Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Istilah Pecinta Alam mungkin tidak asing bagi sebagian orang. Kegiatan Pecinta Alam
termasuk dalam kegiatan yang mempunyai resiko tinggi (high risk activity) dan kegiatan
lebih banyak dilakukan di alam bebas (outdoor activity). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan
petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya,
mengandung resiko tinggi dan sebagainya. Meskipun secara etimologi kata dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia terlihat tidak ada hubungan diantara keduanya, pencinta alam dan
petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara
keduanya. Sedikit berbeda dengan negara Eropa dan Amerika, terdapat terminologi yang
jelas bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia kepecintaalaman,
misalnya environmentalist (pecinta lingkungan hidup, seperti Green Peace), naturlist
(pecinta alam, seperti sebagaimana adanya), adventurer (petualangan/penjelajah),
mountaineers (pendaki gunung), outdoor sports / activities (olahraga alam bebas: berkemah,
menelusuri gua, dan sebagainya). Sedangkan di Indonesia, Pecinta Alam merujuk pada
aktivitas seperti pendaki gunung, penulusuran gua, pengarungan sungai, pemanjat tebing
dan sekaligus pecinta lingkungan.

Pemaknaan istilah Pecinta Alam di Indonesia tersebut, tidak terlepas dari sejarahnya.
Sejarah tentang kelompok Pecinta Alam, terutama yang ada kaitannya dengan upaya
pelestarian alam, sudah tercatat sejak tahun 1912, saat terbentuknya De Nederlandsh
Indische Vereneging Tot Natuur Rescherming. Sejak saat itu kegiatan kepecintaalaman
mulai berkembang di Indonesia. Pada Awal tahun 1960-an kegiatan yang berorientasi pada
pelestarian alam ini mendapat pengaruh yang cukup besar dari kegiatan kepanduan
(scouting). Pandu, yang kini dikenal dengan nama Pramuka, berkembang pesat sejak tahun
1940-an, dan memang jenis kegiatan yang sering dilakukannya adalah kegiatan olahraga,
rekreasi, petualangan, membaca jejak dan ketrampilan lainnya.Oleh karena itu, kegiatan
kepecintaalaman bertambah muatannya dengan jenis-jenis kegiatan petualangan karena
adanya pengaruh dari kegiatan kepanduan tersebut. Istilah Pecinta Alam pertama kali
diperkenalkan oleh Mapala Universitas Indonesia pada tahun 1975. Setelah berulang kali
berganti nama, akhirnya mereka menamakan kelompoknya Mapala UI. Setelah itu, terutama
di era 1980-an, perkembangan kelompok-kelompok Pecinta Alam semakin pesat di seluruh
tanah air, sampai sekarang ini.

Sebagian besar kelompok Pecinta Alam memiliki kegiatan pokok dalam bidang kegiatan
alam bebas seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, penelusuran gua, jelajah hutan,
penelusuran sungai, penyusuran pantai, dan arung jeram dan lainnya. Salah satu kelompok
yang dapat terbentuk karena persamaan minat dan ketertarikan dalam pendakian gunung
adalah Komunitas Pecinta Alam Komunikasi Universitas Indonesia 2011 (Kompak UI 2011).
Kompak UI 2011 adalah sebuah kelompok pecinta alam yang terbentuk sejak Januari 2012
yang terbentuk dari obrolan santai beberapa mahasiswa Komunikasi UI 2011 saat sedang
melakukan pendakian ke Gunung Papandayan, Garut. Awalnya Kompak UI 2011 bersifat
eksklusif untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi UI angkatan 2011 saja. Namun karena alasan
regenerasi, pada Januari 2014 Kompak UI membuka diri dan mengajak mahasiswa ilmu
komunikasi UI dari berbagai angkatan yang memiliki ketertarikan mendaki gunung untuk
bergabung. Karena alasan tersebut, Kompak UI 2011 kemudian berganti nama menjadi
Kompak UI. Meskipun kelompok ini menamakan diri sebagai komunitas pencinta alam,
namun kegiatan yang dilakukan hanya sebatas kegiatan pendakian gunung.
Tercatat hingga Januari 2014, Kompak UI sudah melakukan lima kali pendakian ke empat
gunung, yaitu: Gunung Papandayan, Gunung Gede, Gunung Merbabu dan Gunung Slamet.
Saat ini ada tujuh orang anggota yang menjadi aktif Kompak UI, yaitu: Afif Fadhlurrahman,
Presdya Nandi, Gilang Ramadhan, Eriestu Prananda, Galih Wicaksono, Fraditya Bayu, dan
Bayu Soetta. Mereka dikatakan sebagai anggota aktif karena hampir selalu ikut dalam setiap
perencanaan maupun pendakian gunung. Meskipun tidak semua anggota memiliki
pengalaman naik gunung sebelumnya, namun Kompak UI masih terus bertahan hingga
sekarang.

Untuk menjaga dan mempermudah komunikasi dalam kelompok, mereka membuat grup di
sebuah instant messenger, yaitu Line. Di dalam grup ini, mereka sering membicarakan hal-
hal yang terkait dengan pendakian gunung ataupun bertukar informasi mengenai peralatan
pendakian gunung. Walaupun mereka hanya melakukan pendakian pada bulan tertentu saja
dan jarang berkumpul di hari-hari biasa, namun keeratan sesama anggotanya tergolong
kuat. Hal ini terbukti dari sejak dua tahun Kompak UI terbentuk, tidak pernah ada konflik
yang terjadi.
Saat mendaki gunung, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari kesiapan fisik,
mental, dan perlengkapan-perlengkapan yang menunjang dalam pendakian. Kelompok ini
tidak memiliki pemimpin atau struktur tertentu, akan tetapi secara tidak langsung mereka
memiliki peran masing-masing yang sifatnya membantu persiapan menuju pendakian.
Setiap melakukan pendakian, biasanya anggota aktif Kompak UI akan mendaki bersama
teman-teman dari jurusan ilmu komunikasi UI yang tertarik untuk melakukan pendakian,
walaupun teman-teman mereka tidak tergabung ke dalam Kompak UI. Meskipun mendaki
gunung tergolong aktivitas yang sulit, namun anggota Kompak UI tetap antusias dan
memiliki keeratan yang tinggi terhadap kelompok.

Daftar Pustaka :
(http://gogreenindonesia.blogspot.com/2008/05/pencinta-alam-dan-paradigma-
gerakan.html)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online - kbbi.web.id/

Anda mungkin juga menyukai