Aku masih menunggu datangnya sang keajaiban yang diberikan penguasa untukku
Tapi yang aku rasakan hanyalah kehampaan demi kehampaan
Ketika aku menemukan denting-denting waktu itu bergerak di hadapanku Mereka tampak awet muda dan tak pernah usang sedikitpun
Aku iri dengan para denting yang bergerak terus menerus Mereka tangan sang penguasa dalam mengatur dunia Tapi aku tak pernah melihat mereka tersenyum gembira Mereka hanya alat untuk berdenting
Ketika aku bertanya kepada mereka Wahai denting yang tak pernah usang, apa yang kalian rasakan? Mereka tetap berdenting tanpa memperdulikan aku disini Tapi tiba-tiba air mata itu jatuh dari mata salah satu dari mereka.
Kutatap mata itu tapi mata itu tertutup bagiku Ia hanya berkata padaku, pergilah! Denting-denting itu terus bergerak tanpa henti di mataku Namun keherananku tak pernah berhenti mengalir untuknya
Denting-denting waktu yang tak pernah usang Hanyalah lambang sebuah cerita Sama seperti keabadian yang diimpikan semua orang Tapi di dalamnya hanya ada air mata tanpa cinta