Anda di halaman 1dari 27

Pengelolaan Kelas

Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas.
Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai
guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran
lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam
suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku
menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan
orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan
sebagainya.
Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
Membombong anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas
yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
Behavior Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku baik dan buruk
individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan
melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative
reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan
reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya
akan menimbulkan masalah baru.
Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang
baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik guru dan atau
peserta didik peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-
emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness,
genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance,
prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic
understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha
untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia
lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif
penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan
peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah;
menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana
yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat kurang menyenangkan; serta
membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process,
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab;
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan
dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati
tata aturan masyarakat.
Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar
berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara
kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck
mengemukakan prinsip prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual
expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d)
cohesiveness.
Penataan Tempat Duduk Siswa
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah dengan judul Penataan Tempat Duduk sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas ini disusun
sebagai Ujian Akhir Semester (UAS) tahap pertama. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Terutama kepada Bapak Dr. Uhar
Suharsaputra, M.Pd selaku dosen dan Bapak Akhmad Sudrajat, M.Pd selaku asisten dosen
yang telah menugaskan penyusunan makalah ini.
Penulis merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyusunan
selanjutnya.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan tak
lupa bagi pembaca umumnya.
Kuningan, Juli 2008


Penulis
===================================================
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang
dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan rill adalah merupakan tujuan pendidikan.
Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaiamana siswa dapat menguasai dan
memahami bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit. Hal tersebut
dikarenakan bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang
mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek
kecerdasan, pisikologis, biologis.
Dari perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di dalam
kelas. Menjadi tugas guru bagaiman menjadikan keanekaragaman karakteristik siswa tersebut
dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal itu merupakan tugas bagi guru
dalam mengelola kelas dengan baik. Keterampilan guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran tidak hanya tertuang dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode
pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar
yang kondusif atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang.
Banyaknya keluhan guru karena sukarnya mengelola kelas sehingga tujuan pembelajaran
sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi apabila ada usaha yang dapat dilakukan
oleh guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dan maksimal. Misalnya penataan
ruang kelas berupa pengaturan/ penataan tempat duduk yang sesuai dengan kegiatan yang
sedang berlangsung.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan
pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya
tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi dengan
seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
Dari permasalahan tersebut maka kiranya perlu bagi guru atau calon pengajar mengetahui dan
memahami tentang pengelolaan kelas, salah satunya yaitu pengaturan ruangan kelas berupa
penataan tempat duduk siswa.
B. Tujuan Penulisan
Dari pemaparan di atas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu:
Untuk memperoleh gambaran tentang apa itu pengelolaan kelas
Untuk memperoleh gambaran tentang penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran dan
pendidikan.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat menambah wawasan bagi guru dan
mahasiswa keguruan tentang pengelolaan kelas, dan bagaimana penataan tempat duduk siswa
sebagai bentuk dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.
===================================================
BAB II PENATAAN TEMPAT DUDUK SISWA SEBAGAI BENTUK PENGELOLAAN KELAS
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Winataputra (2003), menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian
kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan
dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosoi- emosional yang positif , serta menciptakan dan
memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.
Akhmad Sudrajat (akhmadsudrajat.wordpress.com), menyatakan bahwa: Pengelolaan kelas
lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik
yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta
didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup
pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Dan menurut Winzer (Winataputra, 1003: 9.9) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi
kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan
sosial.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas
ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan
dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa
pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses
pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas
(cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll.
B. Penataan Ruang Kelas
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana
belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas
dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas
menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu
pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan
yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang
yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup
untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu
siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan
kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan
dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat
berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok
dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku
siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan
menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
Ukuran bentuk kelas
Bentuk serta ukuran bangku dan meja
Jumlah siswa dalam kelas
Jumlah siswa dalam setiap kelompok
Jumlah kelompok dalam kelas
Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria
dan wanita).
Berkaitan dengan penataan ruang kelas belajar maka pada penulisan makalah ini hanya
berkaitan dengan pengelolaan kelas berupa penempatan tempat duduk siswa saja.
C. Tempat Duduk Siswa
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat
mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah,
tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka
siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk
dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa orang siswa.
Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan
kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar
ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan
ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti
berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi
tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan
untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan
sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk
pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku
yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
Meja Panjang
Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
Dan masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.
Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu
kelas yang kan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak
hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru
perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan,
psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau
menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (udhiezx.wordpress: 4) melihat siswa sebagai
individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya mencakup ketiga
aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah :
Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi).
Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
Persamaan dan perbedaan dalam bakat
Persamaan dan perbedaan dalam sikap
Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman
Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
Persamaan dan perbedaan dalam minat
Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, sangat berguna dalam
membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah
bagaimana pola pengelompokan siswa dan penataan tempat duduk dengan metode belajar
kelompok guna menciptakan lingkungan belajar aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar
yang penuh kesenangan dan bergairah dapat terlaksana.
Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangan pula pada aspek biologis seperti, postur
tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan
bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis,
misalnya siswa yang hiper aktif, suka melamun, dll.
D. Penataan Tempat Duduk Siswa Sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas
Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan
mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat
duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di dalam kelas.
Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola
kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang
dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi
belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Winzer (Winataputra, 2003: 9-21) bahwa penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh
terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh,
diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya
yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui
kegiatan pengaturan siswa dan barang/ fasilitas. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakakan, memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses
pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk siswa
sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan.
===================================================
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu dalam
pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya
proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek
pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang
(siswa) dan barang/ fasilitas.
Salah satu bentuk pengelolaan kelas adalah penatan tempat duduk, dimana penatan tempat
duduk perlu memperhatikan lingkungan fisik kelas dan juga keanekaragaman karakteristik
siswa, serta mempertimbangkan kesesuaian metode yang digunakan dengan tujuan akhir dari
pembelajaran itu sendiri.
Kondisi dan posisi tempat duduk dapat menentukan tingkat aktivitas belajar siswa di kelas. Hal
tersebut sisebabkan karena tempat duduk yang nyaman akan membantu siswa untuk tenang
dalam belajar dan apat pula menimbulkan gairah belajar siswa.
B. Saran
Kiranya perlu menjadi perhatian bagi guru dan bahkan calon pengajar bahwa keterampilan
mengelola kelas salah satunya penataan tempat duduk harus dikuasai. Pengelolaan kelas
menyangkut kepada menciptakan iklim atau kondisi belajar yang kondusif dan aksimal. Melalui
penatan tempat duduk yang tepat diharapkan akan menfasilitasi siswa untuk belajar dengan
aktif. Adapun saran yang dapat dilakukan dalam penatan tempat duduk seperti:
Menentukan posisi tempat duduk yang disesuaikan dengan metode pembelajaran dan
tujuan pembelajaran.
Kondisi baik bentuk, ukuran tempat duduk harus baik dan pas
Menggunakan tempat duduk yang mudah diatur atau diubah-ubah untuk mempermudah
merubah posisi tempat duduk
Penempatan siswa sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya, misalnya
menempatkan siswa yang berpostur tingi di belakang, menempatkan siswa yang hiper
aktif di depan sehingga guru mudah untuk memantau.
===================================================
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Teknik Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang
Kelas). Jakarta: PT Grasindo
Udin S. Winataputra. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen
Pendidikan Nasional
http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/pengelolaan-kelas
Epa Muhopilah*)) adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-
Universitas Kuningan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu
Manajemen, yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dan Bapak Akhmad
Sudrajat, M.Pd.
Team Teaching
A. Pendahuluan
Berbicara tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tentu tidak terlepas dari
peran serta guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yang diwujudkan dalam
bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara pendidik dengan pendidik lainnya, pendidik
dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik dan lingkungannya. Dalam
menyelenggarakan pembelajaran formal, pendidik berpedoman pada rencana dan pengaturan
tentang pendidikan, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini sedang
dikembangkan di Indonesia, peran guru untuk dapat mengimplementasikan dan mengembangkan
kurikulum tampaknya bukan hal yang sederhana. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah
prinsip pembelajaran tertentu, diantaranya guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan
individual, mengembangkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, kreatif dan
menyenangkan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara akurat dan
komperhensif.
Untuk dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik tampaknya masih ditemukan
berbagai kendala, seperti persoalan rendahnya motivasi dan kemampuan guru itu sendiri, ratio
antara guru dengan siswa yang tidak seimbang, dan keterbatasan sarana. Semua itu menuntut
guru untuk dapat mengelola pembelajaran dan mengembangkan bentuk-bentuk strategi
pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai.
Selama ini pada umumnya strategi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah cenderung
dilakukan secara soliter. Dalam arti, pengelolaan pembelajaran menjadi tanggung jawab guru
yang bersangkutan secara individual, baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun menilai
pembelajaran siswa. Ketika dihadapkan dengan tuntutan kurikulum yang sangat kompleks dan
kondisi nyata yang kurang kondusif, guru seringkali menjadi tidak berdaya dan memiliki
keterbatasan untuk dapat mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan apa yang diharapkan
dan digariskan dalam ketentuan yang ada.
Dalam hal ini, strategi Team Teaching tampaknya bisa dijadikan sebagai alternatif untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Team Teaching merupakan salah satu bentuk strategi
pembelajaran yang melibatkan dua orang guru atau lebih dalam proses pembelajaran siswa,
dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang. Melalui strategi Team
Teaching, diharapkan antar mitra dapat bekerja sama dan saling melengkapi dalam mengelola
proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi
secara bersama-sama.
Melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang konsep dasar microteaching dan tahapan-tahapan
dalam pembelajaran microteaching,
B. Konsep Dasar Team Teaching
Dewasa ini, seiring dengan semakin modernnya sistem pendidikan dan tuntutan yang semakin
berkembang, tak jarang sekolah-sekolah yang masih menggunakan strategi pembelajaran
konvensional dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Dalam proses pembelajaran dengan
strategi konvensional ini, proses pembelajaran dilakukan secara soliter, artinya proses
pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran
siswa dilakukan oleh satu orang guru.
Padahal sebenarnya, sekarang ini kurikulum pendidikan di Indonesia sudah makin berkembang.
Telah banyak tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada guru. Saat ini, guru dituntut untuk lebih
inovatif dan kreatif dalam menentukan/ memilih metode pembelajaran yang digunakan, yang
tentunya harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Selain itu, guru di era sekarang juga dituntut untuk lebih mengenal setiap individu dari diri
siswa. Dan melihat ratio antara jumlah guru dan siswa yang tidak seimbang, tentu seorang guru
tidak mungkin bisa menangani jumlah siswa yang banyak itu. Satu hal yang juga penting, bahwa
yang namanya guru bukan berarti orang yang tahu akan segala hal. Dalam hal ini, setiap manusia
tentulah memiliki kekurangan pengetahuan. Ini menunjukkan bahwa guru pun membutuhkan
sosok lain yang bisa diajak kerja sama dalam menghadapi segala kesulitan yang ada pada saat
melaksanakan proses pembelajaran.
Jika melihat beberapa masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, dalam hal ini pihak sekolah
dan guru-guru dituntut daya kreatifitasnya dalam memilih strategi yang tepat agar segala tuntutan
yang ditujukan terhadap guru khususnya itu dapat terpenuhi dengan maksimal. Dan tampaknya
strategi Team Teaching merupakan cara tepat.
Team Teaching merupakan strategi pembelajaran yang kegiatan proses pembelajarannya
dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya
masing-masing. Definisi ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Martiningsih (2007) bahwa
Metode pembelajaran team teaching adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih
dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
Lebih lanjut Ahmadi dan Prasetya (2005) menyatakan bahwa Team teaching (pengajaran beregu)
adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Tim pengajar atau
guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyajikan bahan
pengajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. Para guru tersebut bersama-sama
mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Pelaksanaan belajarnya
dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode
diskusi panel.
Sebenarnya ada beberapa jenis dari strategi Team Teaching, sesuai yang dijelaskan oleh
Soewalni S (2007), yaitu :
1. Semi Team Teaching :
Tipe 1 = sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Perencanaan
materi dan metode disepakati bersama.
Tipe 2a = satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian
tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing.
Tipe 2b = satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara
berkelompok.
2. Team Teaching Penuh
Tipe 3 = satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran mata
pelajaran / materi tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara bersama dan sepakat.
Adapun variasi Team Teaching Penuh menurut Soewalni S (2007) ialah :
Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, seorang guru
membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual.
Anggota tim secara bergantian menyajikan topik/materi. Diskusi / tanya jawab dibimbing secara
bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim.
Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktek dan informasi seperlunya.
Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipandu seorang guru (tutor, fasilitator,
mediator). Akhir pembelajaran masing-masing kelompok menyajikan laporan (lisan/tertulis) dan
ditanggapi bersama serta disimpulkan bersama.
Namun, dari beberapa jenis Team Teaching yang dikemukakan oleh Soewalni S, penulis lebih
condong ke jenis Team Teaching penuh, karena disana lebih terlihat nyata strategi Team
Teaching-nya. Guru yang mengajar lebih dari satu orang, mereka mengajar di kelas yang sama
dengan materi yang sama dan pada waktu yang sama, serta setiap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasinya pun dilakukan atas kesepakatan bersama. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip
pembentukan team dalam sebuah pelaksanaan tugas, bahwa segala sesuatunya yang berkaitan
dengan misi pencapaian tujuan dilakukan secara bersama-sama, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai kepada evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan.
C. Tahapan Pembelajaran dengan Strategi Team Teaching
1. Tahap Awal
a. Perencanaan Pembelajaran Disusun secara Bersama
Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru yang tergabung dalam
Team Teaching. Agar setiap guru yang tergabung dalam team teaching memahami tentang apa-
apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus diraih oleh siswa dari proses
pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian hasil evaluasi siswa.
b. Metode Pembelajaran Disusun Bersama
Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team, metode
yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun harus
direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara bersama
ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak
kehilangan arah pembelajaran.
c. Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran
Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi
yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus sama-sama
mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling
melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama ini dapat
dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan siswa atas penjelasan guru.
d. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas
Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus
dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar
ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-
masing. Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.
2. Tahap Inti
Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai
pengawas dan pembantu team.
Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas
sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran yang ada.
3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi Guru
Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran
berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikan-kritikan
dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini
setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena
hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak
mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan paling pintar.
Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image masing-masing
guru dihadapan siswa.
b. Evaluasi Siswa
Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode
evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Team Teaching. Atas
kesepakatan bersama guru harus membuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa,
disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik
lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya.
Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan
merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya mencakup
pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam pelaksanaan evaluasi,
serta pembagian pos-pos pengawasan.
C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Semakin berkembangnya kurikulum pengajaran, menuntut guru untuk semakin kreatif dalam
melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Berbagai tuntutan yang ditujukan kepada
guru pun semakin kompleks, diantaranya ialah guru dituntut untuk mampu memperhatikan
perbedaan individual siswa, guru harus kreatif mendesain strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta guru pun dituntut untuk mampu melakukan
penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Berbagai hal yang harus
dipenuhi guru tersebut, tentu merupakan hal yang sulit jika semua itu dilakukan seorang diri,
untuk itu membutuhkan partner agar semua hal tersebut dapat dilakukan secara maksimal. Maka
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi Team Teaching
dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Team Teaching merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari satu orang
guru dengan pembagian tugasnya secara jelas. Dilihat dari jenisnya, strategi Team Teaching ada
dua jenis, yaitu semi Team Teaching dan Team Teaching penuh. Dalam strategi Team Teaching,
seluruh aktivitas proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada
evaluasi dilakukan secara bersama oleh guru Team Teaching. Hal ini sangat sesuai dengan
prinsip kerja sama.
2. Saran
Bagi pihak sekolah, hendaknya kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang akan
digunakan dalam Proses Belajar Mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan
hasil yang dicapai oleh siswa pun relatif baik. Dan bagi sekolah-sekolah yang sudah
menggunakan strategi Team Teaching dalam proses pembelajaran, pelaksanaan Team Teaching
harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam
sistem pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan Prasetya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia.
Martiningsih. (2007). Team Teaching. (http://martiningsih.blogspot.com).(Diakses tgl 8 April
2008).
Soewalni, S. (2007). Team Teaching. Makalah Program Pelatihan Applied Approach 2007 di
Lembaga Pengembangan Pendidikan UNAS. (Diakses tgl 8 April 2008).
*)) Yeni Artiningsih, adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
FKIP-Universitas Kuningan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu
Manajemen, yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dan Bapak Akhmad
Sudrajat, M.Pd.
Game untuk Perkenalan
Game untuk Perkenalan
==========================
Siapa Dia?
Langkah-langkah :
Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran
Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya
dalam bentuk satu kalimat pendek (menyebut, hobi, atau tempat tinggal,), misal: Nama
saya Retno, hobi baca buku.
Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian
memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Retno, hobi baca buku, saya Rahnat,
hobi main catur.
Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan
diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya.
Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya,
maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan: siapa nama Anda? atau
siapa nama Anda dan apa hobi Anda?
==========================

Kisah Angka-Angka
Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan
menghapuskan kekakuan.
Langkah-langkah :
Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai (habis)
Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu
lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang
disebut nomornya untuk menyahut ya!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak
dan tanyakan ia nomor urut berapa.
Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar benar mengingat nomor urutnya masing
masing.
Setelah yakin, jelaskan bahwa Anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita
tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka angka. Peserta
yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan
namanya keras keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta
dikenakan hukuman ramai ramai oleh peserta lain.
Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut?, jika perlu ulangi
sekali lagi dan berikan contoh.
Mulai bercerita, misalnya : saudara saudara, latihan ini sebenarnya sudah direncanakan
sejak lima bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah tiga bulan yang lalu ada
kejelasan dan kemudian dipersiapkan oleh delapan orang panitia .. dst. Atau cerita
lain yang Anda karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada
disebutkan angka angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu
menit ).
Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada
kecepatan Anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia)
Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan
untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan perasaan peserta sendiri.
Simpulkan
==========================
Mencari Jodoh
Langkah-langkah :
Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan ,
misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari
jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat.
Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas, satu kertas berisi
kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata Kepedulian.
Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi.
Bagikan kertas kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila
peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri )
Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing masing dan membaca isinya
yaitu sepotong kalimat yang belum lengkap.
Minta peserta untuk mencari pasangannya masing masing agar kalimat itu menjadi
lengkap.
Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut.
Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan
pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada peserta yang lain.
==========================
Berdirilah Jika
Langkah-langkah :
Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah.
Jelaskan kepada peserta bentuk permainannya, yaitu setiap pemandu mengucapkan
kalimat, peserta mengucapkan kalimat, peserta diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai
dengan dirinya; misal : Keluarga saya adalah keluarga pedagang.. ; Saya
seorang perempuan yang berani bicara di depan publik. dsb.
Ucapkan kalimat kalimat yang relevan dengan keadaan peserta (jangan sampai ada
peserta yang tidak pernah berdiri), contoh contoh kalimat misalnya :
- Saya adalah petugas lapangan
- Saya lahir di pedesaan
- Saya lahir di kota besar
- Saya memiliki hobby membaca, dsb
Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain
yang berkenaan dengan dirinya secara singkat.
Game untuk Menghangatkan, Kerjasama
dan Komunikasi
Game untuk menghangatkan, kerjasama dan komunikasi
==========================
1. Menghitung Mundur
Dalam pendampingan terhadap kelompok belajar di tengah masyarakat atau siswa, kita sudah
biasa menganggap bahwa masyarakat atau siswa hanyalah penerima informasi, dan bukan
pemberi atau sumber informasi. Mengubah kebiasaan atau cara pandang yang sudah lama kita
miliki, merupakan hal sulit. Kita biasanya selalu menggunakan kacamata kita. Kita
menggunakan bahasa, simbol, gambar, informasi dan teknologi yang berasal dari kebudayaan
kita. Kita tidak memperhatikan apa kesulitan yang dialami masyarakat atau siswa untuk
menerima halhal yang tidak biasa bagi mereka. Sebenarnya, program yang kita kembangkan
perlu dinilai menurut kacamata masyarakat atau siswa, berdasarkan apa yang mereka butuhkan,
dengan cara yang mudah diterima mereka.

Langkah langkah :
Minta peserta untuk berdiri mambentuk suatu lingkaran. Setiap peserta menghitung
secara bergiliran mulai dari 1 sampai 50 (atau sejumlah peserta)
Pada saat menghitung, minta peserta memenuhi peraturan : setiap angka tujuh atau
kelipatan tujuh, angka itu tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.
Apabila ada peserta yang salah melaksanakan tugasnya, maka permainan dimulai dari
awal.
Sesudah 3 4 ronde, permainan tahap 1 selesai
Permainan tahap 2 dimulai dengan cara yang sama seperti di atas, tetapi hitungannya
dimulai dari angka 50 mundur terus sampai dengan angka 1. Peraturan yang diterapkan
juga sama, yaitu setiap angka tujuh atau angka kelipatan tujuh , angka itu tidak
disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.
Setelah 3-4 ronde, permainan selesai.
Minta peserta untuk mendiskusikan : (1) Manakah yang lebih baik banyak terjadi
kesalahan, cara 1 atau cara 2 ? (2) Mengapa demikian ? (3) Kira-kira, apa hubungannya
permainan ini dengan cara kerja kita dalam kelompok belajar atau di tengah tengah
kehidupan masyarakat kita ( apakah mudah mengganti kebiasaan pendekatan dari atas
dengan yang dari bawah ) ?.
==========================
2. Memahat Patung
Permainan ini bisa dipakai untuk menyadarkan peserta bahwa manusia tidak bisa dibentuk
sedemikian rupa oleh orang lain.
Langkah langkah :
Minta beberapa orang peserta untuk tampil ke depan;
Minta satu orang untuk menjadi pemahat patung, satu orang lainnya menjadi patung itu
sendiri.
Minta pemahat patung untuk mulai bekerja menjadikan patung itu sesuai dengan
keinginannya dengan cara membimbing posisi kepala, kaki, tangan, tubuh patungnya
(misal : tangan kanan ke atas, tangan kiri memegang kepala, lutut kanan bertumpu di
lantai, kepala belok ke kiri, dsb)
Minta patung untuk menuruti semua posisi yang diminta oleh pemahat (selama proses,
pemahat dan patung tidak boleh saling berbicara)
Setelah selesai, ajukan pertanyaan kepada para pemahat : Apakah menyenagkan
membuat patung sesuai keinginannya sendiri ?
Ajukan juga pertanyaan kepada para pemahat : Apakah menyenagkan untuk dibentuk
sedemikian rupa oleh orang lain ?
Kemudian diskusikan bersama peserta : Apakah manusia bisa dibentuk sedemikian rupa
oleh orang lain ? Apakah anak anak bisa ? Apakah orang dewasa bisa ? Bagaimana
tanggapan peserta tentang permainan ini ?
=========================================
3. Memasukan Spidol ke Botol
Langkahlangkah :
Jelaskan kepada peserta bahwa sebelum membahas modul, akan dimulai dengan
permainan memasukkan pensil ke dalam botol. Sebelum permainan dimulai siapkan
terlebih dahulu sebuah botol yang bisa dimasuki pensil. Sebuah pensil yang diikat oleh 4
utas tali rapia, dengan panjang masing masing 2 meter. Tali rapia tersebut harus bisa
ditarik ke empat arah yang berbeda.
Mintalah 8 orang peserta sebagai sukarelawan, sedangkan peserta lain menjadi
pengamat.
Tugaskan 8 orang peserta tersebut untuk berpasangan (menjadi 4 pasang),
pasangan pasangan tersebut berdiri membentuk lingkaran dimana di tengah
tengah lingkaran diletakkan sebuah botol. Salah seorang dari setiap pasangan
ditutup matanya dan bertugas untuk memegang tali rapia yang mengikat pensil.
Pasangan yang tidak ditutup matanya, berdiri di belakang yang ditutup matanya
dan memberikan perintah (aba aba) untuk memasukkan pensil tersebut ke dalam
botol.
Apabila peserta belum berhasil memasukkan pensil ke dalam botol, mintalah
mereka untuk mencoba beberapa kali sampai berhasil.
Setelah selesai permainan, tanyakan kepada peserta :

Mengapa mereka memilih pasangannya masing masing?
Cukup mudahkah atau susah untuk memasukkan pensil ke dalam botol?
Kalau mudah apa saja faktor yang mempengaruhi hal tersebut menjadi mudah?
Apabila susah, apa saja yang membuat hal tersebut menjadi susah?
Apa yang dirasakan oleh pasangan yang matanya ditutup?
Adakah interaksi atau komunikasi antara pasangan yang satu dengan pasangan
yang lain?
Tanyakan kepada para pengamat, apa yang mereka amati selama proses
permainan berlangsung?
Dari pertanyaan tersebut temukan kata kunci dari peserta : untuk dapat berhasil memasukkan
pensil ke dalam botol, memerlukan kerjasama di antara mereka, tanpa kerjasama akan sulit untuk
mencapai tujuan bersama.
Bahas bersama peserta faktorfaktor yang bisa mempengaruhi dan menghambat
kerjasama.

==========================
Ice Breaker dalam Pembelajaran
Game untuk menghangatkan, kerjasama dan komunikasi
============================
1. Badai Berhembus (The Great Wind Blows)
Strategi ini merupakan icebreaker yang dibuat cepat yang membuat para peserta latihan bergerak
tertawa. Strategi tersebut merupakan cara membangun team yang baik dan menjadikan para
peserta lebih mengenal satu sama lain.

Langkah-langkah :
Aturlah kursi kursi ke dalam sebuah lingkaran. Mintalah peserta untuk duduk di kursi
yang telah disediakan.
Jelaskan kepada peserta aturan permainan, untuk putaran pertama pemandu akan
bertindak sebagai angin.
Pemandu sebagai angin akan mengatakan angin berhembus kepada yang memakai
misal : kacamata (apabila ada beberapa peserta memakai kacamata).
Peserta yang memakai kacamata harus berpindah tempat duduk, pemadu sebagai angin
ikut berebut kursi.
Akan ada satu orang peserta yang tadi berebut kursi, tidak kebagian tempat duduk. Orang
inilah yang menggantikan pemandu sebagai angin.
Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang bertindak sebagai angin
harus mengatakan angin berhembus kepada yang . (sesuai dengan karakteristik
peserta, misal : baju biru, sepatu hitam, dsb)

============================
2. Lempar spidol
Permainan ini bertujuan untuk menghangatkan suasana dan menghilangkan kekakuan antar
peserta dan pemandu dan antar peserta sendiri . Pelajaran yang bisa dipetik dari permainan ini
adalah perlunya sikap hatihati dan cepat tanggap.
Langkahlangkah :
Mintalah semua peserta berdiri bebas di depan tempat duduk masing-masing.
Minta peserta bertepuk tangan ketika Anda melemparkan spidol ke udara, dan pada saat
spidol Anda tangkap lagi dengan tangan, semua peserta serta merta diminta berhenti
bertepuk tangan. Ulangi sampai beberapa kali.
Ulangi proses ke-2 dengan tambahan selain bertepuk tangan juga bersenandung. (
bergumam ) : Mmmmm.!.
Ulangi proses ke3 ini beberapa kali, dan setiap kali semakin cepat gerakannya,
kemudian akhiri dengan satu anti klimaks : spidol Anda tidak dilambungkan, tapi hanya
melambungkan tangan seperti akan melambungkannya ke atas (gerk tipu yang cepat !).
amati : apakah peserta masih bertepuk tangan dan bergumam atau tidak ?
Mintalah tanggapan dan kesan, lalu diskusikan dan analisa bersama kemudian simpulkan.
============================
3. Sepatu Lapangan :
Permainan ini bermanfaat untuk mendorong proses kerjasama Tim, bahwa dalam sebuah Tim
setiap orang akan belajar mendengar pendapat orang lain dan merekam masing-masing pendapat
secara cermat dalam pikirannya, sebelum memutuskan pendapat apa yang terbaik menurut
kelompok.
Langkah langkah :
Bagilah peserta ke dalam kelompok kelompok kecil ( 5 6 orang ), 1 orang akan
menjadi pembicara kelompok.
Mintalah setiap kelompok untuk mendiskusikan tentang sepatu lapangan apa yang cocok
untuk bekerja di lapangan dan peralatan apa lagi yang dibutuhkan (waktunya sekitar 5
menit)
Mintalah pembicara kelompok untuk mengingat pendapat yang berbeda dan pendapat
yang sama dari setiap orang di kelompoknya masing-masing.
Mintalah pembicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi ini seklaigus
memperkenalkan nama anggota kelompoknya dan apa pendapat orang orang tersebut
mengenai topik diskusi di atas.
Setelah semua kelompok selesai, kemudian diskusikan : Apakah pembicara telah
menyampaikan pendapat semua anggota kelompoknya secara tepat ? Apa yang
dikurangi? Apa yang ditambah ? Apa yang tidak tepat.
============================
4. Kompak
Permainan ini bermanfaat untuk menghangatkan suasana dan membentuk suasana kerja dalam
Tim.
Langkahlangkah :
Jelaskan kepada peserta aturan permainan ini
Bagilah peserta ke dalam 5 6 kelompok, yang penting satu kelompok terdiri dari 6
orang.
Mintalah masing masing kelompok untuk membuat lingkaran dan satu orang anggota
dari masing-masing kelompok untuk berdiri di tengah tengah kelompoknya.
Katakana bahwa permainan ini untuk mnguji kita , apakah di antara teman-teman dalam
kelompok itu saling percaya kepada TIM KERJA KITA. Yang berdiri di tengah harus
menutup matanya, dengan ditutup kain, kemudian menjatuhkan diri secara bebas kea rah
mana saja.
Sementara itu teman-teman dalam kelompoknya melingkar dan harus bertanggungjawab
atas keselamatan teman yang di tengah tadi, karena permainan ini bisa bisa akan
memakan korban, maka jika yang di tenagh menjatuhkan diri kepadanya dia harus siap
dan bertanggungjawab untuk menahan dan melemparkannya kepada teman yang lain.
Begitu seterusnya, dan minta siapa yang di tengah bisa bicara dengan cara bergiliran .
============================
5. Bercermin
Langkahlangkah :
Minta setiap peserta untuk berpasangan, 1 orang menjadi bayangan di cermin dan 1 orang
menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin.
Bayangan harus mengikuti gerak gerik orang yang berdandan.
Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang
sama.
Minta peserta untuk mendiskusikan apa pesan dalam permainan ini.

Ice Break Tayangan Multimedia
Pada saat mengikuti kegiatan pelatihan atau pembelajaran kadang-kadang
peserta pelatihan merasa jenuh dengan penyajian yang disampaikan oleh fasilitator/guru.
Di sinilah, seorang fasilitator (guru) harus dapat menyiasati keadaan agar suasana
pelatihan/pembelajaran dapat cair.
Jika Anda menyajikan materi dilakukan dengan bantuan multimedia (komputer dan in
focus), Anda dapat memanfaatkan materi tayangan dalam tautan di bawah ini untuk
menyegarkan kembali suasana pelatihan/pembelajaran atau untuk kepentingan refleksi
bagi para peserta pelatihan/pembelajaran.
Materi-materi ini, penulis peroleh dari berbagai pelatihan dan mohon maaf kepada para
pemiliknya atas keberanian penulis untuk menyebarluaskan karyanya melalui situs
pribadi ini, tidak ada maksud lain kecuali semata-mata hanya untuk kepentingan
kemajuan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai