Anda di halaman 1dari 3

BAB 11

Strategi Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Miskin


MT Felix Sitorus
Dalam buku ini dijelaskan bahwa strategi ekonomi rumah tangga miskin dilihat
sebagai gejala sosiologis. Karena itu gejala tersebut disini dikaji dengan menggunakan pisau
analisis sosiologi (sosiologi-ekonomi). Garis besar kajian ini mencakup dua hal, yaitu:
Upaya rumah tangga miskin untuk mengatasi kondisi kemiskinan tidak terbatas pada
upaya-upaya di sektor produksi melainkan juga melalui keterlibatan di sektor non-
produksi.
Wanita memainkan peran penting dalam keseluruhan upaya mengatasi kondisi
kemiskinan tersebut.
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam buku ini mengikuti tradisi analisis
struktural fungsional. Rumah tangga dikaji melalui pendekatan fungsionalisme mikro.
Pendekatan ini menganggap rumah tangga sebagai suatu sistem sosial tersendiri. Menurut
M.J. Levy ada lima prasyarat yang harus dipenuhi agar kelangsungan rumah tangga sebagai
suatu sistem terjamin.
a. Diferensiasi peranan
b. Alokasi solidaritas
c. Alokasi ekonomi
d. Alokasi kekuasaan
e. Alokasi integrasi dan ekspresi
Upaya rumah tangga miskin untuk mengatasi kondisi kemiskinan di sektor produksi
adalah dengan pola nafkah ganda. Rumah tangga pedesaan di Indonesia menerapkan pola
nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola ini sejumlah anggota rumah
tangga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik di sektor pertanian maupun
luar pertanian, dalam kegiatan usaha sendiri ataupun sebagai buruh. Pola nafkah ganda
merupakan pemanfaatan potensi tenaga kerja rumah tangga secara optimum, dikarenakan
adanya keterbatasan penguasaan sumber daya produksi selain tenaga. Dalam strategi nafkah
ganda, wanita juga memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah. Wanita tidak
hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tak lengsung menghasilkan pendapatan, tetapi
juga dalam kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan.
Berdasarkan data primer hasil penelitian pada rumah tangga nelayan miskin pada
tahun 1992 dijelaskan bahwa dalam keterlibatan di sektor produksi, terdapat gejala
pembagian kerja antara pria dan wanita anggota rumah tangga nelayan miskin. Pria bekerja
dalam kegiatan perikanan laut (80% responden), sedangkan wanita dalam kegiatan
pengolahan hasil laut/tani (42%) dan perdagangan (26%). Dapat disimpulkan bahwa dalam
perekonomian rumah tangga miskin, pria terlibat pada tahap produksi, sedangkan wanita
pada tahap pascaproduksi.
Di samping pola nafkah ganda di sektor produksi, rumah tangga miskin di pedesaan
juga berupaya mengatasi kondisi kemiskinan melalui keterlibatan para anggotanya dalam
beragam pranata kesejahteraaan asli di sektor non-produksi. Beragam lembaga kesejahteraan
asli yang hidup dalam masyarakat pada prinsipnya adalah bentuk-bentuk pengorganisasian
sumber daya antarrumah tangga. Sitorus dkk. membedakan beragam lembaga itu ke dalam
tiga tipe berikut:
a. Tipe pertukaran: lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme pertukaran uang,
barang, atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu.
b. Tipe penghimpunan: lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme penghimpunan
uang, barang, atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu.
c. Tipe pembagian: lembaga kesejahteraan asli berupa mekanisme penghimpunan uang,
barang, atau tenaga yang berorientasi pada pemenuhan kepentingan individu,
kelompok, atau masyarakat.
Sebagian besar jenis lembaga kesejahteraan asli di pedesaan dapat digolongkan ke
dalam sektor non-produksi, yaitu sektor yang menghasilkan imbalan di luar jalur proses
produksi. Salah satu sektor non-produksi yang penting bagi rumah tangga nelayan miskin
adalah lembaga sosial. Dari sekian banyak lembaga yang berhasil dicatat peneliti sebagai
lembaga yang dilibati rumah tangga nelayan miskin, hanya tiga jenis yang dapat
digolongkan sebagai lembaga kesejahteraan asli, yaitu perkumpulan kematian, kelompok
pengajian/doa merangkap arisan, dan kelompok arisan. Ketiga lembaga ini merupakan
lembaga informal yang berorientasi pada upaya mempertahankan atau memperbaiki taraf
kesejahteraan penduduk. Berdasarkan data primer hasil penelitian pada rumah tangga nelayan
miski pada tahun 1992, tingkat keterlibatan rumah tangga miskin dalam ketiga jenis lembaga
kesejahteraan asli tersebut tadi tidak tergolong tinggi (di bawah 50%). Paling tinggi (33%)
adalah keterlibatan dalam kelompok arisan.
Sektor non-produksi atau lembaga kesejahteraan asli dalam hal ini merupakan bagian
penting dalam strategi ekonomi rumah tangga nelayan miskin. Sekalipun sifatnya tidak rutin,
keterlibatan anggota rumah tangga di lembaga kesejahteraan asli dapat memberikan manfaat
ekonomi yang penting bagi rumah tangga, secara langsung maupun tidak langsung.
Penerimaan dari lembaga arisan memungkinkan rumah tangga nelayan miskin untuk
membiayai kebutuhan yang memerlukan biaya cukup besar. Penerimaan tersebut tidak saja
telah membantu rumah tangga nelayan miskin untuk mengatasi konsekuensi kemiskinan
tetapi pada tingkat tertentu juga mengatasi penyebab kemiskinan (antara lain kekurangan
modal produksi).

Anda mungkin juga menyukai