TEKS DALAM SYARIAH Oleh: Moch. Zainul Arifn 1 Abstrak; Perkembangan hukum Islam di Indonesia mengalami sejumlah kemandekan dan stagnasi. Keberadaan hukum Islam kurang disentuh dan diperlakukan secara kreati dalam rangka merespon tuntutan perkembangan !ang ada" sehingga berbagai permasalahan seringkali tidak mendapatkan pen!elesaian !ang memuaskan dari perspekti hukum Islam. Memang betul bah#a produk$produk hukum Islam di Indonesia sudah ban!ak dihasilkan" terutama !ang berbentuk at#a" oleh lembaga keulamaan seperti Majlis %lama Indonesia. &amun harus jujur diakui" produk$produk at#a tersebut belum bergerak pada isu$isu besar !ang menjadi substansi dari kejumudan pemikiran hukum Islam di Indonesia. Produk$produk tersebut keban!akan dihasilkan dalam rangka memenuhi permintaan 'pasar(" berupa sertifkasi halal atau pertan!aan boleh$tidakn!a sebuah persoalan dilihat dari perspekti hukum Islam. )egitulah aktualisasi !ang benar dan tepat" bahkan ini adalah pemahaman !ang benar atas agama dan s!ariah" sebagaimana !ang dikatakan Ibn Al$*au+i: ',eorang -a.ih /ulama0 adalah orang !ang melihat akan sebab dan hasil" serta memperhatikan tujuan. Kemaslahatan adalah ruh penting di balik s!ariah" tetapi mengambiln!a dari setiap proses ijtihad bukanlah sesuatu !ang bisa dilakukan oleh sembarang orang dan tanpa dasar pijakan !ang kokoh dari teks suci al$1ur2an dan hadits. Konklusi dari pembahasan ini adalah bah#a munculn!a kontradiksi kemaslahatan dan teks" pada dasarn!a tidak lain dari dua hal: pertama" kesalahan dalam memahami dan men!impulkan kemaslahatan" kedua" kesalahan dalam memahami dan mengaktualisasikan teks. 1 Dosen tetap Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 Moch. Zainul Arifn Kata ku$%!; Kemaslahatan" 3ukum Islam" Konklusi. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 4 Moch. Zainul Arifn &'$(ahulua$ Memang terdapat ban!ak aktor mengapa proses ijtihad di kalangan ulama belum menghasilkan produk !ang memuaskan. ,alah satu di antaran!a adalah adan!a anggapan bah#a pintu ijtihad sudah tertutup bagi ummat Islam de#asa ini. 5una men!elsaikan segala persoalan !ang dihadapi ummat" pendapat semacam ini menganjurkan agar mencukupkan diri pada produk$produk ijtihad ulama pertengahan. Padahal esensi dan bobot persoalan !ang dihadapi ummat islam abad pertengahan jelas berbeda dari substansi persoalan sekarang ini. 6i saat +aman semakin kompleks seiring dengan pesatn!a perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi" dibutuhkan sebuah upa!a pen!egaran baru terhadap peran ijtihad agar keberadaann!a benar$ benar menjadi berkah bagi ummat Islam sekarang ini. 6alam konteks inilah" tulisan ini hendak merespon isu perlun!a mere7italisasi peran ijtihad dalam menghasilkan produk$produk hukum !ang sejalan dengan kebutuhan ummat Islam. Kertas kerja ini berargumen bah#a untuk memperoleh hasil ijtihad !ang rele7an dengan tuntutan atau kebutuhan +aman" perangkat ijitihad perlu dilengkapi dengan khasanah keilmuan di luar disiplin hukum Islam. Ar)u*'$ Nor*at!+ I,t!ha( ,alah satu hadits !ang menjadi rujukan dalam melihat pentingn!a ijtihad adalah hadits &abi Muhammad sebagaimana diri#a!atkan dalam Sahihayn /dua kitab hadits utama" !ang diri#a!atkan oleh Imam )ukhari dan Imam Muslim0 berikut ini: '*ika seorang 3akim memutuskan Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 8 6ialektika antara Kemaslahatan... hukum dengan berijtihad dan kemudian benar maka ia mendapat dua pahala" dan jika memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian salah maka ia mendapat satu pahala.( 4 &amun demikian" justifkasi hadits ini rupan!a belum cukup kuat untuk mendorong dibukan!a kembali pintu ijtihad dan menegaskan urgensin!a. Padahal hadits ini sangat jelas memberikan afrmasi tentang pentingn!a ijtihad. 6alam konteks inilah" sungguh mengherankan jika masih sejumlah pihak !ang mempropagandakan tertutupn!a pintu ijtihad" padahal hadits &abi ini secara eksplisit men!atakan bah#a jika seorang mujtahid !ang salah saja masih diberi pahala oleh Allah" apalagi jika dia benar dalam melakukan istinbath hukum. 8 Perlu ditegaskan kembali bah#a para &abi juga berijtihad" dan ijtihad mereka terkadang salah. )eberapa pakar teologi Islam /Ushuliyyin0 mempermasalahkan adan!a ijtihad !ang dilakukan &abi Muhammad ,A9 karena ia adalah pemba#a #ah!u: bagaimana mungkin ia diperbolehkan untuk berijtihad dalam mengubah sesuatu !ang buruk menjadi !ang baik dan melakukan ijtihad spekulati /al-d}an0" padahal segala !ang berasal dari &abi adalah ke!akinan dan kebenaran; 6ari sini sejumlah us}u>liyyi>n menolak adan!a ijtihad pada diri &abi Muhammad ,A9. < )entuk kesalahan ijtihad !ang dilakukan para &abi ban!ak dijelaskan dalam Al$1ur2an" termasuk pada diri &abi Muhammad dan beberapa &abi sebelumn!a. 3al ini sebagai dorongan bagi para ulama untuk tetap menda!agunakan peran ijtihad 2 Abu al-Maali Abd al-Mali=k al-Juwayni Kita>b al-Ijtiha>d min Kita>b al-Talkhi>s} !Damas"us# Da=r al-$alam %&'() *+-,*. 3 Ibid. *'. 4 Jala=l al-Di=n Abd al--ah>ma=n al-Suyu=t>i= Ikhtila>f al- Madha>hib ed. Abd al-$ayyu=m Muh>ammad al-.astawi= !/airo# Da=r al-Itis>a=m %0102). Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 0 Moch. Zainul Arifn dalam memecahkan berbagai persoalan keummatan. Kondisi ini sama sekali tidak mengurangi derajat para &abi serta tidak menodai kemaksuman /suci dari dosa0 mereka. Kemaksuman para &abi !ang pertama dan utama adalah dalam dak#ah mereka" dan kemudian mereka maksum dari perbuatan maksiat kepada Allah. ,edangkan kesalahan ijtihad bukanlah dianggap sebagai kesalahan" aib" dan kekurangan. Oleh karena itu" mengapa kita tidak menda!agunakan ijtihad; )edan!a" #ah!u selalu mengingatkan atas segala kesalahan !ang dilakukan oleh &abi dalam ijtihadn!a serta meluruskan hukum dan implementasin!a. 6engan demikian tidak akan muncul persepsi kesalahan akan 7aliditas dak#ah" legalitas" dan ajaran$ajaran &abi. ? 6engan demikian dapat kita katakan bah#a @asulullah sangat menganjurkan ijtihad seperti apa !ang ia lakukan dan contohkan" sebagaimana mendorong ijtihad dengan sabdan!a. 9ah!u !ang terlambat atau terlalu singkat dan bersiat umum terkadang memaksa &abi untuk berijtihad" dan para sahabat ikut serta dalam proses ijtihad ini dengan bimbingan &abi. Peristi#a seperti ini ban!ak terjadi dan direkam dalam Al$1ur2an dan sunnah. 6alam kaitan ini" perlu diungkap pengertian" indikasi dan makna ijtihad secara luas" bahkan perlu dikembangkan seluas mungkin" karena pembatasan dalam mencari indikasi$ indikasi teks dan pereduksian dalam proses aktualisasin!a merupakan bentuk ketidakpedulian atas sesuatu !ang menjadi ke#ajiban. 5 Ibid. ,'. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 ? 6ialektika antara Kemaslahatan... I,t!ha(- a$tara K'b'basa$ (a$ Ta$))u$),a.ab Ketika Islam mendorong ummatn!a untuk melakukan ijtihad dalam men!elesaikan berbagai persoalan keagamaan bukan berarti mereka bebas mutlak untuk melakukann!a sekehendak hati" dan tidak berarti setiap mujtahid bebas mengatakan apa saja sesuai dengan diri dan pikirann!a. Aetapi ijtihad adalah ilmu dan tradisi !ang memerlukan pembuktian dan penalaran. Ijtihad adalah amanat dan merupakan amanat !ang paling tinggi derajatn!a. ,a!a katakan demikian" karena di saat kelompok pro ijtihad berbenturan dengan kelompok anti ijtihad !ang merupakan pendukung gerakan taklid dan jumud" muncul suara dari kelompok lain !ang men!erukan ijtihad tanpa batas dan aturan" atau interpretasi tanpa landasan dan kontrol. Kecenderungan ini dinamakan dengan gerakan transormasi /al-taghyi>r0" dan orientasi gerakan ini sangat mirip dengan aliran batini!ah dalam sejarah Islam" dimana interpretasi teks berseberangan dengan kaidah tata bahasa dan apa !ang diketahui mas!arakat umum. )ahasa !ang merupakan sarana mengungkapkan pikiran" dianggap sebagai sesuatu !ang berbentuk simbol" dengan demikian mereka bebas menginterpretasikan teks dan merealisasikan tujuan !ang diinginkan. B )agi sa!a saat ini tidak begitu urgen memokuskan kajian pada gerakan pemikiran ini serta memperbincangkan pokok pemikiran dan ijtihad mereka. Aetapi cukup dengan mendiskusikan pokok pemikiran mereka dan landasan$ landasann!a untuk mengetahui sampai dimana 6 Ali Jum3ah Qadiyyah Tajdi>d, Us}u>l al-Fiqh !.eirut# Dar al- 2idayah %0%04%&&,) h. 0+. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 + Moch. Zainul Arifn kadar keilmuan dan rasionalitasn!a" termasuk apakah pemikiran ini dapat ditransormasikan dan dijadikan rujukan. Mereka mengatakan bah#a: Aidak ada seorang pun !ang memiliki otoritas tunggal untuk menasirkan agama. Aidak ada seorang pun !ang berhak mengatasnamakan agama Islam dan s!ariah. Aidak ada seorang pun !ang berhak mengaku sebagai pemilik kebenaran. Islam tidak mengenal sistem kependetaan dan kerahiban. ,etiap indi7idu berhak memahami agama dan menasirkann!a" dan itu tergantung kepada diri dan ji#an!a. Penasiran agama harus mengikuti perkembangan +aman dan selalu up to date" sehingga tidak terbelenggu han!a pada masa a#al hijriah atau masa a#al Islam. Pada hakekatn!a tasir" interpretasi /Tawi>l0" dan ijtihad dalam agama lebih membutuhkan s!arat$s!arat" kecakapan" dan keahlian tertentu daripada bidang keilmuan lainn!a" termasuk sikap teliti dan berhati$hati. ,aat ini sering kita dapatkan beberapa orang nekat !ang mengkritisi agama dan mengemukakan pandangan dan ide$ide kontro7ersial" memotong dan memilah$milah persoalan !ang kemudian ditak#ilkan dan diinterpretasikan sekehendak hatin!a mengikuti alur kehendakn!a. Menganggap dirin!a pemikir bebas" mujtahid pembeharu" dan pelopor pembaharuan" padahal ia tidak memiliki keahlian sama sekali tentang substansi persoalan" tidak ban!ak pengetahuan !ang diketahuin!a kecuali sebagian kecil !ang bersiat parsial" dan Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 C 6ialektika antara Kemaslahatan... mengemukakan pandangan !ang tidak 7alid legalitasn!a. )agaimanapun juga" kajian dan studi keislaman !ang dilakukan para peneliti dan pemikir dari berbagai macam disiplin keilmuan dan keahlian" seperti dokter" insin!ur" #arta#an" flsu" sejara#an dan politisi tidaklah dilarang. Aetapi mereka diharapkan untuk berhati$hati" rendah hati" dan mengerti akan kapasitas intelektual mereka terhadap bidang ini. C Akan lebih baik jika mereka meminta pertimbangan dan saran dari mereka !ang ahli dan pakar dalam bidang ini" sebagaimana !ang lain meminta pertimbangan dan kritikan kepada mereka dengan bidang keahliann!a. 6imanapun dan kapanpun manusia berijtihad" dan ingin pandangan" ide" dan perkataann!a didengar dan diterima" maka ia harus menjadi orang !ang ahli" pakar" dan spesialis dalam bidangn!a" karena jika tidak maka ia menjerumuskan dirin!a D bahkan selain dirin!a D dalam kepicikan dan kehancuran. Pandangan seperti ini bersiat dogmatis$aksiomatik dan ban!ak dibicarakan dalam Al$1ur2an" bahkan dianjurkan dan diperingatkan agar manusia tidak terjerumus" sebagaimana disebutkan dalam Al$ 1ur2an /1,. 1C:8B: 1,. C:88: 1,. 1B:<8: 1,. <:E80. Proesi sebagai pemikir dan peniliti patut diapresiasi" sebab setiap bertambah ilmu pengetahuan dan pengalaman mereka" maka semakin cermat" teliti" dan mendalam pengetahuan dan penalaran mereka. Apalagi bagi mereka !ang konsentrasi studin!a adalah s!ari2ah dan intens dengan kajian$kajian flsaat dan ekonomi" atau memiliki ban!ak pengalaman sosial" politik" dan administrasi" maka tidak diragukan lagi 7 5ihat S>ubh>i= Mah>masani= Falsafah al-Tashri> fi> al-Isla>m !.eirut# Da=r al3Ilm li-Mala=yi=n %&+%) *%-*0. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 ' Moch. Zainul Arifn kapasitas intelektual dan keilmuan seperti ini akan lebih luas dan mendalam pemahaman dan ijtihadn!a terhadap s!ariah. Oleh karena itu jika ada orang !ang pakar bidang tertentu" kemudian mengkritik bidang lain seperti bidang agama tanpa pengetahuan sedikit pun dan tidak pada aturan metodologi" maka pasti tidak akan diterima. E Aidak adan!a keahlian terjadi" misaln!a" pada pemikir dan penulis terkenal 6r. Muhammad Aalbi D sekedar contoh D ketika menulis: (diceritakan secara Tawatur /Peri#a!atan akurat oleh ban!ak orang dari ban!ak orang !ang lain0 ga!a bahasa memuji bah#a Imam Malik berpendapat boleh membunuh sepertiga demi kebaikan dua pertiga"( F Ia" menurut penulis" tidak memperhatikan dan membatasi arti kata tawatur" padahal tawatur bermakna ri#a!at !ang mendekati kepastian karena ban!ak pera#in!a mustahil terjerumus kebohongan. Kemudian tanpa ragu$ragu men!atakan: (jika benar apa !ang diri#a!atkan(" maka bagaimana ia tidak !akin dengan sesuatu !ang diri#a!atkan secara tawatur?. ,edangkan mereka !ang ahli dan pakar dalam bidangn!a" memiliki pandangan lain atas ri#a!at !ang men!esatkan ini. ,eorang a.ih dari Aunisia mengatakan bah#a ungkapan di atas !ang dinisbahkan kepada Imam Malik tern!ata tidak memiliki dasar dan rantai silsilah /sanad0 !ang jelas. Kemudian ia men!atakan bah#a ungkapan (boleh membunuh sepertiga demi kebaikan duapertiga( adalah paham aliran Al$3ajjaj" karena dia orang !ang pertama men!atakan demikian dan selanjutn!a disebarluaskan oleh para pengikutn!a. 8 Ibid. *+. 9 Muhammad 6albi Iyaullah, Afka>r Jadi>dah fi> Alaqah al-Muslim bi afsihi !a bi al-Akhari>n !Dar Siras li al-Nasr %&&*) h. '*. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 F 6ialektika antara Kemaslahatan... Paham ini menghalalkan pertumpahan darah sesama Muslim demi menjaga stabilitas kekuasaan" sebagaimana !ang dilakukan sendiri oleh Al$3ajjaj ibn Gusu. 1H 6alam tulisann!a 6r. Aalbi juga menegaskan bah#a (seorang Muslim memiliki kebebasan dan harus tunduk kepada teks" karena jika menolak teks akan bertentangan dengan ke!akinan" dan ideologin!a(. 11 Akan tetapi keharusan ini seakan hilang tanpa makna ketika ia mengatakan (setiap dari kita berinteraksi dengan teks dengan cara masing$masing( 14 ataupun pern!ataann!a: (*ika kita tidak terbebas dari ba!ang$ba!ang tradisi pemikiran salaf" maka seharusn!a mereka memberi kebebasan bagi orang$orang sesudahn!a untuk berinteraksi dengan teks.( 18 Apakah ini bukan jalan singkat menuju apa !ang disebut 6@. Aalbi dalam tulisann!a dengan istilah (manipulasi teks( (al-talaub bi al-nas})? 1 ,ungguh mengherankan ia selalu menolak konstruksi pemikiran salaf dan berusaha memarginalkann!a" namun ketika menentang pendapat orang$orang !ang menasirkan a!at: (!e"udian #i$a $a"u ta$ut tida$ dapat berla$u adil% "a$a ($awinilah) seorang sa#a& /1,. An$ &isa.<:80" !ang bermakna pengharaman poligami dan pembatalann!a" ia langsung merujuk pada pemahaman sala dan realitas kongkrit penerapan!a pada abad$abad !ang lalu dengan mengatakan: (Kaum muslimin sepanjang sejarahn!a tidak mengartikan a!at ini sebagai 10 Muhammad al-Sya7ili al-Nai8ur 9Man bahasa lahu an al-Maslahah al- Mursalah: dalam Multaqa al-Imam Muhammad ibn Arafah" !Mansyurat al-2ayat al-6unisiyah %&(() h. *'' 11 Muhammad 6albi h. (, 12 Ibid. (0. 13 Ibid. %,(. 14 Ibid. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 %1 Moch. Zainul Arifn larangan" apakah masuk akal jika seluruh kaum muslimin menghalalkan sesuatu dan diterapkan hingga sekarang kemudian terbukti bah#a a!at tersebut bermakna larangan; ,ungguh ini tidak masuk akal. 3al ini terlepas dari pandangan sub!ekti seseorang bah#a seorang suami dengan seorang istri adalah sistem keluarga !ang terbaik" dan ini cukup sebagai alasan menolak adan!a (manipulasi teks(. 1? ,logan !ang selalu di serukan 6r. Aalbi bah#a (teks adalah suci (al-nas} "u'addas) dan interpretasi adalah bebas( (al-tawi>l h}u() sangat kontro7ersial bagi para pemerhati ilmu ini. Gang pasti" asumsi ini tidak akan diterima oleh kalangan mereka" jika tidak ada aturan batasan" dan ketentuan ilmiah dalam interpretasi bebas. ,logan (teks adalah suci dan interpretasi adalah bebas( telah memunculkan pandangan bah#a Al$1ur2an tidak melarang $ha"r /minuman keras0 secara tegas" karena han!a men!uruh untuk menghindarin!a saja" dan bukan pelarangan. ,logan ini juga memunculkan pandangan bah#a hukum potong tangan dan hukum cambuk bagi pe+ina adalah sunah" boleh dan tidak #ajib. 6engan slogan ini pula muncul pandangan !ang membolehkan perka#inan perempuan muslimah dengen laki$laki ahl al-$ita>b. 1) 6alam konteks ini pula seorang insin!ur bernama Muhammad ,hahrur D sekedar contoh D kebablasan dalam menerapkan kebebasan interpretasi dan ijtihad dengan mengatakan: (ijtihad tidak mungkin dilakukan jika tidak membongkar kerangka ini D !akni aturan$aturan 15 Ibid. 16 Dr. ;usu8 $aradawi Ijtihad al-Muasir baina al-Indibat !a al-Infirat !Dar al-6au7i: wa al<Nasyr al-Islamiyah %&&0-%0%0) =0-=(. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 11 6ialektika antara Kemaslahatan... dasar !ang berlaku D dan kembali melakukan pembacaan #ah!u dengan landasan pengetahuan kekinian" serta bersandar pada konsep baru bagi fkih Islam(. 1C *ika 6r. Aalbi menasirkan a!at Al$1ur2an sekehendak hatin!a dengan penasiran !ang tidak dikatakan oleh siapapun sebelumn!a" sedangkan sejarah Islam merekam bentuk penasiran seperti ini sebagai pen!impangan dan tidak masuk akal" serta menjadi bagian dari (manipulasi teks(. Maka insin!ur ,hahrur D setelah mengingkari adan!a nas$h dalam hukum s!ariah$mengatakan: (tidak terlalu penting bagi sa!a apakah hal ini telah dikatakan orang lain sebelum sa!a atau tidak" apakah sesuai dengan i#"a>* /konsensus0 ulama atau tidak" dan apakah mengikuti i#"a>* ma!oritas ulama atau tidak.( 1E T'ks (a$ K'*aslahata$ ,alah satu problem kekinian !ang ramai dibicarakan dalam konteks s!ariah !ang men!angkut hal$hal !ang pokok /us}u>l0 dan cabang /furu>*0 adalah persoalan Iteks dan kemaslahatan2 (al-nas} wa wa al-"as}lah}ah). )arangkali persoalan ini akan men!emarakkan perdebatan intelektual dan pemikiran Islam pada masa modern ini sebagaimana persoalan lainn!a !ang telah ramai dibicarakan seperti masalah akal dan na'l /#ah!u0" $hal' +l-,uran /kemakhlukan Al$1ur2an0" siat$siat Auhan" dan persoalan lainn!a !ang menggemparkan sejarah pemikiran Islam. Problem 'teks dan kemaslahatan( hampir mirip dengan problem 'akal dan #ah!u(" bahkan ia 17 Dr. Muhammad Syahru #$irasat Islamiyah Muasirah fi ad-$aulah !a al-Mujtama !Damaskus# Al-Ahali li al-6aba ah wa al-Nasyr wa al-6au7i3 %&&0) *%'. 18 Ibid. (,. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 %* Moch. Zainul Arifn adalah dua #ajah !ang sama" atau bagian dari bagian lainn!a. 9alaupun demikian ma!oritas penulis dan pemikir modernis men!erukan untuk memprioritaskan kemaslahatan atas teks" karena teks dianggap mela!ani kemaslahatan dan mengarah kepada tercapain!a kemaslahatan. +l- "as}lah}ah /kemaslahatan0 adalah titik tolak" dasar utama" dan tujuan diturunkann!a s!ariah dan teks. ,edangkan para pakar !urisprudensi Islam aliran sala mengingkari dan menolak pandangan ini. ,ebelum membahas persoalan ini secara panjang lebar dan menjelaskan pandangan sa!a tentang hal ini" terlebih dahulu sa!a akan memisahkan antara dua bidang garapan dalam memungsikan dan mengaktualisasikan al- "as}lah}ah. )idang pertama" persoalan$persoalan dan masalah !ang terdapat dalam teks" dan hukumn!a ditetapkan secara terperinci dan jelas. )idang kedua" persoalan$persoalan dan masalah baru !ang tidak dijelaskan oleh teks secara khusus" terbatas" ataupun langsung. Aidak diragukan lagi bah#a perdebatan !ang terjadi saat ini sangat berkaitan dengan bidang pertama" sedangkan pada bidang kedua" perselisihan jarang terjadi dan kalaupun ada han!a seputar landasan teoritis. Oleh karena itu sa!a men!erukan untuk mempersoalkan bidang kedua saja dengan tetap terokus pada bidang pertama" dan khususn!a pada beberapa permasalahann!a. S/ar!ah a(alah K'*aslahata$, (a$ K'*aslahata$ a(alah S/ar!ah *ika s!ariah adalah ke mas>lah>ahatan /+l- Shari>*ah "aslahatun)" maka pandangan ini diakui Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 18 6ialektika antara Kemaslahatan... oleh seluruh kaum muslimin dan diterima oleh #u"hur /ma!oritas0 ulama dalam setiap masa" tempat" dan mad+hab" kecuali mad+hab literalis (-ahiriyah)" dan itu tidak berpengaruh secara kuantitas ataupun kualitas. %ngkapan dan perkataan para ulama !ang menjelaskan hal ini adalah: al-Shari>*ah #a>at al-#alb al-"as}a>lih} wa daru al-"afa>sid /s!ariah datang memba#a kemaslahatan dan mencegah masadat0. al-Shari>*ah naf*u wa daf*u /,!ariah memba#a manaat dan menolak kerugian0. al-Shari>*ah #a>at #alb al-"as}a>lih} wa ta$siruha wa daru al-"afa>sid wa ta'li>luha /,hari=Iah datang memba#a kemaslahatan dan memperban!akn!a serta mencegah masadat dan mengurangin!a0. al-Shari>*ah inna"a> wudi*at li "as}a>lih} al-*iba>d .> al-a#il wa al-a#l "aan /s!ariah di tetapkan untuk kemaslahatan seluruh manusia pada masa kini dan masa depan0. al-Syariah "abna>ha wa asa>suha> *ala al- hi$a" wa "as}alih} al-*iba>d wa hiya *adl $ulluha>% wa rah}"ah $ulluha>% wa "as}alih} $ulluha> /s!ariah berdasarkan pada hikmah dan kemaslahatan manusia" !aitu keadilan uni7ersal" rahmat uni7ersal" dan kemaslahatan uni7ersal0. /aythu"a> $a>nat al-"as}lah}ah fasa""a> shar* +lla>h% wa haythu"a> $a>na shar* +lla>h fasa""a> al-"as}lah}ah /diamana terdapat kemaslahatan maka disitulah s!ariah Auhan" begitupula diamana terdapat s!ariah Auhan maka disitu terdapat kemaslahatan. )ahkan &ajm al$6in al$Auf !ang terkenal dengan teori kemungkinan kontradiksi antara teks dan "as}lah}ah mengatakan:( secara garis besar" Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 %0 Moch. Zainul Arifn tidak ada a!at pada kitab suci Al$1ur2an !ang tidak mengandung manaat dan kemaslahatan(. 1F Kemudian disebutkan pula bah#a kedudukan sunnah sebagaimana kedudukan Al$1ur2an dengan mengatakan: 'karena sunnah adalah baya>n /penjelasan0 atas Al$1ur2an" dan telah kami terangkan bah#a semua a!at mengandung kemaslahatan" maka al-baya>n /penjelasan0 mengikuti al-"ubayyan /apa !ang dijelaskan0(. 4H ,a!a anggap sudah cukup penjelasan bah#a s!ariah adalah kemaslahatan. ,edangkan mengenai kemaslahatan adalah s!ariah" maka ban!ak ide den gagasan !ang dikemukakan para pakar !urisprudensi Islam dengan menciptakan prinsip$prinsip dan kaidah$kaidah !ang pada intin!a adalah kemaslahatan. ,alah satu !ang terkenal adalah prinsip 0al-"as}lah}ah al- "ursalah& !ang dianggap sebagai landasan dan sumber penetapan hukum s!ariah bagi ma!oritas ulama" dan han!a Maliki saja !ang berlainan terhadap prinsip ini. Al$1araf mengatakan: 'Konsep al-"as}lah}ah tidak diakui oleh kalangan selain kami" namun dalam permasalahan furu>* engkau akan temui bah#a mereka juga mempergunakan konsep al-"as}lah}ah secara umum. Mereka tidak memaksa diri untuk memunculkan alasan spekulati dengan cara membandingkan ketika terjadi perbedaan atau persamaan" akan tetapi lebih mendasarkan pada konteks" dan ini adalah kemaslahatan. 41
19 Abdul >ahab ?hala8 #Masadir at-Tasyri al-Islami fima la as Fihi%, !?uwait# Dar al-$alam %,&* 2 4 %&(* M /et. III) h. %%+ dalam buku ini terdapat teks pembahasan at-6u8i yan@ dinukil se"ara len@kap 20 Ibid. 21 Al-Aakhirah %4%=* !Dar al-Arab al-Islami %&&0). Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 1? 6ialektika antara Kemaslahatan... ,elain dari al-"as}lah}ah al-"ursalah /kemaslahatan umum0" ada prinsip$prinsip lain !ang substansin!a adalah memelihara kemaslahatan dan dijadikan landasan hukum" antara lain: 1stih}sa>n% !ang bentuk dan penerapann!a ban!ak digunakan untuk memelihara kemaslahatan" sebagaimana !ang dikatakan Ibnu @ushd: 'makna !ang sering digunakan dari istih}sa>n adalah peduli pada kemaslahatan dan keadilan. 44 Oleh karena itu dapat saja dikatakan bah#a defnisi istih}sa>n adalah meninggalkan 'iya>s /analogi0 dan mengambil sesuatu !ang lebih baik bagi manusia. Sadd al-dhdhara>i*% !ang tujuan akhirn!a adalah mencegah kerusakan /masadat0. Kemaslahatan muncul dari prinsip ini ketika ia melarang sesuatu !ang dibolehkan teks" meskipun hal ini bertentangan dengan teks" namun tujuann!a adalah demi tercapain!a kemaslahatan serta penjagaan atasn!a *urf /adat istiadat0 dan 1stidla>l /penalaran induksi0" keduan!a bertanggungja#ab untuk memelihara kemaslahatan dan sebagai landasan hukum. )egitupula beberapa kaidah fkih !ang menjadi landasan dalam pembentukan s!ariah !ang penuh maslahat dan penerapann!a" antara lain : o al-+s}l .> al-"ana>.* al-h}a>ll wa . al- "ud}a>r al "an*u /asal segala !ang bermanaat adalah boleh" dan segala !ang mudarat adalah dilarang0. 22 Ibn -ushd &ida>yah al-Mujtahid *4%=0 !Damaskus# Dar Fikr Damaskus %&'1). Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 %+ Moch. Zainul Arifn o 2a d}arar wa la> d}irar /jangan menimbulkan kemudaratan dan jangan menjadi korban kemudaratan0 o al-d}arar yu-a>l /baha!a harus ditinggalkan0 o al-d}arar la yu-a>lu bi "ithlih /baha!a tidak boleh dihilangkan dengan baha!a !ang sama0 o 3ah}ta"il al-d}arar al-$ha>s} li> daf*i al- d}arar al-*a>"" /memilih baha!a !ang jangkauann!a terlokalisir untuk mencegah baha!a !ang lebih meluas0. o +l-d}arar al-ashadd bi al-d}arar al-a$haf /baha!a !ang lebih besar dihilangkan dengan baha!a !ang lebih ringan0. o +l-tas}arruf *ala al-ra*iyyah "anu>t} bi al- "as}lah}ah /mengurusi urusan rak!at harus mengikuti kemaslahatan0. ,angat jelas terlihat seperti !ang telah sa!a sebutkan dengan dasar$dasar dan kaidah$kaidah fkih D bagaimana pentingn!a kedudukan al- "as}lah}ah adalah s!ariah" dan hal itu merupakan pengertian dari ungkapan: 'dimana terdapat kemaslahatan maka disitulah s!ariah Auhan(. Oleh karena itu Imam Al$5ha+ali mengatakan: 'terkadang kami menjadikan hukum !ang lain sebagai argumen atasn!a(. 48 Aa /a$) D!*aksu( ('$)a$ K'*aslahata$ Permasalahann!a adalah: kapan suatu hal dianggap sebagai mas>lah>ah dan kapan pula tidak dianggap sebagai mas>lah>ah; Kapan sesutau dianggap sebagai masadat dan kapan pula tidak dianggap sebagai masadat; Kapan sesutau dianggap bermanaat dan kapan pula 23 Al-Mankhul ,== !Damaskus# Dar Fikr Damaskus %&'1). Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 1C 6ialektika antara Kemaslahatan... dianggap sebagai mudarat; Kapan dianggap sebagai kemaslahatan !ang penting dan kapan pula dianggap sebagai kemaslahatan !ang lebih penting; Kapan dianggap sebagai kemaslahatan !ang real dan n!ata" serta kapan pula dianggap sebagai kemaslahatan !ang ilusi dan harus ditinggalkan; %ntuk mendapatkan pemahaman !ang benar dan tepat akan pengertian maslahat" kita harus melihat dari berbagai sisi dan sudut pandang. ,ebagai permulaan akan lebih baik jika kita melihat pengertian maslahat secara sederhana dan uni7ersal" !aitu dengan mengatakan bah#a maslahat adalah segala sesuatu !ang mengandung kebaikan dan manaat bagi sekelompok manusia dan juga indi7idu. ,elanjutn!a kita lihat dari sisi lain dan ditemukan #ajah lain dari maslahat !aitu masadat. Kita tidak mungkin memelihara kemaslahatan dan kemudian melupakan eksesn!a !aitu masadat. Oleh karena itu dalam mencapai kemaslahatan harus dihindarkan segala kerusakan baik sebelum dan sesudahn!a" atau !ang mengikuti dan men!ertain!a. Kemudian jika kita lihat dari sudut #aktu !ang panjang" kita dapatkan bah#a kemaslahatan karena perkembangan +aman dapat berubah menjadi sesuatu !ang merusak sebalikn!a. )egitupula suatu kemaslahatan !ang dianggap remeh pada kurun #aktu !ang pendek" namun menjadi penting dalam jangka panjang atau sebalikn!a. Kita juga temukan suatu hal !ang menjadi maslahat bagi generasi tertentu terkadang malah baha!a bagi generasi selanjutn!a. 6an !ang paling berbaha!a adalah apa !ang kita anggap sebagai kemaslahatan di dunia ini tern!ata memba#a kerusakan bagi kita di akhirat" atau sebalikn!a. Oleh karena itu apa !ang dianggap sebagai kemaslahatan pada masan!a dan menjadi Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 %' Moch. Zainul Arifn kerusakan pada masa selanjutn!a atau masa depan" maka pada hakekatn!a tidak dianggap sebagai kemaslahatan. ,alah satu contoh menarik dalam konteks ini adalah persoalan tanah rampasan pada masa Khaliah I%mar bin Khattab. Para prajurit dan pejuang dari kalangan sahabat meminta agar tanah tersebut dibagikan kepada mereka. Akan tetapi beberapa sahabat lain menentang pembagian tersebut agar manaat dan kegunaann!a dapat dirasakan oleh generasi selanjutn!a dari para pejuang dan kaum muslimin" akhirn!a pendapat ini !ang disetujui %mar dan didukung oleh para pemuka sahabat dari kalangan Muhajirin dan ansar. Ide menentang pendapat pertama dikemukakan oleh sahabat Ali ibn Abi Ahalib dan Mu2a+ ibn *abal dengan mengatakan kepada %mar: 'jika anda membagi tanah tersebut maka sangat berguna bagi mereka" akan tetapi kemudian akan lepas dan berpindah tangan kepada khala!ak umum dari laki$laki atau perempuan. Kemudian suatu hari nanti muncul generasi !ang membela Islam dan mereka tidak menemukan apa$apa" maka pertimbangkanlah !ang terbaik bagi mereka dan generasi sesudahn!a(. Abu I%baidah berkata: 'kemudian %mar lebih memihak kepada pendapat Mu2a+J" dan pendapat ini dikemukakan olehn!a dari Ali ibn Abi Ahalib. 4< Aidak diragukan lagi bah#a pembagian tanah untuk para tentara adalah demi kepentingan dan kemaslahatan mereka" akan tetapi pro!eksi jangka panjang dan masa depan memiliki perspekti lain" dan ini !ang dipilih oleh 24 Abi Bbaidah , Al-Am!a>l li> Abi> Ubaidah !/airo# al-Maktabah at- 6iCariyah al-?ubra t.t) =&-+1. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 1F 6ialektika antara Kemaslahatan... para sahabat !ang memiliki pandangan kemaslahatan ke depan. I$t'raks! K'*aslahata$ ('$)a$ T'ks Ketika kita !akin dan sepakat bah#a s!ariah tidak memiliki tujuan lain selain kemaslahatan umat manusia" begitu pula bah#a seluruh teks dan hukum$hukumn!a berungsi merealisasikan kemaslahatan dan mencegah kerusakan" maka menjadi ke#ajiban kita dalam berinteraksi dengan teks dan hukum$hukumn!a untuk berlandaskan pada prinsip ini" !aitu memahami teks sebagai kemaslahatan" aplikasi praktisn!a dalam lingkup kemaslahatan" dan kita jadikan pula teks sebagai stKndar kemaslahatan. Ketika kita me!akini teks dan me!akinin!a lebih mulia dari pendapat dan ijtihad" serta ke!akinan bah#a semua teks mengandung keadilan" kebenaran" rahmat" dan maslahat" sebagaimana frman Allah: 04an tiadalah $a"i "engutus $a"u% "elain$an untu$ "en#adi rah"at bagi se"esta ala"& /1,. 41:1HC0" maka kita tidak berbuat lain kecuali menjadikan teks sebagai standar dalam melihat kemaslahatan" dalam membedakan maslahat dari mudarat" dalam membedakan kemaslahatan ukhra#i dengan kemaslahatan dunia#i" serta dalam membedakan baha!a !ang besar dari baha!a !ang ringan. Ketika teks dijadikan sebagai standar penilaian kemaslahatan" maka secara otomatis kita telah berperan besar dalam menghilangkan pertentangan antara teks dan kemaslahatan" karena saat itu kita telah berinteraksi dengan kemaslahatan !ang selaras dengan teks. &amun jika bersandar pada sub!ektiftas" dari pendapat kita sendiri" dari insting dan perasaan kita" dari arus dan trend kondisi +aman kita" dan kemudian dijadikan sebagai titik tolak kemaslahatan dan Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 *1 Moch. Zainul Arifn disusun berdasarkan skala prioritas di atas dengan melepaskan diri dari teks" nilai" dan maknan!a" maka sudah pasti akan terjadi benturan !ang hebat antara teks dengan apa !ang kita anggap sebagai kemaslahatan" dan saat itu teks terpinggirkan dan kita menjadi terasing dari teks. Aerkait dengan itu" Ibnu Aaimi!ah mengingatkan dan mengkritik beberapa orang !ang berbicara tentang kemaslahatan namun mereka melalaikann!a" !aitu dengan mengatakan: 'ibadah batini!ah dan jasmani!ah merupakan bentuk dari ma2riah terhadap Allah" para malaikat" kitab$kitab" dan rasul$rasul &!a. Adapun perilaku ji#a dan akti7itasn!a: seperti cinta dan takut kepada Allah" ikhlas terhadap agama" ta#akkal" berharap rahmat dan karunia&!a" dan lainn!a merupakan bentuk dari kemaslahatan di dunia dan akhirat. ,edangkan apa !ang diperintahkan&!a dari menepati janji" men!ambung silaturrahmi" menghormati hak pemilik" tetangga" dan hak sebagai muslim atas muslim !ang lain" dan lain$lain dari !ang diperintahkan dan dilarang&!a" adalah untuk memelihara kondisi sosial !ang baik dan pemberlakuan akhlak terpuji. )agian ini membuktikan bah#a apa !ang diba#a s!ariah adalah kemaslahatan. 4? ,ebagaimana @asulullah mengingatkan akan kehormatan hak$hak muslim dan kemaslahatann!a" beliau bersabda: Setiap "usli" atas "usli" yang lain dilarang "enu"pah$an darahnya% "enga"bil hartanya% dan "erusa$ $ehor"atannya. 5) Aerkadang beliau menjelaskan kemaslahatan untuk mengingatkan manusia 25 Ibnu 6aymiyah Majmu> al-Fata>!a Dol. ,*. !-abat# Maktabah Ma3ari8 tt ) *,0. 26 Sahih Muslim Kitab al-&irr 'a al-(ilah !a al-Adab Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 41 6ialektika antara Kemaslahatan... atasn!a" atau menjelaskan kehormatan dengan menggunakan perbandingan. Ta+s!r K'*aslahata$ atas T'ks Aasir kemaslahatan (al-tafsi>r al"as}lah}ah) atas teks maksudn!a adalah kajian dan analisa terhadap tujuan$tujuan teks dan kemaslahatan !ang dituju dari hukum$hukumn!a" kemudian melakukan interpretasi dalam menentukan makna dan kandungann!a sesuai apa !ang diharapkan dari kemaslahatan" dan itu D pasti D tidak dengan paksaaan atau dalam tekanan. Aasir ini bukan sekedar kajian !ang bersiat ormalitas atas ketetapan bah#a a!ariat adalah kemaslahatan dan rahmat. ,angat tidak logis jika kita han!a bisa mengulang$ulang pern!ataan bah#a ah$a" +l- Shari>*ah $ulluha wa rah}"ah /hukum s!ariah seluruhn!a adalah maslahat dan rahmat0" namun kemudian kita kebingungan dalam praktek dan aktualisasin!a" dan ini ban!ak terjadi atau teks$ teks dan hukum s!ariah. Aasir kemaslahatan atas teks telah menghilang dari hadapan kita" hal ini disebabkan adan!a asumsi kontradiksi teks dan kemaslahatan. Pada dasarn!a pertentangan !ang terjadi adalah antara kemaslahatan dan pemahaman kaku dan sempit atas teks. Ketika teks ditasirkan dengan tasiran !ang hilang tujuan dan nilai kemaslahatan atau dengan !ang lain. Misaln!a dalam ibadah" ketika dipahami tujuann!a" dimensi spiritualitasn!a" pengaruh pada pendidikan dan keji#aan" dan manaat sosialn!a" maka ketentuan hukumn!a menjadi sesuatu !ang nikmat dan mengasikkan" menjadi panutan bagi pencari kebenaran dan menjadi landasan bagi para pendidik dan reormis. &amun jika ibadah dianggap sebagai beban !ang memberatkan dan upacara seremonial belaka" maka agama diberlakukan Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 ** Moch. Zainul Arifn sesuai dengan kebutuhann!a atas #aktu" usaha dan harta. )egitulah" ibadah dalam konteks ini dianggap mengganggu kemaslahatan dan bertentangan dengan diri manusia. Orang$orang !ang memahami agama seperti ini" melakukan ibadah han!a untuk melepaskan beban atau malah meninggalkann!a demi kepentingan !ang lain. 6i kalangan u.aha telah dikenal paham pemikiran !ang menganggap ketentuan hukum ibadah adalah pembebanan dan keharusan" oleh karena itu #ajib dilakukan secara disiplin dan literal pelaksanaan hak$hak Auhan tersebut sebagai pelepasan dari tanggungja#ab. Mereka berlebihan dan menganggap berat apa !ang dibebankan @uh dan tujuan$tujuan ibadah !ang memandang ibadah sebagai keringanan" rahmat" kebaikan" dan kemudahan dikesampingkan. )ahkan terhadap rukhsah /keringanan dalam ibadah0 !ang ditetapkan teks" dianggap terlalu sulit s!arat$ s!aratn!a. ,!ekh Abdul 3a!!i ibn al$,iddi. telah menulis sebuah buku !ang lengkap sebagai penolakan atas fkih !ang dianggap sulitd dan berat" khususn!a dalam bab taharah /bersuci0 dan salat. 6isebutkan bah#a rukhsah !ang merupakan keringanan dan kemudahan pada dasarn!a adalah pembebanan dan pemberatan" karena rukhsah !ang dis!ariahkan Alllah bagi hamba$&!a untuk memudahkan dan menghilangkan kesulitan" tern!ata lebih berat praktek pelaksanaann!a daripada perbuatan !ang dis!ariahkan sejak a#al. 4C Aktual!sas! K'*aslahata$ atas T'ks 27 Abdul al-2ay al-SiddiE )akhsu al-Thaharah !a al-salat !a tasydidat al-fuqaha !Matabi3 .u@ha7 6an7ah %0%, 24%&&* 2. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 48 6ialektika antara Kemaslahatan... Aktualisasi kemaslahatan (al-tat}bi>' al- "as}lahi) atas teks adalah cabang dan perluasan dari tasir kemaslahatan /al-tafsi>r al-"as}lahi0 atas teks. Aktualisasi ini berperan dalam menghilangkan kondisi !ang dipandang menimbulkan kontradiksi antara teks dan kemaslahatan. Gakni dengan aktualisasi kemaslahatan atas teks" mengikuti tujuan$tujuan teks dan kemaslahatan !ang dituju dalam proses aktualisasi tersebut. Ini adalah upa!a kompromistik dalam membumikan teks" dan mengakomodasi kondisi !ang sesuai dengan makna teks dan !ang tidak sesuai" serta kondisi !ang ditengarai sebagai pengecualian !ang bersiat permanen atau bersiat penentangan. Perlu diketahui" bah#a aktualisasi kemaslahatan /al$tatbi. alDmaslahi0 ini ban!ak ditemukan dalam kha+anah intelektual klasik kita khususn!a dalam kitab$kitab fkih dan usul fkih /teori dan prinsip$prinsip !urisprudensi0 dengan mengambil bentuk dan istilah !ang bermacam$ macam. &amun substansin!a adalah aktualisasi teks dan hukum s!ariah menuju tercapain!a kemaslahatan dan mencegah kemudaratan semaksimal mungkin. Landasan dan titik tolak ini semua adalah metode &abi Muhammad dan para sahabatn!a. ,alah satu contohn!a adalah hadits Abu Musa r.a" ia berkata: sa!a menemui @asulullah dan sa!a bersama dua orang laki$laki dari kabilah paman sa!a. ,alah satu dari keduan!a berkata: '#ahai @asulullah jadikanlah kami pemimpin atas sebagian kekuasaan !ang telah Allah berikan kepadamu" dan !ang lain pun berkata demikian. I@asul bersabda: Sesungguhnya de"i +llah tida$ a$an $a"i beri$an $epe"i"pinan atas pe$er#aan Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 *0 Moch. Zainul Arifn ini pada orang yang "e"intanya dan #uga orang berusaha "e"ili$inya&. 56 3adist ini jelas dan dipertegas dengan sumpah" bah#a siapapun !ang meminta kedudukan dan kekuasaan atau !ang berusaha mencapain!a" maka jangan diberikan. Aujuan dan kemaslahatann!a sangat jelas dan tidak disembun!ikan. 6an tidak dapat dipungkiri bah#a persoalan utama kita sejak dahulu sampai sekarang adalah pertentangan perebutan kekuasaan antara mereka !ang menginginkann!a" dan kemudian berkuasa atas umat tanpa kecakapan dan keahlian atau persetujuan mereka. 3adits ini memberi pelajaran akan pen!akit tamak pada ji#a !ang tercermin pada kecintaan akan kekuasaan" pemujaan dan sanjungan !ang ujung$ ujungn!a adalah pemenuhan materi dan kepuasan pribadi. Oleh karena itu semua maka perlu aktualisasi kemaslahatan !ang tercerahkan dengan melihat" mempertimbangkan" dan mengecualikan kondisi !ang mengarah pada kerusakan" sehingga tercipta kemaslahatan lain !ang lebih jelas. ,ebagaimana dicontohkan &abi Muhammad ketika memberikan kekuasaan dan kepemimpinan kepada !ang memintan!a" hal ini terjadi pada kisah Zi!ad ibn 3arits dan kabilah ,uda2" Zi!ad adalah orang !ang memimpin urusan kabilahn!a ketika menemui &abi untuk men!atakan keislaman mereka !ang kemudian keislaman tersebut diikuti oleh kaumn!a. Zi!ad berkata: 'sa!a meminta kepada beliau /@asulullah0 untuk menunjuk sa!a menjadi pemimpin atas kaumku" dan )eliau memerintahkan sa!a hal sedemikian" maka sa!a laksanakan.( 4F 28 Sahih Muslim Kita>b al-Ima>rah. 29 FenulisG *a>d al-Maa>d !Muassasah al--isalah wa Maktabah al- Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 4? 6ialektika antara Kemaslahatan... Ibnu 1a!!im mengomentari kisah ini dengan mengatakan: 'boleh menunjuk seorang pemimpin dan memberin!a kekuasaan jika dianggap mumpuni dan mampu(. Mengapa permintaan!a tidak menjadi larangan atas kepemimpinann!a" dan apakah tidak bertentangan dengan pern!ataan hadits lain: ',esungguhn!a sa!a tidak akan memberikan kepemimpinan atas pekerjaan kami kepada orang !ang menginginkann!a(. *ika diperhatikan tern!ata Zi!ad ibn 3arits meminta kepemimpinan khusus atas kaumn!a" karena dia ditaati dan dicintai kaumn!a. Maksud kedatangann!a adalah untuk memperbaiki kaumn!a dan men!erukan Islam kepada mereka. &abi melihat bah#a kemaslahatan kaumn!a terletak pada kepemimpinann!a" maka beliau menerima permintaan!a. ,edangkan pada hadits pertama" sang peminta mengharapkan kekuasaan demi kepentingan pribadin!a" maka &abi menolakn!a. )eliau memberikan kekuasaan demi kemaslahatan" begitu pula sebalikn!a menolak memberikan kekuasaan demi kemaslahatan. 6an pemberian kekuasaan pada diri &abi adalah karena Allah" begitu pula penolakann!a juga karena Allah semata. 8H )an!ak contoh lain dalam hadits &abi !ang memerintahkan kita untuk mentaati pemimpin meskipun ia adalah budak dari Mtiopia" ketaatan dalam suka dan duka" apalagi dalam tugas$tugas kemiliteran. 6isebutkan dalam hadits sahih dari Ali r.a" bah#a @asulullah mengirim pasukan dan menunjuk salah seorang menjadi pemimpin. Maka terjadilah keributan. 6ikatakan: masuklah ke dalamn!a" maka orang$orang berusaha mengikutin!a. 6an !ang lain mengatakan: kami Manar sl-Islamiyah %0%1 24%&&1 M) Cilid III h. ++' 30 Ibid . Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 *+ Moch. Zainul Arifn telah meninggalkann!a. Kemudian hal ini dilaporkan ke @asulullah dan beliau bersabda kepada orang$orang !ang masuk di dalamn!a" jika kamu mengikutin!a maka kamu tetap bersaman!a sampai hari kiamat" dan mengatakan kepada !ang lain dengan perkataan !ang baik. 81 ,ikap &abi dalam peristi#a ini adalah mengingatkan dan mencela bagi siapa !ang memahami teks secara kaku" tidak peduli akan kebaikan dan keburukan" dan tidak memahami tujuan dan kemaslahatan. ,edangkan pujian !ang &abi berikan bagi mereka !ang mengaktualisasikan teks secara sadar dan tercerahkan. Nontoh lainn!a adalah apa !ang diri#a!atkan Ibn 1a!!im dari gurun!a Ibn Aaimi!!ah" ia berkata: 'pada masa pendudukan tartar" sa!a bersama beberapa ka#an bertemu dengan sekelompok orang !ang minum $ha"r /minuman !ang memabukkan0. ,alah seorang diantara kami mencela mereka" dan sa!a pun menegur orang !ang mencela itu" lalu sa!a katakan: 'sesungguhn!a Allah mengharamkan $ha"r karena menghalangi kita dari d+ikir dan shalat. ,edangkan bagi mereka $ha"r menghalangi mereka untuk membunuh" menculik dan merampok" maka biarkanlah.( 84 31 Sahih Muslim ?itab al-Imarah 32 Ibn al-$ayyim Ala>m al-Mu!aqqii>n !.eirut# Dar Al-Jail tt) Hol , h.=. 6albis Iblis ***. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 4C 6ialektika antara Kemaslahatan... Da+tar Ru,uka$ Abdul al$3a! al$,iddi." 7a$hsu al-Thaharah wa al-salat wa tasydidat al-fu'aha /Matabi2 )ugha+ Aan+ah" 1<18 3O1FF4. Abdul 9ahab Khala" 08asadir at-Tasyri al-1sla"i ."a la 9as :ihi&% /Ku#ait: 6ar al$1alam" 18F4 3 O 1FC4 M" Net. III0. Abi %baidah , +l-+"wa>l li> +bi> *Ubaidah /Nairo: al$ Maktabah at$Aijari!ah al$Kubra" t.t0. Abu al$MaIali IAbd al$Mali=k al$*u#a!ni" !ita>b al- 1#tiha>d "in !ita>b al-Tal$hi>s} /6amascus: 6a=r al$1alam" 1FEC0. Ali *um2ah" ,adiyyah Ta#di>d% Us}u>l al-:i'h /)eirut: 6ar al$3ida!ah" 1<1<O1FF80. 6r. Muhammad ,!ahru" 04irasat 1sla"iyah 8uasirah . ad-4aulah wa al-8u#ta"a /6amaskus: Al$Ahali li al$Aaba ah #a al$&as!r #a al$Aau+i2" 1FF<0. 6r. Gusu 1arada#i" 1#tihad al-8uasir baina al-1ndibat wa al-1n.rat /6ar al$Aau+i( #a alP&as!r al$Islami!ah" 1FF<$1<1<0. Ibn al$1a!!im" +la>" al-8uwa''ii>n /)eirut: 6ar Al$ *ail" t"t0" 7ol 8 h.?. Aalbis Iblis. Ibn @ushd" ;ida>yah al-8u#tahid" 4O1?<" /6amaskus: 6ar -ikr" 6amaskus" 1FEH0. Ibnu Aa!mi!ah" 8a#"u> al-:ata>wa" Qol. 84. /@abat: Maktabah Ma2ari" t"t 0. *ala=l al$6i=n IAbd al$@ah>ma=n al$,u!u=t>i=" 1$htila>f al-8adha>hib" ed. IAbd al$1a!!u=m Muh>ammad al$)asta#i= /Nairo: 6a=r al$ IItis>a=m" 1<H<30. Muhammad al$3aja#i al$,a2labi" al-:i$r al-Sa"i .> ta>ri>$h al-.'h al-1sla>"i% 7ol. 4 Muhammad al$,!a+ili al$&aiur" 'Man bahasa lahu Ian al$Maslahah al$Mursalah(" dalam 8ulta'a al- 1"a" Muhammad ibn Araah. /Mans!urat al$ 3a!at al$Aunisi!ah" 1FCC0. Muhammad Aalbi" 1yaullah% +f$a>r <adi>dah .> *+la'ah al-8usli" bi 9afsihi wa bi al-+$hari>n /6ar ,iras li al$&asr" 1FF40. Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 *' Moch. Zainul Arifn ,>ubh>i= Mah>masani=" :alsafah al-Tashri> .> al- 1sla>" /)eirut: 6a=r al2Ilm li$Mala=!i=n" 1FB10. ,ahih Muslim" !ita>b al-1"a>rah. ,ahih Muslim" !itab al-;irr =a al-Silah wa al-+dab ,ahih Muslim" Kitab al$Imarah Za=d al$MaIa=d /Muassasah al$@isalah #a Maktabah al$ Manar sl$Islami!ah" 1<1H 3O1FFH M0" jilid III Al-Daulah, Vol. 3, No. 1, Ar!l "#13 4F