Anda di halaman 1dari 20

Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 1

I. PENDAHULUAN

Colon adalah organ yang berfungsi untuk menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi
mucus, serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar.
Kanker colon merupakan salah satu kanker tersering yang dijumpai dan sering
menyebabkan kematian. Insiden kanker colon pada pria lebih sering terjadi. Beberapa faktor
resiko yang berpengaruh antara lain : usia lanjut, riwayat penyakit sebelumnya seperti
Inflammatory Bowel Disease, polyp colorectal, riwayat kanker colorectal di keluarga, obesitas,
diet, merokok, dan konsumsi alcohol berlebihan.
Kanker colorectal dapat dimulai dari kanker pada colon maupun pada rectum terlebih
dahulu. Pasien yang memiliki polip colorectal atau Inflammatory Bowel Disease menahun
mempunyai resiko terjadinya dysplasia pada sel-sel yang nantinya akan menjadi awal sel kanker.
Sama halnya dengan kanker lainnya, kanker colorectal dapat bermetastase ke organ lain.
Keadaan ini akan semakin mempersulit penanganan dan memperburuk prognosis. Oleh sebab
itu, untuk pasien yang memiliki faktor resiko diharapkan melakukan skrining rutin untuk
mengetahui lebih dini penyakit ini.












Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 2

II. KANKER COLORECTAL

Anatomi
Panjang colon adalah sekitar 5-6 kaki, bagian berbentuk U bagian dari seluruh usus besar.
Secara embriologis, colon berkembang sebagian dari midgut (colon ascenden sampai proksimal
colon transversum) dan sebagian dari hindgut (colon transversum distal sampai colon sigmoid).
Lapisan otot longitudinal colon membentuk tiga buah pita, yang disebut taenia, yang
lebih pendek dari colon itu sendiri sehingga colon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus,
yang disebut haustra. Colon transversum dan colon sigmoid terletak intraperitoneal dan
dilengkapi dengan mesenterium.
(2)


Colon Ascenden
Colon ascenden (kanan) terletak vertical di bagian paling lateral kanan dari rongga perut. Ujung
proksimal yang buntu berbentuk dari colon ascenden disebut caecum. Colon ascenden berbelok
tepat dibawah hati membentuk flexura coli dextra/ flexura hepatica dan menjadi colon
transversum yang memiliki jalur horizontal dari kanan ke kiri.
Colon Transversus
Colon transverses kemudian berjalan terus ke kiri dan kemudian berbelok tepat dibawah limpa
membentuk flexura coli sinistra / flexura lienalis dan kemudian menjadi colon descenden (kiri).
Colon Descenden
Colon descenden terletak vertical di bagian lateral paling kiri dari rongga perut. Colon descenden
mengarah ke colon sigmoid yang berbentuk V terbalik, yang kemudian menjadi rectum setinggi
vertebra sacralis III.
Colon transversum dan colon sigmoid
Colon transversum dan colon sigmoid masing-masing memiliki mesenterium (yaitu mesocolon
transversal dan mesocolon sigmoid), tetapi colon ascenden dan colon descenden bersifat
retroperitoneal, sementara caecum terletak intraperitoneal tetapi menggunakan mesenterium
ileum. Dasar mesocolon transversum terletak horizontal di duodenum dan pancreas.

Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 3

Flexura lienalis
Flexura lienalis melekat pada diafragma oleh ligamentum frenocolica. Tiga taenia coli yang
berjalan longitudinal terdapat pada caecum, colon ascenden, colon transversum, colon
descenden, dan colon sigmoid, tetapi tidak pada rectum. Pada colon ascenden dan descenden,
taenia coli terdapat pada bagian anterior, posterolateral, dan posteromedial. Terdapat omentum
dari lemak yang disebut appendix epiploicae yang melekat pada colon.

Colon memiliki 4 lapisan yang sama seperti di sebagian besar saluran pencernaan : mukosa,
submukosa, muskularis propria, dan serosa. Mukosa termasuk epitel kolumnar dengan sejumlah
besar mucus sel goblet, lamina propria, dan mukosa muskularis. Lapisan submukosa berisi
pembuluh darah dan plexus Meisner. Muskularis propria berisi otot sirkularis interna, otot
longitudinal externa, dan pleksus nervus myenteric (Auerbach). Taenia coli dibentuk oleh otot-
otot longitudinal externa. Lapisan serosa dari colon adalah peritoneum visceral.
(5)


Gambar 1. Lapisan penampang colon
(5)


Dinding rektum terdiri atas mukosa, submukosa, dan dua Lapisan muskular yang komplet, yaitu
sirkuler dalam dan longitudinal Luar. Rektum panjang nya sekltar 12 - 15cm, dari kolon sigmoid
sampai saluran anal sepertiga bagian atas rektum di tutupi oleh peritoneum di sebelah anterior
dan lateral. Sepertiga bagian tengah rektum di tutupi oleh peritonieum hanya di permukaan
anterior nya. Dan, sepertiga bawah rektum terletak di bawah refleksi peritoneal.
(2)

Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 4


Gambar 2. Anatomi colon, rectum, dan anus
(7)

Suplai darah
(1,2,6)

Sekum, colon asenden, dan bagian kanan colon transversum diperdarahi oleh cabang arteri
mesenterika superior, yaitu arteri ileocolica, arteri colica dextra, dan arteri colica media. Colon
transversum bagian kiri, colon desenden, colon sigmoid, dan sebagian besar rectum diperdarahi
oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri coloca sinistra, arteri sigmoid, dan arteri
hemoroidalis superior.
Persimpangan dua pertiga proksimal dan distal sepertiga dari colon transversum dimana cabang
terminal dari arteri mesenterika superior dan inferior bertemu, adalah daerah aliran yang rentan
terhadap iskemia.
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 5


Gambar 3. Vaskularisasi Colon
(7)


Vena mesenterika superior menyertai arteri mesenterika superior, tetapi vena mesenterika
inferior mengalir lebih tinggi dari asala arteri mesenterika inferior, berjalan vertical ke atas ke
kiri dari persimpangan duodenojejunalis dan memasuki vena lienalis atau persimpangan dengan
yang vena mesenterika superior untuk membentuk vena portal.
(1,2,6)


Gambar 4. Aliran balik vena
(7)

Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 6

Persarafan
(2,6)

Colon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus splanknikus dan pleksus
presakralis serta oleh serabut parasimpatis yang berasal dari nervus vagus.
Karena distribusi persarafan usus tengah dan usus belakang, nyeri alih pada kedua bagian
colon kiri dan kanan berbeda. Lesi pada colon bagian kanan yang berasal dari usus tengah, mula-
mula akan terasa di epigastrium atau di atas pusat. Nyeri dari lesi pada colon desenden atau
sigmoid yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula di hipogastrium atau di bawah pusat.

Fisiologi
(2,6)

Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mucus, serta
menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 mL cairan usus halus
yang diterima colon, hanya 150-200 mL yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya.
Udara yang ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan CO2
didalamnya diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan
peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas dalam usus mencapai 500mL sehari.

Kanker Colon-Rectum
Epidemologi
Kanker colorectal merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Berdasarkan laporan
World Cancer Report WHO, diperkirakan 944717 kasus ditemukan diseluruh dunia pad atahun
2000. Insiden yang tinggi pada kasus kanker colorectal ditemukan di Amerika Serikat, Canada,
Jepang, negara bagian Eropa,New Zealand, Israel, dan Australia, sedangkan insiden yang rendah
itu ditemukan di Aljazair dan India. Sebagian besar kanker colorectal terjadi di negara-negara
industri.
(5)

Insiden kanker colorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya.
Insiden pada pria lebih sering daripada wanita terutama pada usia lebih dari 40 tahun. Pada tahun
2002 kanker colorectal menduduki peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria,
sedangkan pada wanita kanker colorectal menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker.
(2)


Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 7

Etiologi
(5)

Berbagai polip colon dapat berdegenerasi menjadi maligna sehingga setiap polip colon harus
dicurigai. Radang kronik colon seperti colitis ulserosa atau colitis amuba kronik, juga berisiko
tinggi menjadi maligna. Faktor genetic berperan walaupun jarang.

Faktor Resiko
(2-6)

Memiliki faktor resiko maupun memiliki banyak faktor resiko bukan berarti akan menderita
penyakit tersebut.
Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian kanker colorektal.
1. Usia
Kanker colorectal sering terjadi pada usia tua. Lebih dari 90% penyakit ini menimpa
penderita diatas usia 40 tahun, dengan insidensi puncak pada usia 60-70 tahun. Kanker
colorectal dapat dijumpai pada penderita dibawah usia 40 tahun dengan riwayat colitis
ulseratif Iatau pIpolyposis familial.
2. Riwayat polip colorektal atau kanker colorektal
Pasien yang memiliki riwayat polip adenomatosa meningkatkan resiko terkena kanker
colorectal. Bila pasien pernah mengalami kanker colorectal dan telah direseksi, akan
lebih berisiko timbul kanker baru di colon dan rectum. Kejadian ini akan lebih sering
terjadi apabila pasien memiliki kanker colon sejak usia muda.
3. Riwayat Inflammatory Bowel Disease
Inflammatory Bowel Disease termasuk colitis ulserosa dan Chrons disease merupakan
kondisi diman colon mengalami radang untuk waktu yang lama. Orang yang mengalami
IBD dalam beberapa tahun sering menimbulkan dysplasia sel yang dapat berubah
menjadi kanker.
4. Genetik
Meskipun sebagian besar kanker colorectal kemungkinan disebabkan oleh faktor
lingkungan, namun faktor genetic juga berperan penting. Ada beberapa indikasi bahwa
ada kecenderungan faktor keluarga pada terjadinya kanker colorectal. Resiko terjadinya
kanker colorectal adalah sekitar 3 kali dibandingkan pada populasi umum.
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 8

Banyak kelainan genetic yang dikaitkan dengan keganasan kanker colorectal diantaranya
sindrom poliposis. Namun demikian sindrom poliposis hanya terhitung 1% dari semua
kanker colorectal. Selain itu terdapat Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer
(HNPCC) atau Syndroma Lynch terhitung 25 dari kanker colorectal.
5. Diet
Makanan mempunyai peranan penting pada kejadian kanker colorectal. Mengkonsumsi
serat sebanyak 30 gr/hari terbukti dapat menurunkan risiko timbulnya kanker colorectal
sebesar 40 % dibandingkan orang yang mengkonsumsi serat 12 gr/hari. Orang yang
banyak mengkonsumsi daging merah (missal daging sapi, kambing) atau daging olahan
lebih dari 160 gr/hari (2 porsi atau lebih) akan mengalami peningkatan resiko kanker
colorectal sebsar 35% dibandingkan orang yang mengkonsumsi kurang dari 1 porsi
perminggu.
6. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan resiko kanker colon baik pada wanita maupun laki-laki,
tetapi hal ini lebih berpengaruh pada laki-laki.
7. Merokok
8. Konsumsi alcohol berlebih

Gambaran Klinis
(2,5,6)

Karsinoma colon dan rectum dapat menyebabkan ulserasi atau perdarahan, menimbulkan
obstruksi bila membesar, atau menembus (invasi) ke seluruh dinding usus dan kelenjar regional.
Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses di peritoneum. Keluhan dan gejala
tergantung juga dari lokasi dan besar tumor.

- Karsinoma Colon sebelah kanan
Penting utuk diketahui bahwa umumnya pasien dengan karsinoma pada caecum atau pada
ascending colon bisaanya memperlihatkan gejala nonspecific seperti kekurangan zat besi
(anemisa). Kejadian anemia ini bisaanya meningkatkan kemungkinan terjadinya
karsinoma colon yang belum terdeteksi, yang lebih cenderung berada di proksimal
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 9

daripada di colon distal. Beberapa tanda gejala yang relative sering, tetapi jarang terjadi
perdarahan di anus. Pada 50-60% pasien terdapat massa yang teraba di sisi kanan perut.

- Karsinoma colon sebelah kiri
Jika karsinoma terletak pada bagian distal, maka kemungkinan besar akan ada gangguan
pada kebisaaan buang air besar, serta adanya darah di feses. Beberapa karsinoma pada
transversa colon dan colon sigmoid dapat teraba melalui dinding perut.
Karsinoma sebelah kiri lebih cepat menimbulkan obstruksi, sehingga terjadi obstipasi.
Tidak jarang timbul diare paradoksikal karena tinja yang masih encer dipaksa melewati
daerah obstruksi parsial.
- Karsinoma Rektum
Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering terjadi
perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri
tidak bisaa timbul pada kanker rectum. Kadang-kadang menimbulkan tenesmus dan
sering merupakan gejala utama.

Patologi
(3)
Pada umumnya dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar
sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon ascenden,
colon transversum, sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau
polipoid. Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan
tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan symptom habit
bowel. Sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan dengan
makanan/minuman atau gerakan peristaltic dan kadang-kadang disertai diare ringan. Berat badan
semakin menurun dan anemia karena adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi jarang
terjadi, mungkin karena volume colon kanan lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi massa tumor
di rongga abdomen sebelah kanan.
Karsinoma usus besar kiri(colon transversum batas flexura lienalis, colon decenden,
sigmoid, rectum) tumbuh berbentuk cincicn menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan, tumor
tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak melingkar yang
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 10

menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan gejala
diare, tinja campur lendir dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.

Stadium
Prognosa dari pasien kanker colorectal berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor ke
dinding colon, keterlibatan kelenjar getah bening regional atau metastasis jauh. Semua variable
ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem staging yang awalnya diperhatikan oleh Dukes.

DUKES Dalamnya Infiltrasi Prognosa hidup setelah 5 tahun
A Terbatas di dinding usus 97%
B Menembus lapisan muskularis mukosa 80%
C Metastasis kelenjar limfe
C1 Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer 65%
C2 Dalam kelenjar limfe jauh 35%
D Metastasis jauh <5%
Tabel 1. Stadium menurut Dukes
(2)


JNCC (TNM)
(2-6)

Tx : tumor primer tidak bisa ditemukan
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : carcinoma insitu
T1 : tumor menginvasi submukosa
T2 : Tumor menginvasi muscularis propria
T3 : Tumor menginvasi muscularis propria sampai sunserosa atau ke dalam non peritonealis
pericolic atau perirectal
T4a : tumor menyebabkan adanya perforasi ke peritoneum visceral
T4b : tumor telah tumbuh keluar dinding colon dan rectum dan menginvase organ atau jaringan
sekitar
Nodus limfatikus regional
Nx : nodus limfatikus regional tidak ditemukan
N0 : tidak ada metastase nodus limfatikus regional
N1 : Metastase pada 1-3 nodus limfatikus pericolica atau perirectal
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 11

N2 : metastase pada 4 atau lebih nodus limfatikus pericolica atau perirectal
N3 : Metastase pada semua nodus limfatikus sepanjang cabang pembuluh darah
Metastase jauh
Mx : adanya metastase jauh tidak dapat dinilai
M1 : tidak ada metastase
M2 : metastase



Tabel 2. Stadium berdasarkan JNCC
(6)


Diagnosis
- Anamnesis
(2,6)

Meliputi perubahan pola kebisaaan defekasi, baik berupa diare ataupun konstipasi,
perdarahan per anum (darah segar), penurunan berat badan, faktor resiko, riwayat kanker
dalam keluarga, riwayat polip usus, riwayat colitis ulserosa, kebisaan makan rendah
serat.
- Pemeriksaan Fisik
(2)

Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adnya perubahan pola buang air besar.
Semakin distal letak tumor semakin jelas gejala yang ditimbulkan karena semakin ke
distal feses semakin keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen yang menyepit, bahkan bisa
disertai nyeri dan perdarahan, bisa jelas ataupun samar. Semakin ke distal letak tumor
warna merah makin pudar.perdarahan sering disertai lendir, kombinasi keduanya harus
dicurigai adanya proses patologis pada colorectal. Selain itu, pemeriksaan fisik lainnya
yaitu adanya massa yang teraba pada fossa iliaca dextra dan secara perlahan makin lama
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 12

makin besar. Penurunan berat badan sering terjadi pada fase lanjut, dan 5% kasus sudah
metastasis jauh ke hepar.
Teraba massa atau teraba area abnormal saat rectal toucher.
- Pemeriksaan laboratorium
(2-6)

Pemeriksaan CEA(carcyno embryonic antigen). Kadar CEA dapat meningkat pada tumor
epithelial dan mesenkimal, emfisema paru, sirosis hepatis, hepatitis, perlemakan hati,
pancreatitis, colitis ulseratif, chrons disease, tukak peptic, serta pada orang sehat yang
merokok. Peranan penting CEA adalah bipa diagnosis karsinoma colorectal sudah
ditegakkan dan ternyata CEA meninggi yang kemudian menurun setelah operasi maka
CEA penting untuk tindak lanjut
- Pemeriksaan Penunjang lain
(2-6)

o Double Contrast Barium Enema (DCBE)
Pemeriksaan dengan barium enema dapat dilakukan dengan single kontras
(barium saja) atau double kontras (udara dan barium). Kombinasi udara dan
barium menghasilkan visualisasi mukosa yang lebih detail. Akan tetapi, barium
enema hanya bisa mendeteksi lesi yang signifikan(lebih dari 1 cm). DCBE
memiliki spesifitas untuk adenoma yang besar 96% dengan nilai prediksi negative
98%. Metode ini kurang efektif untuk mendeteksi polips di rectosigmoid-colon.
Angka kejadian perforasi pada DCBE 1/25.000 sedangkan pada Single Contras
Barium Enema (SCBE) 1/10.000.
o Flexible Sigmoidoscopy
Flexible Sigmoidoscopy (FS) merupakan bagian dari endoskopi yang dapat
dilakukan pada rectum dan bagian bawah dari colon sampai jarak 60 cm
(sigmoid) tanpa dilakukan sedasi. Prosedur ini sekaligus dapat melakukan biopsy.
Hasilnya terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat karsinoma colorectal hingga
60-80% dan memiliki sensitivitas yang hamper sama dengan colonoscopy 60-
70% untuk mendeteksi karsinoma colorectal. Walaupun jarang, FS juga
mengandung resiko terjadinya perforasi 1/20.000 pemeriksaan.
Interpretasi hasil biopsy dapat menentukan apakah jaringan normal,
prekarsinoma, atau jaringan karsinoma. American Cancer Society (ACS)
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 13

merekomendasikan untuk dilakuakn colonoscopy apabila ditemukan jaringan
adenoma pada pemeriksaan FS. Sedangkan hasil negative pada pemeriksaan FS,
dilakukan pemeriksaan ulang setelah 5 tahun.
o Endoscopy rigid dan biopsy
Endoscopy dapat dikerjakan dengan rigid endoscope untuk kelainan-kelainan
sampai 25-30cm dengan fiberscope untuk semua kelainan dari rectum sampai
caecum. Biopsy diperlukan untuk menentukan secara patologis anatomis jenis
tumor.
o Colonoscopy
Colonoscopy adalah prosedur dengan menggunakan tabung fleksibel yang
panjang dengan tujuan memeriksa seluruh bagian rectum dan usus besar.
Colonoscopy umumnya dianggap lebih akurat daripada barium enema, terutama
dalam mendeteksi polip kecil. Jika ditemukan polip pada usus besar, maka
bisaanya diangkat dengan menggunakan colonoscope dan dikirim ke ahli patologi
untuk kemudian diperiksa jenis kankernya.
Tingkat sensitivitas colonoscopy dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip
colorectal adalah 95%. Namun tingkat kualitas dan kesempurnaan prosedur
pemeriksaanya sangat tergantung pada persiapan colon, sedasi, dan kompetensi
operator. Colonoscopy memiliki resiko dan komplikasi yang lebih besar
dibandingkan FS. Angka kejadian perforasi pada skrining karsinoma colorectal
antara 3-61/1000 pemeriksaan.

Diagnosa Banding
(2)

Berbagai kelainan di rongga perut yang bergejala sama atau mirip dengan karsinoma
colorektal antara lain :
- Colitis ulserossa
- Polip colorectal
- Hemoroid
- Karsinoma anus

Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 14

Penatalaksanaan
Pembedahan
(1-7)

Tindakan paling sering adalah hemikolektomi kanan, kolektomi transversal,
hemikolektomi kiri atau reseksi anterior, dan reseksi abdominoperineal. Pembedahan sangat
berhasil bila dilakukan pada pasien yang tidak mengalami metastasis. Pemriksaan tindak
lanjut dengan antigen embrionik adalah penanda yang sensitive untuk rekurensi tumor yang
tidak terdeteksi, daya tahan hidup 5 tahun adalah sekitar 50%.
Indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum, colon ascenden, colon
transversum, tetapi lesi di flexura lienalis dan colon decenden diatasi dengan hemikolektomi
kiri. Tumor di sigmoid dan rectum proximal dapat diangkat dengan tindakan LAR (low
Anterior Resection). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila operasi
dikerjakan secara emergensi maka angka mortalitas menjadi lebih tinggi. Reseksi terhadap
metastasis di hati dapat meberikan hasil 25-35% rata-rata masa bebas tumor (disease free
survival rate).
Radiasi
(2-6)

Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rectum. Sementara itu radiasi pasca
bedah diberikan jika sel karsinoma telah menembus tunika muscularis propria, ada
metastasis ke kelenjar limfe regional, atau apabila masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang
tertinggal akan tetapi belum ada metastasis jauh.
Kemoterapi
(2-6)

Kemoterapi diberikan apabila ada metastasis ke kelenjar regional, tumor telah
menembus muskularis propria, atau tumor setelah dioperasi kemudian residif kembali.
Kemoterapi yang bisaa diberikan pada penderita kanker colorectal adalah kemoterapi
ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan mengalammi rekurensi.
Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan tingkat rekurensi kanker
colorektalsetelah operasi. Pasien Dukes A jarang mengalami rekurensi sehingga tidak perlu
terapi ajuvan. Pasien kanker colorectal Dukes C yang mendapat levamisol dan 5 FU secara
signifikan meningkatkan harapan hidup dan masa interval bebas tumor. Keoterapi ajuvan
tidak berpengaruh pada kanker colorectal Dukes B.

Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 15

Komplikasi
Perforasi di sekitar tumor akibat nekrosis dan dipercepat oleh obstruksi yang
menyebabkan semakin meningkatnya tekanan dalam rongga colon. Bisaanya, perforasi
mengakibatkan peritonitis umum disertai gejala sepsis. Perforasi berakibat fatal bila tidak
segera ditolong. Kadang terjadi perforasi dengan pembentukan abses sekitar tumor sebagai
reaksi peritoneum. Peritoneum dan jaringan sekitar menyelubungi perforasi tersebut sehingga
pencemaran terbatas dan terbentuk abses. Tumor yang terletak dekat lambung dapat
mengakibatkan fistel gastrokolika dengan gejala mual dan muntah fekal. Tumor yang terletak
di dekat kandung kemih dapat mengakibatkan fistel vesikocoloka dengan tanda pneumatri
.(2)


Prognosis
Tergantung ada atau tidaknya metastasis jauh, yakni bergantung pada klasifikasi
penyebaran tumor dan tingkat keganansan tumor

Tabel 4. Angka kelangsungan hidup 5 tahun menurut stadium JNCC
(6)


Pencegahan
(2,5,6)

- Pencegahan Primordial
Dilakukan dengan peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk
kampanye cara makan sehat yaitu makan seimbang baik dalam menu maupun jumlah
makanan yang dikonsumsi setiap hari sehingga mengurangi/mencegah keterpaparan
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 16

terhadap bahan makanan yang bersifat karsinogenik dan kokarsinogenik. Selain itu,
pengaturan pola makan juga dapat menghindari obesitas, karena obesitas juga diketahui
sebagai faktor resiko kanker colorectal
- Pencegahan Primer
Pencegahan primer ialah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan
menghilangkan dan atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan faktor-
faktor lain yang dapat menimbulkan kanker. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
pencegahan primer kanker colorectal yaitu :
Menghentikan atau mengubah kebisaaan hidup yang memperbesar risiko terjadinya
kanker colorectal seperti menghindari makanan yang tinggi lemak (khususnya lemak
hewan) dan rendah kalsium, folat, mengkonsumsi makanan berserat dengan jumlah
cukup dan mengurangi konsumsi daging merah. Kebalikan dengan daging
merah/daging olahan, konsumsi ikan dapat menurunkan risiko. Untuk mengurangi
konsumsi daging merah, para ahli menganjurkan mengkonsumsi daging unggas
(ayam, bebek, dsb) dan ikan.
Mengubah kebisaaan mengkonsumsi alcohol karena selain merusak hepar, konsumsi
minuman beralkohol juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker colorectal.
- Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan skrining pada orang yang tidak
memperlihatkan gejala dianjurkan yaitu laki-laki dan perempuan berusia lebih dari usia
40 tahun harus menjalani pemeriksaan rectal digital (rectal toucher) setiap tahun dan
orang yang berusia di atas 50 tahun harus menjalani pemeriksaan darah samar feses
setiap tahun dan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3 hingga 5 tahunsetelah 2 kali
pemeriksaan awal yang berjeda setahun. Orang yang berisiko tinggi karena memiliki
riwayat keluarga terkena kanker colorectal harus dipantau ketat dengan melakukan
skrining teratur.
Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 17


Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan metode screening
(6)


Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 18


Table 4. Screening guidelines
(6)












Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 19

BAB III KESIMPULAN

Kanker Colorectal merupakan kanker yang berasal dari colon atau rectum. Dapat
dimuali dari kanker colon atau kanker rectum terlebih dahulu. Insiden kanker colorektum
cukup tinggi di Indonesia, dengan prevalensi usia lebih dari 40 tahun. Faktor resiko untuk
terkena penyakit ini antara lain dari usia, memiliki riwayat penyakit Inflammatory Bowel
Disease, Polyp adenomatous, colorectal cancer, riwayat keluarga yang memiliki penyakit
seperti ini, orang yang memiliki kebisaaan mengkonsumsi daging merah dan sedikit
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, perokok, dan pengkonsumsi alcohol berat. Apabila
memiliki faktor resiko tersebut, pasien harus melakukan screening untuk mendeteksi dini
penyakit tersebut. Penatalaksanaan kanker colorectal bergantung dari staging penyakit
tersebut untuk menentukan tindakan yang sesuai. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
adalah bedah, kemoterapi, radioterapi, dan target terapi. Semakin tinggi staging penyakit,
akan memiliki prognosis yang semakin buruk
















Referat Kanker Colorectal

Listyani Gunawan(406127136)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Semarang Page 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D., 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: EGC
2. Crawford, J.M., Kumar, V., 2007. Rongga Mulut dan Saluran Gastrointestinal. In:
Kumar, V., Cotran, R.S. & Robbins, S.L., Buku Ajar Patologi. Edisi ke- 7. Jakarta: EGC
3. Dragovich, T., 2013. Colon Adenocarcinoma. Available form:
http://emedicine.medscape.com/article/277496-overview (Accessed 9 April 2014).
4. Nugent, F.W., 2013. ColonCancer (Colorectal Cancer). Available from:
http://www.medicinenet.com/colon_cancer/article.htm (Accessed 10 April 2014).
5. Available at : http://www.cancer.org/cancer/colonandrectumcancer/ (Accessed 10
April 2010)
6. Schwartz, S., Shires, G.Tom., Spencer, F.C., Daly, J.M., Fischer, J.E. & Galloway, A.C.,
2010. Principles of Surgery Companion Handbook 9th edition. United States: McGraw-
Hill
7. Available at :
https://gi.jhsps.org/CMS/CMS_Page.aspx?CurrentUDV=19&CMS_Page_ID=BA6
B45D9-09BB-4C63-8757-C511E57ED27D (Accessed 9 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai