Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya penting untuk meningkatkan kualitas
pengembangan potensi individu dalam membina dan membentuk Sumber
Daya Manusia (SDM). Setiap individu membutuhkan pendidikan karena
melalui pendidikan seseorang dapat memahami sesuatu yang belum dia
pahami. Hal ini mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yaitu : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena
itu, pendidikan harus dipersiapkan sebagai bekal kehidupan seseorang guna
menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Matematika sebagai ilmu yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini dikarenakan matematika adalah
ilmu yang berhubungan dengan penalaran dan pola pikir manusia. Mengingat
pentingnya matematika inilah yang menjadikan matematika sebagai mata
pelajaran yang wajib dipelajari di semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran
matematika yang diajarkan di sekolah berfungsi sebagai alat, pola pikir, dan
ilmu pengetahuan.
2

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah seperti yang tercantum
dalam Standar Isi (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 146)
mengungkapkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah diuraikan di
atas, menunjukan bahwa kemampuan komunikasi merupakan salah satu tujuan
yang harus dicapai dan dimiliki siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar
mengajar siswa harus diberikan kesempatan yang lebih luas agar siswa dapat
berkomunikasi dengan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam pembelajaran matematika, ketika sebuah konsep informasi
matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa dan siswa dilibatkan
secara aktif dalam mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide mereka,
menulis, berbicara dan mendengarkan siswa lain dalam berbagai ide, maka
saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator
kepada komunikan, atau sedang terjadi komunikasi matematika.
3

Komunikasi dalam hal ini tidak sekedar komunikasi secara lisan atau
verbal tetapi juga komunikasi secara tertulis. Komunikasi secara lisan dan
tertulis termuat dalam komunikasi matematis. Komunikasi matematis adalah
kemampuan siswa untuk menyatakan ide-ide matematika baik secara lisan
maupun tertulis (NCTM, 2000:268). Untuk melihat kemampuan komunikasi
matematika siswa dalam pembelajaran matematika.dapat dilihat dari
indikator-indikator kemampuan komunikasi dalam matematika. Banyak
pendapat yang mengemukakan tentang indikator-indikator komunikasi
matematika. Misalnya, Indikator kemampuan komunikasi matematika yang
diungkapkan oleh Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi
kemampuan siswa: (1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam idea matematika; (2) menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik
secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (3)
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; (4)
mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (5) membaca
dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis; (6) membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi; (7)
menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.


4

Pentingnya komunikasi dalam matematika ini sejalan dengan fungsi
mata pelajaran matematika, seperti yang dikemukakan oleh Suherman, dkk.
(2001:55)
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat
untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya
melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-
model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-
soal cerita atau atau soal-soal uraian matematika lainnya.
Dari pendapat Suherman, dkk. tersebut dapat dilihat bahwa fungsi matematika
yang dipaparkan adalah dari aspek komunikasi. Kemampuan komunikasi
matematis inilah yang akan menjadi alat untuk memahami atau
menyampaikan informasi dengan bahasa matematika melalui persamaan,
tabel, grafik ataupun model matematika.
Kemampuan komunikasi matematis bukan hanya sebagai suatu
kompetensi siswa yang harus diajarkan dan dipelajari, tetapi hendaknya
diupayakan agar siswa mampu memecahkan suatu permasalahan matematis.
Aspek komunikasi juga dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan
gagasannya, baik secara tertulis maupun secara lisan. Namun kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
masih rendah.
Berdasarkan pengalaman saat melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan Kependidikan (PPLK) semester Juli Desember 2013 di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Lubuk Alung, kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan soal matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan komunikasi siswa secara tertulis dimana siswa kesulitan
5

menginterpretasikan soal uraian ke dalam model matematika dan banyak yang
kebingungan dalam menafsirkan soal. Sementara secara lisan, siswa kurang
berani untuk mengkomunikasikan gagasan - gagasan matematika melalui
bahasa matematis yang tepat. Selain itu banyak siswa yang belum berani
untuk mengemukakan pendapat maupun bertanya ketika pembelajaran
matematika berlangsung karena mereka merasa bahwa pembelajaran
matematika itu menakutkan dan membosankan.
Berdasarkan lembar jawaban ulangan harian I (UH I) matematika
siswa kelas XI IPS tentang Statistika, ditemukan bahwa masih rendahnya
tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan menyatakan situasi ke dalam
bahasa matematika.. Hal ini dapat dilihat pada hasil Ulangan Harian I siswa
XI IPS pada materi statistika berikut ini:
Soal 1. Diagram lingkaran di bawah ini menunjukkan bidang studi yang paling
digemari siswa di salah satu kelas yang terdiri dari 48 siswa. Berapa
banyak siswa yang menyukai Matematika ?




6





Dari lembar jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa belum mampu
membaca suatu diagram lingkaran dengan baik. Pada jawaban siswa terlihat
siswa mengalami masalah dalam penyelesaian soal karena kurang memahami
apa yang diketahui dari soal. Siswa mengkomunikasikan diagram dalam
bentuk persentase, seharusnya siswa mengkomunikasikan diagram tersebut
dalam betuk derajat untuk memperoleh jawaban yang tepat.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis
siswa, diantaranya karena proses belajar yang masih berpusat pada guru
(teacher centered ), guru cenderung aktif sebagai sumber informasi dan siswa
cenderung pasif dalam menerima pelajaran . Perencanaan pembelajaran yang
baik tentunya akan memberikan kontribusi terhadap proses belajar mengajar
Gambar 1
Lembar Jawaban Siswa X

7

di kelas, tetapi kenyataanya guru kurang optimal dalam membuat perencanaan
pembelajaran sehingga proses belajar berjalan seadanya saja.
Strategi pembelajaran memiliki peranan strategis dalam upaya
meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar karena bergerak dengan
melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan mampu
menyampaikan materi dengan tepat tanpa membuat siswa mengalami
kebosanan. Strategi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kerjasama
akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa
percaya diri , serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas
individu ataupun kelompok.
Menyadari pentingnya suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis, maka diperlukan adanya pembelajaran yang
menekankan pada belajar siswa aktif. Hal ini dapat terwujud melalui suatu
bentuk pembelajaran alternatif yang dirancang sedemikian rupa sehingga
mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual
dimana lebih menekankan strategi pembelajarannya daripada hasil belajarnya,
dengan harapan dari proses belajar tersebut siswa mampu mengkonstruksikan
sendiri pengetahuannya. Sedangkan pembelajaran kontekstual merupakan
suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan
keadaan dunia nyata. Guru sebisa mungkin menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dengan harapan siswa dapat dengan mudah menerima materi
8

pelajaran. Pembelajaran dengan strategi REACT memuat lima komponen,
yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring.
Relating (mengaitkan) yaitu dalam pembelajaran siswa melihat dan
memperhatikan keadaan lingkungan dan peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari, kemudian dikaitkan ke dalam informasi baru atau persoalan yang akan
dipecahkan. Experiencing (mengalami), hal ini bisa diperoleh pada saat siswa
mengerjakan LKS, latihan penugasan, dan kegiatan lain yang melibatkan
keaktifan siswa dalam belajar. Siswa dengan melakukan kegiatan dalam
proses pembelajaran yang dilakukannya secara mandiri akan lebih mudah
memahami suatu konsep. Applying (menerapkan), belajar untuk menerapkan
konsep-konsep ketika melaksanakan aktivitas pemecahan soal-soal, baik
melalui LKS, latihan penugasan, maupun kegiatan lain yang melibatkan
keaktifan siswa dalam belajar. Cooperating (berkerja sama), belajar dengan
bekerjasama, saling tukar pendapat (sharing), merespon, dan berkomunikasi
dengan teman lainnya akan sangat membantu siswa dalam mempelajari suatu
konsep. Transferring (mentransfer), pembelajaran diarahkan untuk
menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Strategi REACT diyakini dapat mambantu guru dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Strategi ini memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi menyampaikan ide-idenya,
merefleksikan gagasan yang diberikan temannya dan berdiskusi menyamakan
ide dengan temannya. Karena strategi belajar ini merupakan strategi
9

pembelajaran kontekstual maka siswanya dituntut aktif dalam pembelajaran.
Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual , guru dapat mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Strategi belajar ini juga menuntut siswa untuk berpasangan dan
bekerja sama sehingga diharapkan mempermudah siswa dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematisnya.
Berdasarkan uraian diatas, strategi REACT dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk itu dilakukan suatu
penelitian dengan judul, Penerapan Strategi REACT (Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, Transferring) untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lubuk Alung
Tahun Ajaran 2013/2014.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diindentifikasi beberapa
permasalahan diantaranya yaitu:
1. Masih rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa
2. Pembelajaran matematika berpusat pada guru ( teacher centered )
3. Siswa belum berani untuk mengemukakan pendapat maupun bertanya
ketika pembelajaran matematika berlangsung
4. Proses pembelajaran yang dilakukan guru kurang meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
10

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih
rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, Apakah kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?.
E. Asumsi
Asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam mengikuti
pembelajaran matematika.
2. Guru dapat menerapkan pembelajaran matematika dengan strategi
REACT
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada
siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.


11

G. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar
dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional.
H. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa diharapkan strategi REACT dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa
2. Bagi peneliti manfaatnya adalah dapat mengamalkan ilmu yang
diperoleh selama belajar di perguruan tinggi, menjalin hubungan
baik antara mahasiswa dengan siswa, mahasiswa dengan sekolah,
mampu menjadi pengetahuan sebagai bekal untuk menjadi pendidik
dikemudian hari.
3. Bagi guru bidang studi manfaatnya adalah sebagai sumber informasi
bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat
digunakan untuk pembelajaran matematika di sekolah
4. Bagi sekolah manfaatnya adalah meningkatkan hasil prestasi sekolah
sesuai hasil belajar siswa, menjadikan patokan atau pedoman
perubahan dalam menentukan kebijakan-kebijakan kurikulum
matematika.

Anda mungkin juga menyukai