

2. Sumber sel telur dan sel sperma serta tempat transplantasi embrio
Teknik IVF memungkinkan bahwa sumber sel telur dan sel sperma tidak hanya berasal dari
pasutri yang bersangkutan, melainkan dapat berasal dari donor sel telur dan donor sel
sperma. Demikian pula dengan tempat transplantasi embrio. Jika rahim pasien tidak
memungkinkan untuk pertumbuhan embrio, maka embrio dapat ditransplantasikan ke
rahim perempuan lain (surrogate mother[21]). Hal ini menimbulkan masalah etis.
Dipandang dari sisi etis, menurut kelompok kami, teknik IVF yang dilakukan dengan sel
telur dan sel sperma dari pasutri itu sendiri dapat diterima secara etis, terlebih jika embrio
yang dihasilkan ditransplantasikan kembali ke dalam rahim pemilik sel telur itu sendiri.
Donor sel telur, donor sel sperma atau gabungan keduanya dapat menghasilkan individu
baru yang tidak jelas garis keturunanya, dan jika donor gamet tersebut diperoleh dari bank
sperma maupun pihak-pihak lain yang tidak jelas asal usulnya secara etis sulit untuk
diterima. Demikian pula transplantasi embrio ke rahim perempuan lain yang menimbulkan
banyak kesulitan, terutama tentang hak kepemilikan anak.
3. Jumlah embrio tansplantasi dan aborsi.
Untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, maka jumlah embrio yang
ditransplantasikan biasanya lebih dari satu. Kebanyakan prosedur IVF yang telah
dilaksanakan, mentransplantasikan 4 embrio ke dalam rahim. Jika dari keempatnya berhasil
berkembang lebih dari satu, maka akan memicu terjadinya kehamilan kembar. Hal ini akan
menimbulkan masalah, antara lain kondisi kesehatan ibu yang bersangkutan maupun janin
yang dikandungnya. Biasanya untuk meningkatkan peluang tumbuh embrio terbaik, dokter
melakukan aborsi terhadap embrio lain.
Menurut kelompok kami, pengguguran embrio yang dilakukan sebelum 14 hari sejak
terjadinya fertilisasi masih dianggap etis. Hal itu sesuai dengan pernyataan dari ESHRE Task
Force on Ethics and Law dalam jurnal The moral status of the pre-implantation embrio,
bahwa pengguguran tersebut dapat diterima secara umum, karena pada umur tersebut
belum terjadi diferensiasi jaringan embrio. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Hadiwardoyo (1989), bahwa embrio yang berumur kurang dari 14 hari belum memiliki otak
dan jantung. Dengan demikian, aborsi pada embrio yang berumur kurang dari 14 hari tidak
akan mengurangi hak hidup seseorang.
4. Kriopreservasi, donasi dan penelitian embrio pra-implantasi
Pertimbangan untuk melaksanakan pembekuan embrio pra-implantasi bukan sepenuhnya
berasal dari seorang peneliti saja, akan tetapi harus mendapat persetujuan dari pasutri
pemikik embrio. Pembekuan embrio yang belum ditransplantasikan, dilakukan dengan
tujuan untuk mengawetkan embrio yang dianggap memiliki kondisi baik setelah melewati
hasil evaluasi genetik yang digunakan sebagai cadangan. Masalah etis yang muncul
adalah apakah embrio cadangan tersebut akan dibekukan dan disimpan begitu saja?
Embrio yang telah dikriopreservasi tersebut dapat didonasikan kepada pasutri lain atau
digunakan sebagai bahan penelitian. Dilihat dari sudut etis,. seperti yang telah dijelaskan di
muka sangatlah sulit jika embrio yang merupakan calon manusia tersebut didonasikan
kepada pasutri lain, sekalipun keduanya masih memiliki hubungan saudara. Hal ini juga
didasarkan pada alasan bahwa embrio manusia bukan merupakan barang yang dapat
dengan mudah diberikan kepada orang lain.
Menurut kelompok kami, secara etis penelitian terhadap embrio masih mungkin untuk
dilaksanakan, sejauh mendapat persetujuan dari pasutri pemilik embrio dan embrio
mempunyai umur tidak lebih dari 14 hari setelah fertilisasi (tanpa memperhitungkan
lamanya waktu pembekuan). Meskipun embrio merupakan calon manusia, namun seperti
halnya aborsi yang dibahas sebelumnya, pengguguran embrio yang belum mengalami
diferensiasi jaringan, dan belum memiliki otak serta jantung tidak mengurangi hak hidup
dan nilai kemanusiaan. Penelitian terhadap embrio ini akan memberikan sumbangan yang
sangat berguna bagi pengembangan teknik IVF, sehingga dapat meningkatkan peluang
keberhasilannya.

KESIMPULAN
IVF merupakan metode medis yang digunakan dalam menyatukan sel telur dan sel
sperma sehingga dapat membantu pasutri yang infertil dalam memperoleh
keturunan, dengan empat tahapan yaitu :
Tahap Pertama : Induksi ovulasi
Tahap Kedua : Pengambilan sel telur
Tahap Ketiga : Fertilisasi sel telur
Tahap Keempat : Transfer sel embrio
Pelaksanaan IVF ternyata dapat meningkatkan peluang lahir bayi kembar, prematur,
berat badan rendah, perawatan bayi lebih intensif, selain itu juga memungkinkan
terjadinya gangguan pada kelahiran : penyakit kelainan organ tubuh dan penyakit
tertentu (misalnya infeksi kelahiran, gangguan pernapasan, pertumbuhan paru-paru
yang tidak normal, dan pendarahan pada otak).
Kontradiksi aplikasi metode IVF melibatkan pemerintah sebagai regulasi , pihak
kedokteran dan Ilmuwan untuk menciptakan kode etik, serta pelaku (pasutri)
dengan pencipta.
IVF dikembangkan sebagai solusi untuk mengatasi infertilitas pasutri yang
disebabkan oleh kerusakan maupun tersumbatnya saluran Fallopi karena penyakit,
endometriosis atau sterilisasi akan tetapi membutuhkan profesionalisme yang tinggi
untuk melaksanakannya.
Test-test antara lain Human Immune Deficiency Virus (HIV), Syphilis and Hepatitis B Virus dibutuhkan dari anda
dan suami anda dan dilakukan di laboratorium di Singapura dalam waktu enam bulan sebelum usaha IVF. Anda
juga harus diperiksa Campak Jerman ( Rubella ). Imunisasi pencegahan akan ditawarkan jika anda tidak mempunyai
imunitas.
Test opsional tapi diperlukan adalah Hemoglobin, Elektroforesis Hemoglobin, Golongan darah, Ig M
Toxoplasma, Pap smear dan Hapusan dari cervix anda untuk Chlamydia. Suami anda sebaiknya melakukan kultur
semen untuk bakteri dan Mycoplasma.
Pada hari pertama atau kedua dari siklus menstruasi, kadar Follicle Stimulating Hormon (FSH) akan diukur
untuk menentukan dosis awal yang cocok dari obat-obatan stimulasi ovarium.
Komplikasi adalah efek tidak diinginkan yang berhubungan dengan pengobatan.
Komplikasi utama dari IVF adalah sindrom hiperstimulasi ovarium ( OHSS / Ovarian Hyperstimulation
Syndrome ).
Komplikasi kedua adalah kehamilan multiple dengan kemungkinan kembar tiga, kembar empat, dsb.
Komplikasi ketiga adalah kehamilan ektopik. Komplikasi lain yang jarang terjadi adalah perdarahan dan infeksi
disebabkan tusukan jarum pada hari pengumpulan telur.
http://www.ivf-treatment.com/IVF%20pertanyaan.htm
http://eprints.undip.ac.id/12292/1/2003MIB2961.pdf
file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/digital_132341-P2010.001-Bayi%20tabung.pdf

Anda mungkin juga menyukai