Anda di halaman 1dari 20

-

BAB 2
T"N#AUAN KEPU$TAKAAN
2.1 H%st&l&g% Pr&stat
/ebelum melanjutkan perbahasan secara lebih dalah mengenai penyakit BPH dan
kanker prostat, harus dilihat terlebih dahulu prostat itu sendiri secara normal.
Histologi prostat penting diketahui supaya mudah dalam melihat perbedaan apabila
adanya kelainan pada gambaran mikroskopik prostat.
/ecara umumnya, kalenjar prostat terbentuk dari glandular ibromaskuler dan
juga stroma, di mana, prostat berbentuk piramida, berada di dasar musculoascial
pel3is dimana dan dikelilingi oleh selaput tipis dari jaringan ikat (gbr &.1) (6c?eal
1'99, "i@on et al, 1''').

'am(ar 2.1) Kalenjar Pr&stat
("ikutip dariA Wheather's Functional Histology: A text and Colour Atlas 5
th
Edition)
Universitas Sumatera Utara
+
;anjutan dari yang di atas, secara histologinya, prostat dapat dibagi menjadi #
bagian atau 8ona yakni perier, sentral dan transisi. Bona perier, memenuhi hampir
,$* dari bagian kalenjar prostat di mana ia mempunyai duktus yang menyambung
dengan urethra prostat bagian distal. Bona sentral atau bagian tengah pula mengambil
&-* ruang prostat dan juga seperti 8ona perier tadi, ia juga memiliki duktus akan
tetapi menyambung dengan uretra prostat di bagian tengah, sesuai dengan bagiannya.
Bona transisi, atau bagian yang terakhir dari kalnjar prostat terdiri dari dua lobus, dan
juga seperti dua 8ona sebelumnya, juga memiliki duktus yang mana duktusnya
menyambung hampir ke daerah sphincter pada urethra prostat dan menempati -*
ruangan prostat. /eluruh duktus ini, selain duktus ejakulator dilapisi oleh sel sekretori
kolumnar dan terpisah dari stroma prostat oleh lapisan sel basal yang berasal dari
membrana basal (gbr &.&) (Blacklock 1',(C 6c?eal 1'99C "i@on et al. 1''').
'am(ar 2.2) T%ga (ag%an *ar% kalenjar +r&stat
,-&na +er%!er. sentral *an trans%s%/
("ikutip dariA Wheather's Functional Histology: A text and Colour Atlas 5
th
Edition)
Universitas Sumatera Utara
,
2.2 Benign Prostatic Hyperplasia ,BPH/
/ebelumnya, sudah dijelaskan secara umum tentang histologi prostat.
/elanjutnya akan dibahas mengenai kelainan yang sering terjadi pada prostat yakni
benign prostatic hyperplasia (BPH). BPH adalah merupakan suatu kelainan di mana
terjadinya pembesaran jinak pada prostat, akan tetapi ini tidak akan berlanjut menjadi
ganas. <ntuk mengetahui dengan lebih dalam, kita terlebih dahulu akan membahas
mengenai pengertian dari BPH itu sendiri melalui beberapa sumber, patogenesis dan
juga secara histopatologi, sesuai dengan penelitian yang akan dijalankan yaitu melihat
gambaran histopatologi penyakit ini.
2.2.3 Pengert%an BPH
BPH, secara umumnya boleh dinyatakan sebagai pembesaran prostat jinak. 6aka
jelas dari pengertian secara umum sebelumnya, terdapatnya seuatu yang
menyebabkan prostat membesar. Hiperplasia adalah penambahan ukuran suatu
jaringan yang disebabkan oleh penambahan jumlah sel yang membentuknya.
6aka dapat kita nyatakan bah%a hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat
yang jinak ber3ariasi berupa hiperplasia kelenjar. ?amun orang sering
menyebutnya dengan hipertroi prostat, namun secara histologi yang dominan
adalah hiperplasia dibanding hipertroi (!nonim, &$$').
/ebagaimana %ujudnya perbedaan dalam nama BPH itu sendiri,
pengertiannya turut ikut berbeda dan ini didasarkan atas bagaimana BPH itu
dipahami. BPH dapat dideenisikan secara histologi dan juga secara klinikal.
6asing)masing pengertian akan dapat dinyatakan secara khusus selanjutnya.
/ecara histologi, BPH dapat dideenisikan sebagai pembesaran nodular
secara regional dengan kombinasi polierasi stroma dan glandular yang berbeda
(Berry /J, 1'9(). Ini dapat kita dinyatakan secara khusus, bah%a BPH ini
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan sel epitel dan
sel stroma di dalam daerah periurethra pada prostat (gbr &.#).
Universitas Sumatera Utara
9
'am(ar 2.3) H%st&+at&l&g% BPH menunjukkan a*an0a terja*% +em(esaran
n&*ular kalenjar +r&stat.
("ikutip dariA http://library!edutahedu/WebPath/"A#EH$"#/"A#E%&'ht!l)
Pengertian BPH secara klinikal, menurut ?5IA (e)inition o) Cancer $er!s*
BPH adalah suatu pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh hiperplasia
beberapa atau semua komponen dari prostat yang meliputi jaringan dari kalenjar
maupun jaringan ibromuskuler yang menyebabkan terjadinya penyumbatan
uretra prostat dan brsiat non)kanker.
"ari berbagai deinisi di atas dapat disimpulkan bah%a BPH adalah
pembesaran yang terjadi pada kelenjar prostat yang dapat menyebabkan prostat
membesar, jika dilihat secara patologi anatomi, pembesaran ini menganggu baik
kalenjar itu sendiri dan boleh berpolierasi dan membesar ke bagian bersebelahan.
2.2. Et%&l&g% *an Pat&genes%s BPH
/ebenarnya, sedikit yang diketahui mengenai etiologi dan patogenesis BPH, maka
sebab itu, penulis menggabungkan keduanya dan membahasnya secara umum.
/ehingga kini, setakat yang diketahui, terdapat dua aktor penyebab penyakit BPH
ini yakni usia dan hormon androgen.
Universitas Sumatera Utara
'
/ebagaimana dinyatakan pada pernyataan sebelum ini, usia mungkin
menjadi aktor penyebab terjadinya BPH, akan tetapi ini tidak berlaku pada pria
yang menjalani tindakan kastrasi prapubertas (!... !bbas et al, &$$-). 0leh
karena itu maka aktor usia dan hormon androgen sangat berpengaruh
menyebabkan terjadinya BPH.

('am(ar 2.) Kalenjar +r&stat 0ang mem(esar. *% mana n&rmaln0a a*alah
1uma se(esar 3 h%ngga 1m.)
("ikutip dariA http://library!edutahedu/WebPath/+peg,/"A#E%-,+pg)
/ecara khususnya, pria memproduksi hormon terpenting di dalam
reproduksi, yakni hormon testosteron dan sedikit hormon estrogen (Dd%ards JD et
al, &$$&). Pada saat seseorang pria itu mulai berumur, maka jumlah testosteron
yang akti di dalam darah menurun dan kadar estrogen meningkat. Peningkatan
ini ditambah pula dengan substansi lainnya dipercayai mempercepat pertumbuhan
sel pada kalenjar prostat dan sehingga pada akhirnya menybabkan terjadinya BPH
(4achman, &$$').
Universitas Sumatera Utara
1$

('am(ar 2.2) Menunjukkan corpora amylacea di dalam salah satu kalenjar
prostat)
.(i/utip dari: Wheather's Functional Histology: A text and Colour Atlas 5
th
Edition)
/ecara histopatologi pula, prostat ada mensekresi kan produk dimana ia
memenuhi hampir separuh dari 3olume cairan seminal. 5airan ini merupakan
cairan halus yang kaya dengan asam sitrat beserta en8im proteolitik termasuk
ibrinolisin yang bertindak mencairkan kembali semen yang berkoagulasi setelah
dilepaskan ke dalam 3agina. !kan tetapi, sisa cairan ini yang tersisa dan mungkin
tidak dilepaskan akan terkumpul di dalam beberapa kalenjar untuk membentuk
apa yang dinamakan sebagai corpora a!ylacea, yang mana meningkat sejalan
usia dan bisa terjadinya kalsiikasi (gbr &.#) (Eoung Barbara et al, &$$+).
2.2.2 "mun&h%st&k%m%a3%
Perbahasan secara histopatologi merupakan lanjutan dari subtopik sebelumnya, ini
adalah bagi membolehkan kita agar lebih memahami akan pe%arnaan dan kaedah
Universitas Sumatera Utara
11
dalam mengetahui dengan lanjut akan reaksi bagian dalam prostat terhadap
antibodi yang diberikan, beserta karakteristik el tersbut secara umum.
/etelah dilakukan proses imunohistokimia, kita dapat lihat pada bagian
ibroleiomyomatous BPH, menunjukkan reaksi yang kuat dengan antibodi
terhadap 3imentin, desmin dan aktin. ;apisan sel basal dapat digambarkan dengan
adanya terjadi reaksi keratin strata)korneum. Dkspresi antigen spesiik prostat
(P/!) dan osatase asam prostat spesiik (P!P) akan memberikan hasil negati
pada lapisan sel basal. /el)sel sekretori pula menunjukkan menunjukkan yang
sebaliknya. P/! dan P!P menunjukkan pe%arnaan yang kuat. .adang)kadang
chromogranin !)sel endokrin menunjukkan hasil yang positi, akan tetapi antara
epitel kelenjar sekretori hiperplastik terdeteksi negati. Pe%arnaan lapisan sel
basal oleh reaksi lapisan korneum)keratin telah ditemukan terjadi satu perbedaan
yang signiikan antara indeks diagnostik khas hiperplasia dan atipikal serta
neoplasia intraepitel prostat (PI?) dari nilai moderat dan parah, dan antara kanker
prostat kelenjar. Pola ekspresi stratum corneumkeratin menjadi lebih merata
dengan peningkatan atypia dan akhirnya menghilang, sesuai dengan
menghilangnya lapisan sel basal dan di dalam kasus karsinoma (gbr &.-), sel
basal hiperplasia prostat ditandai oleh ekspresi dari stratum corneumkeratin yang
kuat (6 '$#) dan dengan kurangnya pe%arnaan P/! atau P!P (Helpap B, 1'9$).
'am(ar 2.4) Pe3arnaan sel (asal +a*a h%+er+las%a at%+%kal *engan stratum5
1&rneumkerat%n
("ikutip dariA https//000gra!inexco!au)
Universitas Sumatera Utara
1&
Intranuklear estrogen (D4) dan progesteron (P4) reseptor tidak ditemukan
dalam sel sekretori. ?amun, sel)sel basal dalam prostat hiperplastik dapat
mengekspresikan reseptor ini. 4eseptor seringnya dapat ditemukan dalam sel)sel
stroma periglandular (Helpap B, 1'9$). 6enurut hasil terbaru reseptor androgen
ditemukan dalam sel)sel sekretori, pola imunohistokimia dari bagian)bagian
hiperplastik, stroma, dan kelenjar prostat dari hiperplastik tidak berbeda dari yang
dari prostat normal. "alam hiperplasia sel basal, hampir kesemua sel basal
mengungkapkan reseptor estrogen dalam inti (/3anholni, H., B. ?ielsen, 1'9').
;apisan tunggal epitel sekresi, terletak di bagian lumen kelenjar, namun, negati.
"engan memanaatkan marker prolierasi .i +,, sel)sel yang akti berpolierasi
dapat ditunjukkan dalam hiperplasia sel basal (/ar, 6., ". B. ;ubahn, 1''$). /el)
sel otot berserat dan halus dalam stroma dapat dicirikan oleh 3imentin ilamen
intermediate dan desmin.
"alam nodul stroma yang mengandung banyak sel yang belum matang,
beberapa sel yang berlabel dapat ditunjukkan menggunakan kaedah
imunohistokimia .i +,. Pada sel stroma yang berada di dalam keadaan stasioner,
tiada sel ter%arnakan oleh .i antibodi +,. Hal ini berkorelasi dengan baik dengan
kinetik)autoradiographical sel dengan #H)thymidan. /el stroma akti secara
radioakti sangat jarang terlihat. 0leh karena itu, indeks sel yang berlabel sangat
rendah yakni berada di ba%ah $,$1*. .eadaan ini tidak berubah secara signiikan
dalam pembentukan apa yang disebut sebagai mesenkim bintil merah. "alam
kasus hiperplasia sel basal dan khususnya pada hiperplasia postatrophic, indeks
sel berlabel meningkat menjadi 1,+*

(Helpap B, 1''1).
Universitas Sumatera Utara
1#
'am(ar 2.6) $el atr&!% *an +&statr&!% +a*a kalenjar h%+er+las%a 0ang *%la(el
se1ara ra*%&akt%!.
("ikutip dariA https://000gra!inexco!au/)
2.2.4 Klas%!%kas% *an Penamaan Pr&stat H%+er+las%a
"iagnosa hiperplasia prostat secara jelas dapat diproleh melalui pemeriksaan
klinik, akan tetapi jika di lihat dari morologinya ia sebenarnya memberi
gambaran yang berbeda. Pentingnya jika di lihat dari keadaan histopatologi,
yakni dari proses polierasi sel yang terjadi memba%a kepada penamaan penyakit
ini secara berlainan. Istilah hipertroi dan adenoma sering diguna pakai dalam
konteks klinik, akan tetapi harus dilihat, oleh karena proses hiperplastik
merupakan suatu yang dinilai secara morologi, yakni secara imunohistokimia,
yakni seperti yang dijelaskan sebelum ini, sitometri "?!, sebenarnya istilah
hipertroi dan adenoma tidak lagi rele3an untuk diteruskan penggunaannya
(Helpap B., 1'9').
.lasiikasi menurut Dlbada%i adalah dinyatakan berdasarkan pemeriksaan
histologi secara lebih dalam (Dlbada%i, 1'9$). Beliau mengasingkan stroma)
glandular hiperplasia pada nodular paraurethra dari hiperplasia duktusC
selanjutnya, hiperplasia pasaca)atroi sekunder dan metaplasia turut dibedakan.
6enurut sistim beliau, sel atypia di dalam stromal dan bagian glandular dari
Universitas Sumatera Utara
1(
kalenjar prostat pada hiperplasia ju3enil, telah inak prostat, inlamasi dan juga
reaksi sel basa dinyatakan secara berasingan.
Jika kita lihat dari klasiikasinya pula, 6enurut tulisan 6ostoi (1'9$),
klasiikasi 7H0 membedakan hiperplasia nodular dan bentuk hiperplasia
lainnnya ke dalam hiperplasia pasca)atroi, skunder dan juga hiperplasia sel
basal.
6enurut "hom, hiperplasia primer, atroi dan juga metaplasia harus
dibedakan. >ermasuk di dalam hiperplasia primer adalah, hiperplasia sederhana,
adenomatosa glandular kecil, cribriorm dan hiperplasia papiler. "i ba%ah atroi
pula, yang tergolong diba%ahnya adalah atroi sederhana, atroi kistik, hiperplasia
nodular pasca)atroi dan juga hiperplasia pasca)sklerotik ("honi F., 1',').
2.3 Kanker Pr&stat
.anker prostat, sedikit sebanyak latar belakang secara epidemiologi telah
dibahaskan pada bab 1, yakni di latar belakang penyakit kanker prostat.
Perbahasan mengenai penyakit ini akan dilanjutkan dengan lebih dalam, dan
seperti sebelumnya, kita akan membahas akan pengertian penyakit, etiologi dan
akan disinggung juga klasiikasi serta kaedah grading kanker prostat secara
histopatologi.
2.3.1 Pengert%an Kanker Pr&stat
.anker prostat adalah merupakan sejenis kanker yang terbentuk didalam jaringan
prostat (?5IA (e)inition o) Cancer $er!s* &$$'), di mana prostat seperti yang
telah dibahaskan sebelum ini, adalah merupakan kalenjar di dalam sistem
reproduksi pria yang mana dapat ditemukan di ba%ah kandung kemih dan berada
di hadapan rektum.

2.3.2 Et%&l&g% Kanker Pr&tat
/ebagaimana kebanyakan jenis kanker lainnya, kanker prostat secara jelas,
Universitas Sumatera Utara
1-
etiologinya belum terbuktikan, dan boleh saja berupa multiaktorial. Perbahasan
mengenai etiologi kanker prostat ini akan dibuat berdasarkan beberapa aktor dari
hasil penelitian yang didapatkan yakni antara lain adalah aktor genetik,
pekerjaan, diet, dan aktor hormonal.
2.3.2.1 7akt&r 'enet%k
.anker disebabkan oleh suatu proses yang kompleks dan secara jelas masih belum
dipahami mengenai interaksi di antara herediter dan lingkungan. !pa yang
menjadi antara dasar aktor genetik dimasukkan menjadi aktor yang
menyebabkan kanker prostat ini adalah menurut beberapa penelitian yang dibuat,
resiko mendapatkan kanker prostat dilihat meningkat dari &* hingga '* (?egri
D., 1'',), pada pasien yang sebelumnya memiliki ri%ayat keluarga yang turut
menderita penyakit yang sama.
6aka, oleh karena itu, setakat yang penulis ketahui, lokasi gen atau
beberapa gen yang terpengaruh masih di dalam penelitian. !kan tetapi menurut
>heodorescu "., (&$$'), kehilangan lengan panjang pada kromosom 1$ dan ,
serta kehilangan kromosom 1, &, #, dan E mungkin menjadi antara penyebab yang
mempengaruhi.

2.3.2.1 Pekerjaan
6enurut penelitian yang dibuat mengenai hubungan di antara pekerjaan dan
kanker prostat (Bosland 65., 1''$)(Glise, &$$1), di dalam penelitian tersebut,
terdapat beberapa pekerjaan mungkin dapat menjadi aktor penyebab terjadinya
kanker prostat, di mana antara pekerjaan tersebut adalah petani, pekerja yang
berhubungan dengan penggunaan logam berat, serta pekerjaan melibatkan industri
pembuatan mobil.
/ecara umumnya, %alaupun tidak secara langsung bisa menyebabkan
kanker prostat tetapi aktor pekerjaan ini bisa menjadi salah satu penyebab karena,
yang paling tinggi kebarangkalian untuk mendapatkan kanker ini adalah pada
Universitas Sumatera Utara
1+
pekerja berhubungan dengan logam berat dan petani. Ini karena kadar pada pupuk,
kadar kadmium dan agen yang bisa mengubah kadar hormon tubuh adalah tinggi
(Glise, &$$1).
2.3.2.2 D%et
.anker prostat juga sering dikaitkan dengan kadar pengambilan lemak. "i mana,
baik lemak dari tumbuhan maupun lemak dari he%an. !kan tetapi, harus
diingatkan bah%a tidak semua lemak punya kecenderungan untuk menyebabkan
kanker prostat.
Ini adalah berdasarkan hasil studi yang dijalankan pada orang Jepang
yang tinggal di Jepang dan orang Jepang yang tinggal di !merik, dari hasil
penelitian yang dijalankan, di lihat bah%a yang tinggal di !merik lebih tinggi
pre3alensi menderita kanker prostat dibanding orang Jepang yang memang tinggal
di Jepang. Hasil kultur sel menunjukkan bah%a asam lemak omega)+ merupakan
stimulan positi terhadap pertumbuhan sel kanker prostat (6c;aughlin, 1''$),
manakala asam lemak omega)# menunjukkan sebaliknya. Ini dapat menunjukkan
bah%a lemak ini menunjukkan dampak dengan mempengaruhi hormon seks atau
aktor pertumbuhan dan kesan langsung terhadap -)alpha reductase (0 4eilly,
1''').
2.3.2.3 7akt&r H&rm&nal
1aktor hormon juga telah dinyatakan sebagai antara aktor penyebab terjadinya
kanker prostat, namun demikian, dari beberapa penelitian yang dibaca, belum
terdapatnya kesimpulan yang pasti berhubung bagaimana hormon mempengaruhi
terjadinya kanker prostat.
"ari penelitian yang dibaca, menurut 0 4eilly (1''$), perbedaan dari
setiap hasil studi yang mana, ada yang menyatakan bah%a adanya keterkaitan di
antara keduanya dan dari studi yang lainnya menyatakan sebaliknya, ini mungkin
terjadi karena tiada kaedah baku di dalam teknik pengukuran, dan mungkin juga
Universitas Sumatera Utara
1,
jumlah sampel yang kurang adekuat untuk menguatkan hasil statistik.
/ecara umumnya, banyak penelitian menunjukkan bah%a ada hubungan di
antara aktor hormonal dan kanker prostat, dan ini dikaitkan dengan adanya
ri%ayat penyakit seperti "iabetes 6ellitus, sirosis dan sebagainya yang mana
mengganggu keeseimbangan hormon secara tidak langsung (Fio3annucci, &$$1)

2.3.3 Klas%!%kas% *an Pen%la%an Taha+ Kanker Pr&stat
.lasiikasi dan grading kanker prostat sangat penting dilakukan, ini adalah bagi
mengetahui keparahan penyakit serta membedakan jenis kanker prostat. /ecara
histopatologi, adenokarsinoma adalah antara yang tersering. .aedah klasiikasi
yang sehingga kini dipakai adalah $1" ($u!our 1ode "etastasis) di mana
klasiikasi ini membedakan kanker prostat berdasarkan keadaan tumor, nodul dan
juga tahapan metastasis, kaedah lain adalah melalui sistem 7hitmore)Je%ett di
mana keduanya akan dibahaskan selanjutnya. 2rading atau penilaian tahap
kanker prostat pula menggunakan kaedah histopatogi, dengan meletakkan kanker
prostat ke dalam - tahapan, ini juga akan dibahaskan selanjutnya.
2.3.3.1 Klas%!%kas% menurut TNM 2882
/ecara ringkasnya, klasiikasi yang kini diguna pakai adalah sistem >?6
yang mana sistem ini adalah seperti yang secara umum telah dinyatakan
sebelumnya. Hasil dari klasiikasi berdasarkan ketiga komponen dari sistem ini
tadi kemudiannya dapat digabung ke dalam ( stage
>abel &.1A $u!our 1ode "etastasis &$$& ( >?6)
Pri!ary tu!or .$3
>HA Primary tumor cannot be assessed
>$A ?o e3idence o primary tumor
>1A 5linically inapparent tumor not palpable nor 3isible by imaging
>1aA >umor incidental histologic inding in 29 or less o tissue
resected (in prostatectomy)
>1bA >umor incidental histologic inding in more than -* o tissue
Universitas Sumatera Utara
19
resected
>1cA >umor identiied by needle biopsy (e.g., because o ele3ated
P/!)
>&A >umor conined %ithin prostateI
>&aA >umor in3ol3es one)hal o 1 lobe or less
>&bA >umor in3ol3es more than one)hal o 1 lobe but not both
lobes
>&cA >umor in3ol3es both lobes
>#A >umor e@tends through the prostate capsuleII
>#aA D@tracapsular e@tension (unilateral or bilateral)
>#bA >umor in3ades seminal 3esicle(s)
>(A >umor is i@ed or in3ades adjacent structures other than seminal
3esiclesA bladder neck, e@ternal sphincter, rectum, le3ator muscles,andJor
pel3ic %all
?oteA >umor ound in one or both lobes by needle biopsy. But not palpable or
reliably 3isible by imagine, is classiied as >1c.
?oteA In3asion o the prostate ape@ or into (but not beyond) the prostatic
capsule is not classiied as >#, but as >&.
Reg%&nal l0m+h n&*es ,N/
?HA 4egional lymph nodes %ere not assessed
?$A ?o regional lymph node metastasis (lymph nodes conined to the true
pel3is)
?1A 6etastasis in regional lymph node(s)
D%stant metastas%s ,M/:
6HA "istant metastasis cannot be assessed (not e3aluated by any modality)
6$A ?o distant metastasis
61A "istant metastasis
61aA ?onregional lymph node(s)
61bA Bone(s)
61cA 0ther site(s) %ith or %ithout bone disease
("ikutip dariA !merican Joint 5ommittee on 5ancer.A !J55 5ancer /taging
6anual. +
th
edition )
Universitas Sumatera Utara
1'
Hasil dari penilaian, kemudiannya seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, hasil ini akan dikombinasikan ke dalam ( stage (tbl &.&).
>abel &.& A 4taging .anker Prostat
("ikutip dariA !merican Joint 5ommittee on 5ancer.A !J55 5ancer /taging
6anual. +
th
edition )
2.3.3.2 Klas%!%kas% Menurut ;h%tm&re5#e3ett
/istem klasiikasi ini sudah tidak lagi diguna pakai tetapi masih ada yang masih
menganutinya, sistem ini hampir sama, tetapi terdapat sedikit perbedaan di mana
sistem ini lebih ringkas dan tidak rinci seperti sistem >?6 yang mana sudah
dilakukan re3isi bagi menggantikan sistem ini atau nama lainnya sistem Je%ett.
Universitas Sumatera Utara
&$
>abel &.#A .lasiikasi 6enurut 7hitmore)Je%ett
AA tumor is present, but not detectable clinicallyC ound incidentally
A1A tissue resembles normal cellsC ound in a e% chips rom one
lobe
A2A more e@tensi3e in3ol3ement
BA the tumor can be elt on physical e@amination but has not spread outside the
prostatic capsule
B"NA the tumor can be elt, it does not occupy a %hole lobe, and is
surrounded by normal tissue
B1A the tumor can be elt and it does not occupy a %hole lobe
B2A the tumor can be elt and it occupies a %hole lobe or both lobes
<A the tumor has e@tended through the capsule
<1A the tumor has e@tended through the capsule but does not
in3ol3e the seminal 3esicles
<2A the tumor in3ol3es the seminal 3esicles
DA the tumor has spread to other organs
("ikutip dariA
http://000cornellurologyco!/prostate/e5aluation/pathologysht!l3
2.3.3.3 $%stem 'leas&n
/istem Fleason ini, merupakan yang tersering diguna pakai dalam penelitian dan
dalam diagnosis sehari)hari. /istem ini sepenuhnya berdasarkan susunan secara
histologi sel)sel karsinoma (Fleason "1, 1''$). Perbahasan mengenainya juga
akan dibahaskan dengan lebih mendalam sesuai dengan kepentingan penelitian ini
dalam mengetahui secara histopatologi akan kanker prostat.
/ecara khususnya, kaedah ini adalah salah satu di antara kaedah kategorik
Universitas Sumatera Utara
&1
pola histologi dari pertumbuhan sel kanker di ba%ah pembesaran yang relati
rendah (H1$)($). /embilan pola pertumbuhan sel kanker ini dikonsolidasi ke
dalam - tahapan dan ini dapat di lihat di dalam gambar &.9 (Fleason "1, 1''&).
,'am(ar 2.=) Taha+an Ber*asarkan $%stem 'leas&n/
( "ikutip dariA Fleason "1. Histologic grading o) prostate cancer: a perspecti5e*
,66')
.aedah untuk sistem ini adalah, lima tahapan pola pertumbuhan tadinya
digunakan untuk menghasilkan apa yang dinamakan sebagai skor histologi, di
mana skor ini dapat di antara & hingga 1$. 5ara mendapatkan skor ini adalah
dengan menambahkan gred pola primer dan pola sekunder. "inyatakan sebagai
gred pola primer adalah yang berada di daerah predominan melalui inspeksi 3isual
yang sederhana. Pola sekunder pula adalah pola kedua tersering ditemukan. Jika
Universitas Sumatera Utara
&&
hanya satu gred yang ditemukan dalam satu)satu sampel jaringan, maka gred
tersebut dikalikan dengan dua untuk memperoleh skor Fleason (Humphrey P!,
&$$#).
Interpretasi hasil dari skor Fleason adalah, apabila skor yang di dapat
adalah &)(, maka karsinoma dinyatakan mempunyai perbedaan yang jelasC -),
dinyatakan sebagai perbedaan sedangC 9)1$ dinyatakan sebagai perbedaan sangat
sulit.
>abel &.(A /istem Fleason untuk >ahapan !denokarsinoma Prostat
("ikutip dariA 6ostoi 1., 1',-. Frading o) Prostatic Carcino!a)
Prinsip dari sistem ini mudah sebenarnya, di mana hanya perlu mengenal
pasti grading seperti yang dinyatakan di gambar &.9, kemudiannya mengenal pasti
yang mana terbanyak dan yang kedua terbanyak, dan setelah itu dijumlahkan
untuk mendapatkan skor Fleason. /upaya dapat lebih memahami kaedah menilai
dan memberikan skor berdasarkan sistem ini, bisa dilihat pada gambar di ba%ah
ini (gbr &.', &.1$, &.11).
Universitas Sumatera Utara
&#
('am(ar 2.>) Menunjukkan gre* 2?1 mem(er%kan sk&r t%ga
a*en&kars%n&ma +r&stat)
("ikutip dariA Fleason "1. Histologic grading o) prostate cancer: a perspecti5e*
,66')
('am(ar 2.18) Menunjukkan gre* 2?2 mem(er%kan sk&r em+at
a*en&kars%n&ma +r&stat)
("ikutip dariA Fleason "1. Histologic grading o) prostate cancer: a perspecti5e*
,66')
Universitas Sumatera Utara
&(
('am(ar 2.11) Menunjukkan gre* 3?3 mem(er%kan sk&r enam
a*en&kars%n&ma +r&stat)
("ikutip dariA Fleason "1. Histologic grading o) prostate cancer: a perspecti5e*
,66')
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai