Anda di halaman 1dari 9

KARYA ILMIAH

PEREKONOMIAN DAN NASIB ANAK ANAK JALANAN SEBAGAI PENJUAL KORAN







Disusun oleh :
Lanna Levia
Muhammad Fajar
Muhammad hafizh
Muhammad Habibie
Nadia Fevrier Hardieka
Rianti Ardana Reswari



SMA NEGERI 1 PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, karya ilmiah ini yang berjudul Perekonomian dan
nasib anak anak jalanan sebagai penjual koran dapat kami selesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah
untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Dengan dibuatnya tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahui
kegiatan anak jalanan sebagai penjual koran serta perekonomiannya.
Berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu kami mengucapkan
terimakasih kepada guru pembimbing Ibu Erlinda Dahlia S.Pd beserta teman-
teman.










Pontianak, Februari 2013
Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................2





















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seperti yang sekarang kita ketahui anak anak jalanan sekarang ini
semakin banyak jumlahnya. Mereka berkeliaran di jalan raya, tepatnya di
lampu merah. Ada yang berjualan koran, ada yang mengamen, ada yang
berjualan kerupuk, ada yang menjadi pengemis, namun ada pula yang tidak
melakukan kegiatan apa apa alias menganggur. Anak jalanan adalah potret
kehidupan anak-anak yang kesehariannya sudah akrab dijalanan dan mungkin
kita sudah tidak asing tentang sosok ini, karena disetiap penjuru kotadapat
dengan mudah kita jumpai. Lalu apa sebenarnya yang terjadi dengan anak-
anak ini? Mereka yang tergolong kecil dan masih dalam tanggung jawab orang
tuanya harus berjuang meneruskan hidup sebagai anak jalanan. Banyak faktor
mengapa mereka menjadi anak jalanan, disamping masalah ekonomi keluarga,
salah satunya adalah kurangnya pendidikan.Usia mereka yang relatif masih
kecil dan muda seharusnya masih dalam tahap belajar dan merasakan sebuah
pendidikan, tetapi mungkin karena dengan alasan tertentu, mereka malah
asyik menikmati hidup sebagai anak jalanan dan tidak mementingkan sebuah
pendidikan.
Pemahaman tentang karakteristik kehidupan mereka, seperti apa
kegiatan dan aspirasi yang mereka miliki, keterkaitan hubungan dengan pihak
dan orang-orang yang ada di sekitar lingkungan hidup mereka, memungkinkan
kita menempatkan mereka secara lebih arif bijaksana dalam konteks
permasalahan kehidupan kota besar. Konteks permasalahan kehidupan dikota
besar yang dimaksudkan disini adalah anak jalanan yang berkeliaran untuk
membantu perekonomian keluarga mereka. Pengaruh ekonomi ini merupakan
faktor utama penyebab munculnya anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan ini
berkeliaran pagi hari sebagai penjual korban dan lain-lain. Penjual koran dari
anak-anak jalanan itu menjadi latar belakang disusun nya karya ilmiah ini.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor penyebab munculnya anak jalanan ?
2. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai masalah anak jalanan ?
3. Apa saja alternatif pemecahan masalah anak jalanan ?
4. Apa penyebab meningkatnya jumlah anak jalanan dilihat dari berbagai
aspek ekonomi ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut.
1.














BAB II
PEMBAHASAN

Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan
atau di tempat-tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut : berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau
berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak
terurus, mobilitasnya tinggi.
Kegiatan yang dilakukan anak jalanan di jalan menggunakan jalan sebagai
tempat tinggal dan hidup, untuk bermain, untuk berjualan. Tempat tinggal
anak jalanan tinggal di Taman Kota, tinggal di emper toko, dan tinggal di
rumah. Sumber mendapatkan uang dengan cara meminta-minta, dengan cara
berjualan, dan dengan cara mengamen. Pihak yang dinilai paling dekat dengan
anak jalanan adalah orang tuanya, dengan saudaranya, dan dengan pihak lain.
Anak jalanan pada umumnya mempunyai keluarga yang berada di
lingkungannya yang biasanya keluarganya adalah keluarga dari golongan yang
kurang mampu secara materi, sehingga anak-anak mereka berusaha untuk
memenuhi kebutuhan keluarga akan tetapi sesungguhnya peran orang tua
anak jalanan tidak berperan secara maksimal, hal ini dapat dilihat manakala
orang tua sangat mendukung untuk anaknya bekerja.

1.2.1 Faktor penyebab munculnya anak jalanan
Berdasarkan dari peta permasalahan anak jalanan baik yang berada di kota
besar dapat dipetakan permasalahan sebagai berikut :
Anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga sehingga
orang tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan
untuk keluarga. Hal ini terjadi karena ketidak berfungsian keluarga dalam
memenuhi kebutuhan keluarga.
Rumah tinggal yang kumuh membuat ketidak betahan anak berada di rumah,
sehingga perumahan kumuh menjadi salah satu faktor pendorong untuk anak
turun ke jalan.
Rendahnya pendidikan orang tua anak jalanan sehingga mereka tidak
mengetahui fungsi dan peran sebagai orang tua dan juga ketidaktahuannya
mengenai hak-hak anak.
Belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan baik
kebijakan dari kepolisian, Pemda, maupun Departemen Sosial.
Belum optimalnya social control di dalam masyarakat.
Belum berperannya lembaga-lembaga organisasi sosial, serta belum adanya
penanganan yang secara multi sistem base.


1.2.2 Pandangan Masyarakat

1.2.2.1 Aparat Keamanan
Pandangan aparat keamanan mengenai anak jalanan dinilai bahwa selama ini
anak jalanan tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Pada siang hari
mereka pergi mengamen mengikuti jalur bus kota. Kejahatan yang paling
sering dilakukan oleh anak jalanan yaitu berkelahi diantara mereka karena
meributkan daerah operasi atau mencuri tetapi yang paling banyak adalah
berkelahi diantara mereka. Penegak hukum hanya melakukan penahanan
sesuai dengan Undang undang yang berlaku karena belum ada hukum khusus
mengenai anak anak jalanan, dengan demikian masih dirasa cukup sulit untuk
mengadakan pencegahan agar anakanak tersebut tidak melakukan kejahatan,
adapun yang saat ini telah dilakukan adalah dengan cara membatasi areal
operasi anak jalanan atau jalurjalur yang diperbolehkan untuk menjadi daerah
operasinya. Sedang pada malam hari mereka berkumpul dan tidur di taman
kota.
Selain itu juga upaya yang telah dilakukan oleh aparat keamanan selain
merazia adalah mengawasi secara terus-menerus, jangan sampai anak jalanan
melakukan tindak kriminal atau tersangkut dengan penyalahgunaan narkoba.

1.2.2.2 Tokoh Agama

Partisipasi tokoh agama sangat berperan dalam pengentasan anak jalanan.
Sesungguhnya Islam memiliki konsep pembinaan keluarga. Islam juga
mengajarkan betapa besar tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak.
Maka kalau anak-anak disibukkan dengan pendidikan, mereka tidak turun ke
jalan.
Sedang model yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga anak jalanan adalah: Perlu diperbanyak lembaga- lembaga sosial yang
dapat menampung mereka. Kemudian untuk keluarganya perlu diberikan
penyuluhan mengenai peningkatan penghasilan (ekonomi keluarga).
Mengenai pelibatan tokoh agama dalam rangka pemberdayaan ekonomi
keluarganya menurut saya: Tokoh agama harus ikut mendorong mereka
melalui penyuluhan dan pengajian akan pentingnya peningkatan ekonomi
keluarga melalui usaha produktif.
Adapun bentuk pembinaannya haruslah komprehensif dan semua pihak harus
terlibat. Pihak pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, pondok
pesantren, takmir masjid yang punya akses pada kemasyarakatan semuanya
harus aktif, turut mengontrol proses pembinaan serta perkembangan anak
jalanan. Selain itu, pembinaan juga bukan saja dari sisi moral, akan tetapi juga
harus bersifat jangka panjang. Misalnya, mereka seyogyanya diberi bekal
keterampilan agama, ke depan mereka dapat mandiri dan hidup terarah sesuai
cita-citanya masing-masing.

1.2.2.3 LSM
LSM mengharuskan anak jalanan harus tetap sekolah dengan cara sekolah di
waktu senggang hal ini dilakukan agar anak tersebut tetap mendapat
pendidikan yang layak dan memadai walaupun untuk menyadarkan anak-anak
untuk sekolah masih sulit tetapi semakin hari semakin bertambah yang
berminat untuk sekolah. Tidak kalah beratnya juga untuk menyadarkan
orangtua agar anak-anak mereka tetap sekolah dengan berbagai penjelasan
sehingga orang tua anak tersebut mendukung anaknya untuk sekolah. Untuk
menangani anak jalanan, lembaga tersebut belum ada kerjasama dengan
lembaga pemerintahan atau lembaga lainnya, dalam soal dana lembaga
tersebut mencari donatur-donatur yang bersedia membantunya.

1.2.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif model penangannan anak jalanan mengarah kepada 3 jenis model
yaitu family base, institutional base dan multi-system base.
Family base, adalah model dengan memberdayaan keluarga anak jalanan
melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian modal usaha, memberikan
tambahan makanan, dan memberikan penyuluhan berupa penyuluhan tentang
keberfungsian keluarga. Dalam model ini diupayakan peran aktif keluarga
dalam membina dan menumbuh kembangkan anak jalanan.
Institutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan
lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui
berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial
masyarakat.
Multi-system base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan sistem yang
ada mulai dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan, masyarakat, para
pemerhati anak ,akademisi, aparat penegak hukum serta instansi terkait
lainnya.

1.2.4 Penyebab Meningkatnya Jumlah Anak Jalanan Dilihat Dari Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi memaksa anak-anak jalanan untuk bekerja mencari nafkah
untuk membantu keluarganya,dengan berbagai cara dari yang
mengamen,minta-minta ,dan ada pula yang menjual koran . Sehingga hal ini
menyebabkannya semakin meningkatnya jumlah anak jalanan yang berada di
indonesia lebih tepat nya kota pontianak.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN



3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai