Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir

Yogyakarta, 01 Oktober 2011



219
ISSN: 0854 - 2910
PENGARUH VARIASI MASUKAN RAPAT ARUS LISTRIK
MENGGUNAKAN MOLTEN SALT REACTOR (MSR) TERHADAP
NILAI EFISIENSI PRODUKSI HIDROGEN DENGAN SISTEM
ELEKTROLISIS AIR SUHU TINGGI

Muhammad Aditya dan Andang Widi Harto
Prodi Teknik Nuklir, Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada,
Jl.Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281
Email : Muhammad.aditya@ugm.ac.id


ABSTRAK
PENGARUH VARIASI MASUKAN RAPAT ARUS LISTRIK MENGGUNAKAN MOLTEN
SALT REACTOR (MSR) TERHADAP NILAI EFISIENSI PRODUKSI HIDROGEN
DENGAN SISTEM ELEKTROLISIS AIR SUHU TINGGI. Produksi hidrogen dengan sistem
elektrolisis suhu tinggi mampu menghasilkan hidrogen dalam skala besar dengan tingkat kemurnian
tinggi. Pada penelitian ini telah berhasil dirancang optimasi produksi hidrogen dengan sistem kopel
reaktor generasi IV Molten Salt Reactor (MSR) dengan instalasi produksi hidrogen dengan laju
produksi 5 kg/s. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh densitas arus listrik yang disuplai ke dalam
sel-sel electrolyzer, terhadap kinerja electrolyzer dalam produksi hidrogen. Variasi densitas arus
listrik dilakukan pada rentang 4000 A/m
2
9000 A/m
2
pada tekanan operasional 10 atm dan nilai
fraksi massa hidrogen 0,3. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kenaikan densitas arus listrik akan
mereduksi panjang sel electrolyzer namun mengurangi efisiensi total sistem kopel instalasi produksi
hidrogen dengan MSR. Efisiensi total tertinggi adalah 54.19473 % pada suplai densitas arus listrik
sebesar 4000 A/m
2
. Hubungan antara densitas arus listrik dengan efisiensi produksi hidrogen adalah
y = -3E-10x
3
+ 3E-06x2 0.011x + 71.96, dengan y adalah efisiensi total produksi hidrogen (%) dan
x adalah densitas arus listrik (A/m
2
).
Kata Kunci: elektrolisis, MSR, densitas arus, electrolyzer, efisiensi


ABSTRACT
EFECT OF CURENT DENSITY VARIATION USING MOLTEN SALT REACTOR TO
EFFICIENCY VALUE OF HIDROGEN PRODUCTION WITH HIGH TEMPERATURE
STEAM ELECTROLYSIS SYSTEM. Hydrogen production with high temperature electrolysis can
produce hydrogen on large scale and high purity level. In this research have been successfully
designed optimization hydrogen production with system coupling reactor generation IV, Molten Salt
Reactor (MSR) with hydrogen installation plant and with rate production at 5 kg/s. This research
focused on effect of electrical current density that supplied to electrolyzer cell on the performance
of electrolyzer to produce hydrogen. Electrical current density of this variation in this research in
the range 4000 A/m
2
9000 A/m
2
at 10

atm operating pressure and hydrogen mass fraction value of
0.3. Result of this research discovered that electrical current density will reduce length of
electrolyzer, but also will reduces the total efficiency of hydrogen production system coupling with
MSR installation. The highest total efficiency is 54.19473 % on the supply of electric current density
of 4000 A/m
2
. The relationship between electrical current density with hydrogen production
efficiency is y = -3E-10x
3
+ 3E-06x2 0.011x + 71.96, with y is the total efficiency of hydrogen
production (%) and x is the electric current density (A/m
2
).
Keywords: electrolysis, MSR, current density, electrolyzer, efficiency


1. PENDAHULUAN
Semakin menipisnya cadangan energi fosil membuat manusia berusaha mencari energi
pengganti baru bersih yang aman dengan lingkungan. Hingga saat ini banyak dikembangkan energi
baru dan ramah lingkungan, mulai dari pemanfaatan energi surya, energi angin, hingga pemanfaatan
hidrogen untuk energi alternatif. Hidrogen menjadi fokus perhatian pengembang energi terbarukan
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto

220
ISSN: 0854 - 2910
karena lebih bersih (ramah lingkungan karena penggunaanya hanya menghasilkan uap air yang aman
terhadap lingkungan) dan unggul dari segi efisiensi dan sifatnya yang portable. Energi hidrogen
mempunyai peran menggantikan energi fosil dimasa depan khususnya sebagai sumber energi untuk
sarana transportasi
[1]
.
Hidrogen merupakan unsur teringan dan yang paling melimpah di dunia (75% dari total
massa unsur alam semesta). Untuk memperoleh hidrogen, maka energi hidrogen harus diproduksi.
Produksi hidrogen dapat dilakukan dengan cara elektrolisa, termolisa, termokimia dan fotolisa.
Diantara berbagai cara metode menghasilkan energi hidrogen, metode yang paling mudah untuk
mendapatkan energi hidrogen ialah dengan cara elektrolisis air, dimana mampu memproduksi energi
hidrogen tanpa menghasilkan gas buang karbon jika dikopel dengan reaktor nuklir
[3]
. Akan tetapi
penggunaan elektrolisis air untuk menghasilkan energi hidrogen belum banyak digunakan secara
komersial, akibat dari konsumsi listrik yang banyak dan biaya operasiaonal yang tinggi.
Memiliki banyak beberapa keuunggulan, energi hidrogen secara komersial belum mampu
bersaing dengan energi fosil. Efisiensi yang kecil dalam proses produksi, penyimpanan dan
pendistribusian energi hidrogen membutuhkan biaya yang tinggi, harga material untuk elektrolisis
suhu tinggi masih mahal serta operasi electrolyzer yang masih tergolong pendek. Untuk skala
industri, proses elektrolisis dilakukan pada temperatur tinggi. Reaktor nuklir digunakan sebagai
sumber kalor untuk proses elektrolisis dengan menggunakan kalor buangan pada reaktor. Dengan
sistem kopel kedua instalasi tersebut dapat mengoptimalkan produksi hidrogen.

2. DASAR TEORI
2.1. Molten Salt Reactor (MSR)
Molten Salt Reactor (MSR) merupakan salah satu reaktor nuklir fisi generasi IV dengan
pendingin primer leburan garam. MSR menggunakan leburan garam FLIBE (75% LiF - 25%BeF
2
)
dengan bahan bakar berupa campuran 233UF
4
dam 232ThF
4
yang terlarut didalamnya, sehingga
penggantian dan pengsisian bahan bakar dapat dilakukan tanpa mematikan reaktor (online
refueling)
[13]
.

Gambar 1. Disain Konsep MSR
[4]


Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011

221
ISSN: 0854 - 2910
Tabel 1. Karakteristik Disain MSR
[4]


Garam bahan bakar pada MSR mengalir melalui dasar teras menuju atas teras. Reaksi fisi
yang terjadi pada teras akan menghasilkan kalor yang selanjutnya dialirkan menuju sistem penukar
panas utama (heat exchanger), yang kmudian ditransferkan ke sistem sekunder yang berupa garam
yang tidak mengandung bahan bakar ke sistem penukar panas sekunder. Panas dari garam sekunder
akan digunakan untuk membnagkitkan uap pada sistem pembangkit uap untuk memutar turbin yang
selanjutnya menghasilkan listrik. Material penyusun struktur leburan garam harus memiliki sifat
tahan korosif yang tinggi dan tahan pada suhu tinggi. Hasstelloy-N digunakan pada material reaktor
MSR dikarenkan laju korosi yang kurang dari 0,1 mm per tahun pada temperatur sekitar 650C.
Hastelloy-N adalah alloy berbasis nikel dengan komposisi alloy terdiri dari Inconelm INOR-8 dan
Hastelloy-B
[13]
. Disain MSR seperti pada Gambar 1.
2.2. Elektrolisis Air
Teknologi produksi hidrogen dapat dilakukan dengan 4 metode, yaitu teknologi berbasis
hidrokarbon (menggunakan bahan bakar fosil dan biomasa), daur termokimia, daur biologi dan
elektrolisis air
[8]
. Metode elektrolisis air sangat tepat digunakan untuk industri yang membutuhkan
hidrogen dengan tingkat kemurnian yang tinggi seperti industri metalurgi, elektronik dan farmasi
[8]
.
Prinsip dasar elektrolisis air ditunjukkan pada Gambar 2
[5]
.

Gambar 2. Diagram Skematik Proses Elektrolisis Air pada Sel Electrolyzer
[5]

Parameter Reaktor Nilai Referensi
Daya 1000 MWe
Densitas daya 22 MWth/m
3

Efisiensi termal 44-50%
Bahan bakar garam - suhu masukan 565

C
- suhu keluaran 700

C (untuk produksi hidrogen 950


0
C)
- tekanan uap <0,1 psi
Moderator Grafit
Siklus Daya Multi-reheat recuperative helium Bryton Cycle
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto

222
ISSN: 0854 - 2910
Beda potensial yang dihasilkan oleh arus listrik antara anoda dan katoda akan mengionisasi
molekul air menjadi ion positif dan ion negatif. Pada katoda terdapat ion postif yang menyerap
elektron dan menghasilkan molekul ion H
2
, dan ion negatif akan bergerak menuju anoda untuk
melepaskan elektron dan menghasilkan molekul ion O
2
.
Secara kimia reaksi pemecahan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen mengikuti
persamaan reaksi berikut.
Katoda : H
2
0
(g)
+ 2e
-
H
2(g)
+ O
2-
(1)
Anoda : O
2-
O
2
(g) + 2e
-

Total : H
2
O
(l)
H
2(g)
+ O
2(g)


2.3. High Temperature Electrolysis (HTE)
High Temperature Electrolysis ialah proses produksi hidrogen yang dilakukan pada
temperature yang tinggi (T800

C). Sumber energi panas dapat diperoleh dari energi fosil dan energi
terbarukan lainya, dimana dalam penelitian ini digunakan energi fisi nuklir. Semakin tinggi
temperatur operasi maka kebutuhan energi listrik akan semakin minimal
[8]
. Proses sederhana
elektrolisis pada temperatur tinggi dapat dilihat pada Gambar 3. Umpan yang digunakan adalah uap
air dan gas H
2
. Energi masukan merupakan energi kalor dan energi listrik. Hasil produksi berupa
hidrogen, steam, dan oksigen dengan temperatur yang tinggi.
Pada proses elektrolisis suhu tinggi umpan H
2
O akan dipecah menjadi H
2
dan O
2
pada site-
site Sel Oxide Electrolysis Cell (SOEC), yaitu pada triple phase boundary (TPB). Site-site pada TPB
terdiri dari conducting phase, steam conducting phase, dan ionic conducting phase yang merupakan
katalis dan bersifat porous yang memingkinkan ion oksigen bermigrasi dari katoda ke anoda

Gambar 3. Diagram Skematik Proses Elektrolisis Air pada Temperatur Tinggi
[8]


Selama proses elektrolisis berlangsung sel SOEC akan akan terdegradasi akibat suhu tinggi
dan juga pengaruh impurity umpan, sehingga mengakibatkan terganggungya tekanan parsial oksigen
pada sisi anoda dan memperkecil area TPB yang berujung minimnya proses elektrolisis. Pemberian
umpan gas H
2
pada electrolyzer agar dapat menghilangkan pengaruh buruk impurity umpan pada
electrolyzer yang tidak diinginkan (contohnya gas O
2
), sehingga O
2
akan bereaksi dengan H
2
untuk
membentuk H
2
0 yang lebih netral. Pemberian umpan gas H
2
berfungsi sebagai reductor untuk
menjaga katalis SOEC (ionic conducting phase) tidak teroksidasi selama proses elektrolisis. Selain
Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011

223
ISSN: 0854 - 2910
itu beberapa peneliti juga menggunakan pemberian gas H
2
untuk mengevaluasi equilibrium reaction
selama proses elektrolisis
[5]
.
2.4. Kebutuhan Energi Reaksi Elektrolisis
Besarnya energi yang dibutuhkan untuk proses elektrolisis dirumuskan dengan persamaan
berikut.
(2)
dengan T adalah temperatur reaksi. H, G dan S berturut-turut ialah entalpi (J/kg), energi bebas
Gibbs (J/kg) dan entropi reaksi (J/kg.K) pada kondisi T. Kebutuhan energi reaksi sebagai fungsi
suhu tersajikan pada Gambar 4. Energi minimum untuk menguraikan molekul air menjadi unsur-
unsur penyusunya adalah sebesar H (J/kg). Untuk elektrolisis yang dilakukan pada temperatur
rendah, kebutuhan energi tersebut disuplai sepenuhnya dari energi listrik sebesar G (J/kg), H
G. Sedangkan pada proses temperatur tinggi, energi reaksi disuplai dari energi kalor dan energi
listrik, H G + TS. Semakin besar energi kalor yang diberikan maka energi listrik yang
dibutuhkan semakin berkurang.

Gambar 4. Energi yang Dibutuhkan untk Proses Elektrolisis Suhu Tinggi


3. TATA KERJA
Pada penelitian ini telah berhasil mendisain konsep sistem kopel sebuah instalasi produksi
hidrogen dengan reaktor nuklir MSR seperti pada Gambar 5. Instalasi produksi hidrogen didesain
dengan laju roduksi hidrogen sebesar 5 kg/s menggunakan 1000 Solid Oxide Electrlolysis Cell
(SOEC) berbentuk planar. Hasil dari penelitian ini akan dihitung nilai efisiensi (%) produksi
hidrogen sistem kopel instalasi produksi hidrogen dengan reactor MSR dengan variasi densitas arus
4000 9000 A/m
2
pada tekanan operasi 10 atm dan nilai frak massa hidrogen 0.3.
Kondisi heat exchanger, hydrogen cooler dan oxygen cooler pada penelitian ini didisain
isolasi sempurna sehingga tidak terjadi rugi-rugi kalor (panas yang terbuang ke lingkungan).
Perhitungan proses elektrolisis pada electrolyzer, daya listrik dan daya termal pada elektrolizer dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto

224
ISSN: 0854 - 2910
(3)

(4)

(5)
Perhitungan nilai efisiensi total sistem kopel instalasi produksi hidrogen dan reaktor dihitung dengan
rumus :

(6)

dengan Q
R
adalah daya termal yang dihasilkan reaktor nuklir. Sebagian daya tersebut digunakan
secara langsung untuk instalasi produksi hidrogen (Q
T
) dan sebagian lagi digunakan pada sistem
turbo generator untuk proses pembangkitan listrik (Q
L
).



Gambar 5. Skema Instalasi Produksi Hidrogen yang dikopel dengan MSR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Operasi Electrolyzer
Pada penelitian ini, kondisi operasi dirancang sedemikian rupa agar electrolyzer mampu
memproduksi hidrogen dengan laju produksi 5 kg/s. Kondisi operasi electrolyzer agar mampu
memproduksi hidrogen dengan laju produksi 5 kg/s diperlihatkan pada Tabel 2.



Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011

225
ISSN: 0854 - 2910
Tabel 2. Kondisi Operasi Electrolyzer



4.2. Pengaruh Densitas Arus Listrik terhadap Perubahan Panjang Sel Electrolyzer
Perubahan geometri panjang electrolyzer berbanding terbalik dengan kenaikan densitas arus
listrik, seperti ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh Densitas Arus Terhadap Geometri Electrolyzer

Nilai panjang geometri electrolyzer terbesar pada densitas arus 4000 A/m
2
, yaitu sebesar
24,1236 m. Geometri panjang terkecil pada densitas arus 9000 A/m
2
, yaitu sebesar 10,7216 m.
Walaupun ditinjau secara ekonomi densitas arus 4000 A/m
2
dianggap tidak menguntungkan karena
harga sel electrolyzer masih tergolong mahal, tetapi memiliki pemanfaatan energi yang cukup baik,
karena densitas arus listrik yang diberikan cukup rendah. Begitu pula halnya pada densitas arus
listrik sebesar 9000 A/m
2
, walaupun material panjang sel terkecil sehingga secara ekonomi
menguntungkan tetapi memiliki penggunaan energi listrik yang cukup besar.
4.3. Pengaruh Densitas Arus Terhadap Tegangan Reversible dan Irreversible
Tegangan irreversible ialah tegangan listrik yang dibutuhkan untuk mengetasi rugi-rugi
irreversible yang terjadi pada proses elektrolisis. Rugi-rugi tersebut berupa rugi-rugi ohmic yang
muncul akibat adanya hambatan listrik pada elektroda, hambatan ionik pada elektrolit dan hambatan
listrik pada bagian interkonek, rugi-rugi akibat adanya gradien konsentrasi pada permukaan
elektroda dan rugi-rugi akibat aktivitas molekular pada permukaan anoda. Pada proses elektroisis
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto

226
ISSN: 0854 - 2910
suhu tinggi, tegangan sel total yang disuplai kedalam electrolyzer harus lebih besar dari pada
tegangan reversible, seperti tampak pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh Tegangan Reversible dan Irreversible terhadap Densitas Arus

4.4. engaruh Densitas Arus Listrik terhadap Suplai Daya Termal Electrolyzer
Proses elektrolisis pada suhu tinggi menggunakan daya listrik dan daya termal dari reaktor
nuklir. Daya termal untuk reaksi elektrolisis diperoleh dari heat exchanger dan daya listrik dari rugi-
rugi irreversible yang berubah menjadi daya termal. Pada Gambar 8. menunjukkan besarnya daya
termal yang harus disuplai dari heat exchanger ke electrolyzer agar proses elektrolisis suhu tinggi
dapat berlangsung.

Gambar 8. Pengaruh Densitas Arus Listrik terhadap Suplai Daya Termal oleh Heat
Exchanger

Pada Gambar 8 tampak bahwa suplai daya listik ke electrolyzer semakin meningkat seiring
dengan peningkatan densitas arus listrik dan suplai daya kalor ke electrolyzer cenderung konstan.
Pada prakteknya kapasitas daya termal yang disuplai ke electrolyzer menurun sesuai dengan
kenaikan densitas arus listrik, hal ini diakibatkan karena peningkatan rugi-rugi irreversible, yaitu
daya listik yang berubah menjadi daya termal sehingga penggunaan kalor dari reaktor MSR
berkurang.

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011

227
ISSN: 0854 - 2910
4.5. Pengaruh Densitas Arus terhadap Efisiensi Sistem Kopel Produksi Hidrogen dengan
Reaktor MSR



Gambar 9. Pengaruh Densitas Arus terhadap nilai efisiensi Total Sistem Kopel Produksi
Hidrogen

Efisiensi total, yaitu efisiensi antara instalasi produksi hidrogen dengan reaktor nuklir
(sistem kopel) memiliki tendensi yang sama dengan efisiensi pada electrolyzer. Grafik penurunan
efisiensi total produksi hidrogen seiring dengan kenaikan densitas arus listrik (Gambar 9) dengan
titik maksimum efisiensi pada suplai densitas arus listrik 4000 A/m
2
. Tendensi penurunan total
sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang pengaruh efisiensi total produksi hidrogen dengan
variasi suplai energi kalor masukan pada electrolyzer
[4]
. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa
semakin besar jumlah energi termal yang berasal dari heat exchanger maka akan semakin
mengurangi penggunaan energi listrik, ataupun dengan keadaan sebaliknya. Efisiensi total produksi
hidrogen juga tidak terlepas dari pengearuh nilai recycling hidrogen. Pada penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, efisiensi total produksi hidrogen cenderung meningkat pada nilai recycling
hidrogen sebesar 0,05-0,3
[6]
. Peningkatan nilai efisiensi total produksi hidrogen akan cenderung
menurun, seiring dengan peningkatan nilai recycling hidrogen.
Pada penelitian ini dicapai efisiensi optimal sistem kopel produksi hidrogen dengan nilai
efisiensi 54.1947 % pada suplai densitas arus listrik 4000 A/m
2
. Sebuah regresi pada Gambar 9
menghasilkan sebuah persamaan efisiensi total sebagai fungsi densitas arus listrik, yaitu y = -3E-
10x
3
+ 3E-06x2 0.011x + 71.96 , dengan y adalah efisiensi total produksi hidrogen (%) dan x
adalah densitas arus listrik (A/m
2
).

5. KESIMPULAN
1. Efisiensi total keseluruhan tertinggi yang berhasil didapatkan dari penelitian ini sebesar
54.1947 % pada suplai densitas arus listrik 4000 A/m
2
,tekanan operasi 10 atm dan recycling
hidrogen sebesar 0,3.
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto

228
ISSN: 0854 - 2910
2. Dihasilkan sebuah persamaan regresi efisiensi total produksi hidrogen sebagai fungsi
densitas arus listrik yaitu y = -3E-10x
3
+ 3E-06x2 0.011x + 71.96dengan nilai y adalah
efisiensi total produksi hidrogen dan x adalah densitas arus listrik (A/m
2
).
3. Peningkatan nilai densitas arus yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan efisiensi
total sistem kopel instalasi produksi hidrogen dengan MSR.
4. Peningkatan nilai densitas arus akan menyebabkan kenaikan daya termal yang berasal dari
rugi-rugi irreversible.

6. UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Reynold Dipu, asisten peneliti Tokyo Tech G-
COE Energy at Tokyo Institute Technology, atas bantuan journal dan ilmunya. Teman-teman
seperjuangan peneliti untuk penelitian tugas akhir, terima kasih banyak atas semangat dan
motivasinya

7. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Ryutaro Hino. R&D on Hydrogen Production High-Temperature Electrolysis of Steam.
Nuclear Engineering and Design, 233:363_375, 2008.
[2]. Steve Hearing. High Temperature Solid Oxide Electrolyzer System. Idaho National
Engineering and Enviromental Laboratory, Gaithersburg, 2004.
[3]. Jun Udagawa. Hydrogen Production Through Steam Electrolysis: Model-based Dynamic
Behaivor of a Cathode-Supported Intermediate Temperature Solid Oxide Electrolysis Cell,
2007.
[4]. Elsa Melfiana. Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap
Efisiensi Produksi Hidrogen dengan High Temperature Electrolysis (HTE). Skripsi, Jurusan
Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2007.
[5]. Arnoldus Lambertus Dipu. Pengaruh Variasi Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja
Electrolyzer pada Proses Elektrolisis Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Reactor.
Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008.
[6]. Thomas Ari Negara. Efek Recycling Hidrogen pada Electrolyzer Terhadap Kinerja
Elektrolisis Suhu Tinggi. Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2007.
[7]. Andang Widi Harto. Desain Reaktor Nuklir Maju Bersuhu Tinggi PCMSR dengan Sifat
Selamat Melekat, Seminar, Yogyakarta, 2007.
[8]. Sebastian Pronce Richard. A Techno-Economic Analysis of Decentralized Electrolytic
Hydrogen Production for Fuel Cell Vehicles. Disertasi, University of Victoria, Victoria,
2004.
[9]. Akhmad Khoirul Anam. Optimasi Penggunaan Energi dalam Sistem Kogenerasi Pembangkit
Listrik dan Produksi Hidrogen dengan GT-MHR. Skripsi, Jurusan Teknik Fisika,Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005.
Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011

229
ISSN: 0854 - 2910
[10]. Bilge Yildiz dan Mujid S. Kazimi. Efficiency of Hydrogen Production System Using
Alternative Nuclear energy Technologies. International Journal of Hydrogen Energy. 31:77-
92, 2006.
[11]. Yukitaka Kato.Hydrogen Career System for Fuel Cell Vehicles. Prociding of VI Minsk
International Seminar Heat Pipes, Heat Pumps, Refrigerators, pp. 30, Sep. 2005.
[12]. Andang Widi Harto. Sistem Turbin PCMSR JurusanTeknik Fisika, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011.
[13]. Mac.Pherson. Molten Salt Reactor-Part II-Introduction, Chapter 11, Oak Ridge National
Laboratory (ORNL), 1958.

DISKUSI/TANYA JAWAB:
1. PERTANYAAN: (Wiwik Diah Ratnasari, UNY)
Untuk kedepannya, apa harapan pemakalah tentang penelitian H
2
yang dilakukan dan bagaimana
penerapannya agar bisa bermanfaat bagi masyarakat?
JAWABAN: (Muhammad Aditya, Teknik Fisika-UGM)
Energi hidrogen kedepannya akan digunakan untuk sarana transportasi sebagai fuel cell car
untuk meminimalisasi penggunaan bahan bakar minyak.
2. PERTANYAAN: (R. Yosi A., UNY)
Efisiensi pada kondisi ideal sistem adiabatik, bagaimana untuk kondisi yang lebih realitas?
JAWABAN: (Muhammad Aditya, Teknik Fisika-UGM)
Pada penelitian ini memang sistem dibuat sempurna karena penelitian ini berskala S1
(Sarjana). Terlalu sulit untuk menghitung sistem yang lebih kompleks, perhitungan sistem yang
kompleks ditujukan untuk penelitian selanjutnya (S2, S3 atau Post Doctoral). Diharapkan
penelitian selanjutnya dapat menghitung yang lebih detail terutama tentang sistem dan
komponen-komponen pada instalasi.

Anda mungkin juga menyukai