Anda di halaman 1dari 14

31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berjudul Analisis Hidrologi Rencana Bendungan Buttu Batu.
Untuk menyelesaikan penelitian ini, tentu ada beberapa langkah-langkah yang
dilakukan serta mengambil data-data yang menunjang. Data-data yang diperoleh
harus terlebih dahulu diolah dengan metode tertentu untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Adapun rincian tentang metodologi dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.1 Pengambilan Data
Tahapan awal dalam melakukan penelitian ini adalah mengumpulkan data-data
yang dapat menunjang untuk menyelesaikan masalah. Data-data ini diperoleh melalui
dua cara, yakni melalui pengambilan langsung di lapangan maupun menggunakan data
dari hasil penelitian sebelumnya. Adapun data-data yang diperoleh adalah :
1. Data Meteorologi
Data ini berkaitan dengan curah hujan harian, bulanan dan hari hujan. Data
hidrologi yang digunakan pada penelitian ini yakni data hidrologi sepuluh tahun
di dua stasiun. Stasiun Salubarani terletak di Kecamatan Tallak Kabupaten
Enrekang pada koordinat 119
0
50 56,1 BT dan 3
0
16 54 LS. Sedangkan
Stasiun Tadung Nanggala di Kecamatan Nanggala Kabupaten Toraja Utara pada
koordinat 119
0
59 35 BT dan 2
0
57 45 LS. Data ini didapatkan dari Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Data Klimatologi
32

Data ini berkaitan dengan temperatur udara, kelembapan relative, penyinaran
matahari dan kecepatan angin. Data Klimatologi Ini Didapatkan Dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika Wilayah IV Makassar pada titik
koordinat 119
0
49 21,4 BT dan 3
0
19 28,9 LS. Data ini didapatkan dengan
durasi sepuluh tahun dimulai tahun 2002-2011.
3. Peta Topografi
Peta topografi berkaitan dengan Catchment area. Peta ini akan menjadi acuan
untuk menentukan luas catchment area. Luas catchment area akan digunakan
dalam menentukan debit limpasan maksimum dan debit andalan.
4. Debit Sesaat
Debit sesaat atau pengukuran debit secara langsung dilakukan sebagai
pembanding dari hasil perhitungan debit andalan nantinya. Pengukuran debit
sesaat dilakukan pada saat musim kering yang kemudian akan dijadikan
pembanding dalam hasil perhitungan debit andalan 50%. Dalam operasional
bendungan nantinya PLN hanya akan membeli listrik dari perusahaan yang
sesuai dengan rekomendasi daya yang ditawarkan kepada PLN. Sehingga, hasil
perbandingan antara debit sesaat dan debit andalan 50% harus menyatakan
debit sesaat harus > debit andalan 50 %. Syarat perbandingan seperti itu
dilakukan sebagai antisipasi perusahaan dalam menjaga terjadinya kerugian.
Data yang diambil merupakan data lapangan berupa: 1. Luas penampang
basah yakni hasil kali dari lebar sungai dan kedalaman rata-rata. 2. Kecepatan
arus sungai rata-rata.

3.2 Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data yang menunjang, selanjutnya akan dilakukan
analisis hidrologi. Pengolahan data dilakukan dengan dengan menggunakan Software
33

Microsoft Office Excel 2007. Bagian-bagian dalam proses pengolahan data pada
penelitian ini, yakni:

3.2.1 Menghitung Debit Limpasan Maksimum
Dalam menghitung debit limpasan maksimum digunakan data curah hujan
harian. Data-data curah hujan harian ini kemudian akan diolah dengan menggunakan
Metode Rasional. Langkah-langkah dalam penggunaan Metode Gumbel :
1. Membagi Area Pengaruh Tiap Stasiun
Dalam penelitian ini didapati masalah dalam membagi luas area pengaruh tiap
stasiun. Dua stasiun yang dimiliki tentulah memilik area pengaruh yang berbeda,
sehingga diperlukan metode tersendiri dalam menentukan pengaruh dari tiap stasiun.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan Metode Polygon Thiessen untuk membagi
area pengaruh dari setiap stasiun. Pemilihan Metode Thiessen didasarkan karena
cukup mudah untuk dilakukan dan dapat dihitung dengan menggunakan bantuan
software ArcGis 10.1. Hasil akhir luas area pengaruh tiap stasiun dinyatakan dalam
persen.

2. Curah Hujan Rencana
Salah satu cara pengolahan data curah hujan untuk mendapatkan besar
curah hujan rencana adalah dengan menggunakan metode Extreme Value E.J Gumbel.
Adapun langkah-langkah pengolahan data curah hujan tersebut adalah sebagai berikut :

)
......................................................................................................................
(3.1)
Keterangan :
X
T
= curah hujan untuk perioda ulang T (mm)
= curah hujan rata-rata (mm)
34

Y
T
= reduksi variasi

= y
m
(reduced mean) rata-rata
S = standar deviasi
S
m
= standar deviasi dari y
m
(reduced mean)
Nilai-nilai dari rumus persamaan 3.1 dapat diketahui dengan melakukan
langkah-langkah berikut :
1. Memilih data curah hujan yang bernilai 50 mm dengan asumsi bahwa curah
hujan dikatakan lebat karena air hujan dapat menggenangi seluruh permukaan
tanah atau melimpas. Setelah itu dilakukan penghitungan nilai mean curah hujan
dengan persamaan :


......................................................................................................................................................
(3.2)
Keterangan :
= rata-rata curah hujan
xi = titik tengah
fi = frekuensi

2. Menghitung Standar deviasi
Menghitung standar deviasi atau simpangan baku digunakan persamaan:

((

))
()

......................................................................................................................................
(3.3)
Keterangan :
S = standar deviasi
f
i
= frekuensi
X
i
= data ke-1

= rata-rata curah hujan


n = jumlah data
35


3. Perhitungan Reduksi Variasi (Y
T
)
Perhitungan Reduksi Variasi (Y
T
) untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 500 tahun
dapat mengikuti nilai table 3.1.

Tabel 3.1 Reduksi Variasi (Y
T
) untuk periode ulang
Tr (tahun) -ln{(Tr 1)/Tr} -ln[-ln{(Tr 1)/Tr}] (Y
T
)
2 0.6931 0.3665
5 0.2231 1.4999
10 0.1054 2.2504
25 0.0408 3.1985
50 0.0202 3.9019
100 0.0101 4.6001
500 0.0020 6.2136

Keterangan:
Y
T
= reduksi variasi
Tr = periode ulang hujan yang ditetapkan (tahun)

4. Perhitungan koreksi rata-rata dari jumlah data
Koreksi rata-rata dari jumlah data ditentukan berdasarkan rumus :

,*
( )

+-
.......................................................................................................
(3.4)
Keterangan :
y
m
= koreksi rata-rata
m = urutan data
n = jumlah data
Nilai reduced mean dapat dihitung dengan rumus:


.....................................................................................................................................................
(3.5)
Keterangan :
36

Y
M
= nilai rata-rata y
m

= koreksi rata-rata (reduced mean)


n = jumlah data
Standar deviasi dari y
m
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

()
..........................................................................................................................
(3.6)
Keterangan :
s
m
= standar deviasi dari y
m

y
m
= koreksi rata-rata (reduced mean)
Y
M
= nilai rata-rata y
m

n = jumlah data

3. Intensitas Hujan Rencana
Intensitas hujan rencana adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu tertentu dimana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas hujan dapat
dihitung dari data curah hujan dengan menggunakan rumus Mononobe :

...................................................................................................................................
(3.7)
Keterangan :
I = intensitas hujan (mm/jam)

24
= curah hujan harian rencana (mm)
t = satuan waktu terpendek hujan (1 jam)

4. Debit Limpasan Maksimum
Besarnya debit limpasan maksimum dapat ditentukan dengan Metode Rasional:
Q = 0,278 x C x I x A
......................................................................................................................
(3.8)
Keterangan :
37

Q = debit puncak limpasan (m
3
/s)
C = koefisien limpasan
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas catchment area (km
2
), bila dalam km
2
faktor koreksi (fk) = 0,278
dan dalam Ha = 0,00278.


3.2.2 Menghitung Debit Andalan
Debit Andalan (dependable discharge) merupakan debit yang berhubungan dgn
probabilitas atau nilai kemungkinan terjadinya. Debit andalan merupakan debit yang
kemungkinan terjadinya sama atau melampaui dari yang diharapkan. Misal dengan
debit andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m
3
/det berarti akan didapatkan debit
dengan kemungkinan lebih besar atau sama dengan 100 m
3
/det sebesar 90% dari
banyaknya pengamatan selama periode waktu tertentu dan akan dihadapi resiko debit
lebih kecil dari 100 m
3
/det sebesar 10% dari banyaknya pengamatan. Untuk
menghitung debit andalan ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yakni:
1. Menghitung Evapotranspirasi dengan Metode Penman Modifikasi.
Untuk menghitung evapotranspirasi menggunakan Metode Penman Modifikasi data
terukur yang dibutuhkan yaitu letak lintang (LL), suhu udara (t), kecerahan matahari
(n/M), kecepatan angin (u) dan kelembaban relatif (RH). Perhitungan Evapotranspirasi
dengan Metode Penman dilakukan secara tabelaris untuk memudahkan perhitungan
dengan rumus :
Eto = c x Eto*
Eto* = W(0,75 x Rs Rn1) + (1 W) x (f(u) x (ea ed) ......................... (3.9)
Dimana :
c = Factor koreksi penman
38

w = Factor penimbangan untuk suhu dan elevasi daerah
Rs = Jumlah radiasi gelombang pendek
Rs = (0,25 + 0,54 n/M) x Ra .................................................................. (3.10)
Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar Atmosfer (mm/hr)
n =Rata-rata cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)
N = Lama cahaya matahari maksimum yang mungkin dalam satu hari
Rn = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hr)
Rn = f(t) x f(ed) x f(n/N) ......................................................................... (3.10)
f(t) = fungsi suhu
f(ed) = fungsi tekanan uap
f(n/N)= fungsi kecerahan matahari
f(u) = 0,27 (1 + u x 0,864) ....................................................................... (3.11)
f(u) = fungsi kecepatan angin
f(n/N)= 0,1 + 0,9 n/N .............................................................................. (3.12)
ea-e = defisit tekanan uap yaitu selisih antara tekanan uap jenuh (ea) pada T rata-
rata dalam (mbar) dan tekanan uap sebenarnya (ed) dalam (mbar)
ea = ed = ea x RH/100 ........................................................................ (3.13)

2. Menghitung Debit Andalan Dengan Metode FJ. Mock
Pada dasarnya metode ini adalah hujan yang jatuh pada catchment area
sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi aliran
permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah (infiltrasi),
dimana infiltrasi pertama-tama akan menjenuhkan top soil, kemudian menjadi
perkolasi membentuk air bawah tanah (ground water) yang nantinya akan keluar ke
sungai sebagai aliran dasar (base flow). Ketentuan dari metode ini adalah sebagai
berikut :
39

1. Data meteorologi
Data meterologi yang digunakan mencakup :
a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan dan data curah hujan
harian.
b. Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembapan udara, tempratur
udara dan penyinaran matahari untuk menentukan evapotranspirasi potensial (Eto)
yang dihitung berdasarkan metode Penman Modifikasi.

2. Evapotranspirasi Aktual ( Ea)
Penentuan harga evapotranspirasi aktual ditentuakan berdasarkan persamaan :
E = Eto x d/30 x m ............................................................................... (3.14)
E = Eto x (m / 20) x (18-n) .................................................................. (3.15)
Ea = Eto E ........................................................................................ (3.16)
Dimana :
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm)
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)
d = 27 (3/2) x n
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
m = Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak tertutup dengan tumbuh-
tumbuhan penahan hujan koefisien yang tergantung jenis areal dan musiman dalam
(%).
m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat.
m = 10 % untuk lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim dan bertambah
setiap bulan berikutnya.
m = 10 40% untuk lahan yang erosi
m = 30 50 % untuk lahan pertanian yang diolah ( sawah )
40

3. Keseimbangan air dipermukaan tanah (?S)
a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = R Ea ............................................................................................. (3.17)
Dimana :
S = Keseimbangan air dipermukaan tanah
R = Hujan Bulanan
Ea = Evapotranspirasi Aktual
Bila harga positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah bila
kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi. Sebaliknya bila kondisi kelembapan
tanah sudah tercapai maka akan terjadi limpasan permukaan (surface run off). Bila
harga tanah ?S negatif ( R < Ea ) , air hujan tidak dapat masuk kedalam tanah
(infltrasi) tetapi air tanah akan keluar dan tanah akan kekurangan air (defisit).

b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ?S. Bila ?S
negatif maka kapasitas kelembapan tanah akan kekurangan dan bila harga ?S
positif akan menambah kekurangan kapasitas kelembapan tanah bulan sebelumnya.

c. Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity).
Didalam memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal diperlukan pada
saat dimulainya perhitungan dan besarnya tergantung dari kondisi porositas lapisan
tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250 mm, yaitu kapasitas
kandungan air didalam tanah per m
3
. semakin besar porositas tanah maka
kelembapan tanah akan besar pula.

d. Kelebihan Air (water surplus).
Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sbb :
WS = ?S - Tampungan tanah .................................................................. (3.18)
Dimana :
41

WS = water surplus
S = R- Ea
Tampungan Tanah = Perbedaan Kelembapan tanah.

4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground Water storage ).
a. Infiltrasi (i)
Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah
pengaliran. Daya infiltrasi ditentukan oleh permukaan lapisan atas dari tanah.
Misalnya kerikil mempunyai daya infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah liat yang kedap air. Untuk lahan yang terjal dimana air sangat cepat mengikis
di atas permukaan tanah sehingga air tidak dapat sempat berinfiltrasi yang
menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil. Formula dari infiltrasi ini adalah sebagai
berikut :
I= Koefisien Infiltrasi x WS ...................................................................... (3.19)
Dimana :
I= Infiltrasi (Koefisien Infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 )
WS = kelebihan air

b. Penyimpanan air tanah (ground water storage)
Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan penyimpanan air awal
yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu. Persamaan
yang digunakan adalah
Vn = k. (Vn 1) + (1 + k ) in ............................................................. (3.20)
Dimana :
Vn = Volume simpanan air tanah periode n ( m
3
) Vn 1 = Volume simpanan air
tanah periode n 1 (m
3
)
42

K = qt/qo = Faktor resesi aliran air tanah (catchment area recession factor ). Faktor
resesi aliran tanah (k) berkisar antara 0 s/d 1
qt = Aliran tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo = Aliran tanah pada awal (bulan ke 0)
In = Infiltrasi bulan ke n (mm) Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air
dalam tanah mengikuti persamaan : ?
Vn = Vn - Vn 1 .................................................................................. (3.21)

c. Limpasan (Run off )
Untuk memperoleh limpasan, maka persamaan yang digunakan adalah :
BF = I - ( ?Vn )(2.27)
Dro = WS I ......................................................................................... (3.22)
Ron = BF +Dro ..................................................................................... (3.33)
Dimana :
BF = Aliran dasar (m
3
/dtk/km)
I = Infltrasi (mm)
Vn = Perubahan volume aliran tanah (m
3
)
Dro = Limpasan Langsung (mm)
WS = Kelebihan air
Ron = Limpasan periode n (m
3
/dtk/km
2
)

d. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya. Persamaan yang digunakan adalah
Qn = Ron x A ......................................................................................... (3.34)
Dimana :
Qn = Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya periode n (m
3
/dtk)
A = Luas daerah tangkapan (catchment area) Km
2

43

3. Menentukan Debit Andalan 50% (Q 50%) dengan persamaan Weibull.
Bendungan Buttu Batu memiliki desain yang memungkinkan memiliki cadangan air
yang cukup besar. Dengan desain tinggi bendung 115 meter maka bendungan
Buttu Batu akan memiliki luas reservoir seluas 13,6 km
2
sehingga meskipun musim
kemarau tidak lantas berpengaruh signifikan dalam suplai debit pembangkit daya
nantinya. Berdasarkan pertimbangan bahwa bendungan memiliki cadangan yang
besar maka pihak perusahaan menentukan debit andalan 50% sebagai kajian
untuk rekomendasi daya. Dari hasil pengolahan data menggunakan metode FJ.
Mock maka akan didapatkan debit andalan setiap bulan selama sepuluh sepuluh
tahun. Untuk itu dilakukan rangking keandalan debit untuk mendapatkan debit
dengan probabilitas 50%. Dalam melakukan rangking data tiap bulan selama
sepuluh tahun yang berjumlah 120 data diurutkan dari terbesar ke terkecil. Jika
dalam penentuan rangking berdasarkan urutan data tidak didapatkan nilai 50%
maka dilakukan interpolasi dengan menggunakan nilai di antara 50%. Persamaan
yang digunakan untuk menetap rangking adalah Persamaan Weibul, yakni:

()
.............................................................................. (3.35)
Dimana :
P : Probabilitas debit keandalan
m : Nomor urut kejadian, dengan urutan variasi dari besar ke kecil
n : Jumlah data

3.2.3 Menghitung Daya Rencana Bendungan
Daya yang keluar merupakan hasil perkalian dari gravitasi, tinggi jatuh dan
debit. Tinggi jatuh yang digunakan yakni 115 meter.
P = 9,8 x Q x H (kW) .................................................................................. (2.33)
Dimana :
44

P = Tenaga yang dihasilkan secara teoritis (kW)
Q = Debit Andalan Sungai (m/det)
H = Tinggi jatuh efektif (m)
9,8 = Percepatan gravitasi (m/s
2
)

Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian

ANALISIS
HIDROLOGI
RUMUSAN MASALAH
PENGAMBILAN DATA
CATCHMENT
AREA
METEROLOGI KLIMATOLOGI DEBIT SESAAT
METODE :
1. PENMAN MODIFIKASI
2. FJ. MOCK
3. PERSAMAAN WEIBULL
DEBIT ANDALAN
(DA)
METODE GUMBEL
DEBIT LIMPASAN
MAKSIMUM
DAYA DEBIT
ANDALAN
DAYA DEBIT
SESAAT (DS)
DA<DS
REKOMENDASI
DAYA
YA
KESIMPULAN
TIDAK

Anda mungkin juga menyukai