C
- suhu keluaran 700
C). Sumber energi panas dapat diperoleh dari energi fosil dan energi
terbarukan lainya, dimana dalam penelitian ini digunakan energi fisi nuklir. Semakin tinggi
temperatur operasi maka kebutuhan energi listrik akan semakin minimal
[8]
. Proses sederhana
elektrolisis pada temperatur tinggi dapat dilihat pada Gambar 3. Umpan yang digunakan adalah uap
air dan gas H
2
. Energi masukan merupakan energi kalor dan energi listrik. Hasil produksi berupa
hidrogen, steam, dan oksigen dengan temperatur yang tinggi.
Pada proses elektrolisis suhu tinggi umpan H
2
O akan dipecah menjadi H
2
dan O
2
pada site-
site Sel Oxide Electrolysis Cell (SOEC), yaitu pada triple phase boundary (TPB). Site-site pada TPB
terdiri dari conducting phase, steam conducting phase, dan ionic conducting phase yang merupakan
katalis dan bersifat porous yang memingkinkan ion oksigen bermigrasi dari katoda ke anoda
Gambar 3. Diagram Skematik Proses Elektrolisis Air pada Temperatur Tinggi
[8]
Selama proses elektrolisis berlangsung sel SOEC akan akan terdegradasi akibat suhu tinggi
dan juga pengaruh impurity umpan, sehingga mengakibatkan terganggungya tekanan parsial oksigen
pada sisi anoda dan memperkecil area TPB yang berujung minimnya proses elektrolisis. Pemberian
umpan gas H
2
pada electrolyzer agar dapat menghilangkan pengaruh buruk impurity umpan pada
electrolyzer yang tidak diinginkan (contohnya gas O
2
), sehingga O
2
akan bereaksi dengan H
2
untuk
membentuk H
2
0 yang lebih netral. Pemberian umpan gas H
2
berfungsi sebagai reductor untuk
menjaga katalis SOEC (ionic conducting phase) tidak teroksidasi selama proses elektrolisis. Selain
Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011
223
ISSN: 0854 - 2910
itu beberapa peneliti juga menggunakan pemberian gas H
2
untuk mengevaluasi equilibrium reaction
selama proses elektrolisis
[5]
.
2.4. Kebutuhan Energi Reaksi Elektrolisis
Besarnya energi yang dibutuhkan untuk proses elektrolisis dirumuskan dengan persamaan
berikut.
(2)
dengan T adalah temperatur reaksi. H, G dan S berturut-turut ialah entalpi (J/kg), energi bebas
Gibbs (J/kg) dan entropi reaksi (J/kg.K) pada kondisi T. Kebutuhan energi reaksi sebagai fungsi
suhu tersajikan pada Gambar 4. Energi minimum untuk menguraikan molekul air menjadi unsur-
unsur penyusunya adalah sebesar H (J/kg). Untuk elektrolisis yang dilakukan pada temperatur
rendah, kebutuhan energi tersebut disuplai sepenuhnya dari energi listrik sebesar G (J/kg), H
G. Sedangkan pada proses temperatur tinggi, energi reaksi disuplai dari energi kalor dan energi
listrik, H G + TS. Semakin besar energi kalor yang diberikan maka energi listrik yang
dibutuhkan semakin berkurang.
Gambar 4. Energi yang Dibutuhkan untk Proses Elektrolisis Suhu Tinggi
3. TATA KERJA
Pada penelitian ini telah berhasil mendisain konsep sistem kopel sebuah instalasi produksi
hidrogen dengan reaktor nuklir MSR seperti pada Gambar 5. Instalasi produksi hidrogen didesain
dengan laju roduksi hidrogen sebesar 5 kg/s menggunakan 1000 Solid Oxide Electrlolysis Cell
(SOEC) berbentuk planar. Hasil dari penelitian ini akan dihitung nilai efisiensi (%) produksi
hidrogen sistem kopel instalasi produksi hidrogen dengan reactor MSR dengan variasi densitas arus
4000 9000 A/m
2
pada tekanan operasi 10 atm dan nilai frak massa hidrogen 0.3.
Kondisi heat exchanger, hydrogen cooler dan oxygen cooler pada penelitian ini didisain
isolasi sempurna sehingga tidak terjadi rugi-rugi kalor (panas yang terbuang ke lingkungan).
Perhitungan proses elektrolisis pada electrolyzer, daya listrik dan daya termal pada elektrolizer dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto
224
ISSN: 0854 - 2910
(3)
(4)
(5)
Perhitungan nilai efisiensi total sistem kopel instalasi produksi hidrogen dan reaktor dihitung dengan
rumus :
(6)
dengan Q
R
adalah daya termal yang dihasilkan reaktor nuklir. Sebagian daya tersebut digunakan
secara langsung untuk instalasi produksi hidrogen (Q
T
) dan sebagian lagi digunakan pada sistem
turbo generator untuk proses pembangkitan listrik (Q
L
).
Gambar 5. Skema Instalasi Produksi Hidrogen yang dikopel dengan MSR
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Operasi Electrolyzer
Pada penelitian ini, kondisi operasi dirancang sedemikian rupa agar electrolyzer mampu
memproduksi hidrogen dengan laju produksi 5 kg/s. Kondisi operasi electrolyzer agar mampu
memproduksi hidrogen dengan laju produksi 5 kg/s diperlihatkan pada Tabel 2.
Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011
225
ISSN: 0854 - 2910
Tabel 2. Kondisi Operasi Electrolyzer
4.2. Pengaruh Densitas Arus Listrik terhadap Perubahan Panjang Sel Electrolyzer
Perubahan geometri panjang electrolyzer berbanding terbalik dengan kenaikan densitas arus
listrik, seperti ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh Densitas Arus Terhadap Geometri Electrolyzer
Nilai panjang geometri electrolyzer terbesar pada densitas arus 4000 A/m
2
, yaitu sebesar
24,1236 m. Geometri panjang terkecil pada densitas arus 9000 A/m
2
, yaitu sebesar 10,7216 m.
Walaupun ditinjau secara ekonomi densitas arus 4000 A/m
2
dianggap tidak menguntungkan karena
harga sel electrolyzer masih tergolong mahal, tetapi memiliki pemanfaatan energi yang cukup baik,
karena densitas arus listrik yang diberikan cukup rendah. Begitu pula halnya pada densitas arus
listrik sebesar 9000 A/m
2
, walaupun material panjang sel terkecil sehingga secara ekonomi
menguntungkan tetapi memiliki penggunaan energi listrik yang cukup besar.
4.3. Pengaruh Densitas Arus Terhadap Tegangan Reversible dan Irreversible
Tegangan irreversible ialah tegangan listrik yang dibutuhkan untuk mengetasi rugi-rugi
irreversible yang terjadi pada proses elektrolisis. Rugi-rugi tersebut berupa rugi-rugi ohmic yang
muncul akibat adanya hambatan listrik pada elektroda, hambatan ionik pada elektrolit dan hambatan
listrik pada bagian interkonek, rugi-rugi akibat adanya gradien konsentrasi pada permukaan
elektroda dan rugi-rugi akibat aktivitas molekular pada permukaan anoda. Pada proses elektroisis
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto
226
ISSN: 0854 - 2910
suhu tinggi, tegangan sel total yang disuplai kedalam electrolyzer harus lebih besar dari pada
tegangan reversible, seperti tampak pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh Tegangan Reversible dan Irreversible terhadap Densitas Arus
4.4. engaruh Densitas Arus Listrik terhadap Suplai Daya Termal Electrolyzer
Proses elektrolisis pada suhu tinggi menggunakan daya listrik dan daya termal dari reaktor
nuklir. Daya termal untuk reaksi elektrolisis diperoleh dari heat exchanger dan daya listrik dari rugi-
rugi irreversible yang berubah menjadi daya termal. Pada Gambar 8. menunjukkan besarnya daya
termal yang harus disuplai dari heat exchanger ke electrolyzer agar proses elektrolisis suhu tinggi
dapat berlangsung.
Gambar 8. Pengaruh Densitas Arus Listrik terhadap Suplai Daya Termal oleh Heat
Exchanger
Pada Gambar 8 tampak bahwa suplai daya listik ke electrolyzer semakin meningkat seiring
dengan peningkatan densitas arus listrik dan suplai daya kalor ke electrolyzer cenderung konstan.
Pada prakteknya kapasitas daya termal yang disuplai ke electrolyzer menurun sesuai dengan
kenaikan densitas arus listrik, hal ini diakibatkan karena peningkatan rugi-rugi irreversible, yaitu
daya listik yang berubah menjadi daya termal sehingga penggunaan kalor dari reaktor MSR
berkurang.
Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011
227
ISSN: 0854 - 2910
4.5. Pengaruh Densitas Arus terhadap Efisiensi Sistem Kopel Produksi Hidrogen dengan
Reaktor MSR
Gambar 9. Pengaruh Densitas Arus terhadap nilai efisiensi Total Sistem Kopel Produksi
Hidrogen
Efisiensi total, yaitu efisiensi antara instalasi produksi hidrogen dengan reaktor nuklir
(sistem kopel) memiliki tendensi yang sama dengan efisiensi pada electrolyzer. Grafik penurunan
efisiensi total produksi hidrogen seiring dengan kenaikan densitas arus listrik (Gambar 9) dengan
titik maksimum efisiensi pada suplai densitas arus listrik 4000 A/m
2
. Tendensi penurunan total
sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang pengaruh efisiensi total produksi hidrogen dengan
variasi suplai energi kalor masukan pada electrolyzer
[4]
. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa
semakin besar jumlah energi termal yang berasal dari heat exchanger maka akan semakin
mengurangi penggunaan energi listrik, ataupun dengan keadaan sebaliknya. Efisiensi total produksi
hidrogen juga tidak terlepas dari pengearuh nilai recycling hidrogen. Pada penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, efisiensi total produksi hidrogen cenderung meningkat pada nilai recycling
hidrogen sebesar 0,05-0,3
[6]
. Peningkatan nilai efisiensi total produksi hidrogen akan cenderung
menurun, seiring dengan peningkatan nilai recycling hidrogen.
Pada penelitian ini dicapai efisiensi optimal sistem kopel produksi hidrogen dengan nilai
efisiensi 54.1947 % pada suplai densitas arus listrik 4000 A/m
2
. Sebuah regresi pada Gambar 9
menghasilkan sebuah persamaan efisiensi total sebagai fungsi densitas arus listrik, yaitu y = -3E-
10x
3
+ 3E-06x2 0.011x + 71.96 , dengan y adalah efisiensi total produksi hidrogen (%) dan x
adalah densitas arus listrik (A/m
2
).
5. KESIMPULAN
1. Efisiensi total keseluruhan tertinggi yang berhasil didapatkan dari penelitian ini sebesar
54.1947 % pada suplai densitas arus listrik 4000 A/m
2
,tekanan operasi 10 atm dan recycling
hidrogen sebesar 0,3.
Pengaruh Variasi Masukan Rapat Arus Listrik Menggunakan Molten Salt
M. Aditya dan Andang Widi Harto
228
ISSN: 0854 - 2910
2. Dihasilkan sebuah persamaan regresi efisiensi total produksi hidrogen sebagai fungsi
densitas arus listrik yaitu y = -3E-10x
3
+ 3E-06x2 0.011x + 71.96dengan nilai y adalah
efisiensi total produksi hidrogen dan x adalah densitas arus listrik (A/m
2
).
3. Peningkatan nilai densitas arus yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan efisiensi
total sistem kopel instalasi produksi hidrogen dengan MSR.
4. Peningkatan nilai densitas arus akan menyebabkan kenaikan daya termal yang berasal dari
rugi-rugi irreversible.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Reynold Dipu, asisten peneliti Tokyo Tech G-
COE Energy at Tokyo Institute Technology, atas bantuan journal dan ilmunya. Teman-teman
seperjuangan peneliti untuk penelitian tugas akhir, terima kasih banyak atas semangat dan
motivasinya
7. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Ryutaro Hino. R&D on Hydrogen Production High-Temperature Electrolysis of Steam.
Nuclear Engineering and Design, 233:363_375, 2008.
[2]. Steve Hearing. High Temperature Solid Oxide Electrolyzer System. Idaho National
Engineering and Enviromental Laboratory, Gaithersburg, 2004.
[3]. Jun Udagawa. Hydrogen Production Through Steam Electrolysis: Model-based Dynamic
Behaivor of a Cathode-Supported Intermediate Temperature Solid Oxide Electrolysis Cell,
2007.
[4]. Elsa Melfiana. Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap
Efisiensi Produksi Hidrogen dengan High Temperature Electrolysis (HTE). Skripsi, Jurusan
Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2007.
[5]. Arnoldus Lambertus Dipu. Pengaruh Variasi Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja
Electrolyzer pada Proses Elektrolisis Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Reactor.
Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008.
[6]. Thomas Ari Negara. Efek Recycling Hidrogen pada Electrolyzer Terhadap Kinerja
Elektrolisis Suhu Tinggi. Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2007.
[7]. Andang Widi Harto. Desain Reaktor Nuklir Maju Bersuhu Tinggi PCMSR dengan Sifat
Selamat Melekat, Seminar, Yogyakarta, 2007.
[8]. Sebastian Pronce Richard. A Techno-Economic Analysis of Decentralized Electrolytic
Hydrogen Production for Fuel Cell Vehicles. Disertasi, University of Victoria, Victoria,
2004.
[9]. Akhmad Khoirul Anam. Optimasi Penggunaan Energi dalam Sistem Kogenerasi Pembangkit
Listrik dan Produksi Hidrogen dengan GT-MHR. Skripsi, Jurusan Teknik Fisika,Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005.
Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 01 Oktober 2011
229
ISSN: 0854 - 2910
[10]. Bilge Yildiz dan Mujid S. Kazimi. Efficiency of Hydrogen Production System Using
Alternative Nuclear energy Technologies. International Journal of Hydrogen Energy. 31:77-
92, 2006.
[11]. Yukitaka Kato.Hydrogen Career System for Fuel Cell Vehicles. Prociding of VI Minsk
International Seminar Heat Pipes, Heat Pumps, Refrigerators, pp. 30, Sep. 2005.
[12]. Andang Widi Harto. Sistem Turbin PCMSR JurusanTeknik Fisika, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011.
[13]. Mac.Pherson. Molten Salt Reactor-Part II-Introduction, Chapter 11, Oak Ridge National
Laboratory (ORNL), 1958.
DISKUSI/TANYA JAWAB:
1. PERTANYAAN: (Wiwik Diah Ratnasari, UNY)
Untuk kedepannya, apa harapan pemakalah tentang penelitian H
2
yang dilakukan dan bagaimana
penerapannya agar bisa bermanfaat bagi masyarakat?
JAWABAN: (Muhammad Aditya, Teknik Fisika-UGM)
Energi hidrogen kedepannya akan digunakan untuk sarana transportasi sebagai fuel cell car
untuk meminimalisasi penggunaan bahan bakar minyak.
2. PERTANYAAN: (R. Yosi A., UNY)
Efisiensi pada kondisi ideal sistem adiabatik, bagaimana untuk kondisi yang lebih realitas?
JAWABAN: (Muhammad Aditya, Teknik Fisika-UGM)
Pada penelitian ini memang sistem dibuat sempurna karena penelitian ini berskala S1
(Sarjana). Terlalu sulit untuk menghitung sistem yang lebih kompleks, perhitungan sistem yang
kompleks ditujukan untuk penelitian selanjutnya (S2, S3 atau Post Doctoral). Diharapkan
penelitian selanjutnya dapat menghitung yang lebih detail terutama tentang sistem dan
komponen-komponen pada instalasi.