Anda di halaman 1dari 25

Penerbit: The Wahid Institute | Penanggung Jawab: Yenny Zannuba Wahid, Ahmad Suaedy | Pemimpin Redaksi: Rumadi | Redaktur

r Pelaksana: Alamsyah
M. Djafar | Sidang Redaksi: Ahmad Suaedy, Gamal Ferdhi, Alamsyah M. Djafar | Staf Redaksi: M. Subhi Azhari, Nurun Nisa, Badrus Samsul Fata | Desain &
Lay out: Ulum Zulvaton | Kontributor: Noor Rahman (DKI Jakarta), Suhendy, Dindin Ghazali (Jawa Barat), Nur Khalik Ridwan (Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta), Tedi Kholiludin (Jawa Tengah), Zainul Hamdi (Jawa Timur), Syamsul Rijal Adhan (Makassar), Akhdiansyah, Yusuf Tantowi (NTB) |
Alamat Redaksi: The Wahid Institute , Jln Taman Amir Hamzah 8, Jakarta - 10320 | Telp +62 21 3928 233, 3145 671 I Faks. +62 21 3928 250
Email: info@wahidinstitute.org Website: www.wahidinstitute.org. Penerbitan ini hasil kerjasama the Wahid Institute dan TIFA Foundation.
Pengantar Redaksi
Rasanya belum habis duka kita un-
tuk tragedi Cikeusik, sudah meledak
kerusuhan di Temanggung. Disusul
lagi dengan penyerangan Pesantren
YAPI di Bangil. Tiga JawaJawa Ba-
rat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
benar-benar dilanda prahara. Di an-
tara mereka terdapat korban mening-
gal, puluhan terluka, dan beberapa
aset rusak. Sungguh menyesakkan
dada karena semua terjadi di antara
sesama bangsa Indonesia.
Aparat harus bertindak tegas da-
lam soal ini. Jika tidak, bukan musta-
hil peristiwa ini bisa merembet kema-
na-mana. Pemerintah juga mesti
melaksanakan tanggung jawabnya
untuk melindungi seluruh warga-
nya tanpa membedakan perbedaan
agama dan keyakinan. Upaya aparat
dan pemerintah daerah Tasikmalaya
yang sigap dalam sweeping Ahmadi-
yah layak mendapat perhatian. Dari
mereka terbit harapan kita bahwa di
masa depan akan lahir aparat yang
melindungi perbedaan.
Selain mengulas berbagai peristi-
wa, MRoRI edisi Februari juga meny-
orot soal fatwa MUI. Seperti bulan
Februari tahun lalu, MUI mengeluar-
kan fatwa haram kepada perayaan
hari Valentine. Seperti tahun yang
lalu juga, perayaan tiap tanggal 14
Februari ini masih marak dirayakan
muda-mudi. Bedanya, tahun ini ter-
dapat razia coklat di sekolah dengan
dalil MUI mengharamkan selebrasi
hari kasih sayang. Sungguh miris.
Akhirnya, selamat membaca.
The
WAHID Institute
Monthly Report
on Religious Issues
Edisi
31
Februari 2011
Minggu Berdarah di Cikeusik
Oleh: Nurun Nisa dan Alamsyah M. Djafar
Foto.Detik Foto
H
ati siapa tak bergidik
nyeri melihat dua orang
dianiaya begitu rupa
sampai meninggal dunia.
Belum puas, mereka terus
memukulinya bahkan setelah korban tak
bernyawa. Seperti tanpa dosa, mereka
memukulinya berganti-ganti dengan
bersemangat sekali. Lalu dada mendadak
sesak seketika mendengar pekikan takbir
mengiringi aksi mereka. Sementara, para
aparat bertindak sekedarnya saja, dengan
jumlah personel yang tak seberapa. Tak
terperikan lagi kejadian yang menimpa
satu korban lagi: dicincang. Aset
mereka juga dihancurkan. Benar-benar
disangsikan bahwa para pemukul itu
masih memiliki sifat kemanusiaan yang
memiliki sifat kasih dan sayang kepada
sesama.
Ini hanya sepotong cerita dalam
tragedi di Desa Umbulan, Kecamatan
Cikeusik, Kabupaten Pandeglang pada
Minggu (06/02). Korbannya adalah
jemaat Ahmadiyah yang tak bersalah.
Banyak cerita lainnya yang miris untuk
ditontonsumber kesaksian adalah
video yang direkam pada saat kejadian.
Akibat kejadian ini jemaat Ahmadiyah
tewas di tempat. Mereka adalah Roni,
warga Jakarta Utara (34), Adi Mulyadi,
warga Cikuesik (24), dan Tarno warga
Cikuesik (33).
Empat orang lainnya luka berat dan
satu orang luka ringan. Ferdiaz (30)
terkena luka bacok di punggung dan
betis kanan. Ia juga kena luka lebam di
sekujur badan karena memakai helm.
Saya dibacok golok. Digebukin pakai
batu bata, batu koral. Punggung terasa
remuk, jelas Ferdiaz sebagaimana dimuat
dalam pers rilis yang dikeluarkan Jemaat
Ahmadiyah Indonesia (JAI) pada Minggu
(06/02). Sementara itu, Deden Sujana (45)
menderita luka bacok di pergelangan
tangan kanan bagian luar dengan
kondisi nyaris terputus. Luka bacok juga
menimpa kaki, paha, dan tangan kirinya.
2
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Mata Baby (45) dari Jelambar mengalami
bengkak dan mengalami luka dalam.
Sementara itu, dari hidung dan mulutnya
keluar darah. Masihudin menderita luka
bacok di beberapa bagian tubuh, selain
wajahnya bengkak, mata lebam, dan
mulut jontor. Sebelum dipukuli di sawah, ia
ditelanjangi. Bersama Afp, yang menderita
luka ringan, keempat orang ini dilarikan ke
rumah sakit di Serang.
Rangkaian tragedi ini bermula sehari
sebelumnya. Parman, mubaligh Ahmadiyah
kelahiran Ciekusik, dan istri Parman serta
Tatep yang merupakan ketua Pemuda
Ahmadiyah Cikeusik dibawa ke Polres
Pandeglang dengan alasan untuk meminta
keterangan soal status imigrasi sitri Parman
yang merupakan warga Filipina. Rupanya,
pemanggilan ini terkait dengan kabar
serangan kepada Ahmadiyah di Cikeusik.
Warga Ahmadiyah lainnya kemudian
diungsikan ke rumah keluarga Parman.
Jumlanya 25 orang yang kebanyakan
adalah orang tua dan anak-anak.
Berdasarkan informasi ini, pemuda
Ahmadiyah dari Jakarta dan Serang
meluncur menuju lokasi demi melakukan
pengamanan terhadap warga Ahmadiyah
yang masih berada di Cikeusik. Tiba di
Cikeusik pada pukul delapan pagi, ke-18
pemuda itu bersama 3 warga Cikeusik
berjaga-jaga di rumah Parman.
Pada saat yang sama, terdapat 6 petugas
polisi dari reserse kriminal di lokasi. Sejam
setelahnya, datang satu mobil pick up polisi
dan dua truk dalmas (pengendali massa).
Aparat dan warga Ahmadiyah kemudian
makan bersama dan ngobrol. Mereka
makan pagi bersama dan mengobrol.
Dalam kesempatan tersebut, terjadi dialog
antara warga Ahmadiyah dan polisi.
Polisi meminta agar masyarakat segera
meninggalkan lokasi dan tidak perlawanan
jika diserang tetapi warga Ahmadiyah
menolak. Perwakilan polisi meninggalkan
lokasi karena menerima telepon. Sejak
saat itu tidak ada dialog kembali, warga
Ahmadiyah berkumpul di dalam rumah.
Jam 10 pagi, datang massa dari arah
utara ke rumah Parman di mana warga
Ahmadiyah Cikeusik berkumpul. Mereka
berteriak-teriak sambil mengacungkan
golok. Ahmadiyah hanguskan! ,
Ahmadiyah bubarkan, Polisi minggir!
Kami yang berkuasa di sini!, demikian bunyi
teriakan mereka. Bukannya menindak,
polisi di sekitar malah mendiamkan saja.
Ketika mendekati halaman rumah,
wakil Ahmadiyah yang berjaga-jaga keluar.
Massa makin beringas. Mereka melakukan
serangan dan pihak Ahmadiyah melakukan
pembelaan. Massa kemudian mundur
karena melihat 21 orang Ahmadiyah yang
bertahan di luar rumah. Namun, kejadian ini
hanya sesaat karena massa dari belakang
datang lagi dari arah belakang dan aras
selatan. Jumlahnya mencapai 1.500 orang.
Kita bertahan. Terjadi hujan batu.
Mereka makin mendesak. Kita terpojok. Kita
masuk ke sawah. Kita bubar. Kita dikejar.
Dipukulin, demikian keterangan dari
seorang saksi mata sebagaimana kronologi
peristiwa Cikeusik yang dirilis JAI (06/02).
Mereka yang tertangkap ditelanjangi lalu
dipukuli bersama-sama secara brutal. Golok,
pedang, dan tombak dibawa penyerang
sebagai senjata. Selain itu juga digunakan
batu-batu. Yang tertangkap empat orang: 3
orang tewas dan 1 orang berhasil selamat
dengan luka yang parah.
Kejadian tidak manusiawi ini secara
serentak dikecam oleh berbagai kelompok,
dalam dan luar negeri. Pemerintah,
masyarakat sipil, dan pemerhati HAM
memberikan reaksi. Forum Bandung
Plural menyatakan bahwa insiden
di Cikeusik merupakan puncak dari
euforia tindakan kekerasan dan intoleransi
atas nama agama, yang mulai menguat
sejak tahun 2005. Sepanjang
sejarah tindakan kekerasan dan
intoleransi atas nama agama
berlangsung, belum ada upaya
kongkrit terhadap perlindungan
dan penegakkan HAM.
Hal ini jadi bukti bahwa negara gagal
melindungi warganya, terang Koordinator
Bandung Plural, Reggi Kayong Munggaran,
membacakan pernyataan sikap Dari
Bandung untuk Pluralisme Indonesia
seperti ditulis detik.com (08/02). Forum
ini juga meminta polisi mengusut tuntas
pelaku kekerasan dengan serius. Kepada
para tokoh agama, Forum Bandung
Plural mengharapkan agar mereka
menghentikan berbagai tindakan yang
dapat memprovokasi masyarakat untuk
melakukan kekerasan.
Sementara itu Aliansi Kerukunan Antar
Umat Beragama (Akur) Jawa Barat meminta
agar seluruh masyarakat Jawa Barat tidak
terprovokasi oleh peristiwa di Cikeusik.
Diimbau semua elemen masyarakat di
Jawa Barat agar tak terprovokasi. Selain
itu, pihak-pihak yang selama ini keberatan
dengan keberadaan Ahmadiyah, bisa
menahan diri dan menjaga kondusiftas, ujar
juru bicara Akur, Yaman Didu seperti ditulis
detik.com (07/02). Untuk dapat meredam
suasana, Akur menyatakan akan segera
melakukan konsolidasi dengan sejumlah
elemen masyarakat dan lintas agama di
seleuruh kabupaten dan kota di Jawa
Barat. Kepada pihak kepolisian, kata Yaman,
juga harus menyelesaikan kasus ini secara
tuntas. Selain itu, Akur akan mendorong
pihak kepolisian mengamankan dan
mengantisipasi agar peristiwa Cikeusik
tidak merember ke tempat lain, termasuk
ke Jawa Barat.
Jaringan Masyarakat Sipil, misalnya,
mendesak Presiden SBY untuk mengambil
langkah tegas serta jaminan perlindungan
kepada warga negara, khususnya jemaat
Ahmadiyah. Mereka juga mengambil
langkah-langkah hukum yang
konstitusional atas kesengajaan pembiaraan
dan kelalaian yang dilakukan Presiden dan
pemerintah atas kekerasan yang masih
terus berlangsung. Begitu banyak janji
dari pemerintah untuk melindungi warga
Ahmadiyah. Tapi pemerintah begitu
ambigu dalam melindungi warganya, ujar
Todung Mulya Lubis, praktisi hukum yang
turut hadir seperti ditulis mediaindonesia.
com (07/02). Jaringan ini juga menilai
bahwa SKB 3 Menteri [telah] menjadi
alat untuk melegitimasi kekerasan yang
terjadi masyarakat. Jaringan Masyarakat
Sipil merupakan koalisi gabungan LBH
Jakarta, YLBHI, Elsam, Kontras, HRWG,
ILRC, Imparsial, ICRP, Praxis, Madia, Wahid
Institute, ANBTI, Maarif Institute, ICIP, dan
LBH Masyarakat.
Solidaritas Perempuan (SP) menyatakan
bahwa peristiwa di Cikeusik membuktikan
negara melakukan pengingkaran hak asasi
warganya untuk melaksanakan kehidupan
keagamannya. Negara, menurut SP, juga
telah melakukan pembiaran terhadap
perkembangan parktik kekerasan atas
nama agama, pembunuhan iklim pluralitas
di Indonesia, dan arogansi kelompok
yang berujung pada eksklusifsme sosial.
Karenanya, SP meminta tanggung
Saya dibacok golok.
Digebukin pakai
batu bata, batu koral.
Punggung terasa
remuk, jelas Ferdiaz,
seorang korban tragedi
Ciekusik.
3
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
jawab pemerintah. [SP meminta] segera
mengusut tuntas dan menindak secara
hukum pelaku penyerangan Jamaat
Ahmadiyah di Cikeusik dan di berbagai
wilayah lainnya, menindak secara hukum
segala organisasi masyarakat yang
melakukan kekerasan atas nama agama,
terang Ketua Badan Eksekutif Nasional,
Risma Umar, dalam rilis pers SP bertajuk
Tegakkan Hak Keyakinan dan Beragama
di Indonesia (07/02). Risma juga meminta
pemerintah mencabut SKB 3 menteri yang
dinilai diskriminatif dan tidak menghargai
Bhineka Tunggal Ika karena bertentangan
dengan Pancasila, Undang-undang Dasar
1945, UU No 10 Tahun 1999 tentang HAM,
dan UU No. 5 Tahun 1998 tentang Ratifkasi
Konvensi Anti Penyiksaan.
Amnesty International, lembaga
pemantau pelanggaran hak asasi
manusia,menyerukan untuk menegaskan
ulang komitmennya melindungi hak
kebebasan beragama dalam menghadapi
desakan kelompok-kelompok garis keras
yang melarang komunitas agama minoritas.
Pemerintah Indonesia harus menyatakan
secara jelas dan terbuka bahwa ia akan
melindungi hak semua warga negara
Indonesia, terlepas dari agamanya, dan itu
termasuk hak bagi komunitas Ahmadiyah,
tegas Sam Zarif, Direktur Asia-Pasifk
Amnesty Internasional seperti ditulis
wahidinstitute.org (23/02).
Presiden, kata Sam, juga harus
mengecam pernyataan publik yang
menghasut untuk berbuat kekerasan
terhadap Ahmadiyah dan mengambil
langkah untuk menjamin semua agama
minoritas dilindungi dan diperbolehkan
untuk mempraktikkan kepercayaan mereka
dengan bebas dari rasa takut, intimidasi
dan penganiayaan. Daam hal ini, Amnesty
mencatat pernyataan dalam sebuah
wawancara yang dipublikasi di situs FPI
(18/02), Ketua Umum DPP FPI Rizieq Syihab
menyatakan: ...Jika hari ini, baru tiga Kafr
Ahmadiyah yang dibunuh, mungkin besok
atau lusa akan ada ribuan Kafr Ahmadiyah
yg disembelih umat Islam.
Selain itu, Amnesty International
menyerukan agar Indonesia mencabut
semua undang-undang dan peraturan
yang menghambat hak atas kebebasan
beragama yang memicu pelecehan dan
serangan kepada komunitas Ahmadiyah.
Misalnya Surat Keputusan Bersama (SKB)
tiga menteri dikeluarkan tahun 2008.
Pihak internasional yang turut
mengecam peristiwa minggu berdarah
di Cikesuik adalah Amerika Serikat. Dalam
pernyataan yang dikirim oleh Asisten
Sekretaris Biro Urusan Publik, Philip J.
Crowley menyatakan sangat concern
dengan kekerasan yang menimpa
Ahmadiyah [di Cikeusik] dan pembakaran
gereja di Jawa Tengah. Kami bergabung
dengan mayoritas bangsa Indonesia yang
ingin mengusut aksi kekerasan tersebut,
terang Philip dalam notanya tertanggal
09 Februari 2011. Philip juga menyatakan
bahwa reaksi SBY untuk menindak keras
pelaku kekerasan menggarisbawahi
komitmen Indonesia untuk menegakkan
hukum dan melindungi hak semua
komunitas (Lihat: Presiden SBY Minta
Bubarkan Ormas Pro Kekerasan).
Di samping pengutukan atas kekerasan,
muncul pendapat untuk mengganti
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali
karena dianggap memperburuk suasana,
terutama komentarnya dalam pembubaran
Ahmadiyah (Lihat: Menag Tegaskan
Lagi Pembubaran Ahmadiyah). Pendeta
Albertus Patty dari GKI menyatakan bahwa
pernyataan Menag justru memperburuk
konfik. Presiden seharusnya berbuat lebih
konkret. Jika ingin keadaan ini menjadi
kondusif, seharusnya Menag diganti. Sikap
dan pandangan Menag yang menyalahkan
Ahmadiyah itu mempersubur konfik,
jelas Albertus seperti ditulis vhrmedia.com
(09/02).
Ahmadiyah sendiri langsung merespons
Cikeusik pada hari kejadian. Menurut JAI,
aksi-aksi kekerasan terhadap Ahmadiyah
selama ini sudah mengarah pada
penyiksaan dan pembunuhan. Karenanya,
JAI meminta aparat bertindak. Kami
meminta agar aparat pemerintahan dan
kepolisian di lapangan segera melakukan
tindakan pengamanan terhadap warga
Ahmadiyah selaku warganegara di
manapun mereka berada dan melakukan
langkah-langkah yang merujuk pada
pernyataan Bapak Kapolri untuk mengusut
dan menindak pelaku penyerangan,
demikian pernyataan Zafrullah A. Pontoh,
Juru Bicara JAI, dalam rilis pers (06/02).
Kekerasan berakibat meninggalnya jemaat
Ahmadiyah ini bukan yang pertama kalinya
di Indonesia. Pada tahun 2001, Papu Hasan
meninggal di Sambielen, Lombok.
Pontoh juga menegaskan beberapa hal
mengenai Jemaat Ahmadiyah. Pertama,
Jemaat Ahmadiyah selalu mengedepankan
hukum dan mempercayakan keamanan
setiap warganya kepada negara yang telah
mengamanatkan penjaminan keamanan
setiap warga negara kepada aparat
keamanan. Kedua, Jemaat Ahmadiyah selalu
berupaya membina anggota Ahmadiyah
menjadi warga negara yang baik dan
muslim yang berakhlak mulia, beradab serta
berbudi pekerti. Ketiga, Jemaat Ahmadiyah
tidak pernah melakukan penyerangan
terlebih dahulu kepada warga masyarakat
dan hanya mempertahankan diri dan aset
jika dirasa perlu.
Keempat, Jemaat Ahmadiyah tidak
berwenang menghentikan proses hukum
terhadap para pelaku penyerangan namun
selalu membuka pintu maaf yang sebesar-
besarnya. Kelima, Jemaat Ahmadiyah selalu
menjunjung tinggi konstitusi Republik
Indonesia dan Pancasila. Keenam, Jemaat
Ahmadiyah selalu membina warganya
untuk mengamalkan rukun Iman dan
rukun Islam sesuai Sunnah Yang Mulia
Nabi Muhammad Rasulullaah shallallaahu
alaihi wasallam. Ketujuh, moto Jemaat
Ahmadiyah adalah Love for All, Hatred for
None (Kasih sayang untuk semua, tiada
kebencian terhadap siapapun).
Pontoh juga menghimbau
kepada sesama anak bangsa untuk
mengedepankan hidup harmonis antar
sesama anak manusia. Juga kepada sesama
umat Islam. Menghimbau sesama umat
Islam untuk bersama-sama kita semua
memperlihatkan keindahan Islam dengan
mencontohkan keindahan akhlak suci
Yang Mulia Nabi Muhammad saw untuk
terciptanya masyarakat aman damai dan
berbudi pekerti luhur, tandasnya. Kepada
warga Ahmadiyah, Pontoh menghimbau
mereka agar tetap melaksanakan
kewajibannya sebagai warga Negara dan
umat Islam serta selalu berkoordinasi
dengan pihak keamanan dan sesama
kelompok masyarakat untuk terus
menciptakan masyarakat yang harmonis
dan beradab serta mengedepankan sikap
persaudaraan.
Dari penyelidikan polisi, kini sudah
terdapat 12 tersangka. Jadi ada 12 totalnya.
11 Ditahan di Polda Banten, 1 di balai
pemasyarakatan. Mereka ikut dalam tindak
pidana penganiayaan, jelas Kabag Penum
Mabes Polri, Kombes Boy Rafi Amar seperti
ditulis detik.com (28/02). Mereka adalah
UJ (20) warga Desa Umbulan Cikeusik, YA
(22) warga Kecamatan Cibaliung, dan E
alias KE (30) serta KM warga Cikeusik. Dua
tersangka lain adalah M warga Cikeusik dan
S warga Cibaliung yang menyerahkan diri
ke polisi. Tersangka lainnya adalah I dan AD
yang merupakan warga Pandeglang. Dua
orang yang ditetapkan tersangka adalah
dari pihak warga. Mereka bisa dikenai pasal
170 KUHP Jo Undang-Undang Darurat
No 12 tahun 1951, kata Kabid Humas
Polda Banten AKBP Gunawan seperti
ditulis ANTARA News (18/02). KHU yang
juga merupakan warga Pandeglang turut
dijadikan tersangka karena diduga menjadi
penggerak massa dan pelaku kerusakan.
4
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Jika terbukti, KHU bisa dikenakan pasal 170
dan 160 KUHP. Tersangka lainnya adalah D
dari jemaat Ahmadiyah.
R dan D yang menyerahkan diri
kepada polisi turut memperpanjang
daftar tersangka. D masih berusia 17 tahun
sehingga ditahan terpisah dengan R. Di luar
jumlah itu, masih ada 4 orang yang masuk
kategori DPO (Daftar Pencarian Orang).
Sampai Jumat (18/02), sudah diperiksa
saksi sebanyak 95 orang yang berasal dari
kalangan masyrakat, anggota Polri, dan
jemaat Ahmadiya. Pemeriksanya adalah tim
penyidik gabungan dari Bareskrim Mabes
Polri, Polda Banten, dan Polres Pandeglang.
Khusus saksi dari jemaat Ahmadiyah
diperiksa oleh dilakukan oleh tim khusus
yang dipimpin oleh seorang perwira Polri.
NU menyatakan bahwa negara wajib
melindungi seluruh rakyat Indonesia
tanpa membedakan agama, keyakinan
maupun suku dan sebagainya. Kewajiban
ini harus betul-betul ditunaikan tanpa
tawar-menawar. Kalau perlu Nahdlatul
Ulama (NU) siap membantu dan amankan
segenap warga, terang KH. Masdar Farid
Masudi, Ketua PBNU seperti ditulis detik.com
(10/02). Jika diperlukan, kata Masdar, NU
siap membantu mengamankan segenap
warga. Selain itu, pembunuhan tidak
dibenarkan tanpa alasan pembunuhan,
misalnya karena masalah keyakinan.
Jadi membiarkan seorang warga negara
terbunuh tanpa alasan pembunuhan, maka
sebenarnya sama saja membiarkan seluruh
warga negara ini terbunuh. Bahkan di dalam
Alquran bukan hanya seluruh warga negara,
tapi seluruh umat manusia, bila ada nyawa
seorang dibiarkan melayang tanpa alasan
yang setimpal, tambahnya.
Cara yang tepat untuk memperlakukan
Ahmadiyah adalah dengan cara saling
menghormati seperti pernah dipraktekkan
oleh KH. Ilyas Ruhiyat, pengasuh pesantren
Cipasung, Tasikmalaya. Di sekitar pesantren
ini, sudah puluhan tahun yang terdapat
masjid Ahmadiyah. Dari dahulu sampai
sekarang tidak pernah ada santri yang
menggeruduk atau mengejek anggota
jemaat Ahmadiyah. Mereka bebas
menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya. Itulah yang terjadi di
lingkungan NU sebenarnya, tambahnya.
NU sendiri hanya memiliki kewajiban
moral untuk berdakwah dengan cara
bijaksana kepada kelompok yang dianggap
tidak sesuai dengan akidah yang dipegangi
NU dan jamaahnya. Jika tujuan ini tidak
tercapai, jelas Masdar, maka kewajiban ini
sudah selesai. Dengan demikian, NU tidak
mengenal kekerasan untuk mencapai
tujuan.
T
emanggung yang biasanya adem
ayem mendadak rusuh. Gara-
gara rusuh ini, sembilan warga,
satu di antaranya perempuan,
mengalami luka-luka dan dalam
perawatan di RSUD Temanggung. Selain
itu, tiga gereja dirusak dan satu truk dalmas
(pengendali massa) polisi dibakar. Sebuah
sekolah dan sebuah kantor polisi turut
menjadi sasaran massa.
Adalah pembacaan tuntutan vonis
pengadilan PN Temanggung yang men-
jadi awal meledaknya kerusuhan kepada
terdakwa bernama Antonius Richmond
Bawengan. Antonius adalah pemilik KTP
Jakarta yang sedang mengunjungi ke tem-
pat saudaranya di Dusun Kenalan, Desa/
Kecamatan Kranggan, Temanggung pada
awal Oktober. Di sela-sela kunjungannya,
Andreas membagikan selebaran yang di-
anggap menista agama tertentu. Di dalam
pamphlet itu, misalnya, dinyatakan bahwa
Allah dan Nabi Muhamamd adalah pem-
bohong. Umat Islam yang shalat Jumat di
masjid dianggap sama dengan menyem-
bah dewa Bulan karena di atas kubah mas-
jid terdapat lambang bulan-bintang.
Selebaran ini sampai di tangan warga
Muslim. Warga bernama Bambang Suryoko
kemudian melaporkannya kepada Ketua RT
setempat, Fakhrurozi, dan dilanjutkan lapo-
ran ke polisi. Warga ini lantas melaporkan
ke RT, Fachrurozi, kemudian dilaporkan ke
Polres Temanggung, terang Wakil Kepala
Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian,
Brigjen Untung Yoga Ana seperti ditulis
VIVANews (08/02).
Selebaran ini juga menyinggung
pemeluk agama Kristen. Sebab, selebaran
Antonius berisi pernyataan yang bersifat
anti-Maria. Anti-Maria merupakan peng-
ingkaran iman Katolik, dan pengingkaran
ini dilakukan dengan menggunakan dalil
dari al-Quran. Provokasi yang dilaku-
kan Antonius itu sangat merugikan iman
Katolik dan juga iman saudara kami yang
Muslim, kata Romo Aloysius Budi Purno-
mo. Namun, gereja Katolik setempat tidak
ikut melaporkan permasalahan ini kepada
polisi. Dengan keadaan yang sama tersing-
gungnya, Romo Budi mengaku heran jika
hanya gereja yang turut menjadi sasaran
amuk massa.
Antonius kemudian ditahan per 23 Ok-
tober 2010. Setelah itu, ia melalui persidan-
gan sampai divonis pada tanggal 08 Febru-
ari 2011. Sejak Januari, Andreas menjalani
sidang selama 3 kali: 20 Januari, 27 Januari,
dan 08 Februari 2011. Sidang yang disebut
terakhir ini merupakan sidang pembacaan
tuntutan oleh jaksa. Sebelum sidang pem-
bacaan vonis, pada sidang sebelumnya
terdakwa juga diburu massa. Waktu itu ia
dikejar dan dipukuli sejumlah massa yang
mengenakan atribut organisasi massa Is-
lam. Aksi ini terus berlanjut sampai terda-
kwa dimasukkan ke dalam mobil tahanan.
Dalam kesempatan ini, polisi berkali-kali
mengeluarkan tembakan peringatan ke
udara karena kalah jumlah dengan massa.
Massa bertindak demikian karena menu-
rut mereka Andreas sengaja menyebarkan
selebaran kepada Desa Kranggan untuk
menista agama, terutama agama Islam.
Karenanya, tidak heran, jika aparat
bersiaga menjaga sidang terakhir: sidang
Temanggung Rusuh, Gereja dan Kantor Polisi Dirusak
Oleh: Nurun Nisa
Jadi dari beberapa
informasi yang
ditindaklanjuti
memang bukan
hanya saja masyarakat
Temanggung, tetapi
termasuk lingkungan
geografis Jawa
Tengah, terang
Kapolri, Jenderal Pol
Pradopo Timur.
5
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
pembacaan vonis. Vonis maksimum yang
dijatuhkan kepada terdakwa ternyata tidak
memuaskan massa. Sebagian besar massa
memakai atribut GPK, sebagiannya lagi
mengaku berasal dari FPI. Massa ini kemu-
dian meluruk pengadilan. Aparat bersiaga
penuh tetapi tampak kewalahan. Sekitar
640 personel keamanan yang terjun un-
tuk mengamankan sidang ini. Mereka, kata
Brigjen Ketut, juga diback-up oleh Polda
Jateng.
Dugaan ini benar. Mulanya, Jaksa Siti
Manahim pada sidang hari Selasa (08/02)
kemudian membacakan tuntutan huku-
man 5 tahun penjara kepada terdakwa yang
dianggap melakukan penistaan agama
sebagaimana tertera dalam pasal 156a
KUHP. Ketika Hakim Dwi Dayanto hendak
mengetuk palu, pengunjung mengamuk,
meminta Andreas dihukum seberat-berat-
nya. Mereka langsung menyerbu terdakwa.
Begitu terdakwa berhasil diamankan den-
gan mobil barracuda, massa yang berada
di luar pengadilan melakukan pelampiasan
dengan melempar batu ke bangunan pen-
gadilan. Seperti ditulis inilah.com (08/02),
kondisi menjadi tidak terkendali ketika se-
makin banyak massa merapat ke gedung
pengadilan dan melakukan pembakaran.
Akibatnya, kaca jendela pecah dan seba-
gian tembok PN Temanggung rusak. satu
truk dalmas yang berada di dekat penga-
dilan dibakar.
Menjelang pukul setengah sebelas, ra-
tusan person Brimob (Brigade Mobil) me-
maksa massa mundur ke luar arena penga-
dilan. Massa yang masih tersulut emosi ke-
mudian mencari sasaran lain: Gereja Bethel
Indonesia dan Gereja Pantekosta. Sebuah
sekolah di kompleks Gereja Bethel juga
dibakar. Gereja Santo Petrus turut menjadi
sasaran. Sasaran amuk massa masih bert-
ambah: kantor polisi di dekat pengadilan.
Polisi baru berhasil menguasai situasi
pada pukul dua belas siang. Konsentrasi
massa sudah tidak ada, dan hanya tersisa
batu-batu di PN Temanggung. Polisi kemu-
dian memblokade jalan menunju Temang-
gung untuk menutup masuknya massa
dari luar Temanggung.
Mendengar kerusuhan ini, tak kurang
PGI, KWI, MUI Pusat, dan MUI Jawa Tengah
mengutuk kejadian ini dan meminta aparat
mengusut tuntas pelakunya. PGI melalui
Pendeta Andreas Yewangoe meminta
umat Kristiani tenang dan tidak membalas
aksi massa dan meminta agar aparat betul-
betul menjaga keamanan. Jangan biarkan
kewibawaan negara dikuasai sekelompok
orang. Ini bisa menimbulkan ketakutan di
kalangan masyarakat. Menjaga keamanan
adalah tugas kepolisian, terang Pdt Yewan-
goe seperti ditulis VIVANews (08/02). Ye-
wangoe juga menyayangkan massa yang
bertindak rusuh padahal prosedur hukum
yang lain masih bisa ditempuh jika tidak
puas dengan vonis yang sudah diputuskan
pengadilanselain kejadian ini tidak me-
nolong Indonesia dalam merawat kemaje-
mukan yang selama ini menjadi ciri khas-
nya.
KWI meminta agar pemerintah menin-
dak tegas pelaku kerusuhan, kalau tidak,
berarti pemerintah absen dan akan men-
jadi Barbar, ujar Sekretaris Eksekutif Komisi
HAK KWI Romo Benny Susetyo seperti
ditulis inilah.com (08/02). Tindakan tegas
ini akan memberi efek jera kepada pelaku
kekerasan, terutama kekerasan tempat iba-
dah. Jika tidak, hukum akan menjadi rusak.
Perlindungan kepada pelaku adalah perlu,
karena kekerasan tidak dapat dibenarkan
apapun bentuknya. Uskup Keuskupan
Agung Semarang Mgr Johanes Pujosumar-
ta juga prihatin dan mengecam tindakan
brutal dan anarkis yang dilakukan sekelom-
pok massa. Semuanya bisa diselesaikan
secara damai tanpa merusak properti milik
orang lain, tindakan seperti ini dilakukan
mereka yang tidak bermoral dan gereja
Katolik sangat mengecam kekerasan yang
terjadi, jelas Mgr Pujo seperti ditulis Cyber
News (08/02).
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Bidang Kerukunan Antarumat Beragama,
Slamet Efendi Yusuf, mendesak hal yang
sama. Jangan tolerir kekerasan, ujarnya
seperti dikutip Tempo Interaktif (10/2).
Selain itu, Slamet meminta pemerintah
mencari tahu latar belakang Antonius yang
dianggap sengaja datang ke Temanggung
untuk mengadu domba umat Islam dan
Katolik.
Kewajibanpolisi untuk mencari dalang
yang sesungguhnya juga dikemukakan
oleh Sekretaris MUI Jateng, Ahmad Rofq.
Dari tanya jawab dengan Kapolda diketa-
hui banyak isu tak jelas, termasuk isu pasca
kerusuhan sehingga Rofq menyimpulkan
ada pihak yang bertujuan memperkeruh.
Ini menunjukkan ada yang sengaja mem-
perkeruh situasi, terang Rofq seperti ditu-
lis detik.com (20/02).
Kecaman juga datang dari kalangan
luar. Pejabat dari pemerintahan Italia, yang
mayoritasnya beragama Katolik Roma,
turut mengutuk aksi ini. Kerusuhan di
Temanggung, bagi pemerintahan Italia,
merupakan demonstrasi fanatisme yang
sangat serius. Demikian juga, kerusuhan di
Temanggung adalah serangan terhadap
kebebasan beragama. Juga serangan ke-
bebasan berkeyakinan seseorang, Menteri
Luar Negeri Italia, Franco Frattini seperti
ditulis VIVANews (09/02). Frattini berharap
agar Indonesia yang dikenal giat melaku-
kan dialog antar-agama merespons peris-
tiwa dengan melakukan langkah yang
benar.
The Asian Human Rights Commission
(AHRC), komisi HAM Asia, menyatakan bah-
wa eskalasi penggunaan kekerasan oleh
kelompok fundamentalis agama merupak-
an akibat dari dual: tidak tegasnya aparat
keamanan dalam menyikapi kasus-kasus
yang serupa di masa lalu dan adanya kel-
alaian pemerintah dalam menjamin hak-
hak dasar warganya. AHRC juga meminta
pemerintah mengusut tuntas kasus-kasus
kekerasan yang berkaitan dengan keyaki-
nan dan agama warga negaranya. Dalam
hal ini, hukum harus ditegakkan atas segala
tindakan yang bersifat anti-toleransi. De-
mokrasi bukan berarti mayoritas berkuasa
di atas minoritas. Tapi, adalah perlindungan
tanpa kompromi terhadap hak-hak dasar
manusia, termasuk kebebasan menganut
agama dan keyakinan, demikian sikap
AHRC.
Terhadap peristiwa ini, Kapolri me-
nyatakan bahwa massa berasal dari luar
Temanggung. Jadi dari beberapa informasi
yang ditindaklanjuti memang bukan hanya
saja masyarakat Temanggung, tetapi ter-
masuk lingkungan geografs Jawa Tengah,
terang Kapolri, Jenderal Pol Pradopo Timur
seperti ditulis liputan6.com (08/02). Semen-
tara itu, tersangka yang sudah ditetapkan
statusnya berjumlah 14 orang, 6 orang
di antaranya merupakan warga Temang-
gung.
Enam tersangka ini adalah pelaku la-
pangan dan pihak kepolisian masih men-
dalami kemungkinan adanya aktor intlek-
tual di balik kerusuhan ini. Para tersangka
adalah anggota masyarakat biasa yang ikut-
ikutan diajak aktor intelektual dan sekarang
masih kami dalami. Kami harus betul-betul
menegakkan hukum. Untuk menentukan
seorang tersangka harus mempunyai bukti
yang cukup, terang Kepala Kepolisian Dae-
rah Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Polisi
Edward Aritonang seperti ditulis Republika
Online (11/02). Semua tersangka akan diba-
wa ke Semarang. Sejak Jumat pagi (11/02),
tim penyidik memeriksa 24 saksi, warga
Desa Sigedong, Kecamatan Tretep, Kabu-
paten Temanggung dengan kisaran umur
antara 15 hingga 23 tahun.
Aritonang menyatakan bahwa Temang-
gung sudah berangsur kondusif, demikian
juga situasi keamanan. Masyarakat sudah
tidak lagi untuk beraktivitas. Turut beru-
paya memelihara situasi adalah GP Anshor
(Gerakan Pemuda Anshor), sayap pemuda
NU. Ketua Umum GP Anshor berkunjung
6
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
langsung ke lokasi. Dalam kesempatan ini,
Nusron menyatakan lewat Banser (Barisan
Anshor Serbaguna) akan turut membantu.
Banser bukan saja akan membantu pen-
gamanan dan pembersihan sisa-sia keru-
suhan di gereja-gereja yang dirusak. Jika
diminta kami siap mengirimkan Banser un-
tuk mengamankan gereja. Tapi sementara
ini sudah ada polisi dan tentara. Tapi kita
lihat seberapa kekuatan mereka, kata Nus-
ron Wahid saat mengunjungi Gereja Santo
Petrus dan Paulus Temanggung seperti di-
tulis metrotvnews.com (09/02).
Sebelumnya, pada saat kerusuhan,
warga menutup toko dan pasar karena ket-
akutan. Bank-bank dan kantor pelayanan
masyarakat juga ditutup pada saat yang
sama.
D
ianggap sebagai tradisi Barat,
MUI Kota Dumai menyatakan
bahwa perayaan hari
Valentine adalah haram bagi
umat Islam. Hari kasih sayang
ini merupakan perayaan di luar agama
Islam.
Dilihat dari asal muasalnya, diketahui
bahwa Valentine merupakan hari raya
bagi kaum non-Islam di Roma, Italia. Untuk
itu, Valentine haram bagi mereka yang
beragama Islam, jelas Ketua MUI Dumai,
Rozai Akbar seperti ditulis ANTARA News
(10/02).
Roza`i menambahkan bahwa hari
Valentine merupakan budaya yang tidak
pantas diterapkan dalam ajaran Islam.
Sebab, ia identik dengan kebebasan kaum
remaja dalam menjalin atau mengikat
suatu hubungan di luar nikah. Rozai juga
tidak membayangkan bagaimana nantinya
jika kebudayaan Valentine membudaya
di tubuh Islam. Alasan-alasan inilah yang
menjadi pertimbangan Rozai menegaskan
haramnya perayaan Valentine bagi mereka
yang beragama Islam.
Selain itu, MUI Dumai menghimbau
agar orang tua Muslim memberikan
pemahaman kepada anak-anaknya
bahwa hari Valentine bukanlah sesuatu
hal atau hari yang dirayakan. Selain itu,
mereka sebaiknya diberi pengetahuan dan
pencerahan agamis agar Valentine tidak
menjadi tradisi tahunan bagi kaum remaja
muslim, tambah Rozai.
Sementara itu, MUI DIY (Daerah
Istimewa Yogyakarta) menyatakan hanya
akan memberikan fatwa haram Valentine
jika diwarnai maksiat. Label haram akan
diberikan jika dalam perayaan Valentine
diwarnai dengan maksiat, kata Sekretaris
MUI DIY Ahmad Muhsin Kamaludiningrat
seperti ditulis VIVANews.com (12/02).
Haram, kata Muhsin, bisa diberlakukan
jika perayaan hari Valentine diwarnai dengan
nafsu birahi yang bisa menimbulkan hasrat
maksiat. Jika dilakukan sewajarnya, maka
tidak haram.
Islam sendiri tidak mengenal Hari
Valentine sebab kasih sayang, menurut
Fatwa Haram Valentine
Oleh: Nurun Nisa
Muhsin, dapat dilakukan setiap hari.
Muhsin sendiri mengakui bahwa Valentine
yang berasal dari budaya Barat sering
bertentangan dengan norma-norma
Indonesia. Ia pun mengingatkan kepada
kaum muda Yogyakarta agar tidak terjebak
dalam tindakan negatif saat merayakan
hari Valentine.
Bila MUI Dumai dan MUI DIY
menyatakan bahwa hari Valentine adalah
tradisi Barat, maka FPI Depok justru lebih
keras lagi: Valentine adalah tradisi Kristiani.
Karenanya, FPI Depok meminta MUI
Pusat mengaharamkannya. Valentine
identik sebuah ritual agama milik umat
Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI
pun mengharamkan perayaan Valentine,
maka seharusnya juga ada fatwa yang
mengharamkan perayaan valentine
khusus buat umat Islam, kata Ketua FPI
Depok Habib Idrus Al Gadhri seperti ditulis
okezone.com, (31/01).
FPI Depok sendiri menentang
perayaan Valentine karena tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Menurut Idrus, hari
Valentine umumnya dirayakan dengan
pesta, berdansa semalam suntuk, dan
saling memberi hadiah cokelat. Ada juga
kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat
lainnya. Bahkan hal-hal yang hanya boleh
dikerjakan oleh pasangan suami-istri juga
mereka lakukan, tambahnya.
Karena tidak sesuai dengan ajaran Islam
ini, maka orang Islam dilarang membantu
dalam bentuk apapun: mengucapkan,
menjual makanan-minuman,
mengumumkan, dan pekerjaan lain yang
sifatnya membantu perayaan Valentine.
Jika dilakukan maka sesungguhnya
seseorang sedang menolong dalam dosa
dan pelanggaran. Juga sebagai bentuk
pengingkaran atas Allah dan Rasulullah.
Tak boleh dirayakan apapun bentuknya,
tambahnya lagi.
Ketua MUI Amidhan menyatakan
bahwa perayaan Valentine haram, jika
dianggap sebagai ritual dari agama
tertentu. Kalau dilaksanakan oleh orang
Islam dalam pengertian Valentine itu ritual
dari agama tertentu, itu haram hukumnya,
kata Amidhan sebagaimana termuat dalam
mui.or.id (14/02).
Amidhan juga menyatakan bahwa
semangat saling menghormati dan
silaturahmi dari perayaan Valentine
sebenarnya sangat bagus untuk diikuti.
Namun demikian, jika sekedar ingin
berbagi kasih umat Islam tidak harus
terbebani menunggu perayaan tiap 14
Februari ini. Amidhan pun mengingatkan
agar para pemuda-pemudi Muslim tidak
terjerumus dalam hal-hal negatif, seperti
minum alkohol dan hal-hal yang lebih
buruk dari itu.
Fatwa haram dari MUI ini direspons
dengan luar biasa. Sebuah sekolah
menengah merazia coklat dan kado
yang kedapatan dibawa siswanya. Kepala
Sekolah SMU Negeri 13 Medan, Sutrisno,
S.pd mennyatakan bahwa razia tersebut
sejalan dengan fatwa haram MUI. Karena
dengan perayaan ini tidak menutup
kemunkinan terjadinya pergaulan bebas
yang mengacu pada seks bebas, ujar
Sutrisno seperti ditulis kabarsumut.com
(14/02). Mereka yang kena razia diberikan
nasihat, bukan sanksi.
Dilihat dari asal
muasalnya, diketahui
bahwa Valentine
merupakan hari raya
bagi kaum non-Islam
di Roma, Italia. Untuk
itu, Valentine haram
bagi mereka yang
beragama Islam, jelas
Ketua MUI Dumai,
Rozai Akbar
7
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Presiden Minta Bubarkan Ormas Pro Kekerasan
Oleh: Nurun Nisa
P
asca tragedi Cieukesik dan
Temanggung, ormas pro ke-
kerasan mendapat sorotan tajam
dari berbagai kalangan. Teruta-
ma tindakan mereka yang sudah
tidak manusiawi lagi; memukul, merusak,
dan tindakan lain yang mengakibatkan
hilangnya nyawa. Sebagian kalangan men-
gusulkan agar ormas semacam ini dibubar-
kan agar kekerasan tidak berulang.
SBY dengan terang-benderang me-
minta agar ormas pro kekerasan dibubar-
kan. Jika ada kelompok atau organisasi
resmi yang selama ini terus melakukan
aksi kekerasan yang tak hanya meresahkan
masyarakat luas, tetapi nyata-nyata banyak
menimbulkan korban, penegak hukum
agar mencarikan jalan yang sah atau le-
gal, jika perlu dilakukan pembubaran atau
pelarangan, kata Presiden pada peringatan
Hari Pers Nasional Ke-65 di Kupang, Nusa
Tenggara Timur pada Rabu siang (09/01).
Pernyataan ini kontan disambut tepuk tan-
gan sekitar dua ribu hadirin.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden
menyatakan prihatin atas kekerasan atas
nama sebagaimana telah terjadi di Cieuke-
sik (Pandeglang, Banten) dan Temanggung
(Jawa Tengah). Presiden menyatakan bah-
wa jika yang demikian ini dibiarkan Indo-
nesia bisa mengalami kemunduran kepada
era 1998-2003. Di era ini konfik sering ter-
jadi di mana-mana dengan banyak korban
yang membutuhkan pemulihan bertahun-
tahun lamanya.
Konfik ini seharusnya bisa dicegah jika
saja semua pihak memiliki kepedulian un-
tuk mencegahnya sejak dini. Kepedulian
yang dimaksud adalah komitmen untuk
menjaga kerukunan dan toleransi yang bu-
kan hanya di mulut, termasuk bimbingan
pemuka agama dan tokoh masyarakat.
Demikian juga jika para pimpinan daerah
di tingkat desa, kecamatan atau kabupat-
en/kota bekerja untuk mencegah ben-
turan, maka [semuanya] akan bisa berjalan
dengan baik. Keyakinan SBY ini juga ditu-
jukan kepada aparat keamanan: bila aparat
keamanan proaktif, cepat, dan tepat untuk
mencegah dan mengatasi makanya peris-
tiwa Cikuesik dan Temanggung bisa dice-
gah. Di negeri ini tidak ada satupun desa
dan kecamatan yang tidak ada kepala dae-
rahnya dan tidak ada aparat keamanannya,
kata Presiden seperti ditulis metrotvnews.
com (09/01). Dengan pencegahan ini, sep-
erti ditulis Primair Online (09/02), paling
tidak jumlah korban menjadi tidak terlalu
besar.
SBY juga menekankan bahwa kekerasan
tidak bisa ditoleransi. Memang sekarang
eranya demokrasi di mana kebebasan
berbicara dan berkumpul dijunjung tinggi,
kata SBY, [tetapi] tidak boleh diberikan
ruang untuk melakukan serangan,
bahkan pembunuhan. Meski dalam
negara demokrasi kita junjung kebebasan
berbicara dan berkumpul, tapi mari kita
sadari, kita tidak boleh berikan ruang dan
toleransi atas pidato dan seruan di depan
publik untuk ajakan melakukan tindakan
kekerasan dan bahkan pembunuhan pada
pihak manapun, tambah SBY.
Jika ada massa berkumpul dalam jumlah
banyaktegas SBYyang diketahui
melakukan tindakan atau serangan kepada
pihak lain, apa pun alasannya, semua itu
perlu dibubarkan oleh aparat keamanan
dan penegak hukum sesuai norma hukum
dan demokrasi. Di aras ini, demokrasi bukan
berarti hukum rimba atau tidak ada aturan
main. Semua memiliki pranatanya masing-
masing.
SBY juga mengajak kalangan pers
untuk mendukung upaya memperkokoh
kerukunan antar-umat beragama di
negeri ini. Dukungan ini diperlukan
karena seluruh lapisan masyarakat harus
mencegah aksi kekerasan dari kelompok
atau organisasi mana pun yang merobek
atau menghancurkan kerukunan antar-
umat. Saya harapkan dukungan dan kerja
sama pers dengan cara peliputan dan
pemberitaan yang segaris dengan upaya
kita perkokoh kerukunan dan toleransi dan
cegah aksi kekerasan yang dilakukan oleh
kelompok atau komunitas manapaun yang
merobek kerukunan, tandas SBY.
SBY sendiri memerintahkan aparat
untuk menindak mereka yang melakukan
kekerasan. Saya telah perintahkan polisi dan
komando teritorial untuk bertindak all out
dan menangkap semua pihak yang terlibat.
Polisi harus berani mengungkap siapa
dalang di balik kasus ini dan memberikan
sanksi hukum setimpal, ujar SBY seperti
dikutip Primair Online (09/02).
Menteri Koordinator Politik, Hukum,
dan Keamanan (Mekopolhukkam) Djoko
Suyanto menyatakan bahwa pernyataan
SBY tidak mengarah kepada kelompok
organisasi tertentu. Menurut Djoko, jika
ada kelompok masyarakat atau organisasi
apapun yang melanggar UU maka ia
harus dibubarkan. Menteri Dalam Negeri,
Gamawan Fauzi, menyatakan bahwa mesti
terdepat bukti dan fakta sehingga baru bisa
diambil tindakan. Tanpa fakta dan bukti,
organisasi tak bisa dibubarkan begitu saja.
Yang punya fakta itu petugas di lapangan,
kata Gamawan seperti ditulis Kompas.com
(10/02).
DPR menyambut baik keputusan ini.
Saya sebagai pimpinan DPR menyambut
positif dan menghargai pidato presiden
yang hari ini cukup tegas. Untuk aparat
negara yang punya otoritas tidak segan-
segan membubarkan ormas-ormas rusuh
yang menjadi biang keladi kekerasan, kata
Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso.
Priyo berharap agar instruksi presiden tidak
sekedar pernyataan tetapi ditindaklanjuti
dengan cepat.
Senada dengan Priyo adalah sikap
PDI-P yang menyatakan agar pernyataan
SBY segera direalisasikan. PDI Perjuangan
meminta agar segenap ormas anarki baik
yang terdaftar atau tidak terdaftar segera
dibubarkan dan dinyatakan sebagai ormas
terlarang di republik Indonesia, kata Hamka
Haq, Ketua Bidang Agama dan Kebudayaan
Dewan Pimpinan Pusat PDIP dalam jumpa
pers di kantor DPP PDIP Jalan Lenteng
Agung, Jakarta seperti ditulis VIVAnews
(11/02).
Jika ada kelompok
atau organisasi resmi
yang selama ini terus
melakukan aksi
kekerasan yang tak
hanya meresahkan
masyarakat luas, tetapi
nyata-nyata banyak
menimbulkan korban,
penegak hukum agar
mencarikan jalan yang
sah atau legal, jika perlu
dilakukan pembubaran
atau pelarangan, kata
Presiden SBY.
8
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Kasus-kasus kekerasan yang terjadi
belakangan ini, kata Hamka, merupakan
bukti adanya pembiaran dan kelengahan
pemerintah pada pelaku kekerasan. Hamka
menilai bahwa pemerintah telah gagal
melaksanakan amanat konstitusi untuk
menjaga kebebasan warga negara dalam
soal memeluk agama dan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercayaannya
sebagaimana tercantum dalam pasal 28 E
dan pasal 29 UUD 1945.
Sikap seperti ini merupakan dampak
dari tidak adanya ketegasan pemerintah
terhadap penertiban dan pemberian huku-
man terhadap pelaku kekerasan sehingga
supremasi hukum terkalahkan oleh kekua-
tan kelompok tertentu, kata Hamka.
Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Achmad
Basarah menambahkan bahwa data ormas
yang harus dibubarkan sebenarnya sudah
di tangan intelijen dan pemerintah. Seka-
rang ini saatnya pemerintah bersikap tegas
menjalankan ketentuan UU Ormas. Ba-
sarah menyatakan agar pemerintah tidak
bersikap kura-kura dalam perahu (pura-
pura tidak tahu, Red.) dalam sikap tegas ini.
Basarah bahkan menantang: jika PDIP me-
miliki kewenangan membubarkan ormas,
maka mereka akan melakukannya hari ini.
Tapi sebagai kekuatan yang berada di luar
pemerintahan, kami minta Pemerintah
menjalankan perintah undang-undang,
membubarkan ormas-ormas yang sudah
ada dalam catatan intelijen berkali-kali
melakukan kekerasan, kata Basarah.
Hasyim Muzadi justru berpendapat
sebaliknya. Yang perlu dibubarkan
adalah Ahmadiyah, bukan FPI. Desakan
pembubaran FPI, menurut saya akibat ulah
segelintir anggotanya, organisasinya tidak
ada masalah. Kalau ada anggota yang salah
tangkap orangnya. Jangan organisasinya
yang dituding macam-macam, ujar
mantan ketua PBNU ini seperti ditulis
VIVAnews (22/02). Ahmadiyah lebih layak
dibubarkan karena dinilai meresahkan
umat Islam akibat penyimpangan yang
keterlaluan terhadap doktrin Islam yang
sesungguhnya di tubuh Ahmadiyah,
termasuk soal pengakuan Mirza Ghulam
Ahmad sebagai nabi terakhir.
Terkait langkah-langkah pembubaran
ormas, Priyo mengusulkan agar pemerintah
merevisi dan menyempurnakan UU Ormas
supaya negara tidak sewenang-wenang
dan sepihak. Oleh karena itu mungkin perlu
ada klausul-klausul bahwa untuk hal-hal
yang darurat seperti perusuh, bikin korban
jiwa, meresahkan dan menakut-nakuti
warga itu mungkin perlu ambil langkah-
langkah pembubaran lewat mekanisme
dan bukti-bukti otentik yang ada,
Sementara itu, terkait mekanisme
pembubaran ormas, Ketua Mahkamah
Konstitusi, Mahfudh MD menyarankan agar
Presiden mendatangi MA untuk melakukan
pelaporanPresiden tidak bisa langsung
membubarkan organisasi. Mahfudh juga
menyatakan bahwa pembubaran organisasi
termasuk wewenang pemerintah, tetapi
terdapat beberapa sejumlah masalah yang
harus dihadapi, misalnya status ormas.
Yang pertama, apakah ormas itu terdaftar
di departemen? Kalau tidak didaftarkan,
apanya yang dibubarkan? Bisa saja itu
merupakan forum organisasi tanpa bentuk.
Kalau terdaftar, harus ada syarat-syarat yang
ditentukan misalnya, melanggar ideologi,
jelas Mahfud seperti ditulis kompas.com
(10/02)
Kapolri menyatakan bahwa organisasi
akan ditindak jika sudah ada fakta pendu-
kungnya. Itu sudah pernah dibahas dan
sudah diatur. Kalau ada fakta yang me-
menuhi kita lakukan (pembubaran), kata
Jenderal Pol Timur Pradopo seperti ditulis
detik.com (09/02). Kapolri menambahkan
bahwa kejadian yang terjadi selama ini
merupakan ulah oknum perorangan yang
mengatasanamakan organisasi tertentu.
Ada ketentuan yang mengatur. Kalau per-
orangan saya kira tidak menyangkut organ-
isasi. Jadi selama ini kan perorangan, tan-
dasnya seperti ditulis VIVAnews (09/02).
Bagaimana reaksi FPI? Mereka mengan-
cam akan mengadakan revolusi.
D
emi mendengar pidato
Presiden soal pembubaran
ormas yang gemar melakukan
kekerasan, FPI bereaksi.
Ketua Bidang Advokasi FPI,
Munarman, menyatakan FPI akan mem-Ben
Ali-kan SBY jika membubarkan ormas. Ben
Ali adalah presiden Tunisia yang digulingkan
oleh rakyatnya sendiri. Ditanya bagaimana
revolusi dijalankan, Munarman belum
mau menjawabnya tegas dengan berkilah
sedang melakukan pertemuan. Kita mau
numbangin SBY ini. Mau menggulingkan
SBY, jelas Munarman seperti ditulis KBR
68H (10/02). Yang jelas, menurut Munarman,
rencana akan dilaksanakan secepatnya. Ya,
secepatnya lah, tambahnya.
Pesan revolusi ini ditegaskan kembali
pada Tabligh Akbar memperingati maulid
Nabi SAW di markas FPI pada Senin malam
(14/02). Spanduk bertuliskan Bubarkan
Ahmadiyah atau Revolusi menjadi latar
belakang panggung utama. Bubarkan!,
Revolusi!, menjadi yel-yel dari para hadirin.
FPI Ancam Revolusi
Oleh: Nurun Nisa
Habib Rizieq Shihab turut menyampaikan
pesan revolusi itu.
Dalam orasinya, Rizieq memprotes
instruksi presiden untuk membubarkan
ormas yang sering melakukan kekerasan.
FPI tercatat sebagai ormas yang sering
terlibat dalam kekerasan. Andaikata ada
ormas Islam yang dibubarkan SBY dengan
cara-cara keji, dengan cara biadab, dengan
cara curang, dengan cara kejam, maka saya
akan ajak umat Islam di manapun berada:
kita gulingkan SBY, ujar Rizieq seperti
ditulis VIVAnews (16/02).
Dalam kesempatan tersebut, Rizieq
juga menyatakan bahwa jika SBY menilai
mereka yang menyerukan revolusi sama
dengan makar, maka menurutnya SBY juga
melakukan maker terhadap pemerintahan
yang dipimipin Gus Dur. SBY saat
Gus Dur presiden, mengundurkan diri
sebagai menteri, dan bergabung untuk
menggulingkan Gus Dur. Berarti SBY
melakukan makar, terang Rizieq.
Terhadap pesan revolusi ini, SBY
memberikan tanggapan. Tidak semudah
itu lantas Indonesia pasti akan menjadi
Mesir. Termasuk yang mengancam saya,
awas Indonesia kita Mesirkan! Jangan
ancam-mengancam lah. Kondisinya
berbeda, ujar Presiden SBY dalam sebuah
Andaikata ada ormas
Islam yang dibubarkan
SBY dengan cara-
cara keji, dengan cara
biadab, dengan cara
curang, dengan cara
kejam, maka saya akan
ajak umat Islam di
manapun berada: kita
gulingkan SBY, ujar
Habib Rizieq Shihab,
Ketua FPI
9
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
wawancara dengan stasiun televisi SCTV
seperti dikutip VIVAnews (16/02).
Terkait ancaman Munarman, pihak
Istana sendiri sudah merespon. Juru Bicara
Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan
soal ancaman tersebut akan diserakna
kepada Polri. Nanti biar polisi. Semuanya
dikembalikan ke mekanisme hukum yang
ada, kata Julian seperti ditulis Kompas.com
(18/02).
Ketika Kapolri ditanyakan soal
pernyataan Munarman sudah termasuk
kategori ancaman tersebut, ia menyatakan
bahwa semua warga negara wajib
mematuhi ketentuan hukum yang
berlaku. Ketika ditanya kemungkinan Polri
untuk memanggil FPI, Jenderal Pol Timur
Pradopo menjawab. Semua warga negara
harus taat pada hukum. Semua warga
negara wajib dan harus patuh terhadap
hukum, jawabnya. Ketika ditanyakan
perihal tindakan tegas kepada FPI, Kapolri
menjawab, Makasih. Terima kasih, ya,
terima kasih, jawab Timur ketika ditanyakan
kembali soal pemanggilan FPI.
Beberapa pengurus FPI di daerah
memiliki opini yang berbeda soal ini.
Kalau pemerintahan SBY tidak tegas
membubarkan Ahmadiyah yang ada di
Indonesia, kami berjanji atas nama FPI
akan melakukan revolusi dengan cara apa
pun guna membubarkan Ahmadiyah, ujar
Ketua Bidang Jihad FPI Sumut KH Zulkifi
Usman dalam orasi menuntut pembubaran
Ahmadiyah ke kantor Gubernur Sumut
seperti ditulis Mediaindonesia.com (18/02).
Sikap yang berbeda ditunjukkan oleh
FPI Cilacap. Menurut Ketua FPI Cilacap,
Haryanto menyatakan bahwa pernyataan
revolusi baru didengarnya dari media. Saya
baru mendengar pernyataan itu dari media.
Saya belum menerima SK dari DPP soal
perintah seperti itu, ujarnya seperti ditulis
Republika Online (16/02). Kalaupun nantinya
menerima SK yang dimaksud, Haryanto
menyatakan akan mempelajarainya terlebih
dahulu. FPI di daerah bisa saja berbeda
sikap, karena setiap cabang FPI memiliki
otonomi tersebut, tambahnya.
Haryanto bahkan menganggap ucapan
Rizieq dan Munarman, kemungkinannya,
adalah pernyataan spontan yang muncul
akibat kekecewaan mereka terhadap
respons pemerintah dalam soal tragedi
Cikeusik dan rusuh Temanggung. Dalam
kasus tersebut, pemerintah cenderung
hanya menyalahkan kelompok yang
melakukan perbuatan anarkhi, tanpa
meneliti akar persoalan mengapa kelompok
tersebut bertindak anarkhi, tandasnya.
Maka wajar jika sebagian pihak
menyangsikan kekuatan FPI menggalang
revolusi. Kekuatan FPI hanyalah di internal
FPI saja. FPI tidak punyak dukungan atau
pun kekuatan untuk menggulingkan
pemerintah. Masyarakat luas tidak
memberikan dukungan kok. Makanya
isu penggulingan FPI ini jangan dibesar-
besarkan, karena hal itu hanya letupan
emosi orang-orang FPI saja, kata Wakil
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) Slamet Efendy Yusuf seperti
ditulis Monitor Indonesia, (17/02/2011).
Ancaman revolusi dengan demikian tidak
akan teralisasi. PBNU sendiri tidak sepakat
dengan sikap FPI. PBNU sendiri tidak
sepakat dengan langkah penggulingan
yang akan ditempuh FPI tersebut. Silahkan
FPI menegakkan amar maruf nahi mungkar,
tapi FPI jangan sampai masuk ke wilayah
politik, tegas Slamet.
Sikap hampir senada diungkapkan oleh
pengamat politik, Yudi Latif. Menurut Yudi,
Presiden tidak perlu menanggapi sikap FPI.
Justru Presiden mesti berbuat sebaliknya:
Presiden menunjukkan bahwa dirinya
tak bisa ditekan dan tidak berpihak pada
kepentingan kelompok. Ancaman sekedar
didasarkan pada kepentingan yang sifatnya
kelompok tertentu yang kepentingannya
tidak bebas dari tindakan selama ini yang
melanggar konstitusi, terang Yudi seperti
ditulis inilah.com (16/02).
Terhadap ancaman ini sendiri, banyak
pihak berang. Panglima TNI Jenderal (Purn)
Endriartono Sutarto menilai Front Pembela
Islam (FPI) sudah melakukan makar karena
telah mengancam menggulingkan
presiden. Ancaman FPI ini, menurut
Endriartono, tidak bisa ditoleransi dan harus
mendapatkan sanksi tegas. Tidak boleh
sesuatu atau apa pun untuk mengancam
presiden atau pemerintah. Itu makar, ucap
Endriartono seperti ditulis Kompas.com
(17/02).
Sehari sebelumnya, Jusuf Kalla
menyatakan bahwa ancaman FPI tidak
bisa diterima dan tergolong makar.
Mengkritik boleh, tapi tidak mengatakan,
saya gulingkan you sekarang, terang
mantan wakil presiden itu seperti ditulis
detik.com (16/02). FPI, kata Kalla, seharusnya
memberikan dakwah dan pengertian
kepada ummat sehingga mereka tidak
melakukan tindakan anarkis. Di pihak
lain, pemerintah juga harus menjamin
penegakan hukum yang tegas.
Ini negara demokrasi, siapa yang
mau berkuasa silakan menempuh jalan
demokrasi. Bentuklah parpol, bukan ormas
dan ingin menggulingkan pemerintahan,
kecam Ketua Komisi III DPR, Benny K
Harman menanggapi ancaman FPI seperti
dimuat detik.com (14/02). Baginya, setiap
orang dan kelompok harus tunduk pada
sistem hukum kepada negaranya. Negara
tidak boleh tunduk kepada ancaman, tegas
politikus asal Partai Demokrat itu. Benny
juga menambahkan bahwa Undang-
Undang di Indonesia memungkinkan
negara membubarkan ormas anarkis.
Pakar hukum pidana Universitas
Indonesia, Rudy Satrio menyatakan
seruan FPI jauh dari defnisi makar, karena
baru berupa pernyataan sementara
penggulingan kekuasaan mesti melibatkan
senjata dan massa. Karenanya, ucapan
ini belum bisa diperkarakan. Karena hal
itu belum menimbulkan suatu akibat,
tandasnya kepada VIVAnews.com (15/02).
Yang perlu dicermati saat ini adalah
penyebab pernyataan revolusi FPI, bukan
akibatnya saja. Rudy menyarankan agar
pemerintah memanggil FPI untuk berdialog
soal ancaman ini.
Pada kesempatan lain, Rizieq
menyatakan bahwa revolusi adalah
alternatif terakhir. Tolong jangan anda garis
bawahi pembubaran pemerintah, di situ
FPI mengatakan pembubaran Ahmadiyah
atau revolusi kan ada ataunya, revolusi
kan alternatif terakhir, alternatif pertama
kan masih bisa diambil, kata Rizieq ketika
menyambangi kantor Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri) untuk bertemu
dengan Mendagri Gamawan Fauzi seperti
ditulis inilah.com (16/02). Pihak Mendagri
menggelar dialog bersama dengan FPI, FUI,
dan MUI untuk membahas soal Ahmadiyah
pada Rabu (16/02). Gamawan menyatakan
bahwa empat pilihan yang ditawarkan
oleh pemerintah dianggap cukup baik
oleh FPI. Tinggal di pemerintah, mana
yang akan dipilih nanti. Karena itu, akan
dikembangkan terus dialog untuk mencari
solusi permanen yang mendasar, katanya
Gamawan seperti dimuat di depdagri.
go.id (20/02). FPI sendiri cenderung pada
pembubaran atau pembinaan ke arah Islam
yang benar.
Hari Jumat siang (18/02) FPI, FUI, dan
ormas lainnya menggelar demo besar-
besaran ke Istana Merdeka menuntut
pembubaran Ahmadiyah. Kami akan
melakukan aksi besar-besaran menuntut
pembubaran Ahmadiyah, ujar Sekjen FUI,
KH M Al Khathath kepada okezone.com
(18/02). Aksi ini, menurut al-Khattath akan
melibatkan, sejumlah ormas Islam seperti
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII),
Muhamadiyah, Jamaah Anshorut Tauhid,
Majelis Mujahidin serta sejumlah ormas
lain. Demo yang dimulai dari Bundaran HI
ini juga akan menyambangi kantor Komnas
HAM yang selama ini dianggap melindungi
Ahmadiyah.
10
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Polda Metro Jaya menyiapkan sekitar
1.500 personel dari Polda Metro Jaya
hingga tingkat Polsek untuk mengawal aksi
ini. Jika demo berlangsung anarkis, maka
akan digunakan protap 01, dilumpuhkan
termasuk dengan cara tembak di tempat.
Kami akan mengantisipasi aksi ini. Jika aksi
mereka anarkis, kita akan menggunakan
protap (prosedur tetap) 01 yakni dengan
cara dilumpuhkan, jelas Kabid Humas Polda
Metro Jaya, Kombes Pol Baharuddin Jafar.
Selain itu, seperti ditulis Tempo Interaktif
(18/02) kendaraan taktis anti unjuk rasa
Barakuda dan water canon juga disiapkan.
Di Istana sendiri, keamanan disiapkan
berlapis. Kawat berduri dua lapis sepanjang
500 meter di depannya untuk menghadang
massa jika merangsek masuk. Demo pada
akhirnya berlangsung tanpa kekerasan.
Massa yang hadir hanya setengahnya.
B
ulan Agustus tahun lalu Menag
mengusulkan pembubaran Ah-
madiyah. Sebab Ahmadiyah ber-
tentangan dengan ajaran pokok
ajaran Islam. Jika harus dihenti-
kan, maka aktivitasnya tidak boleh dilanjut-
kan. Aktivitas inilah yang menyulut amarah
masyarakat. Kondisi seperti ini masih bisa
diredam aparat kepolisian, tetapi ia tidak
bisa terlalu lama didiamkan. Kalau eng-
gak segera ambil keputusan tegas, potensi
konfik akan ter-maintain dan meningkat
serta bisa menimbulkan konfik sosial. Den-
gan demikian, menurut saya, Ahmadiyah
harus dibubarkan, terang Suryadharma
Ali seperti dikutip Kompas.com (30/08/10).
Suryadharma Ali menyatakan bahwa kepu-
tusannya beralasan pada SKB tiga menteri
yang sudah dikeluarkan sebelum ia menja-
bat. Semua pilihan itu ada risikonya. Tapi,
menurut saya, risiko yang paling benar itu
membubarkan, bukan membiarkan, tan-
dasnya.
Kali ini Menag mengusulkan empat
solusi: dibuatkan sekte baru, dilarang,
dikembalikan kepada pemahaman Islam
arus utama, dan dibiarkan saja. Kemarin
saya secara pribadi mengusulkan, untuk
masalah Ahmadiyah ini ada empat solusi.
Satu,mereka dibuatkan sekte baru, dila-
Menag Kembali Tegaskan Pembubaran Ahmadiyah
Oleh: Nurun Nisa
rang, dimasukkan kembali ke ajaran Islam
atau kita biarkan saja, terang Suryadharma
seperti ditulis detik.com (11/02). Jika Ah-
madiyah dibiarkan begitu saja dengan
keyakinan dan pemahamannya, maka opsi
ini tidak menyelesaikan masalah atau justru
masalah akan terakumulasi. Sementara opsi
pembubaran akan menyelesaikan masalah
meskipun jika dihitung-hitung dengan
opsi membubarkan akan lebih ringan.
Pembubaran ini sendiri, menurut Sury-
adharma, tidak boleh dipergunakan seb-
agai alasan bertindak anarkis karena ke-
kerasan tidak dibenarkan baik kepada umat
Islam ke sesama Muslim ataupun ke non-
Muslim. Usulan yang dikatakan pribadi ini
juga merupakan usulan kementerian. Itu
salah satu usulan kementerian juga, men-
jadi agama baru yang meninggalkan iden-
titas keislaman. Masalahnya apakah yang
bersangkutan mau atau kembali menjadi
Islam sesungguhnya. Saya kira itu yang
terbaik, jelas Suryadharma seperti ditulis
kabarhaji.com (11/02). Lalu, jika menjadi ali-
ran tersendiri, maka konsekuensinya adalah
Ahmadiyah tidak boleh menggunakan
simbol-simbol Islam. Jadi kalau sudah
bukan Islam konsekuensinya termasuk di
dalamnya tidak mempergunakan Alquran
sebagai kitab suci, kata Suryadharma sep-
erti ditulis wartapedia.com (08/02). Dalam
kesempatan Muswil (Musyawarah Wilayah)
PPP Riau, Suryadharma kembali memperte-
gas sikapnya. Atas nama PPP, saya nyatakan
Ahmadiyah itu sesat, terang Ketua PPP ini
seperti ditulis detik.com (23/02).
Usulan dalam kasus Ahmadiyah, kata
Suryadharma, bukan berarti melegitimasi
tindakan anarkhis. Tindakan anarkis tidak
dibenarkan baik kepada sesama umat Is-
lam maupun kepada non-Muslim. Suryad-
harma juga menambahkan bahwa usulan
pembubaran Ahmadiyah tidak memasung
kebebasan beragama. Sebab, kebebasan
beragama memiliki konteks tidak boleh
melanggar batasan agama lain seperti
melecehkan, menodai, dan menistakan
agama. Dengan demikian, para pemilik
agama mesti memahami dan menduduk-
kan secara proporsional makna kebebasan
beragama. Kalau yang saya maksudkan
menghina agama, melecehkan, menodai,
menistakan agama, mengubah Kitab Suci
dalam kasus Ahmadiyah Islam, apakah ma-
suk dalam kebebasan? Saya rasa tidak, kat-
anya Republika Online (07/02).
Solusi terhadap Ahmadiyah ini akan di-
rumuskan substansinya untuk selanjutnya
mendapatkan persetujuan dari Menteri,
Kapolri maupun Jaksa Agung. Dengan
demikian, ia merupakan satu suara dari in-
stansi pemerintah yang semuanya terkait
dengan masalah Ahmadiyah.
Sebagai tindak lanjutnya, Rabu (16/02)
jemaat Ahmadiyah diundang untuk dengar
pendapat dengan Komisi VII DPR RI. Dalam
dengar pendapat antara lain terungkap
pendapat yang sungguh di luar dugaan:
mengasingkan jemaat Ahmadiyah di pulau
terpencil. Pendapat ini dikemukakan oleh
politikus Golkar, HM Busro, karena menu-
rutnya perselisihan Ahmadiyah muncul
karena adanya masyarakat yang menolak
kehadiran ajaran ini. Jika jemaat Ahmadi-
yah dipisahkan dengan warga yang bukan
Ahmadiyah, maka Busro meyakini konfik
bisa diredam. Kita kan banyak pulau ko-
song, tinggal saja di sebuah pulau, jadi
nggak ribut. Ini salah satu jalan keluar. Kita
Indonesia punya 17 ribu pulau dan masih
banyak yang kosong, kata Busro saat RDPU
antara Komisi VIII seperti ditulis detik.com
(17/02). Alternatif ini, bagi Busro, agar hid-
up jemaat Ahmadiyah layak sebagaimana
warga lainnya karena semuanya bersauda-
ra yang sama-sama berhak hidup layak.
Anggota lain, Ali Maschan Musa dari PKB
menyatakan lebih setuju dialog. Dibubar-
kan saya tidak setuju, dialog saya setuju,
mantan Ketua PWNU Jawa Timur seperti
ditulis VIVANews (17/02).
Ketua Komisi VIII, Abdul Kadir Karding
menilai usulan Busro adalah inisiatif prib-
adi, bukan suara resmi Komisi. Yang perlu
digarisbawahi Komisi VIII sama sekali tidak
pernah memiliki pertimbangan untuk
melakukan pengucilan terhadap Ahmadi-
yah termasuk membawa mereka ke pulau
Kalau eng gak segera
ambil keputusan tegas,
potensi konflik akan ter-
maintain dan meningkat
serta bisa menimbulkan
konflik sosial. Dengan
demikian, menurut
saya, Ahmadiyah harus
dibubarkan, terang
Menang Suryadharma
Ali.
11
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
terpencil, kata Abdul Kadir seperti. Abdul
Kadir menyatakan sedang mengupayakan
dialog agar ditemukan solusi yang tepat
untuk menangani persoalan Ahmadiyah.
Menurutnya, salah satu solusinya adalah
membentuk UU yang bisa didasarkan pada
SKB tiga menteri.
Kecaman datang dari Komnas HAM.
Komisioner HAM Nurkholis menyatakan
bahwa hak (memilih) tempat tinggal
adalah hak asasi manusia selain bahwa ia
merupakan melanggar asas kebhinekaan.
Itu sama saja mengisolisir, menghilangkan
nilai-nilai kebhinekaan. Kita tidak mendu-
kung usul seperti itu, jelas Nurkholis sep-
erti dimuat di komnasham.go.id (18/02).
Masyarakat Indonesia, kata Nurkholis, har-
us bisa hidup berdampingan sesuai makna
Bhinneka Tinggal Ika. Adapun kekerasan
yang dikhawatirkan Busro bisa dihindari
dengan cara dialog, toleransi ditingkatkan,
dan ada kepolisian yang bekerja. Jangan
kemudian mencari alasan, yang bayaran-
nya terlalu mahal. Usulan itu menghilang-
kan prinsip kebhinekaan, tutupnya.
Bagi Thamrin Amal Tomagola, opini
pembubaran Menag dapat mendorong
untuk melakukan kekerasan. Karenanya,
SBY mesti bertindak. Masak Menteri Agama
dibiarkan mendorong orang melakukan
kekerasan terhadap Ahmadiyah, kenapa
nggak dijewer telinganya, kata Thamrin
seperti ditulis Tempo Interaktif (01/03).
Soal jabatan menteri juga turut menjadi
sorotan Ulil Abshar Abdalla, pengurus
Partai Demokrat. Sebagai pejabat publik,
menteri harus melindungi semua warga
negara dan tidak boleh memihak satu
kelompok. Pembubaran Ahmadiyah adalah
pernyataan yang diskriminatif.
Bagi Adnan Buyung Nasution, Menag
sudah berniat membubarkan Ahmadiyah
sejak dulu. Dari awal di Bundaran Hotel
Indonesia (tahun 2009), dalam kampanye
dirinya, Suryadharma sudah bilang anti-
Ahmadiyah, akan bubarkan Ahmadiyah.
Sudah seperti itu, kok Presiden masih
menjadikan dirinya sebagai menteri. Itu
kan keterlaluan, terang Adnan Buyung
Nasution seperti ditulis metrotvnews.
com (08/12). Menag, kata Buyung, harus
dipecat.
Jika wacana pembubaran Ahmadiyah
belum tuntas di pusat, di daerah sudah
diberlakukan larangan beraktivitas bagi
kelompok Ahmadiyah. Walikota Samarinda,
Bupati Pandeglang, Gubernur Jatim,
dan Gubernur Sulsel telah menerbitkan
peraturan berkenaan Ahmadiyah.
Bentuknya adalah sbeagai berikut:
Daftar Perda Larangan Ahmadiyah di Berbagai Daerah
No. Asal Tanggal Bentuk Isi
1. Kota Pekanbaru 12 Oktober 2010 Surat Walikota Nomor
450/BKBPPM/636 tentang
Menghentikan Kegiatan
Jemaat Ahmadiyah di
Keluarahan Tuah Karya
Kecamatan Tampan dan
dalam atau wilayah Kota
Pekanbaru
Warga Jemaat Ahmadiyah di Keluarahan Tuah Karya
Kecamatan Tampan dan dalam atau wilayah Kota
Pekanbaru dilarang melakukan kegiatan
2. Provinsi Sulawesi Selatan 10 Februari 2011 Surat Nomor 223.2/803/
Kesbang
Peringatan sekaligus perintah Gubernur ke penganut,
anggota maupun pengurus Jamaah Ahmadiyah
Indonesia (JAI) sepanjang mengaku beragama Islam
untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan
kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran
Islam.
3. Kabupaten Pandeglang 21 Februari 2011 Peraturan Bupati
Pandeglang No. 5 Th. 2011
tentang Larangan Aktivitas
Ahmadiyah di Kabupaten
Pandeglang
Untuk menjaga dan memelihara kondusfitas dan
stabilitas keamanan, ketentraman, dan ketertiban di
Kabupaten Pandeglangm Organisasi/ Aliran Ahmadiyah
tidak diperkenankan/dilarang melakukan aktivitas/
kegiatan dalam bentuk apapun di wilayah Kabupaten
Pandeglang. Aktivitas yang dimaksud meliputi
penyebaran faham, menceritakan, menganjurkan
atau segala usaha, upaya perbuatan penyebaran
faham. Jika dilanggar maka Pemerintah sesuai dengan
kewenangannya dengan dibantu oleh aparat leamanan.
penegak hukum lainnya akan menghentikan aktivitas/
kegiatan dimaksud
12
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
4. Kota Samarinda 25 Februari 2011 SK Nomor 200/160/
BKPPM.1/11/2011
tentang penghentian
dan penutupan aktivitas
kemaat Ahmadiyah
Pemerintah Kota Samarinda mempunyai kewajiban
memelihara kententraman dan ketertiban masyarakat
demi memelihara kerukunan wilayah yang merupakan
bagian penting dari kerukunan nasional. Kepada
segenap panganut Ahmadiyah akan dibina oleh
Kementrian Agama Kota Samarinda
5. Provinsi Jawa Timur 28 Februari 2011 SK Gubernur Nomor
188/94/KPTS/013/2011
Dilarang menyebarkan ajaran Ahmadiyah baik
secara lisan, tulisan maupun melalui media
elektronik
Dilarang memasang papan nama organisasi
Ahmadiyah di tempat umum
Dilarang memasang papan nama di masjid, musala,
lembaga pendidikan dengan identitas Jemaat
Ahmadiyah Indonesia (JAI)
Dilarang menggunakan atribut JAI dengan segala
bentuknya
1.
2.
3.
4.
T
ragedi Cikeusik menimbulkan
kontroversi di banyak kalangan,
termasuk para pejabat dan poli-
tikus. Beberapa dari mereka den-
gan lantang mengusulkan agar
Ahmadiyah dibubarkan. Wakil Ketua DPR,
Laode Ida, persoalan Ahmadiyah jangan
melalu berputar pada penegakan HAM.
Persoalan Ahmadiyah jangan berputar-
putar lagi tetapi mesti tegas memilih jalan
keluarnya: keluarkan Ahmadiyah dari Is-
lam atau bubarkan saja. Pembubaran Ah-
madiyah sendiri tidak akan bertentangan
dengan konstitusi. Karena menurutnya ke-
pentingan berbangsa dan bernegara harus
diutamakan. Konstitusinya perlu dilihat
dalam konteks yang benar. Negara ini jan-
gan dibiarkan terus kacau, terang Laode Ida
seperti ditulis detik.com (11/02). Laode Ida
menyatakan pemerintah tidak boleh mem-
biarkan masyarakat banyak terus berkonfik
karena kelompok kecil pengganggu.
Pembubaran Ahmadiyah juga diusul-
kan Ketua Umum DPP Demokrat, Anas Ur-
baningrum. Anas mengutuk kekerasan ter-
hadap Ahmadiyah di Ciekusik yang menu-
rutnya terjadi karena polisi kurang cepat
mengantisipasinya. Akan tetapi, bukannya
menyoal kinerja aparat, Anas justru men-
gusulkan agar pemerintah segera mene-
tapkan Ahmadiyah sebagai aliran yang bu-
kan termasuk Islam. Tujuannya, kata Anas
seperti ditulis liputan6.com (11/02) agar
Ragam Pandangan soal Ahmadiyah Pasca Tragedi Cikeusik
Oleh: Nurun Nisa
konfik tidak terjadi jemaat Ahmadiyah
dan penentangnya tidak terjadi. Caranya,
dengan merevisi surat keputusan bersama
atau SKB 3 menteri.
Saran yang hampir senada dikemuka-
kan oleh mantan Gubernur Lembaga Ket-
ahanan Nasional (Lemhanas), Muladi. Mu-
ladi menyarankan pemerintah agar mene-
tapkan Ahmadiyah menjadi agama baru di
luar Islam karena pada praktiknya memiliki
pandangan dan Nabi sendiri. Akar ma-
salahnya status Ahmadiyah apa. Jadi wa-
cana di DPR itu betul. Kalau dia mengaku
Islam, orang Islam akan marah karena dia
mempunyai pandangan sendiri, nabi send-
iri, dan pandangan lain, kata Muladi seperti
ditulis metrotvnews.com (17/02). Muladi
menambahkan bahwa kecuali melanggar 3
SKB, Ahmadiyah tidak bisa dibubarkan. Jika
tidak, pembubaran Ahmadiyah justru me-
nimbulkan persoalan HAM seperti halnya
pembubaran ormas anarkis. Membubar-
kan Ahmadiyah akan menimbulkan ma-
salah HAM kecuali Ahmadiyah melanggar
Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri.
Saya kira pemerintah juga jangan mem-
bubarkan Ormas berdasarkan UU 8/1985.
UU itu harus diamendemen, sehingga
pembubarannya melalui mekanisme pen-
gadilan, jelasnya.
Menjadi agama baru bagi Ahmadiyah
sebagai solusi juga menjadi tawaran Priyo
Budi Santoso, Wakil Ketua DPR Priyo Budi
Santoso. Persoalan Ahmadiyah sangat
rumit. Di satu sisi ajaran yang disampaikan
tertera dalam keyakinan Ahmadiyah bisa
dianggap suatu yang mencemaskan
bagi pemeluk agama Islam. Kita sarankan
Ahmadiyah mendeklarasikan sebagai
agama baru karena peliknya persoalan,
jelas Priyo seperti dikutip Kompas.com
(10/02). Jika ini dilakukan, maka Ahmadiyah
tak akan bisa lagi diburu dan diadili dengan
sewenang-wenang seperti terjadi sekarang
ini karena sudah dijamin oleh keyakinannya.
Bagi kami, lebih baik
mensosialisasikan
kepada umat, agar
tidak terpengaruh
dengan keyakinan
adanya nabi setelah
Nabi Muhammad
Saw, ujar Din
Syamsuddin,
Ketua Umum PP
Muhammadiyah
13
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Solusi kedua, Ahmadiyah mendeklarasikan
diri sebagai bagian dari Islam setelah
merevisi ajarannya yang bertentangan
dengan Islam. Tak ia mengaku tak sampai
hati melarang Ahmadiyah seperti terjadi
di negara tetangga, Pakistan. Karena di
Timur Tengah, seperti Pakistan, Ahmadiyah
dilarang. Tapi saya tak sampai hati
melarang, tandasnya.
Rizal Ramli tidak setuju Ahmadiyah
menjadi bagian dari Islam karena aliran
ini memiliki pemahaman yang berbeda.
Jika mereka tidak mau melakukannya
sendiri, maka pemerintah yang mesti
menjembatani demi menghindari bentrok.
Harusnya pemerintah tegas. Ahmadiyah
jangan ngaku Islam, ngaku Ahmadiyah aja.
Kalau nggak mau, ya pemerintah bubarin
aja, jelas pakar ekonomi itu seperti ditulis
liputan6.com (09/02).
Sementara itu, Din Syamsuddin
menyatakan tak setuju dengan pembubaran
Ahmadiyah atau pembentukan Ahmadiyah
sebagai agama baru. Yang mesti dilakukan
terhadap aliran ini adalah mengajak
Ahmadiyah kembali ke jalan yang
benar. Karenanya, Din menyerukan agar
para pendakwah melakukan tugas ini.
Muhammadiyah, dalam hal ini, menolak
pemahaman Ahmadiyah soal kenabian
pasca Nabi Muhammad SAW. Bagi kami,
lebih baik mensosialisasikan kepada umat,
agar tidak terpengaruh dengan keyakinan
adanya nabi setelah Nabi Muhammad
Saw, ujar Din seperti ditulis voa-islam.com
(21/02).
P
ertengahan Desember tahun
lalu, Satpol PP menyegal rumah
ibadah di Kompleks Perumahan
Rancaekek dengan alasan tidak
memiliki izin untuk difungsikan
sebagai rumah ibadah. Rumah-rumah
tersebut kini masih diawasi.
Pengawasnya adalah sejumlah ang-
gota Polsek Rancaekek dibantu beberapa
anggota Reskrim Polres Bandung dan Sat-
pol PP Kecamatan Rancaekek Kabupaten
Bandung sejak Kamis (27/1). Berbaju pre-
man, para aparat ini memfokuskan patrol
pada tujuh rumah yang pernah dijadikan
tempat ibadah oleh HKBP setiap hari Min-
ggu. Objek patroli sendiri terlihat kosong.
Camat Rancaekek, Maman Nurjaman,
menyatakan bahwa pihaknya kini berkoor-
dinasi dengan aparat untuk melakukan
patrol, terutama untuk keperluan antisipasi
terhadap tindakan anarkis yang dilaku-
kan oleh orang yang tidak bertanggung
Aparat Masih Awasi Rumah Ibadah di Rancaekek
Oleh: Nurun Nisa
jawab. Pihak kepolisian sendiri menegas-
kan bahwa jajarannya akan melakukan
patroli meski jemaat sudah tidak meng-
gunakannya lagi, seperti ditegaskan oleh
Kasat Reskrim Polres Bandung AKP Agung
N. Masloman.
Ruli Saragih, seorang jemaat HKBP asal
Rancaekek, menyatakan bahwa untuk
sementara ia dan jemaat HKBP yang lain
beribadah di gereja di IPDN Jatinangor
yang berjarak 7 km dari Rancaekek. Hara-
pan kami, Pemkab Bandung tidak diskri-
matif terhadap agama kami, karena ibadah
kami tidak merugikan dan mengganggu
warga sekitar, jelasnya seperti dikutip sinar-
harapan.co.id (28/01).
Urusan izin pendirian rumah iba-
dah sudah bukan wewenang kami. Izin
pendirian rumah ibadah kewenangannya
ada di Pemkab Bandung, ujar Maman Nur-
jaman. Namun pihaknya mengakui sudah
mempertemukan antarpemuka agama,
ormas Islam, dan para muspika serta mus-
pida untuk membahas masalah tersebut
tetapi belum menuai hasil.
F
UI Bogor menggelar aksi damai
yang bertajuk Umat Bersatu Me-
nolak Agenda Pemurtadan. Aca-
ra ini digelar di Jln KH. Abdullah
Nuh pada Minggu (23/01). Dalam
kesempatan tersebut, Sekjen FUI (Forum
Umat Islam) KH. Muhammad al-Khattath
menyatakan bahwa umat Islam harus men-
jagar persatuan untuk menghadapi aksi
pemurtadan Islam. Semangat ini juga har-
us diimbangi dengan sifat ikhlas, sabar, dan
istiqomah. Sebabnya, menurut al-Khattath,
umay Islam akan selalu mendapat rintan-
gan, misalnya, Kristenisasi yang faktanya
sudah banyak terjadi.
Bahkan Lembaga Internasional Crisis
FUI Bogor Gelar Aksi Tolak Kristenisasi
Nurun Nisa
Group (ICG) yang dimiliki orang-orang non
muslimpun membenarkan bahwa kasus
yang terjadi di Ciketing Bekasi beberapa
waktu lalu itu akibat adanya tindakan Kris-
tenisasi yang massif, terang al-Khattath
sambil menunjukkan bukti dokumen lapo-
ran ICG seperti ditulis tabligh.or.id (24/01).
Sementara itu, Ketua Gerakan Reformis
Islam (GARIS) Jawa Barat Ustadz Suryana
Nurfatwa menambahkan bahwa menurut
investigasinya, Jawa Barat telah dijadikan
target utama Kristenisasi. Suryana mengaku
telah mendapatkan banyak sekali gerakan
pemurtadan yang beroperasi. Pemurtadan
ini juga dilakukan oleh sekolah teologi.Para
mahasiswa teologi itu tidak akan diberikan
ijazah sebelum berhasil memurtadkan
sekitar 20 orang muslim, tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, seorang
pembicara juga mengajak para hadirin un-
tuk berhati-hati dan waspada terhadap
Kristenisasi yang kian mengancam. Tahu
bapak-bapak, tahu ibu-ibu, kenapa gereja
di depan sana dibangun? Dalam rangka
untuk memurtadkan anak-anak yang akan
lahir dari rahim ibu-ibu. Itu tujuannya. Sadar
enggak, ibu-ibu, bahwa meskipun tidak ada
penghuni muslim, mereka memiliki misi
suci untuk memurtadkan anak-anak kita,
jelasnya seperti terungkap dalam sebuah
tayangan di youtube.com (28/01). Gereja
yang dimaksud adalah GKI Taman Yasmin
Harapan kami,
Pemkab Bandung
tidak diskriminatif
terhadap agama
kami, karena
ibadah kami tidak
merugikan dan
mengganggu warga
sekitar, terang
Ruli Saragih,
jemaat HKBP asal
Rancaekek
14
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
yang lokasinya berseberangan dengan
tempat aksi damai yang lebih mirip den-
gan tabligh akbar ini.
Laki-laki berjaket hitam dan berkopyah
putih ini juga menekankan bahwa bisa jadi
generasi sekarang ini adalah adalah gen-
erasi yang selamat dari Kristenisasi. Tetapi
harus diingat bahwa mereka menciptakan
sarana dan prasarana untuk memurtadkan
anak kita yang terlahir dari rahim yang suci.
Itulah sebabnya kalau hari ini kita berpa-
nas-panas, itu belum sebanding dengan
resiko yang bakal dihadapi oleh anak-anak
kita esok hari. Sadarlah ibu-ibu bahwasanya
apa yang sedang mereka bikin ini adalah
proyek Kristenisasi. Allahu Akbar, Allahu Ak-
bar, jelasnya.
Gerakan pemurtadan, seperti ditulis ta-
bligh.or.id, juga didukung oleh aliran dana
yang besar. Suara Islam (SI) menyatakan
bahwa Dalam kasus Gereja Yasmin mis-
alnya, menurut sumber Suara Islam (SI),
ternyata telah menghabiskan milyaran ru-
piah. Dana itu digunakan untuk melicink-
an usaha pembangunan yang tidak me-
menuhi syarat sehingga memperoleh IMB.
Kasus IMB ini melaju hingga ke tingkat
kasasi dan MA memutusnya sebagai IMB
yang sah.
Aksi ini juga menghasilkan pernyataan
bersama menyikapi pembangunan GKI
Taman Yasmin yang dianggap illegal. Per-
nyataan ini antara lain meminta agar Pem-
kot Bogor segera mencabut IMB tersebut
karena dianggap tidak memenuhi per-
syaratan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Mereka juga meminta agar Pemkot Bo-
gor dan aparat keamanan, baik dari unsur
SatPol PP maupun dari unsur Kepolisian
Republik Indonesia agar selalu membela
kepentingan umat yang berdiri dalam ke-
benaran, berani bertindak tegas, tidak ta-
kut kepada siapapun dan tidak ragu-ragu
dalam menindak tegas terhadap segala
bentuk perbuatan kriminal dan melanggur
hukum dari pihak GKI maupun para pen-
dukungnya.
Hadir dalam aksi damai ini sejumlah to-
koh dari berbeagai kelompok Islam. Yakni,
Ustadz Iyus Khaerunnas (Ketua FUI Bogor
Raya), KH. Adam Ibrahim (Ketua MUI Bo-
gor), KH. Khairul Yunus (MUI Kab Bogor), KH.
Ahmad Aff (Dewan Syuro FUI Bogor), KH.
Muhammad Zen (DPP FPI), KH. Badrudin
Subhki (PUI), Ust. Idrus Sambo (Manajemen
Shalat), Ust. Dadang (Markaz Islam Bogor),
Ust. Amirudin Abu Fikri (HTI), Ust. Zulki-
fi (Majelis Pecinta Rasul), Ust. Fatih (Ketua
DPD Hasmi), Dr. Muhammad Taufq (IKADI),
Ust. Iwan (GARIS Bogor), Ust. Suryana Nur-
fatwa (Ketua FUI Jabar), Ust. Ahmad Iman
(Ketua Forkami), dan Ust. Priyatna (Persis).
ICG merilis Asia Briefng No. 114 pada
tanggal 24 November 2010 berjudul Chris-
tianisation and Intolerance. Laporan ini me-
nyebutkan bahwa kerukunan beragama
di Indonesia dalam keadaan tegang, khu-
susnya di mana kelompok evangelis Kris-
ten dan kelompok Islam garis keras Islam
berkompetisi dalam pendirian yang sama.
Dalam hal ini, Kristenisasi dipahami sebagai
bentuk usaha agar Muslim berpindah ke-
pada Kristen dan dimaknai pada semakin
tingginya jumlah pemeluk Kristen di dae-
rah yang mayoritas Muslim sebagai justi-
fkasi mobilisasi massa dan serangan oleh
para viligant (anggota paramiliter, Red.).
Misalnya, kompetisi Yayasan Manahaim
dan Yayasan Bethmidrash Talmiddin, seb-
agai contoh, di satu pihak dengan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan FPI
di pihak lain.
Sidney Jones, penasihat senior ICG, me-
nyatakan laporan ICG ini sering disalahpa-
hami oleh para komentator. Inti laporan
ICG adalah beberapa aktivitas kelompok
Pentakosta yang ditujukan untuk meng-
konversi umat Islam menambah buruk,
bukan menjadi penyebab meningkatnya
tensi hubungan antar-agama, jelas Jones
dalam artikelnya yang bertajuk Kristenisasi
and Intolerance di Jakarta Post (19/01).
Kristenisasi, menurut Jones, juga ban-
yak digunakan oleh kelompok Islam garis
keras untuk memberi stigma terhadap ke-
giatan Kristen yang lebih luas, seperti pem-
bangunan gereja. Jones menambahkan
bahwa Kristenisasi yang dimaksud tidak
melulu memurtadkan pemeluk agama lain
tetapi juga menyasar kelompok Kristen arus
utama. Sebagaimana Jamaah Tabligh yang
ingin menjadikan pemeluk Islam menjadi
saleh, demikian juga dilakukan oleh ke-
lompok yang melakukan Kristenisasi jenis
terakhir ini.
P
erjuangan jemaat GKI Taman
Yasmin akhirnya membuahkan
hasl. PK yang diajukan Pemkot
Bogor terkait IMB ditolak. Den-
gan demikian, Pemkot mesti
membuka segel gereja yang dipasang
pada Natal tahun lalu sehingga mereka
mesti beribadah di trotoar.
Juru bicara GKI Taman Yasmin, Bona
Sigalingging menyatakan bahwa keputu-
san ini mesti dijadikan dasar hukum Pem-
kot Bogor untuk melindungi peribadatan
jemaat GKI. Sayangnya salinan putusan
belum diterima pihak GKI sampai akhir
PK Taman Yasmin Ditolak
Oleh: Nurun Nisa
Januari, padahal putusan dikeluarkan pada
09 Desember 2010. Situasi di mana sali-
nan putusan ini belum dikeluarkan, justru
dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok
fundamentalis antikeragaman untuk me-
nyebarkan kebencian dan ftnah kepada
GKI, terang Bona seperti ditulis KBR68H
(28/02). Karena itulah, mereka berinisiatif
mendatangi MA untuk memperoleh sali-
nan keputusan PK pada tanggal 28 Janu-
ari 2011. Salinan putusan ini akan menjadi
tiket dibukanya segel bangunan.
Awal Februari, jemaa GKI belum bisa
beribadah di lokasi Gereja Yasmin. Di de-
pan lokasi Gereja, masih terdapat aparat
dari Polresta Bogor yang berkuasa. Selain
itu, kertas segel dari Pemkot Bohor masih
tertempel di tembok pintu gerbang Gereja.
Menurut Jayadi Damanik yang merupakan
jemaat GKI, seperti ditulis kotahujan.com
(07/02), pihak Pemkot baru akan membu-
ka segel bila mereka sudah memiliki kopi
surat salinan putusan. Selama menunggu
proses yang memakan beberapa minggu
ini, jemaat GKI diperkenankan beribadah
di gedung serbaguna Harmoni di dekat Gi-
ant Yasmin.
Inti laporan ICG
adalah beberapa
aktivitas kelompok
Pentakosta yang
ditujukan untuk
mengkonversi umat
Islam menambah
buruk, bukan menjadi
penyebab meningkatnya
tensi hubungan antar-
agama, jelas Sidney
Jones, penasehat senior
ICG
15
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
R
atusan santri dari Pesantren
Sirnamiskin, Nahdliyyin Cen-
tre, Forum Silaturahmi Pondok
Pesantren (Fosil PP) se-Kota
Bandung, dan Muslimat NU Kota
Bandung serta pimpinan Pondok Pesantren
Sirnamiskin melakukan aksi unjuk rasa di
halaman kantor Ciputra BizPark, Jln. Kopo,
Kel. Kebonlega, Kec. Bojongloa Kidul,
Bandung. Mereka melakukan demonstrasi
menyusul pemberitahan dari Gereja Bethel
Indonesia yang akan membangun gereja
yang jaraknya kurang dari satu meter dari
pesantren.
Keterlibatan santri dan elemen
pesantren ini merupakan isyarat kepada
pembangun bahwa warga sekitar menolak
rencana pendirian gereja. Ini hanya shock
Tolak Pembangunan Gereja, Kerahkan Siswa
Oleh: Nurun Nisa
therapy, tapi jika mereka jadi membangun
gereja disini kami sudah mengondisikan
seluruh elemen untuk melakukan peno-
lakan serentak dan besar-besaran, kata
Ogan yang juga Ketua Majelis Ulama In-
donesia Babakan Ciparay, Bandung seperti
ditulis vhrmedia.com (01/02).
Iik Abdul Chalik dari Nahdliyyin Centre
mengatakan bahwa demo oleh santri ini
merupakan bagian dari pembelajaran bagi
para santri. Demo ini juga mengajarkan
berbagai aturan yang ada di Indonesia se-
jak usia dini. Kita ingin memberikan mem-
berikan mereka pendidikan agama Islam
serta pembelajaran demokrasi, menghar-
gai aturan. Karena pembangunan gereja
ini tidak memiliki izin, ujar Iik seperti diku-
tip detikbandung.com (01/02).
Sementara itu, Ketua PCNU Kota Band-
ung menyatakan bahwa keterlibatan Mus-
limat NU dalam demo penolakan gereja
dilakukan tanpa koordinasi. Saya tegaskan,
aksi itu dilakukan tanpa koordinasi dengan
kami. Saya tidak tahu bakal ada aksi seperti
itu, jelas Maftuh seperti ditulis vhrmedia.
com (02/02).
Maftuh juga menyatakan ketidaksetu-
juannya jika santri pesantren terlibat demo.
Mereka tidak mengerti apa-apa sehingga ti-
dak perlu diajak aksi tetapi cukup diberikan
pengertian. Maftuh juga tidak setuju atas
aksi penolakan gereja selama prosesnya
sudah sesuai aturan. Karena aturan adalah
aturan. Dan selama pendirian gereja itu
sesuai aturan, saya tidak membenarkan tin-
dakan muslimat NU kemarin, tambahnya.
Senada dengan Kyai Maftuh, Asep
Hadian Permana juga menyayangkan aksi
santri yang masih terbilang anak-anak
itu. Bagi ketua Aliansi Kebangsaan untuk
Kerukunan Umat Beragama (AKUR) ini, jika
warga memang menolak pendirian gereja,
seharusnya mereka yang berdemo. Ke-
napa mengajak anak-anak sekolah untuk
berdemo? Jika warga yang menolak, ke-
napa bukan mereka yang berdemo? Saya
akan melaporkan aksi ini kepada pengurus
struktural NU. Masa ada yang demo meno-
lak gereja bawa bendera NU? kata Asep.
Aksi ini bubar setelah ada perwakilan
dari PT Central International Property dan
sebuah surat pernyataan yang ditandatan-
gani oleh sang General Manager (GM), Ida
Prastini, dengan materai enam ribu rupiah.
Surat ini berisi pernyataan bahwa mereka
tidak akan membangun tempat ibadah
dalam proyek mereka di Jalan Kopo Nomor
445.
Iik mengaku belum puas. Kami belum
puas dan meragukan jawaban mereka.
Kami inginnya, ada jawaban dari GBI dan
Walikota Bandung agar rencana pemban-
gunan gereja dibatalkan, katanya. Kare-
nanya, mereka akan mendatangi walikota
agar urusannya lekas beres dengan massa
yang lebih besar, termasuk dari ormas-or-
mas sekitar.
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kota Bandung, H. Diding M. Hasanseper-
ti ditulis Galamedia (02/02)menyatakan
akan memanggil Kepala Kantor Urusan
Agama (KUA) Bojongloa Kidul. Selain itu, ia
juga akan melakukan pengecekan secara
administrasi mengenai bangunan yang di-
duga akan dijadikan gereja tersebut.
D
ari layanan pesan pendek
beredar ajakan untuk melaku-
kan demo di sebuah sekolah
dan tempat ibadah di Keca-
matan Tapung Kabupaten
Kampar Riau. Si pengirim mengajak kaum
muslim untuk melakukan aksi setelah sho-
lat Jumat.
Pesan ini dianggap sebagai provokasi
berbau SARA oleh aparat. Pengirimnya yaitu
Ketua Lembaga Adat Kampar, Datuk Suhaili
Husein segera dimintai keterangan sebe-
Polisi Tindak Protes Tempat Ibadah Berizin
Oleh: Nurun Nisa
lum aksi yang dimaksud sempat terlaksana.
Sebelum Jumatan tadi, unsur muspida
Pemkab Kampar, kejaksaan, Kodim meng-
gelar rapat sekaligus memanggil penyebar
SMS tadi. Di hadapan unsur Muspida, Hu-
sein meminta maaf atas tindakannya yang
menghasut warga, kata AKBP MZ Muttaq-
ien seperti ditulis detik.com (22/01).
Muttaqien menegaskan bahwa sasaran
yang akan didemo sudah mendapatkan
izin dari pihak kecamatan. Izin dari Bupati
saja yang belum turun. Tapi permohonan
izin pendirian tempat ibadah dan sekolah
itu sudah diajukan ke bupati. Hanya saja
belum diberikan izin, kata Muttaqien.
Muttaqien mengajak agar semua ele-
men masyarakat saling menghormati [agar
tercipta] kerukunan umat beragama. Ia
juga menghimbau agar tidak hanya mem-
persoalkan tempat ibadah non-muslim
saja karena faktanya banyak masjid juga
dibangun tanpa IMB.
Saya tegaskan, aksi
itu dilakukan tanpa
koordinasi dengan
kami. Saya tidak tahu
bakal ada aksi seperti
itu, jelas KH. Maftuh
Kholil, Ketua PCNU
Kota Bandung,
16
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
S
abtu sore (29/01) sekretariat mar-
kas JAI Makassar diserbu oleh
FPI. Massa yang berjumlah lima
puluhan itu mulai mendatangi
tempat di Jl. Anuang meminta
Ahmadiyah dibubarkan. Sekretariat Aha-
mdiyah dalam keadaan ramai karena pada
hari itu masih berlangsung jalsah salanah
atau rapat tahunan dan silaturahmi dalam
lingkup provinsi Sulsel. Puluhan orang dari
berbagai Makassar datang ke tempat ini
guna mengikuti acara.
Sabtu merupakan kedatangan untuk
kedua kalinya. Sehari sebelumnya, mereka
sudah menyerbu. Dalam orasinya, FPI me-
nyatakan bahwa Ahmadiyah melenceng
dari Islam. Ahmadiyah melenceng dari
agama Islam, makanya kami meminta agar
orang-orang yang ada di dalam, mengo-
songkan tempat ini, teriak kordinator
Aksi FPI Sulsel, Habib Reza seperti ditulis
VIVAnews (28/01).
FPI memaksa agar seluruh jamaah Ah-
madiyah mendirikan agama baru bernama
Ahmadiyah. Ahmadiyah diharapkan tidak
menggunakan Islam lagi karena keyakinan
Ahmadiyah yang tidak sesuai dengan Is-
lam. Bahkan Ahmadiyah dianggap melaku-
kan penodaaan agama.
Selain tuntutan pengosongan, FPI juga
mendesak agar seluruh simbol Ahmadi-
yah diturunkan, termasuk papan nama
Ahmadiyah. Tak hanya itu, mereka juga
meminta agar Ahmadiyah membubarkan
diri dalam kurun waktu 24 jam. Jika tidak
mereka mengancam akan merusak prop-
erty Ahmadiyah. Besok, kami akan kembali
mendatangi tempat ini. Jika simbol masih
kami temukan, kami akan merusak paksa
papan itu, tegas Habib Reza.
Dan benar. Pada hari Sabtu sore, FPI
datang kembali menyerbu. Kali ini Kapolda
Sulsel Irjen Johny Waenal Usman yang be-
FPI Serbu Ahmadiyah Makassar
Oleh: Nurun Nisa
rada di lokasi menginstruksikan agar Ah-
madiyah diungsikan, bukan mengusir FPI.
Kami tidak ingin terjadi keributan. Makan-
ya kami meminta, mereka yang tidak ting-
gal di Jalan Anuang Nomor 112 ini, mereka
yang hanya peserta silaturahmi, ikut dan
meninggalkan tempat ini, jelas Johny sep-
erti ditulis mediaindonesia.com (29/01).
Johny bahkan menekankan agar tem-
pat juga dikosongkan. Saya berharap tem-
pat ini dikosongkan setelah maghrib untuk
menghindari kekisruhan, kata Johny sep-
erti ditulis Tempo Interaktif (29/01)
Akan tetapi, jemaat Ahmadiyah bersi-
kukuh tetap di tempat. Ini rumah kami.
Kami tidak bisa meninggalkan lokasi ini,
tegas Jamaluddin, salah seorang ulama
yang berbicara langsung ke Kapolda Sulsel
seperti ditulis mediaindonesia.com (29/01).
Mereka membuat simpul kuat dengan
cara bergandengan tangan ketika akan di-
evakuasi kecuali lima orang.
Menurut penelusuran VIVAnews, se-
lama enam jam polisi melakukan nego-
siasi dengan jemaat Ahmadiyah namun
tetap menolak. Jemaat Ahmadiyah bah-
kan sempat mengunci pintu dari luar dan
memasang meja dan lemari besar sebagai
penahan. Lampu lalu dipadamkan. Sesekali
terdengar teriakan takbir dalam ruangan.
FPI masih bertahan di luar sekretariat
Ahmadiyah. Mereka datang dua kali; pada
sore hari dan sekitar jam tujuh waktu se-
tempat. Bubar menjelang maghrib, mereka
mengancam datang kembali jika jemaat
Ahmadiyah masih ada di tempat. Dan
benar, mereka datang kembali karena je-
maat Ahmadiyah belum dievakuasi sampai
dua jam berikutnya.
Pukul 21.00 WITA kepolisian dari Sa-
mapta Polrestabes Makassar mendobrak
pintu dan memasuki setiap ruangan kantor
tersebut. Mereka kemudian mengevakuasi
satu-persatu jemaat Ahmadiyah ke mobil
antihuru-hara menuju kantor Polrestabes
Makassar. Malam ini mereka akan diinap-
kan di kantor untuk menjaga keamanan
mereka. Rencananya besok baru akan di-
izinkan pulang, kata AKBP Endi Sutendi,
Wakapolrestabes Makassar seperti ditulis
VIVAnews (29/01).
Mereka yang dievakuasi adalah 25
perempuan, 11 anak balita, dan 4 pria.
Anak-anak tampak terguncang dan
menangis di gendongan ibunya ketika
akan digiring ke mobil evakuasi. Seperti
tak punya belas kasihan, FPI terus-menerus
menghujat jemaat ketika evakuasi se-
dang berlangsung. Evakuasi akhirnya
rampung sekitar pukul 22.00 WITA. Versi
lain menyebut total yang dievakuasi se-
banyak 61 orang. Rata-rata didominasi
orang tua, perempuan, dan anak kecil.
Rupanya evakuasi ini belum cukup
memuaskan FPI. Belasan perwakilan FPI
yang dipimpin Habib Reza masuk ke sek-
retariat dan melihat langsung kondis-
inyadengan didampingi pihak kepoli-
sian. Sebelum pulang, mereka masih tega
merobohkan papan nama Ahmadiyah,
menyemprotnya dengan pylox hitam, dan
menyita sejumlah dokumen.
Alasan FPI menyerbu secretariat Ah-
madiyah Makassar, menurut Habib Mu-
hammad Reza, karena mereka diaanggap
melakukan kegiatan yang meresahkan ma-
syarakat. Tujuan lainnya adalah agar pemer-
intah segera membubarkan Ahmadiyah.
Kami juga berterima kasih kepada polisi
yang telah membantu upaya pembekuan
kegiatan Ahmadiyah, katanya seperti ditu-
lis fajar.co.id (31/01)
Kehadiran massa pimpinan Habib Reza
ini rupanya dianggap hanya sekedar ok-
num seperti ditegaskan Sekjen FPI Makas-
sar Abu Thoriq. Tetapi oknum FPI dan FPI
sejati nampaknya memiliki aspirasi yang
serupa. Tapi perlu saya tegaskan. Kami
tetap meminta SKB 4 menteri itu direalisa-
sikan. Jangan hanya diatas kertas sehingga
FPI masih ada di Indonesia, khususnya di
Makassar, tegas Toriq seperti ditulis tribun-
news.com (29/01).
Mantan Ketua Pimpinan Ahmadiyah
Sulawesi Selatan, Saiful menyesalkan pem-
biaran aparat. Sangat disayangkan kalau
polisi mengevakuasi kami. Itu salah. Har-
usnya yang mendatangi kami yang diusir,
jelasnya seperti diberitakan TempoInteraktif
(29/01).
Endi Sutendi menyatakan bahwa 30
orang jemaat sudah kembali ke rumahnya.
Disinggung soal perusakan, pihaknya se-
jauh ini masih belum mengambil tinda-
kan.
Menurut penelusuran Media Indonesia,
isu penyerangan FPI ini sudah merebak
sepekan terakhir. Karenanya, hampir setiap
hari puluhan aparat berseragam maupun
berpakaian preman beredar di sekitar Jln.
Anuang. Ketegangan memuncak pada
Jumat dan Sabtu yang berujung pada
evakuasi jemaat Ahmadiyah dan aksi peru-
sakan oleh FPI.
Besok, kami akan
kembali mendatangi
tempat ini. Jika simbol
masih kami temukan,
kami akan merusak
paksa papan itu, tegas
Habib Reza, kordinator
aksi FPI Sulsel
17
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
D
ari diskusi HPPMI (Himpunan
Pemuda Pelajar Mahasiswa
Indonesia) aliran Daeng Aha
tercium keberadaannya. Ali-
ran yang berkembang di Du-
sun Laiya, Desa Matajang, Kecamatan Cen-
rana, Kabupaten Maros itu dianggap meny-
impang dari pemahaman Islam pada um-
umnya. Dari beberapa sumber kami yang
juga warga Desa Cenrana itu menjelaskan
tata cara yang diajarkan sangat berbeda
dengan ajaran Islam, di antaranya syahadat
yang berbeda, puasa itu haram, dan salat
tidak wajib menghadap kiblat, ungkap Ket-
ua Umum PP HPPMI Maros, Anas RA seperti
ditulis fajar.co.id (17/01).
Selain itu, penganut aliran ini diwajib-
kan membayar uang pendaftaran sebesar
1 juta dengan imbalan akan memperoleh
ilmu kekebalan tubuh dari Perguruan Islam
pimpinan Daeng Aha. Jumlah penganut
aliran Daeng Aha, menurut HPPMI Maros,
sudah mencapai 50 orang. Mereka adalah
kerabat Daeng Aha, warga Dusun Laiya,
dan warga dusun lainnya seperti Dusun
Duajeng. Entah sama atau tidak, dalam ver-
si Tribun News, terdapat juga aliran yang
dianggap sesat yang memiliki ciri-ciri ham-
pir sama tetapi bernama Ahad Soth.
Syamsul, tukang listrik, yang tinggal di
sekitar lokasi Perguruan Islam, mengaku
tidak begitu paham dengan aktivitas Per-
guruan Islam. Saya memang tidak pernah
melihat langsung secara menyeluruh ak-
tivitasnya, hanya saja saya pernah melihat
sekali proses mengisi ilmu (transfer ilmu
dari guru ke murid, red) saya pernah me-
lihat langsung, katanya seperti ditulis fajar.
co.id (24/01). Pengisian ilmu dilakukan den-
gan cara menghisap hidung Dg Aha yang
Cap Sesat untuk Aliran Daeng Aha
Oleh: Nurun Nisa
menimbulkan suara mirip dengkuran babi.
Konon dengan pengisian model ini, para
pengikutnya akan kebal dan mampu me-
lukai orang tanpa menyentuh fsik.
Syamsul bercerita bahwa warga Dusun
Matajang pernah mendengar pembacaan
al-Fatihah hanya sepotong lalu dicampur
dengan bahasa Makassar dentong. Pada
malam tertentu mereka melakukan ritual
khusus. Malam tertentu ini adalah malam
Senin, Kamis, dan Jumat yang dianggap
sebagai malam raja. Sekali lagi Syamsul
menyatakan tidak tahu pasti ritual khusus
ini. Ia tak berani mendekat tapi dari pergu-
ruan ini terdengar pengikut Aha membun-
yikan takbir dan tasbih. Soal biaya daftar itu,
menurut Syamsul, kni sudah turun. Tapi
sekarang biaya masuk kelompok ini sudah
turun Rp700 ribu per orang, ujarnya.
Uniknya, aliran ini juga memiliki aktivi-
tas berupacara bendera tiap Senin. Mer-
eka menggunakan bendera putih polos,
meraung-meraung menyebut asma Allah
sambil mengangkat kedua kepalan tangan.
Jika upacara ini dilakukan di atas bukti, Sy-
amsul dapat melihatnya, karena rumahnya
berhadapan dengan perguruan itu.
Seorang warga yang adiknya tertarik
bergabung dengan perguruan itu men-
gaku pasrah meskipun tidak ada ritual-
ritual khusus yang ditunjukkan kepada ke-
luarganya. Adapun alasan sang adik adalah
karena pada hari kiamat nanti sang kakak
akan meninggal sementara dirinya akan
terbang ke langit.
Dari keterangan warga, beberapa war-
ga telah pindah karena adanya ancaman.
Warga bernama Irma mengaku pernah di-
datangi orang dari Perguruan Islam karena
dianggap mengolok-olok. Padahal waktu
itu saya hanya ingin ke pasar dan menitip
anak saya ke tetangga kemudian saya lari
dan dia sedang melakukan ritual, dianggap
saya patoa-toai (mengolok-olok, Red.). Tak
lama kemudian dia datang dengan mem-
bawa anggotanya yang dilengkapi dengan
senjata badik dan tombak, dan mengan-
cam nyawa saya, tandasnya.
Daeng Aha menyatakan bahwa ajaran
yang dibawanya adalah ajaran Islam yang
sesuai dengan al-Quran. Ajaran yang saya
bawa adalah ajaran Islam. Saya meneruskan
ajaran Wali Songo yang ada di tanah Jawa
yang sudah mulai dilupakan masyarakat,
ujarnya seperti dikutip fajar.co.id (25/01). Di
Perguruan Islam, anak kecil hingga orang
dewasa yang menjadi pengikutnya diajari
cara mengaji dan berislam dengan benar
serta salat lima waktu pada waktunya.
Kalau di Jawa nama saya Wali Songo.
Kalau di sini (Sulawesi, Red.) Karaeng Dg Pa-
tunru. Namaku dari Kerajaan Gowa, terang-
nya sambil berteriak.
Daeng Aha juga menekankan bahwa
ajarannya sesuai dengan ketentuan Tuhan.
Adapun Tuhan sendiri, menurutnya, ada
tiga. Jadi Tuhan itu ada tiga, puangnya Al-
lah Taala dan Muhammad adalah Karaeng
Patanra Lino, ungkapnya sambil mengelu-
arkan doa-doa bahasa Arab yang dicampur
aduk dengan bahasa Makassar.
Otoritas setempat menyatakan akan
menindak aliran ini. Pemkab Maros men-
ginstruksikan agar Kesbang Linmas
melakukan pembinaan. Kalau ajarannya
lain, mestinya dia tidak boleh mengatasna-
makan perguruan Islam. Apalagi kalau dili-
hat aktivitasnya banyak yang melenceng.
Maka dari itu nanti kita akan buatkan rapat
koordinasi dulu dan memanggil yang ter-
kait seperti Pengawas Aliran Kepercayaan
Masyarakat (Pakem), serta Kepala Desa
dan Camat setempat, jelas HM. Hatta Rah-
man, Bupati Maros seperti ditulis fajar.co.id
(26/01).
Camat Cenrana menyatakan bahwa ali-
ran ini termasuk aliran kebatinan sehingga
pihak Kesbang Linmas akan melakukan
pembinaan kepada mereka. Pihak Pakem,
Kementerian Agama dan MUI belum tu-
run dikarenakan Camat Cenrana bersama
KUA setempat menyanggupi akan me-
nyelesaikannya. Mereka mengaku sudah
melakukan pemanggilan kepada Pemimpin
Perguruan Islam, Dg Aha, demikian disam-
paikan oleh Rahmad Burhanuddin, Kepala
Kesabng Linmas setempat. Jika camat dan
yang lain tidak sanggup, barulah Pemkab
Maros berkoordinasi dengan Pakem, Ke-
menterian Agama, dan MUI akan bertin-
dak.
Sementara itu, MUI Maros menayatakan
bahwa semua ajaran yang tidak sesuai
dengan al-Quran dan Hadits maka ter-
masuk kategori sesat. Kalau MUI belum
dapat memutuskan apakah sesat atau ti-
dak karena kita harus lakukan dulu klarif-
kasi. Tapi secara pribadi setelah saya lihat
video teman-teman media maka saya bi-
lang ini tidak boleh atau sesat karena tidak
sesuai dengan Alquran dan Hadis, terang
KH Sahabuddin Hamid, Ketua MUI Maros.
Sahabuddin akan memanggil pemimpin
aliran ini dan melakukan klarifkasi.
Ajaran yang saya bawa
adalah ajaran Islam.
Saya meneruskan ajaran
Wali Songo yang ada
di tanah Jawa yang
sudah mulai dilupakan
masyarakat, kata
Daeng Aha, pemimpin
Perguruan Islam
18
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
H
idup Nurul Hanifah sepertinya
tak tenang semenjak memu-
tuskan untuk berjilbab. Perem-
puan yang sehari-hari bekerja
sebagai perawat poli anak di
RS Delta Surabaya itu ditegur-tegur berka-
li-kali oleh manajemen tempatnya bekerja.
Teguran pertama datang pada tanggal 23
Desember dan & 7 Januari 2010. Dalam
surat ini dinyatakan bahwa Nurul telah
melakukan kesalahan dengan melanggar
aturan perusahaan pasal 40 ayar 6.2 j yang
berisi ketentuan pemakaian seragam.
Tak tahan dengan perlakuan ini, melalui
suaminya, ke LBH Surabaya. Dalam pengad-
uannya, terungkap bahwa Nurul terpaksa
pasang bongkar jilbab karena peraturan
yang sangat ketat di RS Delta Surabaya. Nu-
rul tidak sendirian. Tidak hanya istri saya.
Ada sekitar 20-an perawat lain yang berke-
biasaan seperti istri saya saat kerja. Lepas
jilbab saat kerja dan dipasang lagi waktu
pulang. Ini dilakukan karena takut dipecat,
jelas Fahmi, suami Nurul seperti ditulis su-
arasurabaya.net (25/01).
Selepas menunaikan haji, Nurul beru-
saha untuk terus konsisten berjilbab per
13 Desember 2010. Sehari kemudian Nu-
rul menulis surat kepada pihak RS tentang
jilbabnya itu. Pihak RS menolak tanpa ala-
san. Setelahnya, turun dua surat teguran.
Berjilbab, Ditegur dan Dipotong Gajinya
Nurun Nisa
Yang sampai saat ini kita tidak tahu adalah
alasan pelarangan penggunaan jilbab itu,
kata Fahmi.
Tak terima dengan perlakuan diskrimi-
nasi itu, Nurul mencoba melawan dengan
melaporkan kasus itu ke Dinas Sosial dan
tenaga Kerja Sidoarjo. Nurul juga melapor-
kan kasus itu ke DPRD Sidoarjo dan kema-
rin sudah dilakukan rapat dengar pendapat
oleh dewan dengan menghadirkan pihak
manajemen RS Delta Surya.
Menanggapi pengaduan ini, M. Saiful
Aris dari LBH Surabaya menyatakan bahwa
kebijakan pelarangan jilbab merupakan
bentuk pemasungan dan pelanggaran
HAM yang serius. Ini karena jaminan berek-
spresi adalah bagian dari hak fundamental
yang tidak dapat dikurangi dalam kondisi
apapun. Hak ini sendiri dilindungi secara
tegas dalam konstitusi Republik Indone-
sia, UU No. 39 Th. 199 tentang HAM, dan
ratifkasi Kovenan Hak Sipil Politik. Tidak
ada aturan dari perusahaan yang dilang-
gar oleh Ibu Nurul sehingga ia tidak layak
mendapat surat peringatan I dan II, ujar
Aris seperti dikemukakan kepada detik-
surabaya.com (25/01). Aris, sebagaimana
ditulis oleh Republika Online (25/01), juga
menyatakan bahwa surat teguran tersebut
merupakan bentuk ancaman terhadap ke-
bebasan beragama.
Dari kasus pelarangan jilbab ini, LBH
Surabaya menuntut tiga hal. Pertama,
menuntut agar RS Delta Surya mencabut
aturan pelarangan pengenaan jilbab kare-
na aturan itu bertentangan dengan per-
aturan perundang-undangan dan HAM.
Kedua, menuntut Pemkab, Disnaker dan
DPRD Sidoarjo untuk melakukan penga-
wasan, pemeriksaan, dan penindakan ter-
hadap RS Delta Surya.
Dalam kasus Nurul ini, Aris justru men-
cium kasus ini sebagai permasalahan an-
tara buruh dan majikan dan menganggap
Disnaker Sidoarjo sebagai aktornya. Upaya
simplifkasi dari Disnaker Sidoarjo ini tam-
pak dengan mengatakan jika kasus ini
adalah persoalan perselisihan ketenagak-
erjaan biasa dan bukannya menganggap
sebagai persoalan pelanggaran norma-
tif, sebut Aris seperti dikutip okezone.com
(25/01). Sebelumnya, pihak Nurul memang
pernah mengadukan masalahnya ke Din-
sosnakertrans Sidoarjo.
Ketiga, menuntut komnas HAM untuk
melakukan investigasi pelanggaran HAM
di RS Delta Surya. Ini karena pelarangan
jilbab dianggap sudha termasuk pelang-
garan HAM kelas berat.
Sehari sebelumnya, pihak rumah sakit
dipanggil ke DPRD Sidoarjo untuk dimintai
keterangan. Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo
menyatakan bahwa pelarangan pemakaian
jilbab merupakan pelanggaran Undang-
Undang. Aturan manajemen yang melar-
ang pegawai memakai jilbab itu sudah me-
langgar undang-undang. Sehingga tidak
bisa dibiarkan dan harus dicabut daripada
nanti menimbulkan masalah apalagi sam-
pai menimbulkan SARA, ujar Ketua Komisi
D DPRD Sidoarjo, Mahmud seperti ditulis
okezone.com (24/01)
Pada kesempatan tersebut, hadir
manajemen RS Delta Surya diwakili dr.
Dawam Wahab dan dua pejabat lainnya
yaitu Harijono dan Irene. Komisi D men-
gajukan beberapa pertanyaan kepada pi-
hak Delta Surabaya.
Dawam menyatakan bahwa aturan
agar pegawai memakai seragam yang su-
dah disediakan oleh rumah sakit. Pihaknya
sendiri hanya menjalankan aturan. Ia me-
nambahkan bahwa setiap pegawai sudah
sepakat tentang aturan yang memang tidak
jilbab ini. Aturan ini sendiri didasarkan pada
keputusan dewan pengurus dan dewan
direksi serta sudah disetujui oleh Dinsos-
nakertrans Sidoarjo. Aturan yang dimaksud
sudah dterapakan beberapa tahun terakhir
dan tidak akan keluhan. Namun mengenai
pegawai yang berjilbab sesudah berhaji ia
mengaku sudah mengusulkannya kepada
badan pengurus. Usulan untuk memakai
jilbab itu sudah kami usulkan ke badan
pengurus. Tapi ditolak, imbuhnya.
Penjelasan senada disampaikan oleh
Irene. Pada saat perekrutan, kata Irene,
mereka sudah tahu aturan ini. Mereka me-
nerimanya, kecuali kasus Nurul. Baru kali ini
ada tuntutan agar pegawai diperbolehkan
memakai jilbab, ujarnya.
Baik Dawam, Irene, dan Haryono tidak
bisa menjelaskan alasan pelarangan pe-
makaian jilbab. Sikap mereka membuat
sebagian anggota Komisi D memerah.
Hadi Subiyanto misalnya menyatakan jika
pegawai memakai jilbab dan pekerjaaan
tidak terganggu mengapa jilbab masih
dilarang dipakai. Kenapa kok pihak rumah
sakit tidak punya alasan. Kami menuntut
agar larangan memakai jilbab bagi pega-
wai itu segara dicabut, ujarnya. Permintaan
Tidak hanya istri
saya. Ada sekitar 20-
an perawat lain yang
berkebiasaan seperti
istri saya saat kerja.
Lepas jilbab saat
kerja dan dipasang
lagi waktu pulang.
Ini dilakukan karena
takut dipecat, jelas
Fahmi, suami Nurul
Hanafiah
19
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
yang juga dikemukakan oleh Usman, ang-
gota DPR yang lain, ini tidak bisa dipenuhi
oleh Dawam. Kami minta waktu seminggu
untuk memutuskan itu. Karena masih akan
membicarakan masalah ini dengan Badan
pengurus RS Delta Surya, jawab Dawam.
Selain itu Nur Hasanah, anggota Komisi
D, juga memperingatkan agar kasus ini
jangan sampai menimbulkan gejolak
bagi umat Islamapalagi sampai terjadi
aksi dan tuntutan pembubaran RS Delta
Surabaya. Kami minta agar pihak rumah
sakit bisa menjaga apa-apa yang bersing-
gungan dengan kebebasan beragama,
jelasnya.
GP Ansor Sidoarjo mengancam demo
jika larangan ini diteruskan maka mereka
akan melakukan aksi. Kami imbau agar
manajemen RS Delta Surya meninjau ulang
larangan tersebut sebelum masyarakat
menggelar protes, kata Agus M. Ubaidillah
seperti ditulis surabayapost.com (24/01)
Pelarangan pemakaian jilbab ini akh-
irnya dicabut setelah terjadi pertemuan
antara pihak managemen RS Delta Surya
dengan karyawan dengan dihadiri LBH
Surabaya serta Dinsosnaker Sidoarjo. Dalam
pertemuan itu ditemui kata sepakat peng-
hapusan larangan berjilbab. Saya bersyu-
kur akhirnya perjuangan saya tidak sia-sia
dengan diperbolehkannya karyawan men-
genakan jilbab saat bekerja, terang Nurul
seperti ditulis NU Online (28/01).
K
amis dini hari (17/02) sekelom-
pok orang mengendarai Avanza
silver mendatangi padepokan
tarekat Qadiriyah Naqsyabandi-
yah di Blok Dadap Lama, Desa
Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten
Indramayu. Jumlah mereka, menurut kes-
aksian warga, sekitar delapan sampai sepu-
luh orang.
Mereka meninggalkan tempat setelah
melakukan perusakan padepokan ini. Ter-
catat sejumlah pot rusak dan kaca jendela
pecah terkena lemparan batu. Surboni bin
Padepokan Tarekat Qadiyah Naqsyabandiyah Diserbu
Oleh: Nurun Nisa
Lukman, jamaah tarekat, ikut terluka dalam
insiden tersebut akibat pukulan benda
tumpul di kepalanya. Warga tidak ada yang
berani mencegahnya. Warga tidak berani
mencegah karena mereka membawa sen-
jata tajam, tutur warga setempat, Tonirih
seperti dikutip Republika Online (17/02).
Aparat kepolisian Indramayu masih
menyelidiki kasus ini. Tetapi mereka men-
egaskan bahwa kasus ini tidak bermuatan
SARA, melainkan masalah hutang antara
kelompok penyerang dan yang diserang.
Jadi, ini bukan karena alasan SARA, jelas
Kapolres Indramayu, AKBP Rudi Setiawan.
Ceritanya, Dedi Trimanto membiayai
pencalonan kepala desa Junaidi. Jumlahn-
ya sebesar 55 juta. Junaidi sudah mem-
bayar utang tersebut dengan cara mencicil.
Tidak diketahui alasannya, Dedi dan kelom-
poknya mendatangi Junaidi di padepokan
tersebut. Junaidi memang sering ikut ber-
zikir di tempat tersebut, bahkan padepo-
kan dibangun oleh Junaidi. Karena tidak
mendapati Junaidi di tempat ini, mereka
melakukan perusakan.
Versi lain, Junaidi dan Dedi Trimanto
pada mulanya berteman baik. Dedi bah-
kan membiayai pencalonan kepala desa
Junaidi. Hubungan pertemanan keduanya
kemudian merenggang. Dedi mencari Ju-
naidi untuk menagih utang pencalonan
kades di padepokan di Blok Dadap Lama
tersebut. Karena tidak menjumpai Junaidi,
Dedi menjadi emosi.
Polisi lalu meminta keterangan Junaidi
di Mapolres Indramayu. Sementara itu, di
tempat kejadian dipasang garis polisi dan
disiagakan sejumlah personel demi men-
gantisipasi adanya serangan susulan. Di sisi
lain, pihak kepolisian juga berupaya untuk
mendamaikan pihak penyerang dan yang
diserang.
Berdasarkan penyelidikan dan penyi-
dikan, pelaku perusakan bangunan hanya
satu orang. Kami sudah memeriksa dan
mengamankan seorang pria diduga ter-
sangka perusakan bangunan itu berini-
sial O, jelas Rudi seperti ditulis Pos Kota
(18/02).
Kekerasan atas nama SARA atau apa-
pun tetap saja bukan sesuatu yang terpuji.
Pelakunya harus ditindak sesuai hukum
yang berlaku.
A
ncaman sweeping terhadap
jemaat Ahmadiyah terus mere-
bak. Setelah tragedi Cieuke-
sik yang mengakibatkan tiga
orang meninggal, giliran Ah-
madiyah Tasikmalaya menjadi target uta-
ma.
Kegiatan ini dimulai dengan ratusan
anggota FPI Kota Tasikmalaya dan Kabu-
paten Tasikmalaya di depan Gedung DPRD
Sweeping Ahmadiyah Tasikmalaya, Aparat Sigap
Oleh: Nurun Nisa
Kabupaten Tasikmalaya. Mereka datang
dengan satu truk, empat kendaraan roda
empat, dan belasa sepeda motor. Para
demonstran yang berpakaian putih dan
bersorban ini mengancam akan melaku-
kan sweeping terhadap Ahmadiyah jika
warga dalam tempo 1 x 24 jam pemerintah
tidak membubarkan Ahmadiyah.
Sejak 1992 Ahmadiyah sumber konfik.
Selama Ahmadiyah tetap mengaku seb-
agai agama Islam, sampai kapan pun akan
terus terjadi konfik. Ahmadiyah cikal bakal
kerusuhan di kalangan umat, ujar Ketua
Tanfdziyah FPI Kota Tasikmalaya Asep So-
fyan di depan Gedung DPR seperti ditulis
detik.com (09/02).
Asep berharap agar anggota
dewan segera menyampaikan aspirasi
pembubaran Ahmadiyah atau diberikan
nama agama baru. Jika tidak ada tindakan
Warga tidak berani
mencegah karena
mereka membawa
senjata tajam, tutur
Tonirih, warga
setempat
20
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
dalam 1 x 24 jam, FPI menolak disalahkan
jika ada sweeping atau aksi di beberapa
kantong Ahmadiyah. Kantong yang
dimaksud yaitu Tenjowaringin (Kecamatan
Salawu), Badakpaeh (Kecamatan
Singaparna), dan Cipasung (Kecamatan
Singaparna). Semuanya masuk lingkup
Kabupaten Tasikmalaya. Kami juga akan
sweeping seluruh kantong Ahmadiyah di
Kota Tasikmalaya, ancam Asep.
Tuntutan ini direspons oleh Toni
Hanif, Wakil Ketua Komisi 1 DPRD. Toni
menyatakan sepakat dengan aspirasi FPI
untuk segera membubarkan Ahmadiyah.
DPRD, kata Toni seperti ditulis inilahjabar.
com (09/02), akan segera menindaklanjuti
usulan tersebut.
Massa kemudian melanjutkan aksinya
ke kantor Wali Kota Tasikmalaya, selanjutnya
menggelar aksi di Markas Polresta
Tasikmalaya dan DPRD Kota Tasikmalaya.
Kami mendesak pemerintah Kota
maupun Kabupaten Tasikmalaya segera
mengirimkan surat tuntutan kami kepada
pemerintah pusat, dengan harapan Presiden
membubarkan Ahmadiyah, kata Acep.
Pembubaran Ahmadiyah ini dihubungkan
dengan SKB. Jika Ahmadiyah tidak
mentaati SKB (Surat Keputusan Bersama)
tiga menteri, kata Asep, maka umat muslim
di Tasikmalaya meminta pemerintah untuk
segera membubarkannya.
Aparat di Kabupaten Tasikmalaya su-
dah siap siaga, bahkan kesiagaan ini dimu-
lai begitu meletus tragedi Cikeusik. Ketika
ada running text di teve bahwa ada peru-
sakan (di Banten), saya langsung mengin-
struksikan Polsek Salawu untuk memantau
lokasi tempa ibadah Ahmadiyah, katanya
Kapolres Tasikmalaya AKBP Prahoro Tri Wa-
hyono seperti ditulis radartasikmalaya.com
(09/02).
Pihaknya sendiri menurukan sekitar
sembilan ratus personel yang dibagi ke
dalam tiga kelompok. Mereka disebar ke
Tenjowaringin di Kecamatan Salawu, Cipa-
sung Desa Sisaro di Kecamatan Singaparna,
dan Badakpaeh Desa Cipakat Kecamatan
Singaparna. Polres menerjunkan pasukan
siaga patroli di tiga tempat tersebut karena
terdapat rumah ibadah Jemaat Ahmadiyah.
Meski tidak ada permintaan khusus dari
pemeluk Ahmadiyah, tetapi inisiatif harus
dilakukan kepolisian agar tidak terjadi keru-
suhan seperti di Cikeusik, Banten Minggu
lalu, kata Prahoro didampingi Kabag Ops
Kompol Samsa S seperti ditulis inilahjabar.
com (09/02).
Kepolisian Kab. Tasikmalaya juga me-
nyiapkan personel sebanyak dua SSK atau
sekitar 200 personel. Pasukan ini juga
dibekali kendaraan taktis (rantis) sebagai
antisipasi terjadinya kerusuhan. Selain
berupaya untuk mengamankan sarana iba-
dah, Kapolres menyatakan berkoordinasi
dengan tokoh-tokoh agama. Kita berkoor-
dinasi dengan pihak tokoh warga setem-
pat, termasuk juga kami meminta jemaah
di sana (Ahmadiyah) itu tidak melakukan
aktivitas, tandasnya.
Di Kota Tasikmalaya berlangsung pen-
jagaan yang juga ketat. Kapolresta Tasik-
malaya, AKBP Moch Hendra Suhartiyono,
melalui Kabag Ops Kompol Yono Kusyono,
mengatakan pihkanya meningkatkan
pengamanan sebagai antisipasi khawatir
terjadinya kasus Cikeusik. Penjagaan ini se-
benarnya sudah biasa, tetapi pasca kejadian
di Pandeglang, jumlah personel ditingkat-
kan karena khawatir kecolonganmeski-
pun diyakini tidak akan terjadi bentrokan.
Dalam hal ini, Selain polisi berseragam
lengkap dan bersenjata, polisi berpakaian
sipil juga diterjunkan.
Jangan sampai terjadi kasus kekerasan
seperti disana. Siapa pun tentu berharap
kondisi kota Tasikmalaya tetap aman dan
tentram, kata Yono seperti ditulis Republika
Online (07/02). Yono juga berharap Badan
Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan
Masyarakat (Bakor Pakem) Kota Tasikmalaya
cepat tanggap supaya tidak terjadi tinda-
kan yang tidak diinginkan. Upaya Bakopak-
em, menurut Yono, lebih pada pendekatan
persuasif kepada pihak Ahmadiyah dan pi-
hak masyarakat lain.
Setali tiga uang dengan Kapolresta,
Wali Kota Tasikmalaya, menjamin kese-
lamatan warganya yang tergabung dalam
Ahmadiyah di Kota Tasikmalaya. Melind-
ungi orangnya kewajiban Wali Kota dan
aparat dalam memberikan perlindungan,
kalau mau menghantam akidahnya, si-
lakan, kata Wali Kota Tasikmalaya, Syarif
Hidayat seperti ditulis sripoku.com (11/02).
Syarif menuturkan bahwa pengamanan je-
maat Ahmadiyah di lingkungannya sudah
dikoordinasikan dengan pihak kepolisian.
Syarif meminta agar seluurh jemaat Ah-
madiyah dijamin keselamatannya dari an-
caman tindakan anarkis.
Syarif menyatakan bahwa yang di-
lakukan masyarakatnya adalah memusuhi
akidah atau ajaran yang dianut Ahmadi-
yah, bukan orang Ahmadiyah. Syarif pun
berharap agar seluruh lapisan masyarakat
yang berkelompok maupun yang personal
dalam meluruskan akidah Ahmadiyah ti-
dak dilakukan dengan cara-cara yang anar-
kis. Saya juga tidak setuju memakai aqidah
itu (Ahmadiyah), tapi jangan sampai an-
arkis merusak barang, merusak orangnya,
jangan bertabrakan dengan ajaran Islam.
Kalau mau, hantam saja aqidahnya, kata
Syarif.
Tak lupa Syarif mengajak seluruh
lapisan masyarakat agar menjaga kon-
dusiftas keamanan Kota Tasikmalaya seb-
agai antisipasi agar tidak terjadi bentrokan
fsik karena dipicu perbedaan fsik. Syarif
juga menghimbau agar jemaat Ahmadi-
yah dapat bermasyarakat dengan ling-
kungan sekitar, misalnya, melaksanakan
sholat berjamaah jika Ahmadiyah meru-
pakan sebuah organisasi keagamaan.
Kabupaten Tasikmalaya tak mau kalah.
Apa yang dilakukan kota Tasik bisa saja
ditiru. Kita berkumpul, sepakati penutupan
tempat ibadah. Siapa yang menutup? Bu-
kan kita, tetap mereka yang menutup. Kita
enggak usah turun. Apapun tindakan yang
diambil kita akan tegas. Intinya semua
unsur harus benar-benar mengantisipasi,
demikian pernyataan Dandim 0612 Letkol
Infanteri Bahram dalam rapat koordinasi
terkait Ahmadiyah di aula Polres Tasikmlaya
seperti ditulis Pikiran Rakyat Online (16/02).
Forum dalam masyarakat tersebut sepakat
untuk memerangi akidah, bukan memer-
angi manusianya. Rapat ini akan ditindak-
lanjuti dengan rapat lanjutan lagi. Kita ajak
semua pihak. Saya tidak sependapat apa-
bila penanganan kasus Ahmadiyah ini ter-
bentur dengan dana dan anggaran. Kalau
niat lilahi taala bekerja. Masih kita luruskan,
katanya.
Ketua MUI Kabupaten Tasikmalaya Ii Ab-
dulbasith menyatakaan berkoordinasi den-
gan pihak lain di wilayah yang di dalamnya
terdapat tiga ribu jemaat Ahmadiyah itu.
Koordinasi dilakukan agar kesalahpaha-
man hilang sekaligus kebersamaan dan
keharmonisan tetap terjaga. Kita akan
bangun langkah simpatik, konsudif, aman
dan sejahtera, ujarnya.
Melindungi orangnya
kewajiban Wali
Kota dan aparat
dalam memberikan
perlindungan, kalau
mau menghantam
akidahnya, silakan,
kata Wali Kota
Tasikmalaya, Syarif
Hidayat.
21
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Di Sukaraja di mana terdapat 130 je-
maat Ahmadiyah memiliki suasana yang
relatif kondusif. Adapun penyebab tidak
kondusif adalah dari warga luar. Setiap saat
akan munculkan seperti itu. Kami hanya
menunggu dari atas agar penegakan ini
kembali pada subtansinya. Bagaimanapun
caranya wilayah kami harus tetap aman dan
tentram, jelas Maman Rahman Ef. Salawu,
salah satu kantong terbesar Ahmadiyah di
Tasikmalaya, masih kondusif karena warga
masih percaya dengan Muspika. Tetapi Ma-
mad, Camat Salawu, mengaharpkan agar
bantuan guru khusus agama Islam segera
direalisasikan.
Jemaat Ahmadiyah mengaku pasrah
dengan keselamatan jiwa mereka. Kami
pasrah kepada Allah Taala, kata Pengurus
Lajnah Immaillah Jemaat Ahmadiyah, Ny
Nasir menanggapi peristiwa Cikeusik sep-
erti ditulis radartasikmalaya.com (09/02).
Meski demikian, dia merasa aman karena
respon cepat para aparat. Kami di sini
semua merasa aman-aman saja, karena
aparat kepolisian maupun dari Koramil
(TNI) cepat tanggap jika ada gejolak di ma-
syarakat, tambahnya. Ny Nasir berharap ter-
jadi keadamaian antar sesama warga dan
saling menghargai sehingga tidak terjadi
kejadian yang tak diinginkan di Cikeusik.
Harapan senada diungkapkan oleh Rd
Djaja Winatakusumah, tokoh masyarajat
Tasikmlaya. Untuk di Kota Tasikmalaya saya
berharap hal itu tidak sampai terjadi. Saya
yakin masyarakat di sini sangat cinta damai
dan tidak akan bertindak anarkistis sep-
erti itu. Namun memang diperlukan peran
serta pemerintah dan seluruh yang berke-
pentingan untuk bergerak secepatnya,
jangan sampai persoalan itu benar-benar
menjadi bom waktu yang setiap saat bisa
meledak, tuturnya seperti ditulis okezone.
com (09/02).
Aparat dan pemerintah yang sigap ini
membuat sweeping tidak terlaksana. Ke-
tika massa FPI menuju kantong-kantong
Ahmadiyah, mereka tertahan karena aparat
sudah siap sedia mengamankan.
K
asus pembakaran komplek
Ahmadiyah di Cisalada
pada Oktober lalu akhirnya
disidangkan. Di bawah pimpinan
majelis hakim pimpinan Astriwati,
sidang pertama digelar pada Senin (17/01)
di Pengadilan Negeri Cibinong, Ciampea,
Bogor, Jawa Barat. Akan tetapi sidang ini
akhirnya dibatalkan karena kericuhan yang
timbul. Warga menolak sidang pembakaran
komplek Ahamdiyah yang didakwakan
kepada Ade, Aldi, dan Dede. Ratusan warga
Cisalada itu meminta majelis hakim untuk
membatalkan sidang terhadap ketiga
terdakwa ini dan menuntut pihak lain yang
melakukan penusukan juga disidangkan.
Warga ini menerobos masuk ke dalam
ruang sidang yang dijaga aparat dan
berteriak meminta pembatalan. Sidang
akhirnya ditunda.
Sidang kembali dilanjutkan dengan
agenda mendengarkan keterangan saksi
pada minggu berikutnya (26/01). Kali ini,
Sidang Kasus Ahmadiyah Cisalada Ricuh
Oleh: Nurun Nisa
sidang mendapat penjagaan ketat dari
ratusan personel Polres Bogor. Ratusan
Dalmas Polres Bogor bersenjata tameng
diterjunkan. Jumlah totalnya 2 SKK (Satuan
Setingkat Kompi) yang disebar di luar pen-
gadilan dan di ruas jalan yang dilalui massa
menuju pengadilan.
Memang jumlah ini disesuaikan den-
gan konsentrasi massa yang meningkat.
Massa tidak hanya berasal dari Kampung
Cisalada, tetapi juga dari Kampung Kebon
Kopi, Kampung Pasar Selasa, Kampung Ci-
manggu. Mereka datang dengan konvoi
puluhan motor. Angkot, dan mobil pribadi.
Sebelum sidang dimulai, Kapolres Bogor
AKBP Dadang Rahardja meminta bersikap
tenang. Saya minta semuanya bisa men-
jaga ketertiban. Jangan melakukan hal-hal
yang bisa menimbulkan masalah baru,
ucap Kapolres melalui pengeras suara sep-
erti ditulis Kompas.com (26/01).
Massa terlibat saling dorong dengan
aparat kepolisian sehingga diadakan
perundingan di mana pihak pengadilan
terlibat di dalamnya. Akhirnya, tercapai
kata sepakat bahwa 10 orang akan masuk
ke ruang sidang Kartika I di PN Cibinong
yang dimulai pada pukul sebelas siang.
Selebihnya, massa terus berorasi sambil
membawa beberapa poster dengan
kecaman dan tuntutan. Selain meminta
tiga terdakwa dibebaskan karena dianggap
tak bersalah, mereka juga mendesak
pemerintah segera membubarkan
Ahmadiyah. Mereka bahkan mengancam
akan membakar sisa perkampungan
jemaah Ahmadiah di Kampung Cisalada
jika tuntutannya tidak terpenuhi. Jika tak
dipenuhi, kami bisa beraksi lebih besar
lagi, ancam Agus Sulaeman, salah seorang
warga yang tertahan di luar pengadilan.
Sementara itu, poster yang dimaksud
antara lain bertuliskan Bebaskan 2 Warga
Kami, Ahmadiyah Haram Berada di Wilayah
Bogor.
Di dalam sidang, saksi dari Ahmadiyah
yakni Mubarik, Ari Saputra dan Syaeful
Anwar didengar keteranngannya. Saksi
lainnya adalah dari Babinkamtibmas Desa
Ciampea Udik, lokasi komplek Ahmadiyah,
bernama Anton. Kesimpulan awal, saksi
membenarkan kejadian tapi tak jelas
melihat, karena kondisi saat itu malam dan
gelap, terang pengacara terdakwa, San
Alauddin seperti ditulis jpnn.com (27/01).
Selesai sidang, sekitar pukul 12.00
WIB massa kembali emosi terkait dengan
pernyataan saksi yang memberatkan
terdakwan. Mereka kemudian mengepung
ruang sidang dan menghadang mobil
tahanan untuk mencari saksi dari pihak
Ahmadiyah. Mubarik dikejar-kejar hingga
ke halaman parkir. Polisi berusaha
melindunginya dari serangan massa sampai
akhirnya Mubarik keluar dari pengadilan
dengan selamat. Polisi juga menurunkan
mobil antihuru-hara karena massa yang
[terancam] tidak bisa dikendalikan. Massa
berhasil dihalau lalu membubarkan diri dua
jam kemudian.
Rupanya, aksi warga ini tidak hanya
terjadi di dalam sidang tetapi juga di Kam-
pung Cisalada. Warga menancapkan pa-
pan nama bertuliskan Bubarkan Ahmadi-
yah Menodai Islam. Papan ini dipasang di
jalan masuk menuju perkampungan Ah-
madiyah di Kampung Cisalada, RT 01/05,
Desa Ciampea Udik. Mereka berkumpul di
Pokoknya kami
melarang jemaat
Ahmadiyah melewati
jalan ini, kalau mau
lewat harus memutar,
terang Sudarman,
salah seorang warga
22
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
jalan ini sambil berorasi mengecam ajaran
Ahmadiyah, bahkan melarang Ahmadiyah
mengakses jalan menuju komplek sendiri.
Pokoknya kami melarang jemaat Ahmadi-
yah melewati jalan ini, kalau mau lewat
harus memutar, terang Sudarman, salah
seorang warga. Aksi ini merupakan bentuk
solidaritas atau kekecewaan terhadap ter-
dakwa.
Aksi ini mendapat penjagaan puluhan
personel gabungan dari Polsek Dramaga,
Ciampea, Cibungbulang, dan Leuwiliang.
Walau keadaan aman terkendali, kita tetap
berjaga-jaga di lokasi dengan menempat-
kan petugas di setiap titik rawan, mulai Cis-
alada, Cigola hingga Pasar Salasa, ujar Ka-
polsek Ciampea, Kompol Rony Mardiatun.
Sidang terus berlanjut pada Rabu
(23/02). Agendanya adalah mendengar-
kan keterangan saksi ahli. Khoirul dari MUI
menyatakan bahwa pembakaran komplek
Ahmadiyah karena kesalahn pemerintah
yang tidak mencegahnya. Tentang kitab
al-Quran yang diselewengkan Ahmadiyah
atau tidak, Khoirul mengaku tidak memiliki
kapasitas soal ini. Namun kitab yang dipak-
ai serupa tapi tidak sama, terangnya seperti
ditulis Tempo Interaktif (23/02). Dadun, guru
terdakwa, menyatakan bahwa penyeran-
gan dan pembakaran masjid terjadi setelah
adanya penusukan. Kabar penusukan sam-
pai ke warga kampung, karena itulah warga
menyerang ke dua kalinya, kata Dadun.
Berdasarkan tuntutan jaksa penuntut
umum (JPU), para terdakwa terancam Pasal
170 dan 406 KUHP tentang Perusakan Ba-
rang dengan ancaman lima tahun penjara.
Bulan Oktober tahun lalu, sekelompok war-
ga Kampung Cisalada Desa Ciampea Udik
melakukan penyerangan terhadap aset
Ahmadiyah. Dalam insiden itu, 21 rumah
rusak berat, 5 rumah, 1 masjid terbakar, dan
2 kendaraan terbakar habis. Sebelum peny-
erangan itu, berhembus kabar jika seorang
pemuda ditusuk oleh seorang pemuda
lainnya dari jemaat Ahmadiyah.
P
ada Selasa (15/02), sekitar
pukul 14.05 WIB, sekelompok
orang tak dikenal berbaju koko
dan berpeci datang dari arah
Pandaan mengendarai sepeda
motor. Jumlahnya diperkirakan mencapai
200 motor. Mereka melewati pondok
pesantren YAPI (Yayasan Pondok Pesantren
Islam) Al Mahadul Islam yang berlokasi
di pinggir Jalan Raya Bangil-Pandaan,
Kabupaten Pasuruan. Sambil meneriakkan
cacian terhadap YAPI, mereka masuk ke area
pesantren dengan melewati pintu gerbang
utama dan melakukan pelemparan
yang mengakibatkan pecahnya kaca-
kas pos penjagaan dan ruang tamu serta
menyerang pos penjagaan. Melihat
kejadian yang semakin brutal dan beringas,
para santri berusaha menghadang mereka
untuk mengantisipasi upaya penghancuran
dan perusakan yang lebih besar yang akan
menimpa sarana prasarana pesantren
seperti masjid, kantor, dan lain-lain, terang
YAPI mengenai kronologi penyerangan
seperti dimuat di yapibangil.org (16/02).
Kejadian ini berlangsung pada pukul 14.15
WIB.
menit kemudian, terjadi bentrok fsik dan
saling lempar batu antara para penyerang
dan santri YAPI di halaman area pondok
pesantren. Hal ini mengakibatkan jatuhnya
korban dari pihak santri sebanyak 4 orang
dan 2 orang karyawan pesantren. Akhirnya
mereka terpaksa keluar dari pesantren
setelah melihat perlawanan gigih dari para
santri, sehingga bentrok akhirnya berpindah
ke luar area yang mengakibatkan jatuhnya
beberapa korban dari para penyerang.
Pesantren YAPI Bangil Diserang
Oleh: Nurun Nisa
Pada saat yang bersamaan, terdengar
beberapa letusan tembakan ke udara oleh
intel kepolisian untuk membubarkan massa
penyerang.
Sepuluh menit setelahnya, pasukan
kepolisian datang ke lokasi kejadian. Dan
dengan kedatangan Polisi dari Polsek Beji
dan Polres Pasuruan situasi berangsur
pulih, bersamaan dengan datangnya
para pendukung pondok pesantren
dari berbagai wilayah. Dalam kasus ini
Kapolda Jatim juga turun dan datang ke
TKP serta menggelar pertemuan dengan
jajaran Muspida dan pengurus yayasan di
Kantor Pesantren. Pukul 15.00 WIB seluruh
korban luka dari pihak pesantren langsung
dilarikan ke RSI Masyitoh Bangil untuk
dilakukan visum dan perawatan, serta satu
dari korban dirujuk ke Rumah sakit mata
Undaan Surabaya. Tercatat empat santri
dan dua penjaga YAPI terluka. Setelah
kejadian ini sekolah di YAPI diliburkan.
Bukan hanya rasa aman yang berkurang,
tetapi kegiatan belajar-mengajar menjadi
terhambat terutama bagi siswa kelas 3 yang
seharusnya menggelar try out UN (Ujian
Nasional) pada Rabu (16/02). Sehingga try
out hari terakhir ini harus ditunda, terang
Wakil Kepala Wakil Kepala SMP dan SMA Al-
Mahadul Islami YAPI Zaid Al-Idrus seperti
ditulis mediaindonesia.com (16/02).
Banyak analisa mengenai sebab
kejadian ini. Ketua YAPI, Mukhsin Assegaf,
menduga penyerangan ini terkait masalah
perbedaan paham. Dalam hal ini, warga
setempat sejak lama menduga bahwa YAPI
menganut aliran Syiah sementara kebanyak
warga lain menganut Sunni. Bagi Gubernur
Jatim, Soekarwo, persoalannya justru pada
komunikasi dan kesenjangan ekonomi.
Proses tentang kecemburuan antara Yapi
dengan kelompok yang diduga menyerang
karena YAPI berkembang dengan bagus,
manajemennya baik, tapi komunikasi
kurang lancar dengan lingkungan,
ujarnya seperti mediaindonesia.com (17/02).
Melihat kejadian
yang semakin brutal
dan beringas, para
santri berusaha
menghadang mereka
untuk mengantisipasi
upaya penghancuran
dan perusakan yang
lebih besar yang akan
menimpa sarana
prasarana pesantren
seperti masjid,
kantor, dan lain-lain,
terang pengurus
YAPI
23
n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
Alasan ini dikemukakan sebab ketika YAPI
dipimpin oleh bapak dari pengelola saat
ini, penyerangan tidak terjadi.
Sementara itu, Rektor IAIN Surabaya,
Prof Nur Syam menyatakan bahwa yang
terjadi sesungguhnya adalah persaingan
intelektual antar-pesantren di Bangil
yang sudah cukup lama terjadi dan di
antara mereka sering saling mengejek.
Masalahnya, apa yang terjadi itu akibat
saling ejek yang disikapi secara emosi,
sehingga ada yang melempar dan dibalas,
sehingga terjadilah penyerangan itu. Jadi,
enggak ada unsur agama sama sekali,
katanya seperti ditulis ANTARA News (17/02).
Kecaman serupa datang dari the WAHID
Institute. Melalui Yenny Zannuba Wahid,
Direktur the WAHID Institute, menyatakan
beberapa sikap. Pertama, mengecam
tindakan penyerangan dan kekerasan yang
dilakukan sebagian masyarakat terhadap
Yayasan Pondok Pesantren Islam (YAPI) di
Pasuruan. Kedua, menuntut pemerintah
dalam hal ini Presiden Susilo Bambang
Yudoyono hingga jajaran pemerintahan
daerah untuk memberi instruksi tegas dan
langkah konkrit atas pelbagai kekerasan
dan konfik horizontal akhir-akhir ini. Ketiga,
menuntut kepada Kapolri Timur Pradopo
hingga jajaran kepolisian daerah untuk
segera menangkap dan mengusut para
pelaku dan ormas/kelompok yang terlibat
secara adil berdasarkan due process of law.
Keempat, menuntut penegakan
hukum yang tidak berpihak dan pandang
bulu terhadap seluruh perilaku ormas,
kelompok, atau perorangan yang terbukti
melakukan tindak pidana kekerasan,
perusakan, dan penganiyaan terhadap
warga negara Indonesia berdasarkan UUD
1945 dan Pancasila. Kelima, menyerukan
ajakan kepada seluruh ormas Islam (NU,
Muhammadiyah, Persis, al-Irsyad, dll)
untuk turut serta menjaga keharmonisan
hubungan antar umat beragama, baik
dalam linkup internal maupun eksternal.
Penyerangan ini, menurut Yenny,
bukan hanya mengkibat santri terluka
dan aset YAPI rusak, tetapi juga rasa aman
yang hilang. Tindakan penyerangan ini
mengakibatkan 4 santri mendapat luka
serius, beberapa komplek pesantren rusak,
dan hilangnya rasa aman, khususnya bagi
kelompok minoritas Syiah di Pasuruan,
terang Yenny dalam pers rilis Tegakkan
Hukum Tanpa Pandang Bulu (16/02).
Pendiri the WAHID Institute, Gus Dur, sendiri
sejak dulu telah mengkampanyekan bahwa
minoritas Syiah, sebagaimana mayoritas
Sunni, adalah bagian dari Islam yang tidak
layak diserang dengan alasan perbedaan
pemahaman keagamaan. Sewaktu umat
Islam Syiah dituduh mempunyai al-Quran
berbeda dari umat Islam lainnya, Gus Dur
yang melakukan klarifkasi bahwa al-Quran
umat Syiah sama dengan al-Quran umat
Islam lainnya. Gus Dur juga mendesak
kepolisian menindak provokasi yang
menyebabkan masjid dan rumah tokoh
Syiah pada akhir tahun 2007 lalu.
Meskipun berbeda sudut pandang,
tetapi semuanya sepakat bahwa pelaku
penyerangan harus diproses secara hukum.
Syaifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jatim,
mengatakan pihaknya telah mengambil
langkah termasuk meminta Kapolda Jatim
Irjen Pol Badrodin Haiti untuk mengusut
kasus ini dan menangkap pelakunya.
Gus Ipul, panggilan akrabnya, juga
memuji langkah kepolisian yang sigap
mengamankan YAPI sehingga situasi bisa
segera kembali kondusif.
Karena dianggap berlatar belakang
Syiah, latar belakang pelaku diduga
berkaitan dengan kepengurusan NU. Tetapi
hal ini segera dibantah oleh Ketua PCNU
Pasuruan, KH. Shonhaji Abdusshomad .
Insiden itu sama sekali tidak ada sangkut-
pautnya dengan NU, katanya di sela sela
pertemuan di Kompleks YAPI seperti ditulis
Kompas.com (15/02). Dalam kesempatan
yang sama, KH. Shonhaji mengungkapkan
keprihatinnya atas penyerangan tersebut.
Kami meminta kepada aparat penegak
hukum untuk menindak tegas para
pelakunya, tambahnya. Tak lupa, Kyai
Shonhadji meminta masyarakat Pasuruan
tidak meudah diprovokasi untuk melakukan
tindakan anarkisme bernuansa agama.
Ia juga meminta masyarakat di daerah
Tapal Kuda mewaspadai pihak-pihak yang
sengaja membenturkan masalah ajaran
agama.
Kecaman yang keras datang
Ketua PCNU Jombang, KH Isrofl Amar
menyatakan perilaku mereka jauh dari
karakter Ahlus Sunnah wal Jamaah yang
selalu mengedepankan kedamaian.
Mereka tidak pantas menyandang nama
Ahlussunah Wal Jamaah, sebab selama ini
kami tidak pernah mengajarkan kekerasan
dalam menyelesaikan suatu perbedaan,
ujar KH Isrofl seperti ditulis inilah.com
(17/02). Mereka juga dianggap telah
mencoreng Jatim yang dikenal sebagai
basis NU. Mereka telah melecehkan warga
NU, katanya dengan geram. Kyai Isrofl
juga meminta agar aparat kepolisian tidak
canggung mengusut kasus ini. Penyerangan
ini sendiri, kata Kyai Isrofl, merupakan
penodaan terhadap keutuhan umat
beragama yang selama ini terbina di Jatim.
Ulah kelompok yang mengatasnmakan
Aswaja sama dengan mencoba mengadu
domba umat Islam.
Kelompok Aswaja ini, berdasarkan peny-
elidikan dan penyidikan polisi, merupakan
pelaku penyerangan. Polres Pasuruan kini
sudah menahan enam tersangka terkait
kasus kekerasan dan penyerangan yang di-
alami Pondok Pesantren YAPI. Sebanyak 33
saksi telah dimintai keterangan. Terkait pe-
nahanan ini, Aswaja berniat mengajukan
penangguhan penahanan. Humas Aswaja
Habib Agil bin Abdullah bin Agil menye-
butkan penangguhan ini dilakukan karena
mengingat enam anggota jamaah yang
ditahan masih berstatus siswa dan harus
bekerja karena menjadi tulang punggung
ekonomi keluarga. Kapolda mempersi-
lakannya. Permohonan penangguhan pe-
nahanan adalah hak mereka. Silakan diaju-
kan secara resmi dan nanti akan diproses
sesuai prosedur, kata Kapolda seperti ditu-
lis mediaindonesia.com (17/02). Kelompok
pengajian Aswaja, sebagaimana dikemu-
kakan Kapolda, mengaku tidak memberi-
kan komando penyerangan terhadap YAPI.
Semnetar itu, kepada Kapolda, Ketua PCNU
Kabupaten Pasuruan maupun Ketua PCNU
Bangil menyatakan bahwa Aswaja bukan
termasuk dalam organisasi NU.
Seminggu setelahnya, Pengurus
Pesantren YAPI mengadu ke Komisi III dan
Komisi VII DPR. Kepada anggota dewan,
Maheswara Prabandono dan M. Bakir se-
laku kuasa hukum meminta agar aparat
penegak hukum menindak tegas pelaku
anarkis dan aktor intelektual penyerangan
dan kekerasan. Maheswara menyatakan
bahwa tindak kekerasan yang ditujukan
kepada Pesantren YAPI sudah berlangsung
sejak 2007 hingga sekarang tetapi polisi ti-
dak menindaknya.
Dalam aksinya, mereka melakukan teror
dan provokasi, secara resmi maupun tidak
resmi, dengan membawa predikat Aswaja
Bangil. Pelaku mencaci-maki penceramah
Yapi yang dianggapnya bermasalah dan
bukan merupakan bagian dari NU dan
Muhammadiyah. Sebelum meneror, mer-
eka melakukan pengajian, ungkapnya.
Pihaknya sendiri sudah melapor ke aparat
Polsek, Polres, Kapolri, dan Presiden namun
tidak ada respons yang serius. Karenanya, ia
berharap DPR memberikan respons yang
serius. Diterima oleh Wakil Ketua Komisi III
Tjatur Sapto Edi dan Ketua Komisi VIII DPR
Abdul Kadir Karding, kedua anggota DPR ini
menyatakan berjanji memperhatikan ma-
salah ini. Tidak boleh kelompok manapun
dan atas nama apapun untuk melakukan
kekerasan dan anarkisme. Pada prinsipnya
aparat harus menegakkan hukum, jelas
Karding seperti ditulis jpnn.com (23/02).
Aktor yang dianggap melakukan pro-
24
Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXI, Februari 2011
The WAHID Institute
vokasi selama tujuh tahun itu adalah Tohir
Alkaf. Provokator itu Tohir Alkaf. Dia kerap
membawa bendera Aswaja, padahal seta-
hu saya dia di bawah organisasi al-Bayyinat,
terang Ketua Umum Ahlul Bait Indonesia
(ABI), Habib Hasan Alaydrus seperti ditulis
Republika Online (16/02). Hasan Alaydrus
menyatakan teror terakhir oleh Tohir Alkaf
adalah menjelang Idul Fitri lalu, sementara
yang paling dramatis adalah aksi teror ten-
gah malam pada tanggal 25 November
2007. Senin dinihari (27/11), konvoi motor
keliling di Bangil yang dipimpin oleh Tohir
Alkaf mengajak masyarakat untuk melaku-
kan perusakan terhadap rumah sejumlah
mubalig dan pengelola SMU Al-Mahad
al-Islami yang dianggap sebagai penganut
aliran sesat.
Total serangan adalah sebanyak tu-
juh kali tetapi polisi tidak bertindak se-
hingga Husain melaporkan kejadian ini ke
Bareskrim Mabes Polri pada Rabu (16/02).
ABI sendiri merupakan organisasi Muslim
Syiah, tetapi Husain mengaku ABI tidak
memiliki hubungan dengan Pesantren
YAPI. (YAPI dan ABI) tidak ada hubungan.
Tetapi memang YAPI salah satu pondok
pesantren yang mengajarkan berbagai
aliran dalam Islam termasuk ahlul bait
(Syiah), katanya. Hasan juga menyerahkan
barang bukti berupa rekaman CCTV dari lo-
kasi penyerangan, rekaman telpon seluler,
bendera dan bambu yang dibawa peny-
erang, dan KTP penyerang yang jatuh saat
akan kabur. Kami di sini (Bareskrim Mabes
Polri) hanya memberikan barang bukti dan
menjelaskan (provokasi) Tohir Alkaf, ujar
Hasan usai bertemu Wakabareskrim Mabes
Polri Irjen Dikdik M. Arief Mansur seperti di-
tulis RM Online (17/02).
Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jamaah)
adalah kelompok pengajian sedangkan al-
Bayyinat adalah organisasi yang memeran-
gi aliran sesat di Indonesia, terutama Syiah.
Al-Bayyinat menyatakan bahwa Syiah
sering menjelek-jelekkan kelompok Ahlus
Sunnah wal Jamaah. Misalnya, pihak Syiah
menerbitkan buku yang isinya menghina
pemimpin-pemimpin islam, menghina is-
tri-istri Rasululloh SAW, menguasai masjid
milik Ahlussunnah wal jamaah, dan melalui
pengajian-pengajian Syiah yang isinya di-
anggap menyakitkan perasaan umat Islam
yang menganut Sunni. Karenanya, pihak al-
Bayyinat meminta agar tidak memancing
kemarahan umat Islam. Bagaimanapun
kalian (kaum Syiah, Red.) adalah kelompok
minoritas yang harus menghormati umat
Islam, terang Ketua Bidang Organisasi
Yayasan Albayyinat Indonesia Habib Ach-
mad Zein Alkaf seperti ditulis inilah.com
(27/02). Ia berharap penyerangan terhadap
YAPI segera teratasi dan bisa diredam.
Analisis
1. Disadari atau tidak nalar agama, mengutip Rumadi, sedang bekerja dalam negara. Para pejabat senantiasa mengulang argumen untuk
membatasi ekspresi keagamaan dan keyakinan seseorang. Nalar jenis ini bekerja bukan hanya pada diri Menag (Mentri Agama) yang
konsisten menyuarakan pembubaran Ahmadiyah, tetapi juga pada diri pada anggota dewan. Dengan sadar, beberapa anggota dewan
menyatakan pemahaman Ahmadiyah adalah menyimpang sehingga disarankan membentuk agama baru atau segera bertaubat,
bahkan di antaranya mengusulkan agar penganut Ahmadiyah diasingkan ke pulau terpencil. Tentu saja nalar agama ini tidak menjadi
soal jika digunakan oleh mereka yang disebut para pemuka agama, memang kapasitas mereka untuk menggunakannya. Tetapi jika
digunakan aparat negara, yang demikian ini sunguh tidak bisa dicerna akal sehat dan sekaligus mengkhawatirkan. Para pejabat ini
mestinya menggunakan nalar konstitusi untuk membaca soal keagamaan dan keyakinan di mana semua warga negara tanpa kecuali
memiliki hak untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya itu. Demikian juga bagi para aktivis yang sudah bisa melakukan
pendampingan kepada kelompok marginal dalam berbagai aspek kehidupan
2. Kekerasan yang timbul berulang kali tanpa bisa dicegah oleh aparat keamanan menimbulkan tanda tanya besar. Jawaban tak bisa
mengendalikan massa yang jumlahnya terlalu banyak atau solusi mengungsikan korban demi keamanan yang bersangkutan sudah
kadaluwarsa untuk dipertahankan. Argumen baru yang mungkin disodorkan, mengutip Nono Anwar Makarim, hanya dua hal. Pertama,
aparat takut kepada para penyerang atau pelaku kekerasan. Kedua, aparat adalah bagian dari pelaku. Kedua hal ini memang terkesan
sumir, tetapi keduanya bisa terus bertahan dan dipertahankan, kecuali aparat berubah sikap dalam menangani kasus kekerasan
3. Upaya bentuk penyeragaman resep dalam mengatasi permasalahan yang bersumber dari keresahan makin tidak efektif. Karena resah
dengan efek negatif hari Valentine yang diimpor dari Barat, fatwa haram MUI dijadikan solusi berulang-ulang tetapi di saat yang sama
para remaja makin bersemangat untuk merayakannya. Demikian juga kriminalisasi karena keresahan akibat aliran yang dianggap sesat
tidak menghentikan menjamurnya aliran jenis ini. Fatwa dan kriminalisasi pada akhirnya serupa penghukuman, padahal ia ditujukan
bukan pada kejahatan atau perbuatan kriminal
4. Kombinasi antara masyarakat yang dewasa dalam menghadapi perbedaan, aparat yang sigap, dan pemerintah yang komitmen
melindungi warga tanpa mempedulikan keyakinannya merupakan salah satu solusi menghadapi kekerasan yang kian marak. Ketegasan
aparat kepolisian Pekanbaru mencegah provoaksi bernuansa SARA, komitmen kuat para pemimpin daerah di Kabupaten dan Kota
Tasikmalaya, dan kerja bersama masyarakat sipil-pemerintah-aparat di Temanggung terbukti dapat meminimalkan eskalasi kekerasan.
Kerja mereka akan lebih baik lagi jika instruksi Presiden SBY soal pembubaran ormas anarkis benar-benar direalisasikan
1. Internalisasi nilai-nilai kenegaraan dalam soal beragama dan berkeyakinan penting bukan hanya bagi aparat di lapangan,
tetapi bagi pejabat publik seperti anggota dewan. Internalisasi ini penting selain untuk menegakkan konstitusi kita, juga dapat
menjadi katalisator dalam merebaknya kekerasan atas agama dan keyakinan. Sikap mereka yang menjunjung konstitusi akan
memberikan legitimasi bagi masyarakat sipil yang berjuang melawan ormas dan aparat yang abai terhadap penghargaan kepada
keberagaman, termasuk keberagaman yang dipraktikkan oleh kelompok minoritas. Aktivis juga perlu melakukannya agar nilai-
nilai pemihakannya dalam kelompok yang marginal, secara ekonomi misalnya, tidak mencederai kelompok marginal dalam soal
keagamaan dan keyakinan
2. Instruksi SBY soal pembubaran ormas yang anarkis mestinya diterapkan dari pusat sampai ke daerah. Paling tidak di daerah-
daerah yang sering meletup kekerasan atas nama agama, instruksi ini akan bermanfaat banyak sekali. Instruksi ini juga akan
semakin berguna jika dijadikan salah rujukan untuk merevisi Undang-Undang soal ormas yang belum pernah diperbaharui
semenjak tahun 1985
3. Pendekatan kultural masih layak dan relevan untuk dipertimbangkan dalam menyikapi persoalan yang dianggap meresahkan.
Pada kasus Valentine, misalnya, pendekatan dari agamawan dan pendidikan soal baik buruknya perayaan Valentine dibandingkan
razia coklat di sekolah atau status haram atas hari kasih sayang. Demikian juga pada kasus aliran sesat yang dilabelkan kepada
Perguruan Islam di daerah Maros pimpinan Daeng Aha. Pada kasus Tasikmalaya dan Temanggung, para agamawan yang
melakukan pendekatan keagamaan kepada umat, terbukti mampu menenangkan warga terkait kerusuhan di PN Temanggung
yang juga meresahkan segenap warga. Pendekatan yang sama juga akan signifkan digunakan pada masalah Syiah Sunni di
Bangil.
Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai