MT Felix Sitorus Dalam buku ini dijelaskan bahwa strategi ekonomi rumah tangga miskin dilihat sebagai gejala sosiologis. Karena itu gejala tersebut disini dikaji dengan menggunakan pisau analisis sosiologi (sosiologi-ekonomi). Garis besar kajian ini mencakup dua hal, yaitu: Upaya rumah tangga miskin untuk mengatasi kondisi kemiskinan tidak terbatas pada upaya-upaya di sektor produksi melainkan juga melalui keterlibatan di sektor non- produksi. Wanita memainkan peran penting dalam keseluruhan upaya mengatasi kondisi kemiskinan tersebut. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam buku ini mengikuti tradisi analisis struktural fungsional. Rumah tangga dikaji melalui pendekatan fungsionalisme mikro. Pendekatan ini menganggap rumah tangga sebagai suatu sistem sosial tersendiri. Menurut M.J. Levy ada lima prasyarat yang harus dipenuhi agar kelangsungan rumah tangga sebagai suatu sistem terjamin. a. Diferensiasi peranan b. Alokasi solidaritas c. Alokasi ekonomi d. Alokasi kekuasaan e. Alokasi integrasi dan ekspresi Upaya rumah tangga miskin untuk mengatasi kondisi kemiskinan di sektor produksi adalah dengan pola nafkah ganda. Rumah tangga pedesaan di Indonesia menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola ini sejumlah anggota rumah tangga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik di sektor pertanian maupun luar pertanian, dalam kegiatan usaha sendiri ataupun sebagai buruh. Pola nafkah ganda merupakan pemanfaatan potensi tenaga kerja rumah tangga secara optimum, dikarenakan adanya keterbatasan penguasaan sumber daya produksi selain tenaga. Dalam strategi nafkah ganda, wanita juga memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah. Wanita tidak hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tak lengsung menghasilkan pendapatan, tetapi juga dalam kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan. Berdasarkan data primer hasil penelitian pada rumah tangga nelayan miskin pada tahun 1992 dijelaskan bahwa dalam keterlibatan di sektor produksi, terdapat gejala pembagian kerja antara pria dan wanita anggota rumah tangga nelayan miskin. Pria bekerja dalam kegiatan perikanan laut (80% responden), sedangkan wanita dalam kegiatan pengolahan hasil laut/tani (42%) dan perdagangan (26%). Dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian rumah tangga miskin, pria terlibat pada tahap produksi, sedangkan wanita pada tahap pascaproduksi. Di samping pola nafkah ganda di sektor produksi, rumah tangga miskin di pedesaan juga berupaya mengatasi kondisi kemiskinan melalui keterlibatan para anggotanya dalam beragam pranata kesejahteraaan asli di sektor non-produksi. Beragam lembaga kesejahteraan asli yang hidup dalam masyarakat pada prinsipnya adalah bentuk-bentuk pengorganisasian sumber daya antarrumah tangga. Sitorus dkk. membedakan beragam lembaga itu ke dalam tiga tipe berikut: a. Tipe pertukaran: lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme pertukaran uang, barang, atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu. b. Tipe penghimpunan: lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme penghimpunan uang, barang, atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu. c. Tipe pembagian: lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme penghimpunan uang, barang, atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu, kelompok, atau masyarakat. Sebagian besar jenis lembaga kesejahteraan asli di pedesaan dapat digolongkan ke dalam sektor non-produksi, yaitu sektor yang menghasilkan imbalan di luar jalur proses produksi. Salah satu sektor non-produksi yang penting bagi rumah tangga nelayan miskin adalah lembaga sosial. Dari sekian banyak lembaga yang berhasil dicatat peneliti sebagai lembaga yang dilibati rumah tangga nelayan miskin, hanya tiga jenis yang dapat digolongkan sebagai lembaga kesejahteraan asli, yaitu perkumpulan kematian, kelompok pengajian/doa merangkap arisan, dan kelompok arisan. Ketiga lembaga ini merupakan lembaga informal yang berorientasi pada upaya mempertahankan atau memperbaiki taraf kesejahteraan penduduk. Berdasarkan data primer hasil penelitian pada rumah tangga nelayan miski pada tahun 1992, tingkat keterlibatan rumah tangga miskin dalam ketiga jenis lembaga kesejahteraan asli tersebut tadi tidak tergolong tinggi (di bawah 50%). Paling tinggi (33%) adalah keterlibatan dalam kelompok arisan. Sektor non-produksi atau lembaga kesejahteraan asli dalam hal ini merupakan bagian penting dalam strategi ekonomi rumah tangga nelayan miskin. Sekalipun sifatnya tidak rutin, keterlibatan anggota rumah tangga di lembaga kesejahteraan asli dapat memberikan manfaat ekonomi yang penting bagi rumah tangga, secara langsung maupun tidak langsung. Penerimaan dari lembaga arisan memungkinkan rumah tangga nelayan miskin untuk membiayai kebutuhan yang memerlukan biaya cukup besar. Penerimaan tersebut tidak saja telah membantu rumah tangga nelayan miskin untuk mengatasi konsekuensi kemiskinan tetapi pada tingkat tertentu juga mengatasi penyebab kemiskinan (antara lain kekurangan modal produksi).